Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor adalah adanya pertumbuhan jaringan abnormal dimana sel
terus tumbuh dan bermultiplikasi secara tidak terkontrol. Tumor otak
termasuk neoplasma yang berasal dari parenkimotak, meningen, dan
glandula pituitary atau struktur tulang intracranial yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi jaringan otak.
Tumor otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh kanker susunan
saraf pusat. Di Amerika Serikat insidensi tumor otak ganas dan jinak
adalah 21.42 per 100.000 penduduk per tahun (7.25 per 100.000 penduduk
untuk kanker otak ganas, 14.17 per 100.000 penduduk per tahun untuk
tumor otak jinak). Data angka insiden untuk tumor otak ganas di seluruh
dunia berdasarkan angka standar populasi dunia adalah 3.4 per 100.000
penduduk. Angka mortalitas adalah 4.25 per 100.000 penduduk per tahun.
Mortalitas lebih tinggi pada pria. Data cancer registry dari RSK Dharmais,
RSCM, RS Persahabatan, IAPI, KPKN
Tumor otak di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Di
Indonesia, terhitung ada 300 pasien setiap tahunnya yang terdiagnosis
tumor otak. Bukan hanya orang dewasa, tetapi tumor otak juga menyerang
anak-anak dengan usia yang tergolong muda. Tidak sedikit masyarakat
yang cenderung menganggap remeh gejala tumor otak yang ditimbulkan.
Oleh karena itu, deteksi sejak dini menjadi sangat penting dan diperlukan
sebelum tumor otak berkembang ke stadium yang lebih parah. Baik dari
tenaga medis maupun masyarakat harus waspada terhadap berbagai gejala
dan kelainan yang terjadi secara terus-menerus.
Dengan ini kelompok menyusun makalah ini untuk mengetahui
tentang penyakit tumor otak dan untuk mengetahui konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan Penyakit tumor otak.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang muncul sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Tumor otak?
2. Apa yang dimaksud dengan etiologi Tumor otak?
3. Apa yang dimaksud tanda dan gejala Tumor otak?
4. Apa yang dimaksud patofisiologi Tumor otak?
5. Apa Penatalaksanaan Farmakologi dan Non farmakologi dari Tumor
otak?
6. Apa Diet Dan Nutrisi dari Tumor otak?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Tumor otak?
8. Bagaimana rehabilitasi pada penyakit Tumor otak?
9. Apa saja aspek legal etis?
10. Apa dan Bagaimana fungsi advokasi?
11. Apa health education pada penyakit Tumor otak?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
Tumor otak
C. Tujuan
Tujuan disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan
Medikal Bedah (konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit Tumor otak)
2. TujuanKhusus
a. Apa yang dimaksud dengan Tumor otak?
b. Apa yang dimaksud dengan etiologi Tumor otak ?
c. Apa yang dimaksud tanda dan gejala Tumor otak?
d. Apa yang dimaksud patofisiologi Tumor otak?
e. Apa Penatalaksanaan Farmakologi?
f. Apa Diet Dan Nutrisi dari Tumor otak?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Tumor otak?

2
h. Bagaimana rehabilitasi pada penyakit Tumor otak?
i. Apa saja aspek legal etis?
j. Apa dan Bagaimana fungsi advokasi?
k. Apa health education pada penyakit Tumor otak?
l. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
Tumor otak?
D. Manfaat
Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang konsep asuhan keperawatan
pada klien dengan penyakit Tumor otak
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis.
c. Menilai sejauh mana penulis memahami teori yang sudah di
dapat tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit Tumor otak
2. Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar.
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam
pemberian materi tentang konsep asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Tumor otak
3. Untuk pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai
tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
Tumor otak

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tumor adalah adanya pertumbuhan jaringan abnormal dimana sel terus
tumbuh dan bermultiplikasi secara tidak terkontrol. Tumor otak termasuk
neoplasma yang berasal dari parenkimotak, meningen, dan glandula
pituitary atau struktur tulang intracranial yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi jaringan otak ( Black M. Joice et all 2014)

