SKRIPSI
Oleh :
171101130
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Disusun Oleh :
171101130
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Penulis
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyusun Skripsi dengan lancar yang berjudul “Pengalaman
Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara”. Tiada kata yang dapat di
ungkapkan untuk menyampaikan rasa terima kasih saya atas bantuan dari berbagai
pihak yang telah banyak membantu dan menyelesaikan Skripsi ini. Izinkan saya
1. Bapak Dr. Dudut Tanjung, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB selaku Dekan
2. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat selaku Wakil Dekan
4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes., Ph.D sebagai dosen penguji I dalam
iii
6. Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, seluruh partisipan yang
7. Teristimewa untuk keluarga saya, terutama ayah dan mama saya, kakak
dan adik-adik saya yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal
10. Terakhir, terimakasih untuk diri sendiri yang telah berusaha dan bertahan
akhir ini.
Akhir kata penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan bagi pihak lain yang
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………..…..ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ....…………………………………….....................................vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1. Latar belakang ................................................................................ 1
2. Rumusan masalah ........................................................................... 8
3. Tujuan penelitian ............................................................................ 8
4. Manfaat penelitian .......................................................................... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10
1. Konsep Patient Centered Care...................................................... 10
1.1. Defenisi patient centered care ............................................... 10
1.2. Konsep-konsep dalam patient centered care (PCC) .............. 11
1.3. Dimensi patient centered care (PCC).................................... 12
1.4. Komponen penilaian dalam patient centered care (PCC) ...... 14
1.5. Manfaat penerapan patient centered care (PCC) ................... 15
1.6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Patient Centered Care
(PCC)………......................................................................... 18
1.7. Hambatan dalam penerapan Patient Centered Care ............... 20
1.8. Penerapan Patient centered care berdasarkan Komisi Akreditasi
Rumah Sakit tahun 2017 ........................................................ 21
2. Studi Fenomenologi ...................................................................... 24
2.1 Defenisi Studi Fenomenologi .................................................... 24
2.2 Jenis-jenis Penelitian Fenomenologi .......................................... 25
BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 28
1. Desain Penelitian .......................................................................... 28
2. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 29
3. Partisipan dan Teknik Sampling .................................................... 29
v
4. Pengumpulan Data ........................................................................ 31
5. Pertimbangan Etik ........................................................................ 35
6. Analisa Data ................................................................................. 37
7. Keabsahan Data (Thrustworthiness) .............................................. 38
8. Hambatan dan Keterbatasan Penelit i ……………….…..………….. 39
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 41
1. Hasil Penelitian............................................................................. 41
1.1. Karakteristik Partisipan .......................................................... 41
1.2. Pengalaman perawat pelaksana dalam menerapkan patient
centered care (PCC) di ruang rawat inap Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara.................................................... 42
2. Pembahasan .................................................................................. 65
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 80
1. Kesimpulan .................................................................................. 80
2. Saran ............................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 2. Persetujuan menjadi Partisipan (Informed consent)
Lampiran 3. Kuesioner Data Demografi Partisipan
Lampiran 4. Panduan Wawancara
Lampiran 5. Catatan Lapangan (Field Note)
Lampiran 6. Jadwal Tentatif Penelitian
Lampiran 7. Taksasi Dana Penelitian
Lampiran 8. Riwayat Hidup
Lampiran 9. Lembar Uji Validitas Panduan Wawancara
Lampiran 10. Lembar Persetujuan uji Validitas
Lampiran 11. Lembar Izin Penelitian di RS Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lembar Hasil Uji Etik
Lampiran 13. Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran 14. Hasil Uji Turnitin
vi
DAFTAR TABEL
vii
Judul : Pengalaman Perawat Pelaksana dalam Menerapkan
Patient Centered Care (PCC) di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Nama : Ori Safitri Marito saragih
NIM : 171101130
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan
Tahun Akademik : 2020/2021
ABSTRAK
Pelayanan yang berfokus pada pasien merupakan suatu pendekatan yang membina
hubungan timbal balik antara penyedia layanan (perawat) dengan pasien. Komisi
Akreditasi Rumah Sakit telah menetapkan standar pelaksanaan pelayanan yang
berfokus kepada pasien dalam penilaian akreditasi rumah sakit. Rumah sakit USU
telah menjalani proses akreditasi sakit sesuai SNARS oleh komite akreditasi
rumah sakit pada tahun 2016 dan 2019. Tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan di rumah sakit ini dikategorikan sedang. Namun, masih
mengalami hambatan dalam komunikasi dengan pasien di ruangan. Tujuan
penelitian ini untuk mengungkapkan pengalaman perawat pelaksana dalam
menerapkan patient centered care (PCC) di ruang rawat inap rumah sakit
Universitas Sumatera Utara. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah fenomenologi deskriptif. Metode pengumpulan data yaitu dengan
wawancara secara mendalam (in-depth interview) pada 8 partisipan. Metode
analisa data yang digunakan adalah metode collaizi. Penelitian ini dilaksanakan
pada perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit USU. Hasil penelitian ini
menemukan 6 tema terkait pengalaman perawat, yaitu (1) Menghormati nilai-nilai
yang dianut pasien, keunikan, pilihan dan privasi pasien, (2) Melaksanakan
pelayanan yang berfokus dalam memenuhi kebutuhan biologis, fisik, psikososial
dan spiritual pasien, (3) Melibatkan keluarga pasien dalam merawat pasien di
rumah sakit, (4) Melakukan komunikasi dan edukasi yang efektif dalam
pelayanan kepada pasien, (5) Mendapatkan kepuasan bekerja dan dukungan dalam
upaya melaksanakan pelayanan yang berfokus pada pasien, (6) Berupaya
menghadapi kendala kerja dari pihak pasien dan tenaga kesehatan. Disimpulkan
bahwa partisipan telah memberikan pelayanan yang terbaik sesuai konsep patient
centered care, dan banyak hal positif yang ditemukan. Namun untuk mencapai hal
tersebut, partisipan juga menghadapi berbagai hambatan. Oleh karena itu,
Diharapkan agar penerapan patient centered care ini lebih ditingkatkan lagi di
rumah sakit dengan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
kepuasan pasien di rumah sakit USU .
Kata Kunci: Patient centered care, pengalaman perawat, fenomenologi deskriptif
viii
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
jalan dan inap serta gawat darurat. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa
bermutu dan terstandar. Salah satu sumber daya manusia sebagai pelaksana di
berfokus pada pasien (PCC) sebagai paradigma baru dalam sistem pelayanan
kesehatan yang fleksible dan melibatkan pasien serta keluarganya (Jo Delaney,
2017). Selain itu, PCC juga tidak menjadikan satu profesi sebagai pusat dalam
1
2
berpusat pada pasien atau PCC (Patient Centered Care) adalah strategi pelayanan
PCC yang dimulai oleh Harvey Picker saat mendirikan Picker Foundation
pada tahun 1993 The Picker Institute, sejak saat itu pelaksanaan PCC sudah mulai
dikenal dan pada tahun 2001 Institute of Medicine (IOM) juga menerbitkan
defenisi PCC (Gusmano, Maschke, & Solomon, 2019). Pelayana yang berpusat
pelayanan yang fokus pada kebutuhan serta keinginan pasien (Araki, 2019).
dengan PCC, karena pelayanan yang berkualitas dan lebih rensponsif pada pasien.
