LEWUK
NIM : 148902619
KELAS : A
SEMESTER : IV
TUGAS BASIC LIFE SUPPORT
A.ASFIKSIA
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan
a) "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerkikan istimewa.
b) "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
c) Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi jantung
kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir lengkap.
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau
pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
a) Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering
ditemukan pada :
Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat
b) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio
c) Faktor fetus
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher
kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
d) Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena
III. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu
periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi
akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin
hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini
akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke
paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler
yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
Apnea
Pucat
Sianosis
1. Tindakan Umum
Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari
bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
2. Tindakan khusus
Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat
dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang
diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message
jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila
gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi
ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut
Gambaran patologi
B.BBLR
A. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Lama kelamaan ternyata
bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada
maturitas bayi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi 3, yaitu :
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram sampai
dengan 2500 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1000 gram
sampai kurang dari 1500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
B. Etiologi BBLR
1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia /
Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta,
sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan adanya
perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan malnutrisi, anemia sel
sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal : mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria).
Kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal (glomerulonefritis akut).
f. Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh.
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol)
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor Janin
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda
antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk
kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu
faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan,
sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-
zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan
penyakit defisiensi lain,sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar
lebih tinggi daripada anak dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab
utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan cairan amnion
yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian
BBLR.
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan
lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri
yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu .
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya
akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat
kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan oksigen kepada janin
g. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O)
3. Faktor Plasenta
a. Plasenta privea.
b. Solusi plasenta.
4. Faktor lingkungan
Radiasi atau zat-zat beracun.
5. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata
lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
6. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok
7. Tingkat Pendidikan.
D. Penanganan BBLR
1. BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir tanpa asfiksia. Bayi tersebut dalam keadaan bernapas
baik dan warna air ketuban jernih. Untuk BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan Asuhan
BBLR tanpa asfiksia sebagai berikut:
1) Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
2) Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
3) Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi.
4) Segera memberi ASI dini dengan membelai
5) Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam jika bayi hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan
dingin, ada penyulit yang lain.
6) Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri anterolateral
7) Salep mata antibiotik
8) Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka
9) Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan Vaksinasi Hepatitis B pertama
pada paha kanan
2. BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukkan ke dalam kategori Lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan
Langkah Awal Resusitasi dantahapan resusitasi berikutnya bila diperlukan.
Resusitasi:
E. Peran Bidan
1. Asuhan pada BBLR sehat
a. Perawatan metode kanguru bagi bblr
b. Pemberian ASI pada bayi berat lahir rendah (bblr)
c. Pencegahan infeksi
d. Perawatan bblr pada minggu-minggu pertama
e. Pemberian imunisasi pada bblr
f. Mendeteksi tanda bahaya pada bayi baru lahir untuk persiapan prarujukan
2. Asuhan pada BBLR sakit
a. Asuhan hipotermi
b. Asuhan infeksi
c. Asuhan ikterus neonatorum
d. Asuhan bblr dengan gangguan minum dan masalah pemberian ASI
e. Asuhan kejang
f. Asuhan spasme
g. Asuhan gangguan saluran cerna
h. Asuhan diare
i. Asuhan kelainan bawaan
3. Asuhan pra rujukan BBLR
4. Asuhan pasca perawatan BBLR
5. Pemantauan Tumbuh Kembang BBLR
C. PREMATUR
A. Pengertian
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi
terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi
secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan
dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan
ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1.Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2.Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3.Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
B.Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan
dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature,
pelepasan plasenta dan infark dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996)
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
a) Kehamilan
Malformasi Uterus
Kehamilan ganda
TI. Servik Inkompeten
KPD
Pre eklamsia
Riwayat kelahiran premature
Kelainan Rh
b) Penyakit
Diabetes Maternal
Hipertensi Kronik
Penyakit akut lain
c) Sosial Ekonomi
Tidak melakukan perawatan prenatal
Status sosial ekonomi rendah
Malnutrisi
C. Faktor Resiko Persalinan Prematur :
a. Resiko Demografik
Ras
Usia (<> 40 tahun)
Status sosio ekonomi rendah
Belum menikah
Tingkat pendidikan rendah
b. Resiko Medis
Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
Anomali uterus
Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah plasenta (misal :
plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI),
inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
Nutrisi buruk
Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)\
Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
D. HIPOTERMI
A. Definisi
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu organ
dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema
Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil
mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C.
Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi
neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu
penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5
Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin.
Selain itu ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:
a.Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan
normal 36-37,5ºC.
b.Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu
tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal.
c.Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu
tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal.
C. Faktor resiko
1. Perawatan yang kurang tepat saat bayi lahir
2. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah bayi lahir
3. BBRL dan Prematur
4. Kurang terjaganya suhu badan bayi
5. Bayi dengan hipoksia, asfiksia
6. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral
7. Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
8. Eksposure suhu lingkungan yang dingin
D. Penyebab
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah),
relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya
cepat hilang Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga
bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir
dibanjiri oleh cairan ketuban.
Jaringan lemak subkutan tipis.
E. Tanda Gejala
Gejala hipotermi yang sering terjadi pada bayi yaitu ;
1) Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).
2) Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat
menghisap asi,dan menangis lemah
3) Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung,tungkai dan tangan.
4) Muka bayi berwarna merah terang
5) Bayi tampak mengantuk
6) Kulit bayi tampak pucat dan dingin serta bayi menjadi lemah, lesu ,menggigil
7) Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
8) Ujung jari tangan dan kaki bayi tampak kebiruan Dalam keadaan berat, denyut
jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema)
A. PENGERTIAN
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir
atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan
uji glukose darah.
B. ETIOLOGI
Hipoglikemia biasa terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen).
Penyebab lainnya adalah Prematuritas, Post-maturitas, dan Kelainan fungsi plasenta (ari-
ari) selama berada didalam kandungan.
Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin yang tinggi. Bayi
yang ibunya menderita diabetes seringkali memiliki kadar insulin yang tinggi karena ibunya
memiliki kadar gula darah yang tinggi, sejumlah besar darah gula ini melewati plasenta dan
sampai ke janin selama masa kehamilan. Akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin. Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita penyakit
hemolitik berat.
Kadar Insulin yan tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun dengan cepat pada jam-
jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan , dimana aliran gula dari plasenta secara
tiba-tiba terhenti.
C .PENYEBAB
Hiperinsulinisme
1) Tumor sel beta
2) Adenomatosis sel beta
3) Nesidioblastosis
4) Hiperplasia sel beta
Defisiensi enzim hati :
1) Glukose 6 fosfatase
2) Amilo 1 - 6 glukosidase
3) Sistem fosforilase
4) Sintetase untuk glikogen
5) Fruktose 1 fosfat aldolas
6) Fruktose 1 - 6 difosfatase
7) Piruvat karboksilase
8) Defisiensi fosfoenolpiruvat karboksikinase
9) Galaktose 1 fosfat uridil transferase
10) Branched chain amino acid abnormalities
D.PATOFISIOLOGI
D.GEJALA KLINIS
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50mg/dL.
Gejala nya antara lain:
Sianosis
Kejang atau tremor
Letargi dan menyusui yang buruk
Apnea
Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
Hipotermia
RDS
E. PENATALAKSANAAN BAGI BAYI
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama :
Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal
dalam 2 kali pemeriksaanKadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia.
Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan
hipoglikemia selesai
E. HIPERBILIRUBIN
A.PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah paling umum yang dihadapi dalam jangka
bayi yang baru lahir. Secara historis, manajemen berasal ari studi tentang toksisitas
bilirubin pada dengan penyakit hemolitik. Rekomendasi yang lebih baru mendukung
penggunaan terapi yang kurang intensif dalam jangka bayi yang sehat dengan sakit kuning.
B. PATOFISIOLOGIS
a. Saat eritrosit hancur di akhir siklus neonatus, hemoglobin pecah menjadi fragmen
globin (protein) dan heme (besi).
b. Fragmen heme membentuk bilirubin tidak terkonjugasi (indirek), yang berikatan
dengan albumin untuk dibawa ke sel hati agar dapat berkonjugasi dengan glukuronid,
membentuk bilirubin direk.
c. Karena bilirubin terkonjugasi dapat larut dalam lemak dan tidak dapat diekskresikan
di dalam urine atau empedu, bilirubin ini dapat keluar menuju jaringan ekstravaskular,
terutama jaringan lemak dan otak, mengakibatkan hiperbilirubinemia.
d. Hiperbilirubinemia dapat berkembang ketika :
Faktor tertentu-tertentu mengganggu konjugasi dan merebut sisi yang mengikat
albumin, termasuk obat (seperti aspirin, penenang, dan sulfonamide) dan
gangguan (seperti hipotermia, anoksia, hipoglikemia, dan hipoalbuminemia)
Peu nurunan fungsi hati yang menyebabkan penurunan konjugasi bilirubin.
Peningkatan produksi atau inkompatibilitas Rh atau ABO.
Obstruksi bilier atau hepatitis mengakibatkan sumbatan pada aliran empedu
yang normal.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari hiperbilirubinemia terdapat beberapa faktor. Secara garis besar, penyebab
dari hiperbilirubinemia adalah :
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada emolisis
yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain,
defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk
konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau
tidak terdapatnya enzim glukorinil transferase (Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab
lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake
bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
D.PEMERIKSAAN FISIK
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah beberapa
hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat
lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang,
terutama pada neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila
penderita sedang mendapatkan terapi sinar.
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis, mudah dan
sederhana adalah dengan penilaian. Caranya dengan jari telunjuk
ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut,
dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Waktu timbulnya
ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita
E.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan serumbilirubin (bilirubin total dan direk) harus dilakukan pada neonatus yang
mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong
risiko tinggi terserang hiperbilirubinemi berat. Namun pada bayi yang mengalami ikterus
berat, lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan
menunggu hasil pemeriksaan kadar serum bilirubin.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus
antara lain :
F.PENATALAKSANAAN
Stimulasi proses konjugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini kerjanya lambat,
sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang terjadi bukan
disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
Menambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme bilirubin(misalnya menambahkan
glukosa pada hipoglikemi) atau (menambahkan albumin untuk memperbaiki transportasi
bilirubin). Penambahan albumin bisa dilakukan tanpa hipoalbuminemia. Penambahan albumin
juga dapat mempermudah proses ekstraksi bilirubin jaringan ke dalam plasma. Hal ini
menyebabkan kadar bilirubin plasma meningkat, tetapi tidak berbahaya karena bilirubin tersebut
ada dalam ikatan dengan albumin. Albumin diberikan dengan dosis tidak melebihi 1g/kgBB,
sebelum maupun sesudah terapi tukar.
Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini.
Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi isomer foto yang tidak toksik dan mudah
dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.
Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfusi tukar.