B. Klasifikasi
 Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus
persarafan
 Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak
 Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi
bagian luar otak)
 Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar
 Osteoma berasal dari struktur tulang pada tengkorak
 Hemangioblastoma berasal dari pembuluh darah
Tumor Otak Primer : Dari Dalam Otak :
 Glioma berasal dari jaringan yang mengelilingi dan menyokong
sel-sel saraf, beberapa diantaranya bersifat ganas
 Glioblastoma multiformis merupakan jenis yang paling sering
ditemukan -Astrositoma anaplastik, pertumbuhannya sangat cepat
-Astrositoma, pertumbuhannya lambat
 Oligodendroglioma
 Meduloblastoma, jarang terjadi, biasanya menyerang anak-anak
sebelum mencapai pubertas
 Sarkoma dan adenosarkoma merupakan kanker yang jarang
terjadi, yang tumbuh dari struktur selain sel saraf.

4
C. Etiologi
Penyebab tumor otak hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti,walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan.
Factor resiko terjadinya tumor otak sebagai berikut:
1. Diduga radiasi ionisasi pertumbuhan tumor.
Radiasi ionisasi adalah energi radiasi tinggi yang menyebabkan kerusakan
pada molekul DNA, sehingga menyebabkan mutasi yang menyebabkan
kanker.
2. Kebiasaan hidup berisiko : merokok dan konsumsi alkohol.
3. Genetik dan hormonal, zat karsinogenik, dan zat kimia tertentu (pestisida,
herbisida).

D. Manifestasi Klinis
Stadium tumor otak terdiri dari
1. Kanker Otak Stadium 1
Penyakit kanker otak pada stadium satu penderita tak menyadari
kehadiran sel kanker di otaknya karena tidak terlihat jelas. Penderita
akan merasakan sakitnya ketika penderita kanker otak memasuki
stadium dua.
2. Kanker Otak Stadium 2
Penderita kanker otak stadium 2 akan mengalami kelelahanyang
berlebihan, meskipun penderika kanker otak stadium 2 tidak
melakukan aktivitas yang berlebihan.
3. Kanker Otak Stadium 3
Penderita kanker otak stadium 3 akan sering mengalami sakit kepala
yang hebat dan intensitas lumayan sering. Penderita kanker otak
stadium 3 akan mengalami sakit kepala dan dibarengi mimisan yang
terkadang tak terasa darah mengalir dari hidung ketika penderita
memikirkan sesuatu yang berat. Pengidap kanker stadium 3 akan
mengalami tangan dan kaki sulit untuk digerakkan, sehingga penderita
akan mudah terjatuh saat berjalan karena keseimbangan tubuh yang
mulai tergangg.

5
4. Kanker Otak Stadium 4
Penderita kanker otak stadium 4 akan mengalami gangguan
penglihatan dan akan mengalami kesulitan dalam mendengaran suara.
Penderita kanker otak stadium 4 disarankan untuk rajin melakukan
kemoterapi untuk menghindari kebutaan, tuli dan lumpuh. Jika
penderita tidak rajin melakukan kemoterapi, maka sel kanker pada
otaknya bisa menyebabkan ia mengalami kebutaan, tuli dan bahkan
lumpuh. Penderita kanker otak stadium 4 maka hidupnya dibilang
sangat sulit.

Dapat berupa perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia):


 Mudah tersinggung,
 Emosi,
 Labil, pelupa,
 Perlambatan aktivitas mental dan sosial,
 Kehilangan inisiatif dan spontanitas,
 Ansietas dan depresi.
Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
1. Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan
30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Gejala lanjut
diketemukan 70% kasus. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor
asthenia perlu dicurigai tumor otak.
2. Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala.
Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya
muntah bersifat proyektil dan tak disertai dengan mual
3. Kejang
Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25%
kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan
2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak jika:

