Anda di halaman 1dari 31

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh


infeksi virus dengue dari famili virus Flaviviridae dengan empat serotipe yaitu
DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Demam berdarah dengue atau
dengue berat biasanya menyerang anak usia muda dibawah 15 tahun, walaupun
hal ini dapat terjadi pada usia dewasa. Demam berdarah dengue (DBD) banyak
ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia
Tenggara, Amerika Tengah, dan Karibia. Menurut data WHO, dilaporkan bahwa
75% kasus demam denngue dari seluruh kasus di dunia berada di Asia-Pasifik.1,2
Menurut data CDC, seluruh daerah di Indonesia merupakan daerah yang
berisiko sering dan berkelanjutan terhadap infeksi dengue. Kasus demam dengue
terbesar di Indonesia berada pada wilayah Jawa Barat, sedangkan Kalimantan
Barat berada di urutan ke-8 dengan jumlah kasus 2.595 kasus pada tahun 2017.
Kabupaten Sintang berada di urutan ke-5 penyumbang angka infeksi demam
dengue untuk Kalimantan Barat, dengan jumlah kasus sebesar 304 kasus.3,4,5
Angka kematian (case fatality rate) pada kasus demam berdarah dengue
pada tahun 2017 berada pada angka 0,72% angka ini relatif menurun
dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum, angka kematian menurun di
setiap provinsi di Indonesia akan tetapi, di Kalimantan Barat angka kematian
berada pada angka 1,12%. Angka kematian diatas 1% dianggap tinggi.3
Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dan fokus terhadap
penanggulan demam berdarah dengue, mengingat Indonesia sebagai salah satu
daerah yang berisiko tinggi terinfeksi demam dengue.

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan mengaplikasikan penegekan diagnosis hingga penanganan
demam berdarah dengue secara teoritis dengan praktik dilapangan.
2

1.1.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui dasar-dasar teori penegakan diagnosis demam berdarah
dengue
2. Mengetahui dasar-dasar teori penanganan sederhana hingga
kegawatdaruratan dalam kasus demam berdarah dengue
3. Mengetahui pencegahan infeksi demam berdarah dengue guna menekan
angka kesakitan akibat infeksi dengue

1.2 Manfaat
1.2.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
1. Menambah wawasan mengenai penanggulangan demam berdarah
dengue
1.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
1. Memberikan informasi seputar demam berdarah dengue
3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue dari famili virus Flaviviridae dengan empat serotipe yaitu
DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Infeksi virus dengue bisa saja
asimtomatik ataupun menimbulkan penyakit dengan gejala yang ringan, sembuh
dengan sendirinya, maupun deman dengue berat yang ditandai dengan kebocoran
plasma sistemik yang dapat menyebabkan kematian. 1.U Demam berdarah dengue
atau dengue berat biasanya menyerang anak usia muda dibawah 15 tahun,
walaupun hal ini dapat terjadi pada usia dewasa.6
Demam berdarah dengue (DBD) memiliki karakteristik yaitu, adanya
peningktan permeabilitas pembuluh darah sehingga menyebabkan kebocoran
plasma, disertai demam tinggi, perdarahan, trombositopenia, dan
hemokonsentrasi, yang mana lama kelamaan dapat menyebabkan syok (Dengue
Syok Sindrom).2 Demam beradarah dengue dimulai dengan gejala demam yang
terus-menerus (continous fever) dan nyeri kepala disertai gejala respirasi dan
gastrointestinal disertai dengan nyeri menelan, batuk, mual muntah dan nyeri
perut.1,2,6

2.2. Epidemiologi
Demam berdarah dengue (DBD) banyak ditemukan di sebagian besar
wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, dan
Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agennya adalah virus dengue,
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk
Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia.6
4

Gambar 2.1. : Risiko Dengue Berdasarkan Letak Geografis7

Di Indonesia, Infeksi dengue pertama kali ditemukan di Surabaya pada


tahun 1968. Dilaporkan 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia.1 Menurut data kementerian kesehatan, yang dimuat dalam InfoDATIN
dengan judul Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia tahun 2017, di
laporkan bahwa terdapat 68.407 kasus terjadi pada tahun 2017. Angka ini
menurun dibanding pada tahun 2016, yaitu sebanyak 204.171 kasus. Kasus
terbanyak terjadi di Jawa Barat dan terendah di Maluku Utara. Kalimantan Barat
berada di urutan kedelapan dengan jumlah kasus 2.595 kasus. Untuk angka
kematian pasien dengan demam berdarah dengue tercatat provinsi Jawa Timur
berada diurutan pertama dan Kalimantan Barat di urutan keempat dengan jumlah
kasus 30 kasus.q Menurut data yang diambil dari Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2017, dilaporkan bahwa Kabupaten Sintang berada di
urutan yang kelima yaitu tercatat 304 kasus, sedangkan Kapuas Hulu berada
diurutan pertama dengan 385 kasus.3,4
5

