Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAGED CARE DAN MASALAH AKUNTABILITAS

PERAN PERAWAT DALAM MANAGED CARE

Mata kuliah: Keperawatan Jiwa II

Dosen : Iin Aini Isnawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 01

1. Deli indah lestari


2. Siti fatimah tus zahroh

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN - PROBOLINGGO

2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul” MAKALAH
TENTANG MANAGED CARE, MASALAH AKUNTABILITAS dan PERAN
PERAWAT DALAM MANAGED CARE”dan dengan selesainya penyusunan makalah ini,
kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr.H.Nur Hamim,S.KM.,.S.Kep,Ns.,M.Kes sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Shinta Wahyuni.S.Kep.,Ns.M.Kep.,SpKepMat sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Roisah ,SKM.,M.kes Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Iin Isnawati sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa II

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna.Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, 31 mei 2021

2
DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................i

Kata pengantar..........................................................................................................ii

Daftar isi...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan...........................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Managed Care ............................................................................3


2.2 Masalah Akuntabilitas...................................................................................7
2.3 Peran Perawat Dalam Managed Care............................................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa masih menjadi isu penting di bidang kesehatan.
Permasalahan terkait kesehatan jiwa di masyarakat meliputi pengetahuan, stigma dan
pelayanan kesehatan jiwa. Sumber daya kesehatan di Indonesia masih memiliki
berbagai keterbatasan, dan mengintegrasikan pelayanan primer sehingga upaya yang
dapat diselesaikan adalah dengan mengintegrasikan pelayanan primer. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan di tingkat pelayanan primer adalah pembentukan kader
kesehatan jiwa, Dengan melalui sistem managed care. (Nafiah,2021)
Managed care (Managed Health Care) adalah sistem yang mengintegrasikan
antara pembiayaan dan pelayanan kesehatan melalui penerapan kendali mutu dan
biaya dengan cara meningkatkan kelayakan dan efisiensi pelayanan kesehatan.( Mary
L. Durham ,2019).
Akuntabilitas yaitu mengarah pada hasil dari tindakan yang dilakukan. Ini
berarti menerima hasil kerja atau tindakan serta tanggung jawab terhadap keputusan
yang diambil, serta tindakan, dan catatan yang dilakukan dalam batas
kewenangannya.
Perawat selalu dihadapkan pada kegiatan pendokumentasian
keperawatan.Kemampuan perawat belum disertai dengan pengetahuan yang cukup
untuk melakukan pendokumentasian dengan benar.Dua puluh persen perawat di
Indonesia adalah lulusan DIII dan dikategorikan sebagai profesional pemula.Hal
tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya permasalahan dalam menyusun
pendokumentasian keperawatan.
Permasalahan seperti rumitnya sistem pendokumentasian asuhan keperawatan,
penggunaan dokumentasi keperawatan yang masih konvensional dengan menulis, dan
tingkat pemahaman perawat yang masih rendah menjadi pemicu ketidaklengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan, oleh karena itu beberapa pelayanan
kesehatan mulai mengembangkan model pendokumentasian dengan berbasis
teknologi dan komputer dan tergabung dalam sistem informasi keperawatan.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian managed care?
2. Bagaimana Masalah Akuntabilitas?
3. Bagaimana peran perawat dalam managed care?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa.
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui apa pengertian managed care.
2. Untuk mengetahui bagaimana masalah akuntabilitas.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam managed care.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
di bidang kesehatan sebagai bahan informasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi konsep peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Managed Care


