Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Pembimbing Perjanjian Lama 2

Dosen : Pdt. Robinson Radjagukguk, MST, Th.M, Ph.D

Tugas : 1 Korintus 7-11

Kelompok : 2B (Mikael Simare-mare/2010141, Putri Sihombing/2010144,


Vereddi Silitonga/2010151, Boiko Gulo/2010118, Gilbert Sinaga/1810028

A. Pendahuluan
Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus merupakan salah satu
dari ketiga surat yang menempati posisi sentral dalam bagian Perjanjian Baru
di Alkitab1. Berikut penjelasan makalah 1 Korintus 7-11.
B. Pembahasan
1. Intisari 1 Korintus 7-11
a. 1 Korintus 7:1-16
Pada pasal 7:1-16, Paulus mengingatkan kepada setiap pasangan agar
menjaga kekudusan karena baik suami maupun istri tidak lagi berkuasa
atas tubuhnya sendiri. Bagi yang menikah, Paulus memberikan 3
prinsip. Prinsip yang pertama adalah suami maupun istri harus saling
setia dan menunaikan kewajiban ( ayat 3-5). Prinsip kedua adalah
tentang perceraian. Paulus mengajarkan bahwa istri tidak boleh
menceraikan suami, begitu juga sebaliknya (ayat 10-11). Prinsip ketiga
berkaitan erat dengan konteks jemaat Korintus yang sudah menikah
sebelum percaya. Dalam kondisi demikian, jika ada suami atau istri
menjadi percaya tetapi pasangannya tidak percaya, mereka tidak boleh
menceraikan pasangannya yang belum seiman tersebut (ayat 10-16).
Seperti yang dikatakan dalam ayat 3 dan ayat 4. Paulus juga
mengatakan di ayat 5 agar suami dan istri jangan saling menjauhi
kecuali dengan persetujuan bersama. Tujuannya supaya masing-masing
ada kesempatan untuk berdoa.
b. 1 Korintus 7:17-40
Paulus menegaskan bahwa memenuhi panggilan Allah bukanlah
persoalan lahiriah seperti sunat atau tidak (ayat 18). Tuhan juga tidak