6
 Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25
tahun mengalami post iktal paralisis
 Mengalami status epilepsi Resisten terhadap obat-obat
epilepsi
 Bangkitan disertai dengan gejala tekanan tinggi
intrakranial lain
4. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK)
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital
yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan
penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem.
Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul
ancaman herniasi.
Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya
N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala
TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah
meduloblatoma,spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma
serebelum, dan craniopharingioma.
5. Gejala Berdasarkan Lokasi & Fungsi Otak Yang Diserang:
Tumor pada Lobus Frontal:
 Perubahan perilaku dan kepribadian
 Penurunan kemampuan menilai sesuatu
 Penurunan daya penciuman
 Penurunan daya ingat
 Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
 Penurunan fungsi mental/kognitif
 Penurunan penglihatan dan radang syaraf mata
Tumor pada Lobus Parietal

 Penurunan kemampuan bicara


 Tidak bisa menulis
 Tidak mampu mengenali seseorang

7
 Kejang-kejang
 Disorientasi ruang
Tumor pada Lobus Oksipital
 Kehilangan penglihatan pada salah satu atau kedua belah
mata
 Kejang-kejang
Tumor pada Lobus Temporal
 Penurunan kemampuan bicara
 Kejang-kejang
 Kadang tanpa gejala sama sekali
Tumor pada Fosa Posterior
 Gangguan berjalan
 Nyeri kepala
 Muntah
Tumor pada Cerebello Pontin Angie:
 Gangguan pendengaran
Tumor pada Batang Otak:
 Perubahan perilaku dan emosional (lebih sensitif, mudah
tersinggung)
 Sulit bicara dan menelan
 Mengantuk
 Sakit kepala, terutama pada pagi hari
 Kehilangan pendengaran
 Kelemahan syaraf pada salah satu sisi wajah
 Kelemahan syaraf pada salah satu sisi tubuh
 Gerakan tak terkontrol
 Kehilangan penglihatan, kelopak mata menutup, juling, dll.
 Muntah
Tumor pada Selaput Otak:
 Sakit kepala
 Kehilangan pendengaran

8
 Gangguan bicara
 Inkontinensi (tidak mampu mengontrol buang air kecil/besar)
 Gangguan mental dan emosional (apatis, anarkis, dll)
 Mengantuk berkepanjangan
 Kejang-kejang
 Kehilangan penglihatan
Tumor pada Kelenjar Pituitary:
 Berhenti menstruasi (amenorrhea)
 Memproduksi air susu
 Impotensi
Tumor pada Hipotalamus:
 Gangguan perkembangan seksual pada anak-anak
 Kerdil
 Berhenti menstruasi (amenorrhea)
 Gangguan cairan dan elektrolit
Tumor pada Ventrikel:
 Hidrosefalus
 Leher kaku
 Kepala miring
 Nyeri kepala mendadak
 Penglihatan kabur
 Penurunan kesadaran

E. Patofisiologi/Woc
 Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif.
 Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh
dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan
intracranial.
 Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron.

9
 Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak
 Peningkatan tekanan intrakranial : bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.
 Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial.
 Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
 Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi),
dan gangguan pernafasan.

F. Farmakologi
Pemberian kortikosteroid sangat efektif untuk mengu-rangi edema serebri
dan memperbaiki gejala yang disebabkan oleh edema serebri, yang
efeknya sudah dapat terlihat dalam 24-36 jam. Agen yang direkomen-
dasikan adalah deksametason dengan dosis bolus in-travena 10 mg
dilanjutkan dosis rumatan 16-20mg/hari intravena lalu tappering off 2-16
mg (dalam dosis terbagi) bergantung pada klinis. Mannitol tidak dianjur-
kan diberikan karena dapat memperburuk edema, kecuali bersamaan
dengan deksamethason pada situasi yang berat, seperti pascaoperasi. Efek
samping pemberian steroid yakni gangguan toler-ansi glukosa, stress-
ulcer, miopati, perubahan mood, peningkatan nafsu makan, Cushingoid
dan sebagainya. Sebagian besar dari efek samping tersebut bersifat re-
versible apabila steroid dihentikan. Selain efek samping, hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pemberian steroid yakni interaksi obat. Kadar
antikonvulsan serum dapat dipengaruhi oleh deksameta-son seperti
fenitoin dan karbamazepin, sehingga mem-butuhkan monitoring
Pemberian deksametason dapat diturunkan secara ber-tahap, sebesar 25-

10
50% dari dosis awal tiap 3-5 hari, ter-gantung dari klinis pasien. Pada
pasien kanker otak me-tastasis yang sedang menjalani radioterapi,
pemberian deksametason bisa diperpanjang hingga 7 hari.