2.3. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue
merupakan bagian dari genus Flavivirus dan famili dari Flaviviridae.2 virus
dengue berukuran 50 mm berisi rantai tunggal RNA. Virus dengue memiliki
panjang 11.644 nukleotida dan disusun oleh tiga struktur protein yang mengkode
core protein (C), a-membrane-associated protein (M), an envelope protein (E) dan
seven non-structural protein (NS) gen. Non struktural protein, pembungkus
glikoprotein atau NS1 merupakan salah satu alat diagnostik. NS1 berukuran
45kDa dan berhubungan dengan hemaglutinasi dan netralisasi virus.1,2,8
Terdapat 4 serotipe dari virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3,
dan DENV-4. Infeksi terhadap satu jenis serotipe akan menghasilkan kekebalan
tubuh seumur hidup terhadap serotipe tersebut. Semua jenis serotipe dapat ditemui
di Indonesia.6 DEN-3 merupakan serotipe yang paling dominan menyebabkan
demam dengue dengan masa inkubasi 10-14 hari.2 Infeksi dengue yang berulang
dengan serotipe yang berbeda atau infeksi dengan multipel serotipe memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk menjadi demam dengue yang berat hingga
menyebabkan dengue syok sindrom.8,9
2.4. Patogenesis
Penyebarannya terjadi melalui gigitan nyamuk Ae. Aegyptii. Virus dengue
masuk ke sirkulasi darah manusia melalu kulit. Selama fase akut, virus berada
dalam darah. Respon imun humoral dan selular berkontribusi untuk
menyingkirkan virus melalui aktifitas antibodi dan mengaktifkan CD4 dan CD8,
yang akan tetap bertahan hingga bertahun-tahun setelah infeksi dari satu jenis
serotipe.8
Infeksi primer atau infeksi pertama pada pasien dengan imun tubuh yang
lemah biasanya menyebabkan demam dengue. Infeksi dengue berikutnya dengan
serotipe yang berbeda menyebabkan gejala yang lebih parah seperti DBD atau
sindroma syok dengue (SSD). Manifestasi utama dari DBD/SSD adalah syok,
kebocoran plasma, perdarahan akibat koagulopati/trombositopenia secara tiba-tiba
yang muncul mendadak saat deman turun. Patogenesisnya belum diketahui, tapi
6

ada dugaan hubungan mediator inflamasi, aktivasi komplemen dan sitokin dengan
variasi gejala DHF/SSD ini.6

Gambar 2.2. Patofisiologi Demam Beradarh Dengue


Terdapat dua patafisiologi utama yang terjadi pada keadaan demam
berdarah dengue atau dengue syok sindrom. Yang pertama adalah peningkatan
permeabilitas pembuluh darah yang menyebabkan hilangnya cairan plasma dari
vaskular. Hal ini menyebabkan hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun dan
tanda-tanda syok lainnya. Yang kedua adalah gangguan hemostasis yang
menyebabkan perubahan vaskular, trombositopenia dan koagulopati.
Keadaan trombositopenia pada pasien demam berdarah dengue masih
belum diketahui pasti penyebabnya, tapi dibeberapa studi kasus dilaporkan bahwa
trombositopenia disebabkan oleh aktivitas virus dengue yang secara langsung
menekan proses hematopoesis di sumsum tulang serta kerusakan trombosit oleh
karena sistem imun yang dihasilkan oleh virus dengue. Terdapat tiga dasar
terjadinya trombositopenia pada kasus demam berdarah dengue, yaitu :
1. Antigen dengue secara langsung berhubungan dengan trombosit
2. Anti dengue antibodi berikatan dengan trombosit sehingga
menyebabkan kerusakan platelet
3. Modulasi fungsi endothel oleh virus dengue
.
7

2.4.1. Febrile Phase


Demam tinggi (39̊ - 40̊C) yang berlangsung selama 2 sampai 7 hari, sering
diikuti dengan nyeri sendi yang generalisata, ruam makulopapular dan manifestasi
perdarahan ringan.
2.4.2. Critical phase
Terjadi di antara hari ketiga sampai hari ketujuh perjalanan penyakit.
Terjadi penurunan demam. Mayoritas pasien hanya akan mengalami demam
dengue tanpa warning signs dan langsung ke fase penyembuhan. Beberapa pasien
tertentu akan muncul warning signs dan berkembang menjadi dengue berat.
2.4.3. Recovery phase
Pasien mengalami perbaikan, tanda vital kembali normal, gejala
gastrointestinal berkurang dan nafsu makan kembali. Pada saat bersamaan dapat
muncul bradikardia dan gatal seluruh tubuh.1,2