Managed care adalah suatu system pembiayaan pelayanan kesehatan yang
disusun berdasarkan jumlah anggota yang terdaftar dengan kontrol mulai dari
perencanaan pelayanan serta meliputi kontrak dengan penyelenggara pelayanan
kesehatan untuk pelayanan yang komprehensif, penekanan agar peserta tetap sehat
sehingga utilisasi berkurang, unit layanan harus memenuhi standar yang telah
ditetapkan dan terdapat program peningkatan mutu pelayanan (Sulistiawati, 2019).
Managed care adalah sistem yang mengintegrasikan antara pembiayaan dan
pelayanan kesehatan melalui penerapan kendali mutu dan biaya dengan cara
meningkatkan kelayakan dan efisiensi pelayanan kesehatan. .( Mary L.Durham ,
2019).
Managed care juga termasuk Asuransi kesehatan yaitu salah satu cara untuk
membiayai pelayanan kesehatan (Getzen, 2019). Pada negara-negara yang menganut
sistem pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber (multiple health
financing), umumnya pelayanan kesehatan dibiayai dari asuransi kesehatan. Misalnya
pada negara Amerika Serikat (AS) (Duston, 2016). Pada tahun 2012, pembiayaan
kesehatan di AS sebesar 40% bersumber dari Medicare dan 32% dari Medicaid
.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asuransi kesehatan merupakan sumber
pembiayaan kesehatan yang utama di suatu negara. (Getzen, 2019)
Dibutuhkan skema asuransi kesehatan yang benar-benar efisien dan tidak
merugikan seluruh pelaku. Maka muncullah konsep yang disebut dengan managed-
care atau asuransi kesehatan.
Pendekatan ini dapat mengurangi bahaya moral (moral hazard) terhadap
pelayanan kesehatan yang tidak dibutuhkan oleh pasien sehingga mengakibatkan
kerugian kesejahteraan masyarakat. Pendekatan managed care mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: kontrak dengan dokter atau rumah sakit yang terpilih untuk
memberikan pelayanan komprehensif termasuk promosi dan prevensi kepada populasi
peserta, pembayaran pada provider dengan system pembayaran prospektif termasuk
kapitasi, pembayaran premi per orang per bulan telah ditentukan sebelumnya, adanya
kendali utilisasi dan mutu dimana dokter atau rumah sakit telah menerima kendali
tersebut dalam kontrak, adanya insentif financial bagi pasien untuk memenfaatkan

6
provider dan fasilitas yang ditunjuk dan adanya risiko finansial bagi dokter ataupun
rumah sakit.

Ada beberapa ciri Managed Care yaitu :


1. Kontrol utilisasi yang ketat sesuai mekanisme kontrak.
2. Monitoring dan kontrol pelayanan yang diberikan.
3. Memakai dokter umum dan tenaga medik lainnya untuk mengelola pasien.
4. Menciptakan layanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
5. Ada program perbaikan kualitas.
6. Sistem reimburse yang membuat sarana pelayanan kesehatan (dokter, puskesmas,
rumah sakit dll) dapat mempertanggung jawabkan biaya dan kualitas layanan
kesehatan.
Managed care ini berbeda dengan asuransi kesehatan indemnity tradisional.
Dalam managed care pembayaran pada provider tidak berdasarkan fee for service dan
reimbursment, akan tetapi besar biaya telah ditentukan dan dibayar untuk memberikan
pelayanan yang komprehensif termasuk pelayanan preventif seperti perawatan anak,
imunisasi, papsmears dan lain-lain.Tidak seperti asuransi indemnity, managed care
memberikan pelayanan promotif dan preventif. Dengan demikian dapat dipandang
bahwa managed care merupakan kombinasi dari perusahaan asuransi kesehatan dan
system pemberian pelayanan kesehatan .(Nafiah,2021)
Menurut Sekhri (2020), managed care secara umum dapat diartikan sebagai
pengaturan finansial dan pelayanan kesehatan yang teritegrasi dan berkesinambungan.

Managed care dibagi manjadi beberapa bentuk, yaitu:


a) HMO (Health Maintanance Organization)
HMO pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1970-an, yang menjelaskan
tentang organisasi spesifik, dimana jaminan kesehatan, dokter dan rumah sakit
berada dalam satu organisasi.Dokter biasanya bekerja di satu. HMO adalah satu
bentuk managed care yang mempunyai ciri sebagai berikut (Djuhaeni, 2020):
1) Pembayaran premi didasarkan Pada perhitungan kapitasi.
Kapitasi adalah pembayaran terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan
berdasarkan jumlah sasaran anggota, biasanya didasarkan atas konsep wilayah
dan bukan berdasarkan jumlah pelayanan yang diberikan. Dulu (HMO
tradisional) dibayar reimburse berdasarkan fee for service.