G. Diet/Nutrisi
1. Branched-chain amino acids (BCAA)
BCAA merupakan kumpulan tiga asam amino esensial yang memiliki
struktur berupa rantai cabang; yaitu leu-sin, isoleusin, dan valin.
BCAA merupakan regulator sintesis dan degradasi protein, sekaligus
merupakan prekursor sumber energi kunci untuk jaringan otot,dengan
berperan sebagai prekursor sintesis glutamin dan alanin. Oksidasi
BCAA merupakan proses yang penting untuk menyediakan energi bagi
otot, dan berfungsi se-bagai mekanisme kompensasi atas konsumsi
energi yang tinggi untuk mengimbangi imbang protein yang negatif
akibat proses inflamasi kronis akibat kanker. Bahan makanan sumber
BCAA yaitu putih telur, protein hewani, kacang kedelai.
2. Omega-3 fatty acids (asam lemak omega-3)
Asam lemak omega-3 Secara keseluruhan, efek asam lemak omega-3
adalah menurunkan jumlah sitokin proinflamasi pada pasien kanker
yang mengalami ka-heksia Bahan makanan sumber Omega-3 fatty
acids yaitu minyak dari ikan laut dan suplemen yang mengandung
Omega-3.
3. Arginin, glutamin, dan asam nukleat
Makanan formula khusus yang mengandung arginin, RNA
(ribonucleic acid, asam ribonukleat), dan asam lemak omega-3 telah
terbukti dapat memperbaiki daya tahan tubuh dan prognosis dari
pasien kanker. Bahan makanan sumber Arginin yaitu kacang–
kacangan.
4. Fructooligosaccharide (FOS) dan probiotik
FOS merupakan suatu prebiotik yang merupakan bahan makanan
untuk probiotik (bakteri flora normal usus). Beberapa penelitian in
vitro dan penelitian pada hewan membuktikan bahwa sejumlah

11
mikroorganisme dari bakteri flora normal usus dapat memengaruhi
karsino-genesis (bersifat protektif bagi tubuh pejamu terhadap aktivitas
zat-zat karsinogenik). Mekanisme bagaimana efek ini dapat timbul
masih dalam tahap hipotesis. Diduga bahwa efek protektif ini terjadi
lewat inhibisi bakteri secara langsung, ataupun karena bakteri tertentu
dapat menginaktivasi sejumlah zat karsinogen. Namun efek ini belum
terbukti secara klinis. Bahan makanan yang mengandung FOS dan
probiotik yaitu yogurt.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen (toraks, kepala)

2. EEG (tes gelombang otak/rekam otak) untuk mengukur aktivitas


kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak

3. CT scan / MRI
Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI dengan
kontras. CT scan berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah
awal penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk melihat kalsifikasi,
lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak. MRI dapat melihat
gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk
tumor infratentorial, namun mempu-nyai keterbatasan dalam hal
menilai kalsifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI seperti MRS sangat
baik untuk menentukan daerah nekrosis dengan tumor yang masih

12
viabel sehingga baik digunakan sebagai penuntun biopsi serta untuk
menyingkirkan diagnosis banding, demikian juga pemeriksaan DWI.

4. Pemeriksaan positron emission tomography (PET) dapat berguna


pascaterapi untuk membedakan antara tumor yang rekuren dan
jaringan nekrosis akibat radiasi.

5. Pemeriksaan cairan serebrospinal

6. Dapat dilakukan pemeriksaan sitologi dan flowcytome-try untuk


menegakkan diagnosis limfoma pada susunan saraf pusat atau
kecurigaan metastasis leptomeningeal atau penyebaran kraniospinal,
seperti ependimoma.

I. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan keperawatan
 Pilihan terapi tumor otak seperti halnya pada kanker jenis
lain, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi.