Gambar 2.3. Perjalan Penyakit Demam Beradarh Dengue1,2

Tabel 2.1. Febrile, critical, and recovery phases pada demam dengue
8

1. Febrile phase Dehydration; high fever may cause neurological


disturbance and febrile seizures in young children.
2. Critical phase Shock from plasma leakage; severe haemorrhage; organ
impairment.
3. Recovery phase Hypervolaemia (only if intravenous fluid therapy has
been excessive and/ or has extended into this period.

2.5. Klasifikasi
Dengue memiliki gambaran klinis yang luas baik di keadan berat dan tidak
berat. Infeksi dengue bisa asimtomatik atau hanya gejala viral sindrom. Berikut
ini adalah gambar klasifikasi dari infeksi virus dengue.

Gambar 2.4. Manifestasi Demam Berdarah Dengue2


2.6. Diagnosis
Diagnosis klinis demam berdarah dengue :
9

 Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus(kontinua)


 Manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena
maupun berupa uji Tourniquette yang positif
 Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
 Dijumpai kasus Demam Berdarah Dengue baik di linkungan sekolah,
rumah atau di sekitar rumah
 Hepatomegali
 Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda/ gejala:
o Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal atau
dari data populasi menurut umur
o Ditemukan adanya efusi pleura, asites
o Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
 Trombositopenia < 100.000/mm3
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti
pembesaran plasma dan trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis
DBD.8

Gambar 2.5. Warning signs2


Dengue fever
 Probable diagnosis:
Acute febrile illness with two or more of the following:
10

− Headache
− Retroorbital pain
− Myalgia
− Athralgia/ bone pain
− Rash
− Haemorrhagic manifestations
− Leucopenia (WBC ≤ 5.000 cells/ mm3)
− Thrombocytopenia (Platelet count ≤ 150.000 cells/ mm3)
− Rising haematocrit (5-10 %)
and at least one of following:
• Supportive serology on single serum sample: titre ≥1280 with haemagglutination
inhibition test, comparable IgG titre with enzyme-linked immunosorbent assay, or
tasting positive in IgM antibody test.
• Occurrence at the same location and time as confirmed cases of dengue fever.

 Confirmed diagnosis:
Probable case and at least one of the following:
• Isolation of dengue virus from serum, CSF or autopsy samples.
• Fourfold or greater increase in serum IgG (by haemagglutination inhibition test)
or increase in IgM antibody specific to dengue virus.
• Detection of dengue virus or antigen in tissue, serum or cerebrospinal fluid by
immuno-histochemistry, immunofluorescence or enzyme-linked immunosorbent
assay.
• Detection of dengue virus genomic sequences by reverse transcription-
polymerase chain reaction.

Dengue Haemorrhagic Fever


All of following:
• Acute onset of fever of two to seven days duration.
• Haemorrhagic manifestations, shown by any of the following: positive tourniquet
test, petechiae, ecchymoses or purpura, or bleeding from mucosa, gastrointestinal
tract, injection sites, or other locations.
• Platelet count ≤100 000 cells/mm3
• Objective evidence of plasma leakagen due to increased vascular permeability
shown by any of the following:
– Rising haematocrit/haemoconcentration ≥20% from baseline or decrease
in convalescence, or evidence of plasma leakage such as pleural
effusion, ascites or hypoproteinaemia/ albuminaemia.

Dengue Shock Syndrome


Criteria for dengue haemorrhagic fever as above with signs of shock:
• Tachycardia, cool extremities, delayed capillary refill, weak pulse, lethargy or
restlessness which may be a sign of reduced brain perfusion
• Pulse pressure ≤20 mmHg with increased diastolic pressure, e.g. 100/80 mmHg.
• Hypotension by age, defined as systolic pressure <80 mmHg