Selain itu, PCC juga memberikan visi yang meyakinkan semua orang dapat
Konsep PCC telah diterapkan oleh rumah sakit di negara maju dan
berbagai pihak. Australia menjadi salah satu Negara yang menerapkan PCC dalam
diterapkan dalam sistem pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi di
Australia (ASCQHC, 2011). Selain itu, PCC juga telah diterapkan di Iran, dalam
salah satu tujuan rumah sakit menerapkan PCC di Iran adalah untuk
pemberian asuhan pasien sesuai dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun
sakit sesuai JCI (Joint Commission International). Pada tahun 2017, KARS sudah
menetapkan standar akreditasi rumah sakit yang pertama kali diterapkan secara
pelayanan yang berfokus kepada pasien (Komisi Akreditas Rumah Sakit, 2017).
Oleh karena itu, Rumah sakit menerapkan PCC sesuai SNARS. Selain itu,
tahun sekali. Ditemukan data rumah sakit di Indonesia yang mendapat sertifikat
JCI hingga tahun 2019 ada sebanyak 30 rumah sakit (Joint Commission
International, 2020) dan 2480 rumah sakit yang terakreditasi oleh KARS 2012
keadaanya, 82% menerima informasi yang cukup dari perawat, dan 70% terlibat
beban kerja yang tinggi membuat penerapan PCC tidak bisa maksimal. Dalam
penelitian Khuan dan Juni (2017) menemukan hanya sebagian perawat yang
melaksanakan PCC karena melibatkan pasien dan keluarga selama serah terima
dapat menghabiskan waktu dan menambah beban kerja. Studi oleh Atinga,
perawat pada pasien masih berat sebelah. Dimana tingkat kepuasan pasien dengan
penerapan PCC di bangsal VIP lebih tinggi dibanding pasien di bangsal umum
dan telah disetujui secara internasional dan nasional, seharusnya rumah sakit telah
penelitian menemukan bahwa tenaga kesehatan baik perawat, dokter, ahli gizi,
fsioterapis dan apoteker telah melaksanakan PCC namun belum maksimal. Masih
penelitian Marti, Andarini, dan Lestari (2015) masih mengalami kesulitan seperti
teman sejawat, keterbatasan sarana dan prasarana, serta beban kerja perawat.
kebutuhan, keluhan pasien dan tidak memberi jawaban yang tepat untuk
5
pertanyaan pasien (Oktaviana dan Dwiantoro, 2018). Ini artinya perawat tidak
Meri, dan Jaber (2018) dalam menerapkan PCC, perawat harus mampu
(2017) juga menyatakan pemimpin rumah sakit harus memastikan tenaga medis
dalam hal ini faktor model kepemimpinan dan pelatihan saling berkaitan.
pelaksanaan PCC.
pelaksanaan PCC. Salah satunya penelitian Hwang, Kim, dan Chin (2019)
Selain itu, menurut Riskiyah, Hariyanti, dan Juhariah (2017) pengalamaan pasien
6
dalam perawatan dan terpenuhinya kebutuhan. Oleh karena itu, penerapan PCC
Pelaksanaan PCC juga memberi dampak yang positif bagi tenaga kesehatan
dan rumah sakit. Menurut Casu, Gremigni, dan Sommaruga (2018) menemukan
dampak positif bagi tenaga kesehatan yaitu pelayanan yang diberikan lebih
(2018) juga menyatakan bahwa PCC juga berdampak bagi rumah sakit yaitu dapat
SNARS meskipun belum optimal. Salah satu Rumah Sakit di Kota Medan, yaitu
Rumah sakit pendidikan Universitas Sumatera Utara yang sudah menjalani proses
akreditasi rumah sakit oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit pada tahun 2016 dan
2019 (HUMAS USU, 2019). Selain itu, Rumah Sakit ini memiliki motto yaitu
Quality, Safety and Friendly (berkualitas, aman dan bersahabat) dan menganut
nilai dasar yaitu Salus aegroti suprema lex (pelayanan berorientasi kepada pasien)
dan Primum non norece yaitu tidak membahayakan, yang berarti bahwa Rumah
sakit Universitas Sumatera Utara telah menganut konsep PCC berdasarkan motto
didapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit USU sudah
yang diberi sudah cukup baik. Semua dimensi dalam kualitas pelayanan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pasien yang rawat inap Rumah Sakit
(2020) mendapati perawat di ruang rawat inap rumah sakit Universitas Sumatera
Utara masih mengalami kesulitan saat melakukan komunikasi dan edukasi kepada
pasien dan keluarganya. Untuk itu, hal ini bisa menjadi dilema yang dapat
tentunya masih belum jelas di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Sementara
itu studi mengenai patient centered care (PCC) berdasarkan pengalaman perawat
di ruang rawat inap rumah sakit USU belum pernah diteliti dan ditemukan dalam
penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penelitian
4. Manfaat penelitian
Utara
UniversitassSumatera iUtara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang fokus pada pasien melibatkan sudut pandang dan keadaan pasien dalam
Memberikan dukungan serta kenyamanan melalui pelayanan ini secara adil dapat
dan keluarga yang menghargai nilai, kebutuhan, pilihan pasien dalam mengambil
pada tahun 2015 pelayanan perawatan yang berfokust pada individu adalah
sebagai peserta yang menerima manfaat dari pelayanan ini dengan tanggap
10
11
terhadap kebutuhan dan preferensi secara holistik dan manusiawi (World Health
Organization, 2015).
Health Care (2011) PCC adalah suatu pelayanan yang inovatif dalam intervensi
mutualisme. Perawatan yang berpusat pada pasien dan keluarga ini berlaku untuk
pasien dari segala usia, dan diterapkan dalam layanan kesehatan. Beberapa istilah
yang berkaitan dengan patient centered care yaitu sebagai berikut menurut
centered care (perawatan yang berpusat pada orang atau individu), Personalised
care (perawatan pribadi), Family centered care (perawatan yang berpusat pada
keluarga).
beragam dan kompleks serta interpretasinya heterogen (Ester & Sook-Hee, 2019),
Menurut Patient-Family Centered Care ada 4 inti dalam konsep pelayanan yang
2. Membagi Informasi, dalam hal ini perawat harus memberi informasi yang
keputusan perawatannya.
3. Partisipasi, dimana pasien dan keluarga terlibat untuk ikut serta dalam
dengan perawatan.
diperoleh pasien.
Araki , 2019):
Dimensi ini berpusat pada kualitas hidup pasien yang dipengaruhi oleh
kesehatannya
4. Kenyamanan Fisik
dampak penyakitnya terhadap dirinya dan orang lain, serta dampak kondisi
6. Keterlibatan keluarga
secara mandiri kepada pasien setelah pulang dari rumah sakit dengan
nutrisi.
8. Akses pelayanan
perawatannya.
untuk perawat menjadi salah satu elemen penting dalam menerapkan PCC
karena pasien dapat mengatur kesehatannya dengan lebih baik ketika mereka
terlibat dan didukung dalam perawatannya (Cheraghi, Esmaeili, & Salsali, 2017).
dapat mengurangi dampak negatif dari waktu kerja yang lama perawat. Selain itu,
PCC telah terbukti dapat meningkatkan outcomes pada pasien, dimana pasien
merasa puas dalam perawatan, bahkan dapat mengurangi biaya dan penggunaan
memiliki dampak yang positif pada pelayanan kesehatan. Selain itu, juga memberi
WHO (2015) terhadap pasien dan keluarganya, komunitas, tenaga kesehatan dan
2. Bagi Komunitas
17
layanan kesehatan
pelaksanaan PCC adalah empati (Oktaviana & Dwiantoro, 2018). Namun menurut
1. Kepemimpinan
misi bersama.
seharusnya tidak hanya untuk pasien tapi untuk penyedia layanan. Oleh
karena itu, Pasien dan keluarga juga harus begitu terlibat dalam kesehatan
rencana perawatan.
keperawatan.
4. Komunikasi
6. Transisi perawatan
Tidak ada defenisi yang jelas mengenai PCC, kurangnya program pendidikan
perawatan yang berfokus kepada penyakit bukan pada pasien, beban kerja
Hambatan yang lain dalam melaksanakan PCC selama resusitasi oleh tim atau
Selain itu hambatan lain dalam pelaksanaan PCC pada pasien dan keluarga
yaitu lingkungan yang terbatas, dimana terbatasnya ruang yang tersedia untuk
mendiskusikan hal yang bersifat rahasia, dukungan unit perawatan, waktu yang
terbatas saat proses pergantian shift, potensi pelanggaran informasi pasien (Falgg,
2015).
21
rumah sakit pada tahun 2012 hingga 2017. KARS mengharuskan rumah sakikt
kepada pasien dan efisien dalam pemakaian sumber daya yang tersedia di
sesuai dengan kebutuhan, harapan, nilai dan kultur budaya yang dapat
pemulangan.
Maksudnya untuk mencapai hasil mutu dan kualitas hidup pasien yang
melindungi pasien dan tenaga kesehatan dari penggunaan obat yang tidak
pengobatannya.
2. Studi Fenomenologi
dimulai oleh Edmund Husserl salah satu toko pertama pendiri dan dikembangkan
yang lain dalam memahami inti dari suatu fenomena berdasarkan prespektif
merupakan cara yang valid atau sesuai dalam penelitian (Eddles-Hirsch, 2015).
pengalaman partisipan dapat dialami juga oleh peneliti dengan cara yang sama
(Polit & Beck, 2012). Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan wawancara
25
(Polit & Beck, 2012; Yuksel & Yildirim, 2015). Selain itu, dengan studi
sehingga dapat membantu dalam menjawab pertanyaan serta tujuan penelitian ini
(Khan, 2014).
Heidegger. Beberapa literature yang membahas ide mereka yang bertujuan untuk
melihat peredaan yang jelas antara fenomenologi Deskriptif oleh Husserl dan
fenomenologi adalah sebagai berikut (Gill, 2014; Polit & Beck, 2012):
1. Descriptive Phenomenology
istilah fenomenologi menunjukkan pada dua hal yaitu metode deskriptif jenis baru
diri dari teori-teori yang diketahuinya. Metode ini menjadi fenomena yang
26
dimurnikan, yang berarti bebas dari asumsi, praduga, keyakinan atau pendapat
terkait fenomena tersebut. Langkah yang kedua yaitu Intuiting merupakan mampu
melihat esensi melalui intuisi, peneliti terbuka terhadap ide terkait dengan realita
analisa data dalam fenomenologi deskriptif ini dapat menggunakan proses analisa
data dengan Collaizi, Giorgi dan Van Kaam (Polit & Beck, 2012; Gill, 2014)
2. Interpretive Phenomenology
yang berbeda pada subjek dan metode dalam penelitian, Makna dari deskripsi
Max Van Manen (1990), analisa dara menggunakan metode yang merupakan
approach, peneliti mencari makna dari suatu pengalaman dengan membaca dan
mengamati pertanyaan yang paling sering muncul dalam esensial dari pengalaman
keseluruhan dan menemukan makna dari teks tersebut. Dengan ketiga metode
terbut peneliti akan menemukan tema yang merupakan objek refleksi dan
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
tersebut dalam bentuk data (Polit & Beck, 2012). Sesuai dengan tujuannya,
pengalaman yang dialami oleh partisipan sesuai kondisi atau realita yang dialami
perawat pelaksana dalam menerapkan patient centered care (PCC) di ruang rawat
pemahaman secara terperinci, membutuhkan deskripsi yang kaya dan padat serta
analisa yang rinci terkait pengalaman yang dialami partisipan. Oleh karena itu,
mendalam.
28
29
diketahui oleh peneliti. Intuiting, pada tahap ini peneliti mengumpulkan data
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, yang telah lulus uji Akreditasi Rumah
Sakit oleh KARS 2017 di tahun 2019. Selain itu penelitian terkait patient
cemtered care belum pernah diteliti di rumah sakit Universitas Sumatera Utara.
hingga Juni 2021. Sedangkan Penyusunan proposal penelitian sudah dimulai sejak
Oktober 2020.
kebutuhan informasi (saturasi data). Dimana data yang diperoleh sudah sesuai
pola, kategori dan demensi fenomena yang diteliti dan peneliti tidak mendapatkan
30
informasi baru dari partisipan penelitian ini (Polit & Beck, 2012; Eddles-Hirsch,
2015).
Menurut Morse Polit & Beck (2012) Jumlah partisipan yang diperlukan
partisipan yang dibutuhkan. Sehingga tidak ada aturan atau batasan untuk
menentukan jumlah partisipan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti dapat
sampling, yaitu memilih partisipan yang bermanfaat untuk penelitian ini dan
sesuai dengan kebutuhan informasi dan tujuan dalam penelitian (Polit & Beck,
2012). Oleh karena itu, Partisipan yang dipilih untuk penelitian ini mampu
sakit.
sesuai, sebagai berikut: (1) perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit
minimal 3 tahun di rumah sakit Universitas Sumatera Utara, (3) perawat dengan
pendidikan terakhir minimal profesi ners, (4) perawat yang terlibat dalam
31
menerapkan metode PCC kepada pasien di rumah sakit USU, (5) bersedia menjadi
4. Pengumpulan Data
4.1 Metode
makna pengalaman dari fenomena yang dibagikan partisipan (Polit & Beck,
semi terstruktur yang kalimat pertanyaannya terbuka (open ended question) sesuai
4.2 Alat
32
merupakan alat yang utama. Oleh karena itu, peneliti wajib memiliki kemampuan
dalam menganalisa data penelitian dan memakai alat dalam mengumpulkan data.
partisipan, panduan wawancara, dan field note (catatan lapangan). Alat bantu
tambahan yaitu alat perekam suara digital dan media komunikasi yang digunakan
saat wawancara.
topik penelitian. Panduan wawancara diuji validitas oleh seorang dosen Fakultas
dan penelitian ini. Tujuannya untuk menilai relevansi setiap item pertanyaan yang
penelitian ini.
terdapat informasi mengenai data identitas partisipan berupa nama, umur, jenis
33
kelamin, lama waktu bekerja di rumah sakit USU, pendidikan. Kuesioner ini diisi
dilihat, didengar, dipikirkan, dialami saat wawancara. Hali ini berupa dokumentasi
respon non-verbal selama proses wawancara berlangsung. Field note berisi kode
Alat bantu tambahan dalam penelitian ini adalah alat perekam suara dan
media komunikasi online. Alat perekam suara digital yang digunakan adalah voice
dinyatakan lulus uji etik (ethical clereance) oleh komite etik penelitian
perawat pelaksana agtau calon partisipan penelitian yang sesuai dengan kriteria
dengan partisipan secara bertahap baik langsung maupun melalui media online.
peneliti. Kemudian peneliti melakukan kontrak waktu dan tempat atau media
terkait penelitian. Pilot study ini dilaksanakan pada salah satu partisipan yang
lain.
waktu yang telah disetujui bersama dengan partisipan. Pertanyaan yang diajukan
dengan teknik probing, sehingga mendapatkan informasi yang lebih banyak dari
5. Pertimbangan Etik
memiliki tanggung jawab yang besar dalam penelitian ini (Sanjari, et al., 2014).
Oleh karena itu, Sebelum melakukan pengumpulan data, penelitan ini telah
Sumatera Utara pada tanggal 04 April 2021. Oleh karena itu, penelitian ini
penelitian ini untuk melindungi partisipan. Selain itu, saat menjelaskan informasi
berdasarkan Polit dan Beck (2012) yaitu menghormati harkat dan martabat
(beneficience).
ini (autonomy). Setelah partisipan setuju dan bersedia menjadi partisipan dalam
hanya digunakan dalam penelitian ini saja (confidentiality). Peneliti juga menjaga
dalam catatan pengumpulan data apabila dipublikasi (anonimity) atau tanpa nama.
bosan saat wawancara. Maka dari itu, partisipan diberikan kebebasan untuk
6. Analisa Data
menganalisa data satu persatu. Metode untuk menganalisa data dalam studi
fenomenologi menggunakan metode Collaizi (1978 dalam Polit & Beck, 2012).
dilakukan peneliti berdasarkan metode collaizi ini meliputi: (1) membaca semua
transkip wawancara untuk memahami dan merasakan apa yang dialami oleh
didiapat. Peneliti harus teliti agar tidak membuat kesalahan arti dari pernyataan
suatu deskripsi yang lengkap serta menarik sesuai dengan topik penelitian, (6)
sebagai pernyataan identifikasi yang tegas, (7) mengembalikan hasil yang didapat
of data) untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya dalam penelitian
dalam penelitian ini dapat dipercaya. Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan
Credibilty dalam penelitian ini dengan 2 metode yaitu prolonged engagement dan
partisipan lebih dalam. Selanjutnya member check, dalam hal ini peneliti
pernyataan dan kategori yang tidak sesuai dengan presepsi partisipan. Peneliti
memberi kebebasan untuk partisipan membantah hasil analisa, apabila ada yang
apabila penelitian ini diulang oleh peneliti lain. Strategi yang dilakukan peneliti
39
semua hasil dari pengumpulan data dalam penelitian. Kemudian menunjukkan dan
yang terjadi sesungguhnya pada partisipan. Tanpa ada pengaruh dari motivasi
ataupun kepentingan peneliti. Sehingga hasil penelitian ini nanti dapat dikuatkan
atau dikonfirmasi oleh peneliti lain. Startegi yang dilakukan untuk mencapai
kelompok atau tempat lain. Strategi yang dilakukan peneliti untuk mencapai
(thick description). Dengan cara menuliskan seluruh hasil penelitian secara detail,
sakit dalam keadaan pandemi COVID-19. Oleh karena itu, Peneliti hanya
peneliti sedikit kesulitan dalam melihat respon ataupun ekspresi wajah partisipan
untuk melakukan kunjungan langsung dalam waktu yang lama di ruang rawat
Keterbatasan dalam penelitian yaitu berasal dari peneliti sendiri yang baru
sebuah instrumen dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut salah satunya yaitu
partisipan.
BAB 4
1. Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu,
centered care di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
pelaksana di Ruang rawat inap Cendana dan Meranti Rumah sakit Universitas
rumah sakit Universitas Sumatera Utara selama 3 hingga 9 tahun, selama 3 tahun
ada 1 orang, 4 tahun ada 1 orang, 5 tahun ada 3 orang, 8 tahun ada 1 orang, dan
bahkan 9 tahun ada 2 orang. Seluruh partisipan dalam penelitian ini dengan
pendidikan terakhirnya profesi ners dan pernah mengikuti seminar dan pelatihan
Sumatera Utara, namun belum pernah mengikuti seminar atau pelatihan menegnai
41
42
Dari hasil analisis data yang menggunakan metode Colaizzi pada hasil
patient centered care (PCC) di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara. adapun kesembilan tema tersebut yaitu : (1) Menghormati nilai-
nilai, keunikan, pilihan dan privasi pasien, (2) Melaksanakan pelayanan yang
pasien, (3) Melibatkan keluarga pasien dalam merawat pasien di rumah sakit, 4)
Melakukan komunikasi dan edukasi yang efektif dalam proses asuhan pasien, (5)
pelayanan yang berfokus pada pasien, (6) Menghadapi kendala kerja dari pihak
Hal ini diwujudkan patisipan dengan menghormati setiap nilai-nilai yang dianut
pasien, menerima setiap keunikan pasien dan keluarga, menerima pilihan dan
kerahasaiaan pasien.
dan keluarga, dengan menerima pasien sebagai individu yang memiliki kebutuhan
dan karakter berbeda-beda, Hal itu seperti yang diungkapkan partisipan dibawah
ini:
“…karakter pasien dan keluarga gak sama yakan, ada yang dia
bangsanya karakternya emosional dia hanya mau mementing dirinya
sendiri nggak memikirkan orang lain, yang dia tidak paham tetapi marah-
marah dia tidak mengerti pun marah-marah pokoknya diajak komunikasi
pun rasanya dia tidak gimana ya nggak mau gitu, banyak juga seperti itu
tapi gitulah…” (P1)
Selain itu, partisipan menerima apapun pilihan dan keputusan pasien. Hal
mengadakan diskusi yang rahasia mengenai pasien di ruangan tertentu. Berikut ini
dan spiritual pasien. Hal ini dilaksanakan partisipan dengan memenuhi kebutuhan
biologis pasien dengan melakukan pengkajian yang fokus pada keluhan pasien
memenuhi kebutuhan nutrisi dan mobilisasi pasien secara adekuat serta kebutuhan
medis pasien. Hal tersebut sesuai kutipan dari pernyataan partisipan berikut ini:
“…dia kan pasiennya itu pasien stroke nah kebutuhan dia itu
seperti apa, berartikan pemenuhan nutrisi yang harus kita buat
apanamanya kita berikan secara adekuat. Kemudian Mobilisasi, kita juga
harus berikan apanamanya kita harus berikan intervensi mobilisasinya
bila pasien itu sudah terdiagnosa medis stroke gitukan…” (P2)
“…kita bantu memenuhi kebutuhan terapi medisnya gitu, itukan
yang diinstruksi dokter dulu…” (P8)
kebutuhan rasa nyaman pasien dengan memberi ruangan yang nyaman, tenang,
serat mengubah posisi pasien. Hal ini disampaikan oleh partisipan dengan
tepat sesuai kebutuhan fisik pasien. Hal ini dilaksanakan oleh partisipan dengan
yang sesuai:
perempuan aja gitu. Pokoknya gitu saya rangkul dulu saya tanya gitukan
kasi sentuhan…” (P5)
“…komunikasi yang baik ya kita perkenalan dan meyakinkan
pasien bahwa saya la perawat yang akan merawatnya dan berusaha
semaksimal munkin untuk menjaganyanya...” (P7)
berikut:
keluarga dalam merawat pasien di rumah sakit. Hal ini diwujudkan partisipan
dengan mendukung peran keluarga terhadap pasien di rumah sakit dan bekerja
kepada keluarga terkait penyakit pasien dan setiap intervensi yang akan dilakukan
keluarga dalam perawatan pasien di rumah sakit. Hal ini dilaksanakan dengan
pasien dengan meminta persetujuan dari keluarga apabila pasien tidak sadar,
pasien. Dimana keluarga terlibat dalam pemberian obat dan memobilisasi pasien.