13
 Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala termasuk obat
untuk mengontrol edema otak atau akumulasi cairan,
 Diuretik untuk mengurangi pembengkakan otak,
 Analgesik untuk mengurangi rasa sakit,
 Antasida untuk mengurangi stres ulkus
 Antikonvulsan untuk mengurangi kejang.
 Penatalaksanaan Medis
Operasi pada kanker otak dapat bertujuan untuk mene-
gakkan diagnosis yang tepat, menurunkan tekanan in-trakranial,
mengurangi kecacatan, dan meningkatkan efektifitas terapi lain.
Reseksi tumor pada umumnya direkomendasikan untuk hampir
seluruh jenis kanker otak yang operabel. Kanker otak yang terletak
jauh di dalam dapat diterapi dengan tindakan bedah kecuali apabila
tindakan bedah tidak memungkinkan (keadaan umum buruk,
toleransi operasi rendah). Teknik operasi meliputi membuka
sebagian tulang tengkorak dan sela-put otak pada lokasi tumor.
Tumor diangkat sebanyak mungkin kemudian sampel jaringan
dikirim ke ahli patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor.
Biopsi stereotaktik dapat dikerjakan pada lesi yang letak dalam.
Pada operasi biopsi stereotaktik dilakukan penentuan lokasi target
dengan komputer dan secara tiga dimensi (3D scanning).
Pasien akan dipasang frame stereotaktik di kepala
kemudian dilakukan CT scan. Hasil CT scan diolah dengan
software planning untuk ditentukan koordinat target. Berdasarkan
data ini, pada saat operasi akan dibuat sayatan kecil pada kulit
kepala dan dibuat satu lubang (burrhole) pada tulang tengkorak.
Kemudian jarum biopsi akan dimasukkan ke arah tumor sesuai
koordinat. Sampel jaringan kemudian dikirim ke ahli patologi
anatomi. Pada keadaan peningkatan tekanan intrakranial akibatn
sumbaran cairan otak, dapat dilakukan pemasangan pi-rau
ventrikuloperitoneal (VP shunt). Pada glioma derajat rendah
dilakukan reseksi tumor secara maksimal dengan tujuan utama

14
perbaikan gejala klinis. Pada pasien dengan total reseksi dan
subtotal reseksi tanpa gejala yang mengganggu, maka cukup dil-
akukan follow up MRI setiap 3 – 6 bulan selama 5 ta-hun dan
selanjutnya setiap tahun. Bila operasi tetap menimbulkan gejala
yang tidak dapat dikontrol dengan obat simtomatik, maka
radioterapi dan kemoterapi merupakan pilihan selanjutnya. Pada
glioma derajat tinggi maka operasi dilanjutkan dengan radioterapi
dan kemoterapi.
Pilihan teknik anestesi untuk operasi intrakranial adalah
anestesi umum untuk sebagian besar kasus, atau sedasi dalam
dikombinasikan dengan blok kulit kepala untuk kraniotomi awake
(sesuai indikasi).

J. Rehabilitasi
A. Sebelum Tindakan (radioterapi, operasi, dan kemot-erapi)
1. Promotif fungsi fisik dan psiko-sosio-spiritual serta kualitas hidup.
contoh Gangguan kognitif dan perilaku, perubahan kepribadian dan
emosi
2. Preventif terhadap keterbatasan/ gangguan fungsi yang dapat
timbul
3. Penanganan terhadap keterbatasan/ gangguan fungsi yang sudah
ada
B. Pascatindakan (radioterapi, operasi, dan kemoterapi)
1. Preventif terhadap gangguan fungsi otak yang dapat terjadi pasca
tindakan dan efek sindrom dekondisi pada tirah baring lama
2. Penanganan gangguan fungsi/ disabilitas yang ada

K. Aspek Legal Etis


1. Otonomi (autonomy)
Yaitu hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembelaan diri.

15
2. Berbuat baik ( beneficience)
Yaitu melakukan sesuatu yang baik, kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan.
3. Keadilan (justice)
Yaitu prinsip Adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral,
legal dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (nonmaleficence)
Yaitu prinsip Tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
5. Kejujuran (veracity)
Prinsip yang berarti penuh dengan kebenaran, mengatakan segala yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (fidelity)
Prinsip yang dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Informasi klien harus dijaga, segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien.
8. Akuntabilitas (accountability)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidal jelas atau tanpa terkecuali.