Gambar 2.6. Ringkasan diagnosis dari Demam Dengue, DHF, dan DSS2

Parameters Stable Compensated shock Hypotensive shock


circulation
11

Hypotensive Clear and Clear and lucid Change of mental


shock lucid (shock can be missed state (restless,
if you do not touch combative)
the patient)
Capillary refill Brisk Prolonged (>2 sec) Very prolonged,
time (<2 sec) mottled skin
Extremities Warm and Cool Cold, clammy
pink peripheries extremities
extremities
Peripheral Good Weak and Feeble or absent
pulse volume volume thready
Tachycardia
Heart rate Normal for Normal systolic Severe
age pressure but rising tachycardia with
diastolic pressure bradycardia in
late shock
Blood Normal for Narrowing pulse Narrowed pulse
pressure age pressure Postural pressure, Hypotension,
Normal hypotension Unrecordable blood
pulse pressure
pressure
for age
Normal for Tachypnoea Metabolic acidosis
Respiratory age hyperpnoea/
rate Kussmaul’s breathing

Gambar 2.7. Penilaian Status Hemodinamik1,2

Gambar 2.8. Respon Imun terhadap Virus Dengue11

Keparahan DBD diklasifikasikan dalam 4 golongan. Trombositopenia dan


hemokonsentrasi menjadi pembeda antara DHF Grade I dan II dengan Demam
12

Dengue. Berikut ini adalah tabel klasifikasi infeksi dengue.

Gambar 2.9. Klasifikasi WHO

2.7. Diagnosis Banding


Secara klinis, yang menjadi diagnosis banding dari DBD adalah demam
tifoid, campak, influenza chikungunya dan leptospirosis. Berikut ini adalah tabel
diagnosis banding dari demam dengue :
Tabel 2.2. Diagnosis Banding Demam Berdarah Dengue1,2
13

Conditions that mimic the febrile phase of dengue infection

Flu-like syndromes Influenza, measles, Chikungunya,


infectious mononucleosis , HIV
seroconversion illness
Illnesses with a rash Rubella, measles, scarlet fever,
meningococcal infection,
Chikungunya, drug reactions
Diarrhoeal diseases Rotavirus, other enteric infections
Illnesses with neurological manifestations Meningo/encephalitis
Febrile seizures

Conditions that mimic the critical phase of dengue infection

Infectious Acute gastroenteritis, malaria,


leptospirosis, typhoid, typhus, viral
hepatitis, acute HIV seroconversion
2.8. Tatalaksana illness, bacterial sepsis, septic shock
Malignancies Acute leukaemia and other malignancies
Other clinical pictures Acute abdomen
(acute appendicitis, acute cholecystitis,
perforated viscus)
Diabetic ketoacidosis
Lactic acidosis
Bycytopenia ± bleeding
Platelet disorders
Renal failure
Systemic Lupus Erythematosus

Tatalaksana Rawat Jalan8:


Pasien dengan DD yang tidak memiliki komorbitas dan indikasi sosial
diperlakukan sebagai pasien rawat jalan. Pada pasien rawat jalan, diberikan terapi
simtomatik berupa antipiretik, upaya penurunan demam dengan menggunakan
cara kompres hangat diperbolehkan dengan menggunakan air hangat suam kuku.
Anak dianjurkan cukup minum, dianjurkan diberikan minuman elektrolit seperti
jus buah, oralit atau air tajin. Tanda kecukupan cairan adalah adanya diuresis
setiap 4-6 jam.
Nasihat orang tua untuk pasien rawat jalan:
a. Anak harus istirahat.
b. Cukup minum selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, cairan
elektrolit, air tajin. Cukup minum ditandai dengan frekuensi buang air kecil 4-
6 jam sekali.
c. Pemberian paracetamol diberikan apabila suhu >38oC, hindari pemberian
aspirin/NSAID/ Ibuprofen. Berikan kompres hangat.
14

d. Pasien rawat jalan harus berobat setiap hari.


e. Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit apabila ditemukan tanda sebagai
berikut: pada saat demam turun, keadaan anak memburuk, nyeri perut hebat,
muntah terus menerus, tangan dan kaki dingin dan lembab, letargi atau
gelisah, anak tampak lemas, perdarahan spontan, sesak napas, tidak buang air
kecil >6 jam, atau kejang.

Gambar 2.10. Skrining tersangka infeksi dengue di triase8


Tersangka Infeksi Dengue:
Berdasarkan Klinis dan laboratorium

Umum Menolak makan dan minum


Muntah persisten
Tanda bahaya DBD Nyeri perut hebat, hepatomegali
yang nyeri tekan, letargi, gelisah,
akumulasi cairan, hematokrit awal
yang tinggi, demem turun tetapi
keadaaan anak memburuk
Tanda dan gejala syok Terkompensasi dan dekompensasi
Tanda dan gejala keterlibatan organ Ensefalitis/ensefalopati, perdarahan
hebat seperti melena, hemetemesis,
hematokesia, hematuria, urin
berwarna gelap, gangguan jantung,
gagal ginjal akut, haemolytic
uremic syndrome.
Indikasi sosial Rumah jauh atau tidak ada orang
tua/ wali yang dapat diandalkan
Nasihat Kepada Orangtua
Rawat Jalan:

untuk merawat anak di rumah.


Warning signs?
Apakah Terdapat

Tidak
Ya

Expanded dengue syndrome


DBD dengan syok
Demam berdarah dengue
Demam Dengue
Rawat Inap:

Ya
15

Tatalaksana Pasien Rawat Inap9


Gambar 2.11. Manajemen DBD
16

Tatalaksana pasien rawat inap pada prinsipnya bertujuan untuk


mengurangi morbiditas dan mortalitas dari DBD, terapi yang berlebihan akan
memberikan dampak seperti kelebihan cairan dan akan memperberat penyakit ini.
Berbeda dengan DD, pada DBD terjadi kebocoran plasma yang nantinya akan
berdampak menjadi syok hipovolemik. Dengan demikian pergantian cairan
sangat penting untuk mencegah terjadinya keadaan ini masalahnya adalah, kapan
terjadinya kebocoran plasma. Kebocoran plasma terjadi ketika suhu tubuh mulai
turun. Pemeriksaan hematokrit merupakan hal yang penting untuk mendeteksi
keadaan ini.8,9

Gambar 2.12. Penanganan Kasus Demam Berdarah Dengue dalam Kondisi Syok
yang Terkompensasi9

Menurut Hospital Care for Children yang dimuat dalam Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit pemberian cairan pada kasus demam
berdarah dengue disamakan dengan kasus dehidasi sedang yaitu10 :
- Menggunakan larutan isotonic seperti Ringer Laktat/Asetat
17

- Kebutuhan cairan perenteral disesuaikan dengan berart badan, yaitu :


a. BB < 15 kg : 7 mL/KgBB/jam
b. BB 15-40 kg : 5 mL/KgBB/jam
c. BB > 40 kg : 3 mL/KgBB/jam

Gambar 2.13. Penanganan Kasus Demam Berdarah Dengue dalam Kondisi


Syok Hipovolemik9

2.9. Pencegahan11,12
Sekarang ini, metode utama yang digunakan untuk kontrol atau mencegah
transmisi dari virus dengue adalah melawan vektor yaitu nyamuk aedes :
1. Mencegah nyamuk bertelur dengan mengelola dan memodifikasi
lingkungan.
2. 3M : menutup, menguras dan membersihkan
3. Menambahkan insektisida pada air yang berda di penampungan uar
rumah
4. Menggunakan pelindung nyamuk dirumah, seperti kelambu serta anti
18

nyamuk yang nyaman dan aman

2.10. Komplikasi11,12
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah kelebihan cairan. Tanda-
tanda kelebihan cairan, yaitu :
 Tanda dan gejala awal adalah edema palpebra, asites, takipnea, atau
dispnoe yang ringan.
 Tanda dan gejala lanjutan adalah gagal napas berat, sesak hebat, dan
wheezing hingga ronkhi sebagai tanda adanya edema paru.
19

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Status Orang Sakit


Tanggal : 31-03 -2019 Dokter Ruangan :
Masuk dr. Haizil Fuadi
Jam : 22.10 Dokter Penanggung Jawab Pasien :
dr. Inneke Kusumawaty, Sp.A
Ruang : IA.1

3.1.1 Anamnesis Pribadi


Nama : H. N.
Umur : 11 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Siswa
Agama : Islam
Alamat : Sei Tebelian

3.1.2 Anamnesis Penyakit


Keluhan Utama : Demam
Anamnesa : Hal ini dialami sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam tidak turun dengan obat penurun panas. Mual dan muntah
dijumpai sebanyak kurang lebih 3 kali sebelum masuk rumah sakit. Nyeri ulu hati
(+) Nyeri kepala dijumpai (+) berdenyut saat demam tinggi, kejang (-) nyeri di
persendian (-) nyeri di retroorbita (+). Nafsu makan menurun (+) Riwayat sekitar
rumah atau sekolah yang menderita DBD tidak diketahui. Tanda-tanda perdarahan
spontan (-)
Riwayat Penyakit Terdahulu : -
Riwayat Keluarga : Adik pasien juga mengalami demam tinggi sejak satu hari
yang lalu
20

Riwayat Pengobatan : Parasetamol 500 mg 3 kali sehari setiap pasien demam


Riwayat Tumbuh Kembang : Pasien merupakan anak pertama, lahir cukup bulan
dibantu oleh bidan, langsung menangis dan berat lahir 3400 gram. Riwayat
tumbuh kembang sama dengan anak seusianya.
Riwayat Imunisasi : +
Riwayat Menstruasi : +
Riwayat Transfusi : -

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


Status Presens:
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 90 x/i
Frekuensi Pernafasan : 20 x/i
Temperatur : 38,60C
Visual Analog Scale : 3-4
Keadaan Umum : Sedang
Keadaan Penyakit : Sedang
Keadaan Gizi : Overweight
BB : 36 kg
TB : 146 cm
IMT : 36 kg/m2

Kepala :
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), ikterus (-/-),
pupil: isokor, ukuran: ±3 mm/3mm,
refleks cahaya direk (+/+) / indirek (+/+) lain-lain : (-)
Telinga : tidak dijumpai sekret,, tidak oedem, warna tidak hiperemis
Hidung : tidak dijumpai deviasi septum, tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : Lidah : tidak ada deviasi, tidak ada atrofi papil, ukuran
21

normal, warna hiperemis


Gigi geligi : dalam batas normal
Tonsil/faring : warna tidak hiperemis, ukuran T1-2

Leher : TVJ R+2 cm H2O, struma tidak membesar, tidak dijumpai


pembesaran kelenjar limfa, posisi trakea medial, kaku kuduk (-),
lain-lain (-)
Toraks :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi :
Jantung : S1 (+) S2 (+) S3 (-) S4 (-) reguler / irreguler
Murmur tidak dijumpai
Paru : Suara pernafasan : vesikuler seluruh lapangan paru
Suara tambahan : ronki (-), wheezing : (-)
Abdomen :
Inspeksi : simetris, distensi tidak dijumpai
Palpasi : Hepar /Lien tidak teraba, asites (-), undulasi (-), nyeri tekan
epigastrium (+)
Perkusi : timpani seluruh lapangan perut, shifting dullness (-)
Auskultasi : normoperistaltik
Ekstremitas : Superior/inferior : sianosis (-), clubbing (-), edema (-), t/v cukup
Akral hangat, CRT < 3 detik, Refleks fisiologis dalam batas
Normal, refleks patologis tidak dijumpai
22

3.1.4 Pemeriksaan Laboratorium


JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) g/dL 14,2 11,5-16
^
Eritrosit (RBC) 10 6/µL 5,14 4,20-5,40
Leukosit (WBC) /µL 3.56 4.000-11.000
Hematokrit % 43,6 37 – 47
Trombosit (PLT) /µL 98.000 150.000-450.000
MCV fL 80 79-99
MCH Pg 28,3 27,0-31,0
MCHC g/dL 34,3 33,0 – 37,0
RDW-CV % 17,6 11,5 – 14,5
RDW-SD fL 42,7 35 – 47
MPV fL 9,1 7,2 - 11,1
P-LCR % 17,8 15-25
Differential
 Segmen N 103/µL 1,03 1,8 – 8
 Limfosit 103/µL 4,79 0,9 – 5,2
 Monosit 103/µL 1,51 0,16 – 1
 Eosinofil 103/µL 0,01 0,045 – 0,44
 Basofil 103/µl 0,02 0 – 0,20

 Segmen N % 14,90 40 – 75

 Limfosit % 65,10 25 – 40

 Monosit % 20,5 2–8

 Eosinofil % 0,50 0–5

 Basofil % 0,20 0–1


Gula Darah Sewaktu mg/dL 92 < 126

Kesan : Leukopenia + trombositopenia + Infeksi Virus


3.1.5 Diagnosis Banding
1. Infeksi virus ec Demam Berdarah Dengue
2. Demam Tifoid
23

3. Leptospirosis

3.1.6 Diagnosis Kerja


Infeksi Virus ec Demam Berdarah Dengue Derajat I

3.1.7 Penatalaksanaan
Bed rest
IVFD RL 180 mL/jam
Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam
PCT 4 x 500 mg
Psidii 3 x 1
Imboost 1 x 1
Cek DR ulang / 12 jam

3.2 Follow-Up
01-04-2019
S : Demam (+) Nyeri ulu hati (+) BAB hitam (-)
O : KU : Lemah
TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/i
HR : 82x/i T : 38,0 C

Test Hasil Unit Rujukan


Hemoglobin 15.0 g/dL 11,5 – 16
Eritrosit 5.55 106/µL 4,20 – 5,40
Leukosit 2430 /µL 4.000 – 11.000
Trombosit 81.000 103/µL 150 – 450
Hematokrit 45 % 37 – 47

A : DBD Derajat I dengan warning sign


P : Bed rest
IVFD RL 180 mL/jam
24

Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam


PCT 4 x 500 mg
Psidii 3 x 1
Imboost 1 x 1
Cek DR ulang / 12 jam

02-04-2019
S : Demam (+) Nyeri ulu hati (+) BAB hitam (-) Batuk (+)
O : KU : Lemah
TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/i
HR : 74x/i T : 37,8 C

Test Hasil Unit Rujukan


Hemoglobin 14.7 g/dL 11,5 – 16
Eritrosit 5.87 106/µL 4,20 – 5,40
Leukosit 5600 /µL 4.000 – 11.000
Trombosit 67.000 103/µL 150 – 450
Hematokrit 40 % 37 – 47

A : DBD Derajat I dengan warning sign


P : Bed rest
IVFD RL 180 cc/jam
Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam
PCT 4 x 500 mg
Psidii 3 x 1
Imboost 1 x 1
Sucralfate 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x 1 cth
Cek DR ulang / 12 jam

03-04-2019
25

S : Demam (-) Batuk (+) Nyeri ulu hati (+) Pteki luas di tungkai bawah (+)
O : KU : Lemah
TD : 100/80 mmHg RR : 20 x/i
HR : 88x/i T : 36,8 C

Test Hasil Unit Rujukan


Hemoglobin 15.0 g/dL 11,5 – 16
Eritrosit 5.55 106/µL 4,20 – 5,40
Leukosit 5500 /µL 4.000 – 11.000
Trombosit 28.000 103/µL 150 – 450
Hematokrit 44 % 37 – 47

A : DBD Derajat II dengan warning sign


P : Bed rest
IVFD RL : HES 20 tpm makro
Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam
PCT 4 x 500 mg
Psidii 3 x 1
Imboost 1 x 1
Sucralfate 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x 1 cth
R/ Transfusi TC 2 kolf
Cek DR ulang / 12 jam

04-04-2019
S : Demam (-) Nyeri ulu hati (+) BAB hitam (-) Batuk berkurang
O : KU : Lemah
TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/i
HR : 82x/i T : 38,0 C
26

Test Hasil Unit Rujukan


Hemoglobin 15.0 g/dL 11,5 – 16
Eritrosit 5.55 106/µL 4,20 – 5,40
Leukosit 7800 /µL 4.000 – 11.000
Trombosit 95.000 103/µL 150 – 450
Hematokrit 44 % 37 – 47

A : DBD Derajat I dengan warning sign


P : Bed rest
IVFD RL : HES 20 tpm makro
Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam
PCT 4 x 500 mg
Psidii 3 x 1
Imboost 1 x 1
Ambroxol 3 x 1 cth
Sucralfate 3 x 1 cth
Cek DR ulang / 12 jam

05-04-2019
S :-
O : KU : Lemah
TD : 100/80 mmHg RR : 20 x/i
HR : 92x/i T : 36,0 C

Test Hasil Unit Rujukan


Hemoglobin 15.0 g/dL 11,5 – 16
Eritrosit 5.55 106/µL 4,20 – 5,40
Leukosit 7500 /µL 4.000 – 11.000
Trombosit 96.000 103/µL 150 – 450
27

Hematokrit 45 % 37 – 47

A : DBD Derajat I dengan warning sign


P : Bed rest
Diet Biasa
IVFD RL 20 gtt/i makro
Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam
PCT 4 x 500 mg
Psidii 3 x 1
Imboost 1 x 1
Ambroxol 3 x 1 cth
Sucralfate 3 x 1 cth
Cek DR ulang / 12 jam

06-04-2019
S :-
O : KU : Sedang
TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/i
HR : 82x/i T : 38,0 C

Test Hasil Unit Rujukan


Hemoglobin 14.8 g/dL 11,5 – 16
Eritrosit 5,43 106/µL 4,20 – 5,40
Leukosit 7450 /µL 4.000 – 11.000
Trombosit 117.000 103/µL 150 – 450
Hematokrit 45 % 37 – 47

A : DBD Derajat II dengan warning sign


P : Bed rest
IVFD RL 20 gtt/i makro
28

Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam


PCT 4 x 500 mg
Psidii 3 x 1
Imboost 1 x 1
Ambroxol 3 x 1 cth
Sucralfate 3 x 1 cth
R/ BLPL

BAB 4
DISKUSI KASUS
Pada laporan kasus ini kita akan membahas mengenai seorang anak usia
12 tahun, perempuan dengan BB 36 kg, TB 146 cm datang dengan keluhan
demam sejak 3 hari yang lalu, demam terus menerus dan tidak turun dengan obat
penurun panas dan disertai dengan nyeri kepala dan nyeri retroorbita. Berdasarkan
kriteria demam yang dikeluhkan yaitu mengarah ke kriteria continuous fever yang
biasanya dialami pada orang dengan infeksi dengue. Selanjutnya dari hasil
pemeriksaan fisik tidak di temukan adanya tanda-tanda peradarahan spontan.
Hasil pemeriksaan laboratorium kesan leukopenia, trombositopenia, dan angka
hitung jenis leukosit dominan monosit. Ha lni mengaah kepada infeksi virus akut.
Sesuai dengan kriteria diagnosis dari WHO gejala dan hasil laboratorium pasien
mengarahkan diagnosis pasien kea rah Demam Berdarah Dengue Derajat I.
Tatalaksana demam berdarah dengue yang paling utama adalah terapi
cairan dan terapi simptomatik lainnya. Terapi cairan yang diberikan pada
pasiennya ini sebanyak 180 mL/jam, sesuai dengan teori ketentuan ICHRC yaitu
BB 15-40 kg mendapatkan cairan sebanyak 5 mL/KgBB/jam. Terapi lainnya
sesuai dengan gejala yang dikeluhkan. Pada dasarnya dibeberapa guideline tidak
menganjurkan tranfusi trombosit pada kasus demam berdarah dengue, tetapi
meningat manifestasi perdarahan yang muncul dan angka trombosit yang
29

terlampur rendah maka perlu dipikirkan transfuse trombosit jika tersedia.


Perawatan pasien demam berdarah dengue disesuaikan dengan arahan WHO,
yaitu pemantauan tanda vital, tanda kelebihan cairan, evaluasi hematocrit dan
trombosit.
30

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
HN, 12 tahun, BB 36kg, TB 146 cm datang ke RSUD Ade M. Djoen
dengan keluhan utama demam sejak 3 hari yang lalu, disertai mual dan muntah
sebanyak 3 kali seblum masuk rumah sakit. Nyeri kepala serta nyeri retroorbita
dijumpai. Hasil pemeriksaan darah rutin kesan leukopenia dengan
trombositopenia dan tanda-tanda infeksi virus akut. Pasien didiagnosis dengan
Demam Berdarah Dengue Derajat I dan diberikan terapi cairan serta terapi
simptomatik lainnya. Dilakukan pemantaun tanda vital, overload cairan,
perdarahan spontan, dan darah rutin setiap hari sampai pasien pulang.

5.2. Saran
Penegakan diagnosis dari demam berdarah dengue dapat digali melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik baik, serta pemeriksaan laboratorium menjadi
landasan terapi dan pemantauan terapi selanjutnya. Pemberian cairan pada pasien
demam berdarah dengue memerlukan perhatian yang serius, sebab komplikasi
tersering dari pasien demam berdarah dengue adalah kelebihan cairan. Pemberian
cairan yang terlalu berhati-hati juga tidak bagus karena dapat menyebabkan
hipovolemia hingga berujung ke keadaan syok sindrom.
Oleh karena itu, pemberian terapi pada pasien demam berdarah dengue
terkesan mudah akan tetapi membutuhkan pemantauan yang baik dan teliti agar
tidak terjadi perburukan.
31

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment,


prevention and control -- New edition. 2009
2. World Heath Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention
and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever : Revised and
expanded. India. 2011
3. Depkes RI. InfoDATIN : Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia
Tahun 2017. Jakarta, 2018.
4. Depkes Pemprov Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2017. Pontianak, 2018.
5. Depkes RI. Informasi umum Demam Berdarah Dengue 2011 : Ditjen PP
dan PL Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.
6. Nascimento EJM, Hottz ED, Garcia-Bates TM, et al. Emerging concepts
in dengue pathogenesis: interplay between plasmablasts, platelets, and
complement in triggering vasculopathy. Critical Reviews in Immunology.
2014:34(3):227-240.
7. World Health Organization. Pthogenesis of Dengue Associated
Haematological Dysfunction. Dengue Bulletin – Volume 39, 2016.
8. Depkes RI. Pusat Data dan Surveilans 2010 :Epidemologi Demam
Berdarah Dengue. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.
9. Candra, A. Demam Berdarah Dengue 2010: Epidemiologi, Patogenesis
dan Faktor Risiko Penularan. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012.
Konsensus Tatalaksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak Edisi 2.
10. Hospital Care for Children. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. 2016.
11. World Health Organization. National guidelines for clinical management
of dengue fever. India: Goverment of India. 2015.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2016: Waspada demam
berdarah.

Anda mungkin juga menyukai