1
John Drane. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),
346.
mempersoalkan status hamba atau orang merdeka (ayat 21). Ia pun
tidak mempermasalahkan status menikah atau tidak menikah (ayat 25-
28). Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk tetap hidup seperti
yang telah ditentukan Tuhan baginya. Ia menyarankan agar tiap orang
hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah (ayat 17).
c. 1 Korintus 8:1-13
Masalah lain yang ditelusuri Paulus adalah mengenai makanan yang
dipersembahkan kepada berhala. Tampaknya, beberapa jemaat yang
kuat di Gereja Korintus makan-makan di tempat ibadah penyembahan
berhala. Walaupun mereka dapat membenarkan perbuatan mereka
dengan pengetahuan bahwa berhala sama sekali bukanlah allah,
perbuatan mereka telah menjadi batu sandungan bagi jemaat-jemaat
yang lemah. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar memberi
contoh yang baik kepada jemaat yang baru mengenal Kristus supaya
mereka tidak melakukan hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Di dalam pasal ini, Paulus tidak hanya menjawab pertanyaan memakan
makanan yang dipersembahkan kepada berhala, tetapi juga
mengajarkan prinsip-prinsip utama yang harus dipegang orang Kristen
dalam mengambil keputusan.
d. 1 Korintus 9:1-27
Pada pasal ini, Paulus melanjutkan tentang hal makanan yang
dipersembahkan kepada berhala dan memakan di tempat
penyembahan berhala. Paulus menjelaskan prinsip-prinsip yang ia
sampaikan di pasal sebelumnya. Dengan menggunakan dirinya sendiri
sebagai contoh, Paulus menunjukkan bahwa kasih sejati membutuhkan
pengorbanan diri, melayani orang lain, dan kedisplinan pribadi. Dalam
1 Korintus 9 ini, Paulus menunjukkan bahwa dalam kehidupannya
sendiri, iapun rela membuang hak-haknya demi kepentingan orang
lain. Jadi, pasal ini merupakan praktek dari apa yang Paulus ajarkan
dalam pasal 8.
e. 1 Korintus 10:1-33
Paulus menekankan perlunya disiplin diri dan kemungkinan gagal
memperoleh hadiah bagi mereka yang tidak disiplin. Untuk
menunjukkan kesungguhan dari kemungkinan tersebut, dia
menggunakan bangsa Israel sebagai contoh tentang kegagalan. Paulus
menasehati jemaat di Korintus untuk waspada agar mereka tidak gagal
juga karena Allah tidak akan membiarkan penyembahan berhala, dosa,
dan kebejatan Israel terjadi lagi (ayat 6)
f. 1 Korintus 11:1-16
Paulus memberikan garis besar mengenai kehendak Allah bagi umat-
Nya dalam hal-hal seperti pakaian luar, kesopanan, penampilan dan
perilaku yang layak (1Kor. 11:2)Paulus mempersilahkan mereka untuk
mempertimbangkan keputusan apa yang akan diambil.
“Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah
dengan kepala yang tidak bertudung?” (1Kor. 11:13). Paulus menaruh
perhatian terhadap hubungan yang pantas antara pria dengan wanita,
dan ia berusaha untuk menegakkan hubungan itu sebagaimana yang
ditetapkan oleh Allah (1Kor. 11:3).
g. 1 Korintus 11:17-34
Dalam ayat ini, Paulus menegur jemaat Korintus yang melakukan
kesalahan-kesalahan dalam perjamuan malam. Paulus kembali
mengingatkan mereka akan cara dan esensi dari Perjamuan Kudus
(ayat 23-29). Ia tidak ingin jemaat menjadikan Perjamuan Kudus
sebagai ritual keagamaan belaka tanpa pemahaman makna. Jemaat
dituntut sungguh menyadari arti tubuh Kristus yang terpecah dan
darah-Nya yang tercurah.
2. Penulis dan Penerima Surat
Surat 1 Korintus oleh para ahli-ahli biblika disetujui sebagai tulisan asli
Paulus dan ditujukan kepada jemaat di kota Korintus. Paulus juga dianggap
sebagai pendiri jemaat sehingga ketika terjadi masalah, Paulus dicari
sebagai orang yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan pemikiran bahwa jemaat di Korintus sengaja mengirim
surat kepada Paulus karena beberapa hal yang terjadi di sana. 2 Kemudian,
surat 1 Korintus ini diduga sebagai respon dan jawaban atas apa yang

2
Mark Taylor, 1 Corinthians: An Exegetical and Theological Exposition of Holy Scripture Vol. 28, (Nasville,
Tennesse: B&H Group, 2014), 21
terjadi di sana. Hal ini dapat dilihat dari beberapa poin penting isinya, yaitu
percabulan, perpecahan, dan beberapa hal lainnya.3
3. Tujuan
Surat 1 Korintus diyakini sebagai salah satu cara Paulus dalam menjaga
hubungan jarak jauh dengan jemaatnya. Oleh sebab itu, Paulus menulis
surat 1 Korintus dengan tujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
surat jemaat Korintus yang dikirimkan kepadanya. Termasuk juga
menyoroti perilaku mereka yang tidak pantas dan pengajaran sesat yang
telah mereka terima sebagai suatu kebenaran.
4. Konteks Kehidupan
a. Sosial
Di kota Korintus terjadi diskriminasi. Dari 1 Korintus 11:18-22, dapat
disimpulkan bahwa anggota-anggota yang lebih kaya
mengesampingkan yang miskin dalam perjamuan malam. Problem
utama yang dialami jemaat Korintus adalah konsep spiritualitas yang
salah. Mereka berpikir bahwa hubungan suami-istri dapat merusak
spiritualitas, karena itu mereka berusaha saling menjauhi. Dengan kata
lain, mereka berusaha mengadakan perubahan status sosial untuk
kepentingan spiritual. Mereka menganggap bahwa perubahan status
sosial akan berdampak pada keadaan spiritual mereka. Selanjutnya, ia
mengambil contoh status sosial yang berkaitan dengan etnis. Orang
Yahudi tidak perlu mengubah keadaan dirinya yang bersunat, begitu
pula orang non-Yahudi tidak perlu menyunatkan diri mereka (1Kor.
7:18). Nasehat ini didasarkan pada alasan teologis bahwa sunat atau
tidak bersunat tidak memiliki arti apa-apa (1Kor. 7:19).
b. Budaya
Di Kota Korintus, ada perbedaan latar belakang budaya sehingga gereja
mengalami keretakan. Saat itu mereka terdiri dari orang Yahudi dan
Yunani. Muncul perbedaan pendapat mengenai hal penutup kepala
pada perempuan saat beribadah. Golongan Yahudi mewajibkan seorang
perempuan memakai penutup kepala, sedangkan golongan Yunani
berpikir sebaliknya. Budaya lain yang berkembang di Korintus adalah

3
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 349
gaya hidup yang bebas dan kejahatan-kejahatan lainnya berkembang di
sana. 4 Hal itulah yang kemudian menjadi permasalahan yang dibawa
Paulus dalam suratnya untuk jemaat di Korintus.
c. Agama
Kota Korintus dikenal dengan penyembahan berhalanya. Sebagai kota
yang pernah dipimpin oleh orang Yunani dan Romawi, keagamaan kota
Korintus tidak lepas dari 2 wilayah tersebut. Hal ini juga dapat dilihat
dalam 1 Korintus 8:1-13. Meskipun demikian, perjamuan kudus juga
dilakukan jemaat Korintus. Namun, perjamuan kudus yang mereka
lakukan adalah dengan cara yang salah. Mereka tidak memaknai
perjamuan kudus sebagai sarana mengingat kasih dan pengorbanan
Kristus. Sebaliknya, momen itu menjadi kesempatan untuk makan dan
minum anggur sepuasnya.
5. Ajaran yang disuarakan
Memelihara kekudusan perkawinan (1 Korintus 7:1-16)
Menghidupi panggilan Allah (1 Korintus 7:17-40)
Menjauhi penyembahan berhala
Melayani Tuhan adalah sebuah kehormatan (1 Korintus 9:1-27)
Menjaga kesopanan (1 Korintus 11:2-16)
6. Makna untuk pembaca abad 21
Tidak sedikit di zaman sekarang ini pernikahan mengalami masalah
seperti perceraian. Hal itu disebabkan karena ketidaksetiaan
antarpasangan. Tawaran kenikmatan dunia menjadi pelarian atas masalah
ketidakharmonisan itu. Akibatnya makna perkawinan pun mulai luntur.
Surat 1 Korintus mengingatkan semua umat manusia untuk tetap menjaga
kekudusan perkawinan. Selain itu, di zaman sekarang juga penyembahan
berhala masih banyak terjadi. Banyak juga orang yang tidak sadar kalau
dirinya sudah melakukan kesalahan ataupun dosa, dan sedikit pelakunya
menganggap bahwa hal itu adalah sesuatu yang lumrah. Bahkan,
kesopanan dalam ibadah pun mulai berkurang. Pemakaian tudung masih
dapat dilakukan hingga saat ini karena seharusnya wanita Kristen harus
berbusana yang mencerminkan kesopanan, mengekspresikan diri sebagai

4
Mac Artur, Kitab Kepemimpinan: 26 karakter pemimpin sejati, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 77-78.
manusia yang bermartabat dan layak dihormati. Tidak sedikit juga orang-
orang selalu lebih dahulu menuntut hak nya dibandingkan melaksanakan
kewajibannya. Pembaca abad 21 harus meneladani sikap Paulus yang lebih
mementingkan orang lain dan mengesampingkan hak-haknya. Hendaknya
setiap umat manusia memahami betul surat 1 Korintus ini yang sangat
penting diketahui pembaca abad 21.

C. Daftar Pustaka
 Drane, John. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis .
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
 Taylor, Mark. 1 Corinthians: An Exegetical and Theological Exposition
of Holy Scripture Vol. 28. Nasville, Tennesse: B&H Group, 2014.

 Artur, Mac. Kitab Kepemimpinan: 26 karakter pemimpin sejati . Jakarta:


BPK Gunung Mulia, 2006

Anda mungkin juga menyukai