L. Fungsi Advokasi
1. Otonomi, memberikan hak kemandirian kepada klien untuk melakukan
kegiatan yang masih dapat ia lakukan misalnya, mandi, gosok gigi, dll.
Untuk tindakan yang akan diberikan pada klien seperti diberi obat anti
nyeri untuk diminum namun klien menolak maka perawat tidak bisa
memaksakan klien untuk tetap minum obat tetapi perawat dapat
melakukan pendekatan secara bertahap.

16
2. Berbuat baik, memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya misalnya: pemberian obat nyeri
untuk meringankan rasa nyeri.
3. Keadilan, memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dan tidak
memandang usia ataupun jenis kelaminnya.
4. Tidak merugikan, menjaga keamanan lingkungan pasien seperti
memasang pengaman di tempat tidur.
5. Kejujuran, memberikan informasi yang sesungguhnya tentang
penyakit pasien jika pasien bertanya-tanya
6. Menepati janji, memberikan pelayan kesehatan sesuai janji yang telah
dilakukan dengan klien.
7. Kerahasian, merahasiakan segala sesuatu yang terjadi pada pasien bila
pasien yang memintanya, dan termasuk keluarganya tidak boleh
mengetahui.
8. Akuntabilitas, perawat memberikan pelayanan secara professional
kepada pasien sehingga pasien merasa nyaman.

M. Health education
1. Mengadakan penyuluhan tentang tumor otak
2. Memberitahu kepada pasien untuk menghindari makanan yang
mengandung zat karsinogenik
3. Menghindari rokok
4. Mengindari minum alcohol

17
ASKEP TEORI

A. Pengkajian
 Keluhan Utama : nyeri kepala
 RPS ( Riwayat Penyakit Saat ini )
 RPD ( Riwatay Penyakit Dahulu )
 Pemeriksaan Saraf Cranial
 Pemeriksaan Fisik
B. Konsep Dasar Keperawatan Pengkajian :
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
 Riwayat keluarga tumor
 Terpapar radiasi berlebih.
 Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman
penglihatan dan diplopia
 Kecanduan Alkohol,
 Perokok berat
 Gangguan kepribadian / halusinasi
2. Pola Nutrisi metabolic
 Riwayat epilepsy
 Nafsu makan hilang
 Adanya mual, muntah selama fase akut
 Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
 Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan
Faringeal)
3. Pola Eliminasi
 Perubahan pola berkemih dan
 Buang air besar (Inkontinensia)
 Bising usus negative
4. Pola Aktivitas dan Latihan
 Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot,
 Gangguan tingkat kesadaran

18
 Resiko trauma karena epilepsy
 Hamiparase, ataksia
 Gangguan penglihatan
 Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
5. Pola tidur dan istirahat
 Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
6. Pola persepsi kognitif dan sensori
 Pusing
 Sakit kepala
 Kelemahan Tinitus, Afasia motorik
 Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
 Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
 Penurunan memori, pemecahan masalah
 kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
 Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
 Tidak mampu merekam gambar
 Tidak mampu membedakan kanan/kiri
7. Pola persepsi dan konsep diri
 Perasaan tidak berdaya dan putus asa
 Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
8. Pola peran dan hubungan dengan sesame
 Masalah bicara
 Metidakmampuan dalam berkomunikasi (kehilangan
komunikasi verbal/ bicara pelo)
9. Reproduksi dan Sesualitas
 Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan
seksualitas
 Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
10. Pola Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
 Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
 Mekanisme koping yang biasa digunakan

19
 Perasaan tidak berdaya, putus asa
 Respon emosional klien terhadap status saat ini
 Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
 Mudah tersinggung
11. Sistem Kepercayaan Agama yang dianut
 Apakah kegiatan ibadah terganggu
C. Diagnosa dan Intervensi
 Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai
dengan hilang
Tingkat nyeri
Indikator SA ST
Keluhan nyeri
Meringis
Gelisah
Menarik diri

1. Intervensi utama
A. Menejemen nyeri
Tindakan :
Observasi
 Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi yang memperberat dan memperingan nyeri
 Monitor efek samping pengunaan analgesic
Terapeutik
 Berikan nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(missal, TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangant/dingin)