partisipan:
Pasien
efektif kepada pasien dan keluarga serta tenaga kesehatan, memberikan informasi
tentang pelayanan dan asuhan pasien, serta memberi edukasi secara mandiri
melakukan komunikasi efektif saat diskusi dengan pasien dan keluarga serta saat
dan keluarga, memakai bahasa yang mudah dimengerti pasien dan sesuai dengan
budaya pasien, menggunakan tehnik bahasa tubuh dan mendengarkan keluh kesah
dengan pasien dan keluarga. Dimana partisipan menjadi fasilitator pasien keluarga
permasalahan pasien, dan melakukan negosiasi dengan pasien yang tidak mau
menerima donor darah. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan sebagai
berikut:
“…ada juga pasien itu yang tidak boleh dia menerima misalnya
pasien itu membutuhkan darah karena kebudayaannya tidak boleh nerima
donor dari orang lain makanya di edukasi la Kita berikan edukasi
bahwasanya itu harus diberikan dan tidak menyalahi dari kebudayaan
mereka sendiri…” (P1)
dokter mengenai pasien, komunikasi dengan dokter dan farmasi mengenai obat
pasien, komunikasi dengan dokter dan ahli gizi mengenai nutrisi pasien,
kolaborasi dengan fsioterapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut:
pelayanan dan asuhan kepada pasien dan keluarga. Hal ini dilakukan oleh
diterima pasien, serta pelayanan lanjutan (rawat jalan) pasien di rumah sakit.
Informasi yang diberi partisipan kepada pasien mengenai fasilitas dan perawatan
di rumah sakit berupa orientasi mengenai rumah sakit dan ruangan secara jelas
prosedur medis yang sedang dijalani pasien dan peralatan yang terpasang pada
pasien dengan jelas. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh partisipan sebagai
berikut:
control ke poli pada pasien. Hal tersebut sesuai dengan penyataan partisipan
sebagai berikut:
“…kalau mau pulang selalu kita ingatkan gitu walaupun gak ada
apa harus selalu kita ingatkan harus rutin untuk control…” (P5)
“…apa apa aja yang bakal dia bawa ke control, kemana dia
control kadang adakan yang dari rawat inap ada 3 dokter penanggung
jawabnya nanti setelah ini kemana setelah ini kemana itu tetap kita
edukasi…” (P5)
“…dikasi tau dia control ke poli ini nanti ya bu. Dan dijelaskan
lagi nanti misalnya nanti pas kalau jam control eh jam waktu controlnya
itu…” (P3)
mengedukasi pasien dalam pemberian insulin secara mandiri dan pemberian terapi
medikasi, edukasi pemberian dan efek samping obat, serta edukasi tindakan
operasi yang akan dilakukan kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan
keluarga dalam pemberian nutrisi pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan
“…kalau mau memberi makan lewat NGT pasti kita ajarkan juga
keluarga, yang pertama ya kita suru keluarga untuk melihat kita dulu
bagaiamana cara kita memberi makan…” (P7)
motivasi. Dalam hal ini, Partisipan sebagai perawat mendapatkan kepuasan dalam
bekerja dari berbagai pihak, partisipan mendapatkan dukungan dari tim kerja,
dukungan dari pemimpin di rumah sakit, serta mendapat dukungan dalam diri
sendiri.
Hasil dari kepuasan bekerja yang diterima partisipan, yang tergambarkan dari
mutu rumah sakit. Kepuasaan partisipan saat merawat pasien terwujud dengan
merasa puas dengan perawatan yang diberikan kepada pasien dan apabila pasien
hasil dalam kepuasan bekerja terlihat meningkatnya kepuasan pasien yaitu dapat
meningkatkan outcome dan kepuasan pasien serta pasien merasa lebih nyaman
PCC ini dapat meningkatkan kualitas dan citra rumah sakit di masyarakat. Berikut
mendapatkan dukungan dari pemimpin di rumah sakit yang berupa arahan dari
kepala ruangan dan motivasi dari manajer rumah sakit. Arahan yang diterima
partisipan dari kepala ruangan yaitu diingatkan untuk memberikan pelayanan yang
prima kepada pasien, tidak lupa mengedukasi pasien, lebih teliti, memberikan
kenyamanan pada pasien dan melakukan tindakan sesuai dengan SOP. Hal
yaitu partisipan diingatkan direktur dan manajer rumah sakit untuk memberikan
pelayanan yang prima kepada pasien. Seperti pernyataan partisipan berikut ini:
Selain itu, dukungan juga diterima partisipan dari tim kerjanya, Dukungan
yang diterima partisipan berupa perhatian dari tim kerja saat handover, serta
dukungan untuk saling melengkapi dalam bekerja tim sesama perawat. Sesuai
dukungan itu dari dalam diri sendiri. Dimana partisipan kerap menyadarkan diri
sendiri terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan sepenuh hati, memotivasi diri
59
serta tim untuk ikhlas dan tetap waspada dalam memberikan pelayanan kepada
1.2.6. Menghadapi kendala kerja dari pihak pasien dan tenaga kesehatan di
rumah sakit
membutuhkan kerja sama yang baik dari berbagai pihak yang terlibat yaitu pasien
dan keluarga, juga dengan para pemberi asuhan (PPA) di rumah sakit. Oleh
karena itu, selama menerapkan patient cenered care partisipan juga berupaya
menghadapi kendala kerja untuk mencapai kerja sama yang baik tersebut, dimana
partisipan mengahadapi kendala kerja yang berasal dari pihak pasien dan
Kendala kerja dari pihak pasien yang dihadapi partisipan yaitu kesulitan
dengan pasien dan keluarga ini terjadi karena pasien dan keluarga yang tidak
mudah terpengaruh orang lain dan sulit diajak bekerja sama. Hal ini sesuai dengan
keluarga pasien. Hal ini terjadi saat partisipan berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga yang berbahasa daerah dan tidak paham bahasa indonesia, serta
komunikasi dengan pasien dari luar negeri dan bahasa inggris pun tidak paham.
dan keluarga yang dialami partisipan juga terjadi saat memberi informasi pada
pasien dari luar kota tanpa pendamping yang paham serta kurangnya komunikasi
Selain kendala kerja yang dari pihak pasien, partisipan juga menghadapi
kendala kerja dari para tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Hal ini terjadi
karena keterbatasan yang dimiliki perawat dalam bekerja dan kurangnya kerja
sama antar tenaga kesehatan. Keterbatasan yang dimiliki perawat dalam bekerja
timbul dari beban kerja perawat yang tinggi, kurangnya SDM perawat di ruangan,
serta kurangnya pemhaman perawat mengenai konsep PCC. Hal ini sesuai dengan
lain, hanya perawat dan dokter yang sempat berkolaborasi, dokter anak yang tidak
2. Pembahasan
ruang rawat inap rumah sakit Universitas Suamtera Utara. Peneliti mengulas
keunikan, pilihan dan privasi pasien. dalam penelitian ini diketahui bahwa
keunikan pasien dan keluarga, menerima pilihan dan keputusan yang diberikan
pasien, serta menjaga kebutuhan privacy atau kerahasaiaan pasien. Hal ini sejalan
dengan studi fenomenologi yang dilakukan oleh Marti, Andarini, & Lestari (2015)
dalam menerapkan PCC saat resusitasi, tim menghargai pasien, pilihan dan
hasil penelitian ini, bahwa partisipan menerima semua pasien tanpa membedakan
dengan budaya pasien. Menurut SNARS 2017, standar pelayanan yang berfokus
kepercayaan pasien (standar HPK 1.1). Didukung juga oleh penelitian Lestari,
jauh dengan budaya perawat itu sendiri. Hasil penelitian Berghout, Exel,
kebutuhan dan karakter yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pengertian
pasien dan keluarga menurut SNARS 2017, yaitu pribadi yang unik dengan sifat,
sikap, perilaku yang berbeda-beda. Menurut Martha E. Rogers (dalam Kasiati &
dengan menghargai apapun pilihan dan keputusan yang diberikan pasien tentang
untuk menolak perawatan bila tidak bersedia. Dalam SNARS 2017, standar
67
dalam pengambilan keputusan dan memberitahu hak pasien untuk menolak atau
mengenai pasien di ruangan tertentu. Temuan ini sama dengan penelitian Marti,
Andarini, & Lestari (2015) dalam penerapan PCC saat resusitasi, tim resusitasi
tindakan resusitasi, serta merahasiakan data dan informasi terkait kondisi pasien.
Hal ini juga sesuai dengan pelayanan yang berfokus pada pasien dalam SNARS
2017 terkait hak pasien, yaitu rumah sakit diminta untuk menjaga kerahasian
kebutuhan biologis, fisik, psikologis dan spiritual pasien. Hal ini terwujud dalam
usaha partisipan dalam memenuhi kebutuhan pasien baik secara biologis maupun
spiritual pasien.
dengan mengkaji dan memenuhi kebutuhan pasien sesuai keluhan dan diagnosa
68
medis pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian Syahbana (2017), menyatakan
aspek biologis sesuai dengan hasil diagnosis keperawatan. Didukung juga dalam
penelitian yang dilakukan oleh Riskiyah, Tita, & Juhairah (2017) berdasarkan
nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan dan gizinya, perawat juga memberi obat
baik yang diminum atau disuntikkan ke pasien dan mengecek nama pasien.
kebisingan, keadaan tempat tidur, serta pencahayaan yang terlalu terang atau
Penelitian oleh Marti, Andarini, & Lestari (2015) menemukan bahwa dalam
manajemen nyeri sesuai kebutuhan fisik pasien dengan pengkajian nyeri, tehnik
relaksasi dan pemberian analgetik. Didukung oleh penelitian Zulhani & Rossa
menurunkan tingkat nyeri pada pasien pasca-sectio cesarea. Hal ini sesuai dengan
standar pelayanan yang berfokus pada pasien dalam SNARS 2017 yang
69
menyatakan rumah sakit harus mendukung hak pasien terhadap manajemen nyeri
Oleh karena itu selama perawatan pasien, partisipan turut memberikan dukungan
dengan memfasilitasi hal yang disukai pasien. Temuan ini sejalan dengan
sosial dengan pasien, melalui membina hubungan saling percaya dengan berbagai
dan keluarga, antar profesi perawat dan kesehatan di ruangan ICU. Penelitian
Lateef & Mhlongo (2020) mendapati konsep PCC dapat meningkatkan hubungan
penilaian pelayanan yang berfokus pada pasien dalam standar HPK 1.1 SNARS
2017 yaitu Rumah sakit harus menanggapi permintaan pasien terkait dukungan
70
agama atau bimbingan kerohanian. Namun penelitian yang dilakukan oleh Haris,
Auliyantika, Fajar, Aliyah, & Afandi (2020), pasien merasa perawat belum
keperawatan.
care, Partisipan turut melibatkan keluarga dalam merawat pasien di rumah sakit.
Hal ini sesuai dengan SNARS 2017 standar pelayanan yang berfokus pada pasien
(dalam HPK. 2) yakni rumah sakit mendukung partisipasi pasien dan keluarga
dalam proses asuhan. Kegiatan ini dilakukan partisipan dengan mendukung peran
keluarga terhadap pasien di rumah sakit dan bekerja sama dengan keluarga dalam
pasien. Kegiatan-kegiatan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marti,
Andarini, & Lestari (2015) dalam menerapkan PCC tim resusitasi melibatkan
keluarga selama proses resusitasi pasien dan keluarga sebagai pendamping pasien
dan intervensi yang akan dilakukan kepada pasien. Dalam penelitian Marti,
Andarini, & Lestari (2015) juga menyatakan bahwa dalam menerapkan PCC saat
71
pasien dan prognosis pasien, tindakan apa yang akan dilakukan, kemungkinan
yang terjadi, resiko setiap tindakan baik apabila tindakan itu dilakukan atau tidak
selama proses resusitasi. Dan sesuai dengan SNARS 2017 dalam standar
dan keputusan dari keluarga, partisipan juga melibatkan keluarga merawat pasien
di rumah sakit seperti dalam pemberian obat dan memobilisasi pasien. Kegiatan
sebelumnya sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Fauzan & Widodo
(2019), bahwa dalam patient centered care keluarga berhak terlibat dalam proses
& Lestari (2015) juga menyatakan dalam penerapan prinsip PCC, keluarga juga
keluarga dalam merawat pasien sesuai dengan temuan Tanaem, Dary, & Istiarti,
(2019) di rumah sakit Soe, dalam menerapkan family centered care perawat
Novella, & Goncalves (2015) juga menyebutkan bahwa keluarga berperan dalam
pasien
dan edukasi yang efektif dalam proses asuhan pasien. Memberikan asuhan pasien
merupakan hal yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dan
informasi (KARS, 2017). Oleh karena itu, kegiatan ini diajalankan partisipan
dengan melakukan komunikasi efektif kepada pasien dan keluarga serta tenaga
kepada pasien dan keluarga serta tenaga kesahatan. Hal tersebut dilaksanakan
bahasa yang mudah dimengerti pasien, serta aktif mendengarkan pasien. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marti, Andarini, & Lestari (2015)
komunikasi efektif saat diskusi dengan pasien dan keluarga, dimana partisipan
yang baik dalam penerapan PCC di ICU, untuk menjembati komunikasi yang baik
dengan pasien atau keluarga sehingga pengambilan keputusan klinis pada pasien
73
kritis berjalan dengan baik (Setianingsih, Susilaningsih, & Anna, 2018). Lalu,
catatan pasien, dan komunikasi efektif dengan dokter, farmasi, ahli gizi,
fsioterapis saat kolaborasi mengenai asuhan pasien. Temuan peneliti ini sesuai
dengan standar pelayanan yang berfokus pada pasien dalam SNARS 2017 yaitu
informasi dan hasil asuhan pasien dikomunikasikan antarstaf klinis selama bekerja
dalam sif atau antarsif (MKE 5). Dalam penerapan PCC saat resusitasi pun,
kolaborasi tim dilakukan oleh perawat dan dokter dengan pembagian peran dan
tugas yang jelas, dan komunikasi menjadi bagian kolaborasi (Marti, Andarini, &
Lestari, 2015)
asuhan kepada pasien dan keluarga. Kegiatan ini dilaksanakan partisipan dengan
memberi informasi mengenai fasilitas dan perawatan yang diterima pasien berupa
orientasi rumah sakit dan ruangan, informasi prosedur medis dan peralatan yang
obat yang akan diberikan. Sesuai dalam elemen penilaian standar Manajemen
komunikasi dan edukasi (MKE 2) pelayanan yang berfokus pada pasien dalam
SNARS 2017, rumah sakit menjelaskan akses terhadap pelayanan yang disediakan
oleh rumah sakit. Namun, Ernawati & Lusiani (2019) meneliti pengalaman pasien
74
dalam penerapan PCC di rumah sakit, menemukan bahwa pasien masih kurang
dari perawat.
edukasi mandiri kepada pasien dan keluarga. Hal ini sesuai dengan standar
seperti mengedukasi pemberian insulin dan terapi serta prosedur medis atau
pasien dirumah, obat-obatan yang dibawa pulang. Hasil temuan yang didapatkan
Namun dalam penerapan PCC saat resusitasi, edukasi dilakukan kapada keluarga
oleh partisipan dalam penelitian Marti, Andarini, & Lestari (2015) edukasi
diberikan tim apabila keluarga menolak suatu tindakan atau ketika keluarga
meminta untuk tetap meneruskan resusitasi padahal sudah melebihi batas yang
ditentukan.
75
dukungan baik dari tim kerja, pemimpin di rumah sakit, dan bahkan mendapat
pelayanan yang berfokus pada pasien. Hasil kepuasan bekerja yang dimaksud
partisipan adalah kepuasaan saat merawat pasien apabila pulang dalam keadaan
sehat dan perawat lebih peka kepada pasien, meningkatnya kepuasan pasien
seperti outcomes dan kenyamanan pasien, lalu meningkatnya mutu kualitas rumah
sakit. Sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Purwandari, dkk
puas untuk membantu pasien. Hasil temuan oleh Casu, Gremigni dan Sommaruga
kepuasan dan kualitas pasien. Selain itu, pasien dalam penelitian Riskiyah, Tita, &
sejalan juga dengan penelitian oleh Sinaga (2021) menunjukkan bahwa terdapat
76
motivasi. Salah satunya dukungan dari pemimpin di rumah sakit yaitu berupa
arahan dari kepala ruangan untuk tidak lupa mengedukasi pasien, lebih teliti,
melakukan tindakann sesuai SOP. Mendapat motivasi juga dari manajer rumah
sakit untuk memberikan pelayanan prima kepada pasien. Hasil penelitian Rahmi
(2020) juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang paling dominan
dan mengatasi perilaku yang tidak profesional dapat mendukung penerapan PCC.
pelaksanaan PCC.
Selain itu, dukungan juga diterima partisipan dari tim kerja yaitu saat
melengkapi dan mendukung dalam bekerja. Hal ini hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jardien-Baboo, Rooyen, dan Ricks (2016) salah
satu faktor yang mempengaruhi penerapan PCC adalah lingkungan kerja yang
positif, dimana perawat bertanggung jawab dalam pergantian shift dan merasa
dirinya sendiri berupa kesadaran diri untuk melakukan pekerjaan dengan sepenuh
hati, ikhlas dan tetap waspada. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Marti, Andarini, & Lestari (2015) bahwa faktor-faktor yang
mendukung terlaksananya patient centered care saat resusitasi yaitu salah satunya
faktor internal anggota tim yang berupa motivasi dan kesadaran dari diri masing-
rumah sakit
terutama dalam bekerja, begitupun dengan penerapan patient centered care oleh
tersebut baik dari pihak pasien dan menghadapi kendala kerja dari para tenaga
Kendala kerja yang dihadapi partisipan berasal dari pihak pasien seperti
kesulitan membangun kerja sama karena pasien dan keluarga terkadang tidak
dipengaruhi orang lain. Hal ini juga sama dengan penelitian Kumalasari, Ciputri,
& Suhartini (2019) salah satu kondisi yang dihadapi perawat dalam membina
hubungan dengan pasien dan keluarga adalah stressor dari pasien. Lalu, kesulitan
daerah, ada juga pasien dari luar negeri tidak paham bahasa indonesia dan bahasa
inggris sehingga sulit berbagi informasi. Hal yang sama juga dialami partisipan
78
dalam penelitian Marti, Andarini, & Lestari (2015) bahwa dalam menerapkan
prinsip PCC saat resusitasi, tim juga mengahapi hambatan dari segi bahasa dan
kerja dari para tenaga kesehatan yang tersedia di rumah sakit. Hal ini terjadi
beban kerja yang tinggi, sumber daya manusia yang kurang, dan kurangnya
Rooyen, dan Ricks (2016) kendala yang dirasakan oleh perawat dalam
menerapkan patient centered care yaitu kurangnya sumber daya yang memadai,
Selanjutnya kurangnya kerja sama antar tenaga kesehatan karena partisipan sulit
menyesuaikan waktu berkolaborasi dengan profesi lain, dokter yang tidak standby
waktu untuk berkolaborasi secara langsung, kurangnya tenaga medis pada bagian
gizi dan tidak seimbangnya jumlah pasien dengan tenaga yang tersedia. Kemudian
Lateef & Mhlongo (2020) menyatakan sumber daya yang kurang mengakibatkan
produktivitas dan komitmen yang rendah dalam penerapan PCC, oleh karena itu
menyimpulkan bahwa model case management yang dipimpin oleh case manager
yang dapat dipegang oleh perawat dengan kriteria tertentu, mampu mewujudkan
pelayanan kesehatan berbasis PCC. Case mangement ini terdiri dari beberapa
proses yaitu identifikasi klien dan seleksi, pengkajian dan identifikasi masalah,
1. Kemsimpulan
Patient centered care (PCC) di rumah sakit Universitas Sumatera Utara yaitu
dan keluarga, menerima apapun pilihan partisipan serta menjaga privacy pasien.
pasien baik itu kebutuhan secara biologis, fisik (fokus pada kenyamanan dan
juga melibatkan keluarga pasien dalam perawatan pasien di rumah sakit, dengan
mendukung peran keluarga terhadap pasien dan bekerja sama dengan keluarga
dalam merawat pasien di rumah sakit. Selain itu, partisipan juga melakukan
menerapkan komunikasi efektif kepada pasien dan keluarga serta antar tenaga
pasien, lalu memberikan edukasi secara mandiri kepada pasien dan keluarga.
berfokus pada pasien, kepuasan kerja yang diterima partisipan terlihat dari
kepuasan saat merawat pasien, kepusan pasien dan mutu rumah sakit meningkat.
Kemudian, partisipan menerima dukungan berupa motivasi dari tim kerja dan
80
81
arahan pemimpin di rumah sakit, serta dukungan dari dalam diri. Disamping
care, partisipan dalam penelitian ini menghadapi berbagai kendala kerja yang
berasal dari pihak pasien dan keluarga, bahkan dari sesama tenaga kesehatan di
2. Saran
penerapan patient centered care yang efektif di rumah sakit agar mahasiswa
centered care dengan baik ketika praktek di rumah sakit. Hasil penelitian ini juga
ditingkatkan oleh kepala ruangan agar penerapan patient centered care (PCC)
dalam lagi mengenai penerapan patient centered care dengan menambah metode
82
83
Ernawati, E., & Lusiani, M. (2019). Pelaksanaan Patient Centered Care Prespektif
Pasien dan Perawat di RS dr. Dradjat Prawiranegara Serang. Falatehan Healt
Journal , 6 (3), 83-90.
Ester, S., & Sook-Hee, Y. (2019). Development of the Patient-Centered Nursing
Culture Scale for Hospitals. J Korean Acad Nurs , 49 (No.5).
Falgg, A. (2015). The Role of Patient Centered Care in Nursing. School of
Nursing, Middle Tennessee State University , 75-86.
Fauzan, A., & Widodo, H. (2019). Hubungan Pelaksanaan Patient centered Care
dengan Pengalaman Klien Rawat inap Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin.
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan , 10 (2), 505-518.
Gill, M. J. (2014). The Possibilities of Phenomenology for Organizational
Research. Organizational Research Methods .
Gluyas, H. (2015). Patient-centered Care: Improving Health Care Outcomes.
Nursing Standard , 30, 50-57.
Gusmano, M., Maschke, K., & Solomon, M. (2019). Patient-Centered Care, Yes;
Patient as Consumers, No. Health Affairs , 38, 368-373.
Haris, F., Auliyantika, Y., Fajar, B., Aliyah, W. J., & Afandi, M. (2020).
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Terpasang Alat Medis: Presepsi
Pasien. Jurnal Keperawatan , 12 (1), 79-84.
HUMAS USU. (2019). Tentang RS USU Lulus Akreditasi Paripurna. diambil
pada tanggal 16 November 2020, dari https://www.usu.ac.id/id/2191-rs-usu-
lulus-akreditasi-paripurna.html
Hwang, J.-I., Kim, S., & Chin, H. (2019). Patient Participation in Patient Safety
and Its Relationships with Nurses' Patient-Centered Care Competency,
Teamwork, and Safety Climate. Korean Society of Nursing Science .
Jardien-Baboo, S., Rooyen, D., & Ricks, E. (2016). Preceptions of Patient-
centered Care at Public Hospital in Nelson Mandela Bay. Health SA
Gesondheid .
Jarrar, M., Minai, M. S., Al-Bsheish, M., Meri, A., & Jaber, M. (2018). Hospital
Nurse Shift Length, Patient Centered Care and the Perceived Quality and
Patient Safety. International Journal Health Plann Management , 1-10.
Jo Delaney, L. (2017). Patient-centered Care as an Approach to Improving Health
Care in Australia. Collegian .
Joint Commission International. 2020. diambil pada tanggal 01 november 2020.
dari:AcreditedOrganization(online):https://www.jointcommissioninternationa
l.org/aboutjci/jciaccreditedorganizations/?c=Indonesia&a=Hospital%20Progr
am#q=indonesia&first=10&f:_Facet_Country=[Indonesia]
84
Polit, D., & Beck, C. (2012). Nursing research: Generating and Assesing
Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: 8th Edition, Wolters Kluwer
Health Lippincott Williams and Wilkins.
Purwandari, R., Rifai, A., Afandi, A. T., Kurniawan, D., & Rosyidi, K. (2019). A
Survey of Patient and Nurses Satisfaction toward Patient-centeredcare (PCC)
Implementation in Agricultural-Based Hospital Setting of Jember, Indonesia.
Pakistan Journal of Medical and Health Science , 13 (4), 1134-1137.
Rahmi, C. (2020). Analisi Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Patient
Centered Care (PCC) di Rumah sakit Umum Daerah Banda Aceh.
Reigada, C., Pais-Ribeiro, J. L., Novella, S. A., & Goncalves. (2015). The
Caregiver Role in Palliative Care : A Sistymatic Review of the Literatur.
Health Care Current Review , 3 (2).
Riskiyah, Hariyanti, T., & Juhariah, S. (2017). Pengalaman Pasien Rawat inap
terhadap Peneraparan Patient Cantered Care di RS UMM. Jurnal Kedoktran
Brawijaya , 29, 358-363.
Rosa, E. (2018). Patient Centered Care di Rumah sakit Konsep dan Implementasi.
Yogyakarta: LP3M
Rusmawati. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Perawat dalam
Menerapkan Patient Centered Care (PCC) di Rumah Sakit (Studi di RSUD
Dr. Harjono Ponorogo dan RSUD Dr. Iskak Tulungagung). Thesis .
Sailsman , A., Halley-Boyce , J., & Sailsman , A. (2018). Patient-centered Care
Coordination in Population Health Case Management. Nursing and Care
Open Acces Journal , 5 (4), 244-247.
Sanjari, M., Bahramnezhad, F., Fomani, F. K., Shogi, M., & Cheraghi, M. A.
(2014). Etichal Challenges of Researches in Qualitative Studies;m The
Necessity to develop a Spesific Guidline. Journal of Medical Ethic and
History of Medicine , 7 (14).
Setianingsih, E., Susilaningsih, S., & Anna, A. (2018, 386-391). Gambaran
Tingkat pengetahuan Perawat tentang Patient Centered Care (PCC) di Ruang
ICU RS di Kabupaten Kebumen. the 7th University Colloqium.
Sinaga, D. A. (2021). Hubungan Pelaksanaan Patient Centered Care dengan Mutu
Pelayanan Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit DR. Pringadi
Medan. Skripsi .
Squires A. & Dorsen C. (2018 ). Qualitative Research in Nursing and Health
Professions Regulation . Continuing education , 15-24.
Suharyati, D. (2020). Modul Model Simple Integrasi Etik dalam Pelayanan
Kesehatan Primer dan di Rumah Sakit. Sleman: DEEPUBLISH.
86
Lampiran 1
NIM : 171101130
Peneliti,
171101130
89
Lampiran 2
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.
Peneliti, Partisipan,
………………………………. ………………………………….
90
Lampiran 3
Nomor Partisipan :
Tanggal :
Lampiran 4
PANDUAN WAWANCARA
Pengalaman Perawat Pelaksana dalam Menerapkan Patient Centered Care (PCC)
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas sumatera Utara
Lampiran 5
FIELD NOTE
Kode Partisipan :
Media Wawancara :
Waktu Wawancara :
a. Mulai :
b. Selesai :
a. Posisi :
b. Non Verbal :
Lampiran 6
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1. Pengajuan Judul
2. Proses Persetujuan
Judul
3. Menyusun BAB I
4. Menyusun BAB II
5. Menyusun BAB III
6. Sidang Proposal
7. Perbaikan Proposal
8. Uji Validitas
Instrumen Penelitian
9. Pengumpulan Data
10. Analisa Data
11. Penyusunan Laporan
12. Sidang Akhir
Penelitian
13. Perbaikan Laporan
Akhir
14. Penyerahan Laporan
dan Manuskrip
94
Lampiran 7
TAKSASI DANA PENELITIAN
NO Kegiatan Biaya
1. Biaya pembuatan proposal penelitian Rp. 350.000
2. Transportasi Rp. 300.000
3. Souvenir Rp. 400.000
4. Biaya pembuatan skripsi Rp. 400.000
5. Uji etik dan izin melakukan penelitian Rp. 450.000
Total Rp. 1.900.000
95
Lampiran 8
RIWAYAT HIDUP
Nim : 171101130
Riwayat pendidikan :
Lampiran 9
97
Lampiran 10
98
Lampiran 11
99
Lampiran 12
100
Lampiran 13
Nim : 171101130
Judul Penelitian : Pengalaman Perawat Pelaksana dalam Menerapkan
Patient Centered Care di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara.
23
103
Lampiran 14
108
109
110