7
2) Terikat pada lokasi tertentu.
3) Pembayaran out of pocket sangat minimal.
4) Ada dua bentuk HMO; pertama, HMO merupakan badan penyelenggara
merangkap sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan sehingga kontrol lebih
baik dan mengurangi utilisasi yang berlebihan. Kedua, HMO mengontrol
penyelenggara pelayanan kesehatan.
5) Kendali biaya dan pemanfaatan tinggi.
6) Ada kemungkinan mutu pelayanan rendah.
Ada beberapa tipe HMO, yaitu :
a. Staff-model yaitu dokter secara langsung menjadi pegawai HMO dan
diberikan imbalan dengan sistem gaji.
b. Group-model yaitu HMO mengontrak dokter secara kelompok danbiasanya
didasarkan atas kapitasi.
c. Network-model yaitu HMO mengontrak lebih dari satu grup dokter.
d. Individual Practice Assosiation (IPA) yaitu HMO mengontrak sejumlah
dokter dari beberapa jenis praktek dan biasanya didasarkan pada fee for
service. (Nafiah,2021)
b) PPO (Preferred Provider Organization)
PPO memiliki kesamaan dengan IPA, tetapi lebih kepada memilih salah
satu dari provider yang ada dan membuat persetujuan kontrak yang terfokus
kepada harga.PPO dapat menarik lebih banyak pasien karena premi yang
ditawarkan lebih rendah.Dokter dibayar dengan sistem fee for service, dengan
negosiasi sebelumnya mengenai setiap pelayanan yang ditawarkan.
(Nafiah,2021)
c) POS (Point of Service)
Sering disebut dengan HMO tanpa pembatas.POS memiliki sistem kapitasi
untuk setiap pendaftar.Kompensasi POS adalah per pasien per tahun.
PPO dan POS merupakan bentuk managed care yang memberikan pilihan
PPK yang lebih luas kepada konsumen yaitu provider yang termasuk dalam
jaringan dan provider yang tidak termasuk dalam jaringan pelayanan sehingga
harus dibayar penuh. Ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Pelayanan bersifat komprehensif.
b. Kebebasan memilih PPK.
c. Insentif untuk menggunakan PPK murah.
8
d. Pembayaran PPK berdsarkan fee for service dengan potongan
harga.
e. Pengeluaran out of pocket sedang.
f. Inflasi biaya relatif masih tinggi.
g. Ada kendali utilitas dan mutu.
h. Tumbuh paling cepat.

Berikut ini merupakan hal yang paling sering dikomplein dari sistem managed
care, yaitu:

1) Cost savings (penghematan biaya)


Penghematan biaya yang diklaim oleh managed care dianggap tidak benar atau
tidak berkelanjutan.
2) Provider reimbursement
Reimbursement rumah sakit dan kompensasi untuk dokter terlalu rendah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang baik.
3) Quality of care (kualitas pelayanan)
Kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi managed care bawah standar,
termasuk penolakan pelayanan, akses yang sulit untuk konsultasi dengan dokter
spesialis dan batas waktu untuk rawat inap.
Secara keseluruhan manage care menimbulkan reaksi positif dalam mengontrol
pertumbuhan biaya pelayanan kesehatan tanpa menimbulkan efek negatif terhadap
kualitas pelayanan rumah sakit. Berikut keuntungan dari sistem managed care, yaitu:3
a. Manajemen penyakit
Dengan sistem manage care, sistem pembiayaan fee for service dimana
provider membayar untuk suatupenyakit, berubah ke sistem kapitasi dimana
keuntungan dapat diperoleh jika penduduk dalam keadaan sehat. Pengobatan juga
semakin efektif dengan melibatkan pasien dan keluarga pasien dalam menangani
penyakit kronik dan melakukan promosi manfaat dari regimen obat yang digu
nakan. Selain itu, target utama lainnya adalah program manajemen penyakit seperti
asma pada anak, diabetes, cedera tulang belakang, nyeri tulang belakang, penyakit
ginjal kronik dan kesehatan mental dengan biaya yang masuk akal.
b. Pengukuran kualitas
Beberapa teknik digunakan dalam managed care, salah satunya adalah
guideline yang berdasarkan praktik klinik terbaik, buku laporan yang berkualitas

9
yang berisikan informasi mengenai provider dan kinerja rencana kesehatan dan
evidence-based-medicines yang berhubungan dengan penemuan kedokteran
mutakhir serta data efektivitas biaya. Protokol klinis yang dikembangkan oleh
HMO memiliki efek positif untuk memperpaiki kualitas. Evidence-based-
medicines memerlukan hal tersebut untuk mempromosikan kualitas pelayanan,
baik dokter dan pasien dapat melakukan diskusi untuk meningkatkan kualitas
dalam menentukan pengobatan yang akan dilakukan.
c. Penyelarasan insentif
Managed care melakukan beberapa cara untuk membayar provider dengan
harga terbaik dan membuat kerangka agar pembiayaan kesehatan menjadi efektif,
produktif dan berkualitas. Biaya juga dibatasi dengan cara mengeliminasi hal-hal
yang tidak sesuai dan tidak penting dalam sistem pelayanan kesehatan. (Suhanda,
2019).
Belum diperoleh data yang pasti mengenai perkembangan managed care di
Indonesia. Namun, perkembangan produk asuransi kesehatan berbentuk managed
care makin bertambah salah satunya adalah penerapan program Sistem Jaminan
Nasional (SJSN). SSJN adalah suatu tata cara penyelenggaran program jaminan
social oleh berbagai badan penyelenggaraan jaminan sosial. Untuk mewujudkan
komitmen global sebagaimana amanat resolusi WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa
yang menginginkan setiap negara engembangan Universal Health Coverage (UHC)
bagi seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan
jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) (Setyawan, 2018).
Pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diterapkan prinsip-prinsip
pelayanan yang terkendali (managed care). Dalam implementasinya melibatkan
interaksi dari tiga pihak, yaitu: penyelenggara (BPJS), provider (rumah sakit dan
klinik/puskesmas), dan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Prinsip
managed care bertujuan agar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dengan
biaya efisien (terkendali). Peraturan Menteri Kesehatan No. 69 Tahun 2013 tentang
tarif pelayanan kesehatan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), tarif
Indonesian Case Based Groups disebutkan Tarif INA-CBG’s didasarkan atas
kodifikasi. Menurut Depkes RI (1997) kodifikasi adalah membuat kode atas
diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang berlaku, bertujuan untuk

10
mempermudah pengelompokkan penyakit dan operasi selanjutnya dituangkan
dalam bentuk angka.
Sistem INA-CBG’s terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu
sama lain. Komponen yang berhubungan langsung dengan output pelayanan adalah
clinical pathway, koding dan teknologi informasi, sedangkan secara terpisah
terdapat komponen kosting yang secara tidak langsung mempengaruhi proses
penyusunan tarif INA-CBG’s untuk setiap kelompok kasus. Dalam pelaksanaan
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), sistem INA-CBG’s merupakan salah satu
instrumen penting dalam pengajuan dan pembayaran klaim pembayaran pelayanan
kesehatan yang telah dilaksanakan oleh FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan) atau rumah sakit yang telah bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, maka pihak manajemen maupun fungsional di setiap FKRTL tersebut
perlu memahami konsep implementasi INA-CBG’s dalam program JKN.
(Permenkes No 76, 2019)
2.2 Masalah Akuntabilitas Perawat
Akuntabilitas yaitu mengarah pada hasil dari tindakan yang dilakukan. Ini
berarti menerima hasil kerja atau tindakan serta tanggung jawab terhadap keputusan
yang diambil, serta tindakan, dan catatan yang dilakukan dalam batas
kewenangannya.(Tarwoto, 2020). Akuntabilitas adalah mempertanggung jawabkan
hasil pekerjaan, dimana “tindakan” yang dilakukan merupakan satu aturan
profesional.

Akuntabilitas profesional mempunyai beberapa tujuan, antara lain:


1. Perawat harus mempertanggung jawabkan tindakannya kepada pasien, manajer dan
organisasi tempat mereka bekerja.
2. Mereka bertanggung jawab terhadap tindakan yang diambil untuk pasien dan
keluarganya, masyarakat dan juga terhadap profesinya.
3. Mengevaluasi praktek profesional dan para stafnya.
4. Menerapkan dan mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan yang
dikembangkan oleh organisasi.
5. Membina keterampilan personal staf masing-masing.
6. Memastikan ruang lingkup dalam proses pengambilan keputusan secara jelas.
Perawat selalu dihadapkan pada kegiatan pendokumentasian
keperawatan.Kemampuan perawat belum disertai dengan pengetahuan yang cukup

11
untuk melakukan pendokumentasian dengan benar.Dua puluh persen perawat di
Indonesia adalah lulusan DIII dan dikategorikan sebagai profesional pemula.Hal
tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya permasalahan dalam menyusun
pendokumentasian keperawatan.
Permasalahan seperti rumitnya sistem pendokumentasian asuhan keperawatan,
penggunaan dokumentasi keperawatan yang masih konvensional dengan menulis, dan
tingkat pemahaman perawat yang masih rendah menjadi pemicu ketidaklengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan, oleh karena itu beberapa pelayanan kesehatan
mulai mengembangkan model pendokumentasian dengan berbasis teknologi dan
komputer dan tergabung dalam sistem informasi keperawatan (Keliat, 2020).
Selama ini, biaya pengobatan di sejumlah rumah sakit berbeda-beda meskipun
dengan kasus penyakit yang sama. Misalnya, untuk penyakit tipes, di rumah sakit A
pasien mendapat perawatan selama 7 hari dengan biaya Rp7 juta, sedangkan di rumah
sakit B, pasien dengan penyakit yang sama, hanya dikenakan biaya Rp5 juta dengan
rawat inap hanya 5 hari. Permasalahan seperti ini terjadi karena rumitnya system
pembayaran masalah pelayanan di berbagai rumah sakit,memperkirakan berapa biaya
dan tindakan apa aja yang dapat dilakukan oleh rumah sakit dalam menangani suatu
penyakit. Oleh karena itu, pemerintah akan memberlakukan biaya yang sama untuk
penyakit yang sama di setiap rumah sakit melalui sistem INA CBGs.Hal itu dilakukan
untuk lebih mengoptimalkan kinerja rumah sakit dan menghalangi adanya tagihan
yang terlalu tinggi atas tindakan-tindakan kesehatan yang dirasa tidak diperlukan serta
biaya akan ditentukan sebelum pelayanan diberikan sehingga masyarakat sudah bisa
mempersiapkan biaya yang diperlukan. Sehingga, pasien akan membayar biaya rawat
setelah mereka menerima semua pelayanan oleh pihak rumah sakit.
2.3 Peran Perawat dalam Managed Care
1. Pelaksana asuhan keperawatan perawat memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan
perannya, perawat menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan
kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas. Perawat
melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan proses
keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan serta
evaluasi terhadap tindakan tersebut.
12
2. Pelaksana pendidikan keperawatan
Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan
komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga
dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat
bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.
3. Pengelola keperawatan
Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat:
a. Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola asuhan
keperawatan jiwa.
b. Menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa.
c. Berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus seperti mengorganisasi,
koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu
maupun keluarga.
d. Mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.

4. Pelaksana penelitian
Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Managed care adalah suatu system pembiayaan pelayanan kesehatan yang
disusun berdasarkan jumlah anggota yang terdaftar dengan kontrol mulai
dariperencanaan pelayanan serta meliputi kontrak dengan penyelenggara pelayanan
kesehatan untuk pelayanan yang komprehensif, penekanan agar peserta tetap sehat
sehingga utilisasi berkurang, unit layanan harus memenuhi standar yang telah
ditetapkan dan terdapat program peningkatan mutu pelayanan (Suhanda, 2015).Belum
diperoleh data yang pasti mengenai perkembangan managed care di Indonesia.
Namun, perkembangan produk asuransi kesehatan berbentuk managed care makin
bertambah salah satunya adalah penerapan program Sistem Jaminan Nasional
(SJSN).
Pendekatan ini dapat mengurangi bahaya moral (moral hazard) terhadap
pelayanan kesehatan yang tidak dibutuhkan oleh pasien sehingga mengakibatkan
kerugian kesejahteraan masyarakat. Pendekatan managed care mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: kontrak dengan dokter atau rumah sakit yang terpilih untuk
memberikan pelayanan komprehensif termasuk promosi dan prevensi kepada populasi
peserta.Akuntabilitas yaitu mengarah pada hasil dari tindakan yang dilakukan. Ini
berarti menerima hasil kerja atau tindakan serta tanggung jawab terhadap keputusan
yang diambil, serta tindakan, dan catatan yang dilakukan dalam batas
kewenangannya.(Tarwoto, 2010).Peran perawat dalam keperawatan jiwa antara lain
pelaksana asuhan keperawatan perawat memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas, pelaksana pendidikan
keperawatan perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga
dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri.

3.2 Saran

1) Bagi Institusi Pendidikan


Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai konsep peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa.

14
2) Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidak
lengkapan materi mengenai konsep peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa.Kami mohon maaf, kamipun sadar bahwa makalah yang kami
buat tidaklah sempurna.Oleh karena itu kami mengharap kritikdan saran yang
membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E., Suliswati, Farida, P., Rochimah, & Banon, E. (2019).Asuhan Keperawatan Jiwa
Dengan Masalah Psikososial. In A. Wijaya (Ed.) (p. 134).
Jakarta: CV.Trans Info Media. Fitria, nita. 2010. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan.
Jakarta : salemba medika.
Keliat, B.A & Akemat. 2020. Model praktik keperawatan professional jiwa.Jakarta : EGC.
Marry,L,Durham.2019.Mental Health and Managed Care. Jurnal annual review of public
health Vol 19 (volume publication date may 2019).
Nurjanah, intansari S.Kep. 2019. Pedoman penanganan pada gangguan jiwa. Yogyakarta:
Memodia.
Tarwoto dan Wartonah. 2018. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC.
Suhanda, et all. 2018 .Jaminan Kesehatan dan Managed Care.Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala Volume 15 Nomor 2 Agustus 2018.
Setyawan,Budi, Endra, Febri. 2019. Sistem Pembiayaan Kesehatan. Sistem Pembiayaan
Kesehatan Volume 11 No 2 Desember 2019.

16

Anda mungkin juga menyukai