20
 Control ruangan yang memperberat rasa nyeri(mis, suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan tidur
 Pertombangkan jenis dan sumber nyeri dalam memilih
strategi meerdahkan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan stategi meredahkan nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk meredahkan nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik jika jika perlu

 Defisit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual, muntah dan tidak nafsu makan
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan
keperawatan
Hasil yang diharapkan: Nutrisi klien terpenuhi, Mual berkurang
sampai dengan hilang.
Status nutrisi
Indikator SA ST
Porsi makan yang dihabiskan
Berat badan
Indeks masa tubuh (IMT)
Nafsu makan

1. Intervensi utama
Tindakan:
Observasi
 Identiikasi status nutisi
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Monitor berat badan

21
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Teraupeutik
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berika suplemen makanan
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang diperlukan

 Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan d.d


bersikap seolah melihat, mendengar, meraba, atau mencium
sesuatu mengecap,
Persepsi sensori

L.09083 SA ST
Verbalisasi melihat bayangan
Perilaku halusinasi
Menarik diri
Respons sesuai stimulus
Konsentrasi

1. Intervensi utama
Manajemen halusinasi
Observasi
 Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi
 Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi
lingkungan
Terapeutik
 Pertahankan lingkungan yang aman
 Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi
 Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi

22
Edukasi
 Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
 Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk member
dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi

 Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi d/d


menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Tingkat pengetahuan

L.12111 SA ST
Perilaku sesuai anjuran verbalisasi minat dalam belajar
Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic
Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topic perilaku sesuai dengan pengetahuan
Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
Persepsi yang keliru terhadap masalah
Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

1. Intervensi utama
Edukasi kesehatan
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

23
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidp bersih dan sehat

 Ansietas b/d ancaman terhadap kematian d/d merasa khawatir


dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
Tingkat ansietas

L.090093 SA ST
Verbalisasi kebingungan
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
Perilaku gelisah
Perilaku tegang
Keluhan pusing
Anoreksia
Palpitasi
Frekuesni pernapasan
Frekuensi nadi
Tekanan darah
Diaforesis
Tremor
Pucat
Konsentrasi
Pola tidur
Perasaan keberdayaan
Kontak mata
Pola berkemih
Orientasi

1. Intervensi utama
Reduksi ansietas
Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis:
kondisi,waktu,stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan

24
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
 Latih teknik relaksasi

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor adalah adanya pertumbuhan jaringan abnormal dimana sel terus
tumbuh dan bermultiplikasi secara tidak terkontrol. Tumor otak termasuk neoplasma
yang berasal dari parenkimotak, meningen, dan glandula pituitary atau struktur tulang
intracranial yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi jaringan otak. Tumor
otak di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia, terhitung ada 300
pasien setiap tahunnya yang terdiagnosis tumor otak. Bukan hanya orang dewasa,
tetapi tumor otak juga menyerang anak-anak dengan usia yang tergolong muda. Tidak

25
sedikit masyarakat yang cenderung menganggap remeh gejala tumor otak yang
ditimbulkan. Oleh karena itu, deteksi sejak dini menjadi sangat penting dan
diperlukan sebelum tumor otak berkembang ke stadium yang lebih parah. Baik dari
tenaga medis maupun masyarakat harus waspada terhadap berbagai gejala dan
kelainan yang terjadi secara terus-menerus.
B. Saran
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan yang
berhubungan dengan Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Tunor
otak dengan harapan institusi pendidikan mampu mengerjakan pengenalan terhadap
konsep asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tumor otak.

DAFTAR PUSTAKA
Dr.dr.Yuyun Yueniwati.2017. Pencitraan Pada Tumor Otak: Modalitas dan
Interpretasinya.UB Media,Universitas Brawijaya Malang.
Ns.Laurent.2017.Brain Tumor Management. One Day Symposium And
Workshop.
Black M. Joice, dkk. 2014. KeperawatanMedikalBedahEdisi Bahasa Indonesia.
Singapura. Elsevier.
Anggota IKPI,Jakarta.2013. Agar Otak Sehat 2. PT. Elext Media. Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai