Anda di halaman 1dari 19

NAMA : REGINA J.

LEWUK
NIM : 148902619
KELAS : A
SEMESTER : IV
TUGAS BASIC LIFE SUPPORT

A.ASFIKSIA

I. DEFENISI ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan

C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :

a) "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak

memerkikan istimewa.

b) "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis akan

terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik,

sianosis, refick iritabilitas tidak ada

c) Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi jantung

kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek

iritabilitas tidak ada.

Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :

1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir lengkap.

2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.


II. ETIOLOGI

Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau

pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,

persalinan atau segera setelah lahir.

Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:

a) Faktor Ibu

a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau

anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.

b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus akan

menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering

ditemukan pada :

 Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat

penyakit atau obat.

 Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.

 Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

b) Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia

janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio

plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.

c) Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh

darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran

darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher

kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
d) Faktor Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena

a. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung

dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan

konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran

pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

III. PATOFISIOLOGI

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan

persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat

sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang

kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut

dengan pernafasan.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan

terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak

teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak

tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu

periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi

akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.

Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada

dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan

penurunan tekanan darah.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan

keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin
hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi

metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh

terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini

akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi

perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya

sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis

metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga

menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan

menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke

paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler

yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi

menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

IV. MAN1FESTASI KLINIS

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:

 DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur

 Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

 Apnea

 Pucat

 Sianosis

 penurunan terhadap stimulus.


V. PENATALAKSANAAN KLINIS

1. Tindakan Umum

 Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah

mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari

saluran nafas ayang lebih dalam.

 Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan

bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.

 Mempertahankan suhu tubuh.

2. Tindakan khusus

 Asfiksia berat

Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat

dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang

diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message

jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.

 Asfiksia sedang/ringan

Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila

gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi

ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut

dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit

 Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi


VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2, PH

 Pemeriksaan fungsi paru

 Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler

 Gambaran patologi

B.BBLR

A. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Lama kelamaan ternyata
bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada
maturitas bayi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi 3, yaitu :
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram sampai
dengan 2500 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1000 gram
sampai kurang dari 1500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.

B. Etiologi BBLR
1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia /
Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta,
sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan adanya
perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan malnutrisi, anemia sel
sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal : mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
 Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria).
 Kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal (glomerulonefritis akut).
f. Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh.
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol)
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim biasanya sudah lemah.

2. Faktor Janin
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda
antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk
kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu
faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan,
sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-
zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan
penyakit defisiensi lain,sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar
lebih tinggi daripada anak dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab
utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan cairan amnion
yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian
BBLR.
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan
lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri
yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu .
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya
akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat
kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan oksigen kepada janin
g. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O)
3. Faktor Plasenta
a. Plasenta privea.
b. Solusi plasenta.
4. Faktor lingkungan
Radiasi atau zat-zat beracun.
5. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata
lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
6. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok
7. Tingkat Pendidikan.

C. Tanda dan Gejala BBLR


 Tanda dan gejala bayi Prematur
1. Kulit tipis dan mengkilap
2. Tulang rawan elinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
3. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
4. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
5. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora sedangkan pada bayi laki-laki skrotum belum
banyak lipatan, testis kadang belum turun
6. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian belum terbentuk
7. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
8. Aktifitas dan tangisnya lemah
9. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

 Tanda dan gejala bayi dismaturitas


1. Gerakan cukup aktif, tangis cukup kuat
2. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
3. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan payudara dan puting sesuai masa
kehamilan
4. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora sedangkan bayi laki-laki testis mungkin
telah turun
5. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
6. Menghisap cukup kuat

D. Penanganan BBLR
1. BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir tanpa asfiksia. Bayi tersebut dalam keadaan bernapas
baik dan warna air ketuban jernih. Untuk BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan Asuhan
BBLR tanpa asfiksia sebagai berikut:
1) Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
2) Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
3) Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi.
4) Segera memberi ASI dini dengan membelai
5) Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam jika bayi hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan
dingin, ada penyulit yang lain.
6) Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri anterolateral
7) Salep mata antibiotik
8) Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka
9) Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan Vaksinasi Hepatitis B pertama
pada paha kanan

2. BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukkan ke dalam kategori Lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan
Langkah Awal Resusitasi dantahapan resusitasi berikutnya bila diperlukan.

Resusitasi:

a.Diputuskan berdasarkan penilaian keadaan Bayi Baru Lahir, yaitu bila:


Air Ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/gawat janin)
Bayi tidak menangis, atau tidak bernapas spontan, ataubernapas megap-megap
Catatan: Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu menunggu hasil penilaian skor APGAR

b.Menggunakan acuan berikut:


Buku Modul atau Kaset Video Manajemen Asfiksia Bayi BaruLahir untuk bidan
Asuhan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia pada Buku APN
c.Langkah awal resusitasi
Jaga bayi dalam keadaan hangat
Atur posisi kepala bayi sedikit tengadah (posisi menghidu)
Isap lendir di mulut, kemudian hidung
Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
Reposisi kepala
Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter : usaha napas Bila setelah dilakuan penilaian, bayi tidak menangis
atau tidak bernapas spontan dan teratur
Lakukan Ventilasi sesuai dengan tatalaksana manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
Bila setelah ventilasi selama 2 menit, tidak berhasil, siapkan rujukan
Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan ventilasi setelah 10 menit denyut jantung tidak
ada/tidak terdengar, kemudian siapkan konseling dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal

E. Peran Bidan
1. Asuhan pada BBLR sehat
a. Perawatan metode kanguru bagi bblr
b. Pemberian ASI pada bayi berat lahir rendah (bblr)
c. Pencegahan infeksi
d. Perawatan bblr pada minggu-minggu pertama
e. Pemberian imunisasi pada bblr
f. Mendeteksi tanda bahaya pada bayi baru lahir untuk persiapan prarujukan
2. Asuhan pada BBLR sakit
a. Asuhan hipotermi
b. Asuhan infeksi
c. Asuhan ikterus neonatorum
d. Asuhan bblr dengan gangguan minum dan masalah pemberian ASI
e. Asuhan kejang
f. Asuhan spasme
g. Asuhan gangguan saluran cerna
h. Asuhan diare
i. Asuhan kelainan bawaan
3. Asuhan pra rujukan BBLR
4. Asuhan pasca perawatan BBLR
5. Pemantauan Tumbuh Kembang BBLR

C. PREMATUR
A. Pengertian
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi
terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi
secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan
dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan
ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1.Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2.Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3.Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
B.Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan
dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature,
pelepasan plasenta dan infark dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996)
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
a) Kehamilan
 Malformasi Uterus
 Kehamilan ganda
 TI. Servik Inkompeten
 KPD
 Pre eklamsia
 Riwayat kelahiran premature
 Kelainan Rh
b) Penyakit
 Diabetes Maternal
 Hipertensi Kronik
 Penyakit akut lain
c) Sosial Ekonomi
 Tidak melakukan perawatan prenatal
 Status sosial ekonomi rendah
 Malnutrisi
C. Faktor Resiko Persalinan Prematur :
a. Resiko Demografik
 Ras
 Usia (<> 40 tahun)
 Status sosio ekonomi rendah
 Belum menikah
 Tingkat pendidikan rendah
b. Resiko Medis
 Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
 Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
 Anomali uterus
 Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
 Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah plasenta (misal :
plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI),
inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
 Nutrisi buruk
 Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
 Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)\
 Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal

D.Karakteristik Bayi Prematur


o Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
o Kepala dan badan disporposional
o Kulit tipis dan keriput
o Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
o Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
o Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
o Labia dan clitoris tampak menonjol
o Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki

D. HIPOTERMI
A. Definisi
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu organ
dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema
Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil
mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C.
Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi
neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu
penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5
Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin.
Selain itu ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:
a.Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan
normal 36-37,5ºC.
b.Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu
tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal.
c.Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu
tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal.

B. Mekanisme terjadinya hipotermi


Penurunan suhu tubuh pada bayi terjadi melalui :
a. Tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus,
b. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau
bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot
lembek, kulit kerput.Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
c. Evaporasi (menguapnya cairan dari kulit bayi yang basah)adalah cairan atau air
ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. misalnya: Ketika bayi baru lahir tidak
segera dibersihkan, lalu terlalu cepat dimandikan.
d. Radiasi (memancarnya panas tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih
dingin)adalah panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin
atau panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar  bayi yang lebih dingin
misalnya: diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya,
dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
e.  Konduksi (pindahnya panas tubuh apabila kulit bayi langsung kontak
denganpermukaan yang lebih dingin)adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit
bayi langung kontak dengan permukaan yang lebih dingin misalnya: tidak segera
diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus.
f. Konveksi yaitu hilangnya panas tubuh bayi karna aliran udara sekeliling
bayi:misalnya bayi baru lahir diletakkan di dekat pintu,jendela terbuka.

C. Faktor resiko
1. Perawatan yang kurang tepat saat bayi lahir
2. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah bayi lahir
3. BBRL dan Prematur
4. Kurang terjaganya suhu badan bayi
5. Bayi dengan hipoksia, asfiksia
6. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral
7. Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
8. Eksposure suhu lingkungan yang dingin

D. Penyebab
       Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
 Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah),
relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya
cepat hilang Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga
bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir
dibanjiri oleh cairan ketuban.
 Jaringan lemak subkutan tipis.

   Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.


 Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
 BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
 Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi
mengalami hipotermi.
 Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
 Permukaan tubuh bayi relatif lebih luasTubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi
dan menyimpan panas.
 Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan

E. Tanda Gejala
           Gejala hipotermi yang sering terjadi pada bayi yaitu ;
1) Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).
2) Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat
menghisap asi,dan menangis lemah
3) Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung,tungkai dan tangan.
4)  Muka bayi berwarna merah terang
5) Bayi tampak mengantuk
6) Kulit bayi tampak pucat dan dingin serta bayi menjadi lemah, lesu ,menggigil
7) Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
8) Ujung jari tangan dan kaki bayi tampak kebiruan Dalam keadaan berat, denyut
jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema)

Tanda-tanda klinis hipotermia:


1.Hipotermia sedang:
a. Kaki teraba dingin
b.Kemampuan menghisap lemah
c.Tangisan lemah
d.Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
2. Hipotermia berat
a. Sama dengan hipotermia sedang
b.Pernafasan lambat tidak teratur
c. Bunyi jantung lambat
d.Akan timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolic

3.Stadium lanjut hipotermia


a.Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
b.Bagian tubuh lainnya pucat
c.Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan.
d.(sklerema)
D. HIPOGLIKEMIA

A. PENGERTIAN
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir
atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan
uji glukose darah.
B. ETIOLOGI
Hipoglikemia biasa terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen).
Penyebab lainnya adalah Prematuritas, Post-maturitas, dan Kelainan fungsi plasenta (ari-
ari) selama berada didalam kandungan.
Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin yang tinggi. Bayi
yang ibunya menderita diabetes seringkali memiliki kadar insulin yang tinggi karena ibunya
memiliki kadar gula darah yang tinggi, sejumlah besar darah gula ini melewati plasenta dan
sampai ke janin selama masa kehamilan. Akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin. Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita penyakit
hemolitik berat.
Kadar Insulin yan tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun dengan cepat pada jam-
jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan , dimana aliran gula dari plasenta secara
tiba-tiba terhenti.

C .PENYEBAB

Berikut adalah penyebab hipoglikemia yang terjadi pada anak:

 Hiperinsulinisme
1) Tumor sel beta
2) Adenomatosis sel beta
3) Nesidioblastosis
4) Hiperplasia sel beta
 Defisiensi enzim hati :
1) Glukose 6 fosfatase
2) Amilo 1 - 6 glukosidase
3) Sistem fosforilase
4) Sintetase untuk glikogen
5) Fruktose 1 fosfat aldolas
6) Fruktose 1 - 6 difosfatase
7) Piruvat karboksilase
8) Defisiensi fosfoenolpiruvat karboksikinase
9) Galaktose 1 fosfat uridil transferase
10) Branched chain amino acid abnormalities

D.PATOFISIOLOGI

 Hipoglikemi sering terjadi pada  BBLR, karena cadangan glukosa rendah.


 Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon
insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka
transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient
hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
 Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. 
 Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
  Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama
proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
 Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena
meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya  pada asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan.

D.GEJALA KLINIS

Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50mg/dL.
Gejala nya antara lain:
 Sianosis
 Kejang atau tremor
 Letargi dan menyusui yang buruk
 Apnea
 Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
 Hipotermia
 RDS
E. PENATALAKSANAAN BAGI BAYI
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama :
 Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
 Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal
dalam 2 kali pemeriksaanKadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia.
 Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan
hipoglikemia selesai

E. HIPERBILIRUBIN

A.PENGERTIAN

Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah paling umum yang dihadapi dalam jangka
bayi yang baru lahir. Secara historis, manajemen berasal ari studi tentang toksisitas
bilirubin pada dengan penyakit hemolitik. Rekomendasi yang lebih baru mendukung
penggunaan terapi yang kurang intensif dalam jangka bayi yang sehat dengan sakit kuning.

B. PATOFISIOLOGIS

a. Saat eritrosit hancur di akhir siklus neonatus, hemoglobin pecah menjadi fragmen
globin (protein) dan heme (besi).
b. Fragmen heme membentuk bilirubin tidak terkonjugasi (indirek), yang berikatan
dengan albumin untuk dibawa ke sel hati agar dapat berkonjugasi dengan glukuronid,
membentuk bilirubin direk.
c. Karena bilirubin terkonjugasi dapat larut dalam lemak dan tidak dapat diekskresikan
di dalam urine atau empedu, bilirubin ini dapat keluar menuju jaringan ekstravaskular,
terutama jaringan lemak dan otak, mengakibatkan hiperbilirubinemia.
d. Hiperbilirubinemia dapat berkembang ketika :
 Faktor tertentu-tertentu mengganggu konjugasi dan merebut sisi yang mengikat
albumin, termasuk obat (seperti aspirin, penenang, dan sulfonamide) dan
gangguan (seperti hipotermia, anoksia, hipoglikemia, dan hipoalbuminemia)
 Peu nurunan fungsi hati yang menyebabkan penurunan konjugasi bilirubin.
 Peningkatan produksi atau inkompatibilitas Rh atau ABO.
Obstruksi bilier atau hepatitis mengakibatkan sumbatan pada aliran empedu
yang normal.
C. ETIOLOGI

Penyebab dari hiperbilirubinemia terdapat beberapa faktor. Secara garis besar, penyebab
dari hiperbilirubinemia adalah :

a. Produksi bilirubin yang berlebihan.

Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada emolisis
yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain,
defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.

Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk
konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau
tidak terdapatnya enzim glukorinil transferase (Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab
lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake
bilirubin ke sel hepar.

c. Gangguan transportasi

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

d. Gangguan dalam ekskresi


Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan
di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar
biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

D.PEMERIKSAAN FISIK

Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah beberapa
hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat
lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang,
terutama pada neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila
penderita sedang mendapatkan terapi sinar.

Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis, mudah dan
sederhana adalah dengan penilaian. Caranya dengan jari telunjuk
ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut,
dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Waktu timbulnya
ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita

karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan


kemungkinan penyebab ikterus tersebut.

E.PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan serumbilirubin (bilirubin total dan direk) harus dilakukan pada neonatus yang
mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong
risiko tinggi terserang hiperbilirubinemi berat. Namun pada bayi yang mengalami ikterus
berat, lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan
menunggu hasil pemeriksaan kadar serum bilirubin.

Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus
antara lain :

 Golongan darah dan ‘Coombs test’.


 Darah lengkap dan hapusan darah.
 Hitung retikulosit, skrining G-6-PD.
 Bilirubin direk.
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan
tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga perlu diukur untuk menentukan
pilihan terapi sinar ataukah tranfusi tukar.

F.PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya, pengendalian bilirubin adalah seperti berikut :

 Stimulasi proses konjugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini kerjanya lambat,
sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang terjadi bukan
disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
 Menambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme bilirubin(misalnya menambahkan
glukosa pada hipoglikemi) atau (menambahkan albumin untuk memperbaiki transportasi
bilirubin). Penambahan albumin bisa dilakukan tanpa hipoalbuminemia. Penambahan albumin
juga dapat mempermudah proses ekstraksi bilirubin jaringan ke dalam plasma. Hal ini
menyebabkan kadar bilirubin plasma meningkat, tetapi tidak berbahaya karena bilirubin tersebut
ada dalam ikatan dengan albumin. Albumin diberikan dengan dosis tidak melebihi 1g/kgBB,
sebelum maupun sesudah terapi tukar.
 Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini.
 Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi isomer foto yang tidak toksik dan mudah
dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.
 Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfusi tukar.

Anda mungkin juga menyukai