Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU XI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Auditing 1

Dosen Pengampu

Indraguna Kusumabrata, SE. Ak., MM, CPSAK, CA, CPA

Disusun oleh:

Adhi Anoraga 43219110004

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2020/2021
MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

1. Materialitas

Mengukur apa saja yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan keuangan dalam membuat
keputusan ekonomis. Konsep materialitas mengakui bahwa hal – hal tertentu, terpisah atau
tergabung, penting untuk pembuat keputusan ekonomis berdasarkan laporan keuangan tersebut.
Contoj keputusan ekonomis yaitu menanam modal dalam etitas ini, berinteraksi bisnis dengannya
meminjamkan uang kepadanya dan lain – lain.

2. ISA 320 alinea 8

Tujuan auditor  menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam merencanakan dan
melaksanakan audit.

3. Pemakai Laporan Keuangan


Materialitas digunakan dalam membuat dan mengaudit laporan keuangan dengan
mempertimbangkan dampak terhadap pengambil keputusan ekonomis, situasi yang ada (yang
dipengaruhi ukuran dan sifat salagh saji), dan kebutuhan pemakai laporan secara umum. Dalam
menentukan materialitas auditor mengasumsikan pemakai:
a. Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan akuntansi,
dan berkeinginan mempelajari informasi dalam laporan keuangan dengan cukup cermat.
b. Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas
c. Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi, judgment, dan
pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari
d. Membuat keputusan ekonomis yang wajar atas dasar informasi dalam laporan keuangan.
4. Sifat Salah Saji

Salah saji atau misstatements bisa terjadi karena berbagai sebab dan dapat dikelompokan menurut:
a. Ukuran ( Size )  Beberapa besarnya salah saji dalam ukuran uang (monetary amount)
b. Sifat ( Nature ) salah saji tersebut merupakan ukuran kualitatif dari suatu salah saji
c. Situasi disekitarnya terjadinya salah saji tersebut (Circumstances surrounding the
occurrence)
Salah saji yang lazin ditemukan dalam pembuatan laporan keuangan antara lain :
a. Kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud)
b. Penyimpangan terhadap kerangka laporan keuangan
c. Kecurangan yang dilakukan manajemen dan karyawan
d. Kesalahan manjemen
e. Pembuatan estimasi yang tidak akurat dan tepat
f. Penjelasan yang keliru dalam catatan atas laporan keuangan.

5. Pengertian Risiko Audit

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi
312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi
dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas
suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.

Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual atau
golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun
sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas
laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.

6. Hubungan Antara Materialitas, Risiko, Audit, Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit digambarkan
sebagai berikut :

a. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi, auditor
harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit
yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu
dari tiga cara berikut ini :
1) Menambah tingkat materialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang dikumpulkan.
2) Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
3) Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.

Materialitas Dalam Proses Audit

Tahapan proses audit Auditor melaksanakan


Risk assessment  Menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan (overall materiality) dan performance materiality
 Merencanakan prosedur penilaian risiko yang harus
dilaksanakan
 Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material
Risk response  Menentukan sifat, waktu, dan luas prosedur audit selanjutnya
 Merevisi angka materialitas karena perubahan situasi selama
audit berlangsung
Reporting  Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas
tersebut
 Merumuskan pendapat auditor
7. Poin Penting ISA 320
ISA Bahasa Penjelasan
320.9 Definisi performance Jumlah yang ditetapkan auditor dibawah angka
materiality overall materiality. Tanggung jawab auditor
terkait performance materiality adalah
menurunkan probabilitas salah saji (yang tidak
dideteksi dan tidak terkoreksi) yang melebihi
materialitas menyeluruh (untuk laporan
keuangan keseluruhan) ke tingkat rendah yang
sesuai.
320.10 Strategi audit dan angka Untuk strategi audit menyeluruh, auditor wajib
materialitas menentukan angka materialitas laporan
keuangan secara keseluruhan. Dalam kondisi
tertentu, jika ada satu atau lebih transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan dimana jumlah yang
lebih rendah dari angka materialitas laporan
keuangan secara keseluruhan dapat
memengaruhi keputusan ekonomis pemakai
laporan keuangan, auditor juga wajib
menentukan tingkat materialitas yang harus
diterapkan pada jenis transaski, saldo akun, atau
pengungkapan tersebut
320.11 Strategi audit dan angka Ditentukan dalam rangka menilai risiko salah
materialitas saji yang material dan menentukan sifat, waktu,
dan luasnya prosedur audit selanjutnya

8. Tingkatan Materialitas

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini:

a. di tingkat laporan keuangan (overall materiality) dan overall performance materiality


b. di tingkat saldo akun, kelas transaksi, dan pengungkapan (specific materiality pada area
laporan keuangan tertentu dan specific performance materiality)

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas
pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini

a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama auditor


menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, kedua pada saat mengevaluasi bukti-bukti
audit dalam pelaksanaan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi
materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan
yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk
menyatakan kewajaran laporan keuangan. Jadi auditor harus mempertimbangkan dengan baik
penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit. Jika auditor menentukan jumlah
materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha yang sebenarnya
tidak diperlukan. Sebaliknya jika auditor menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi
auditor akan mengabaikan salah saji yang signifikan sehingga ia memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang sebenarnya berisi salahsaji material.
Laporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau
kecurangan yang dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan. Dalam perencanaan
audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang
berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap laporan keuangan dapat
memiliki lebih dari satu materialitas.

b. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat
saldo akun tidakboleh dicampur adukan dengan saldo akun material. Karena saldo akun
material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keungangan.
Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji dalam akun
tersebut.
Dalam mempertimbangakan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan
keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna mendeteksi
salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual namun, jika digabungkan dengan
salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap laporan keuangan secara
keseluruhan.

c. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan di klasifikasikan,


penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan
mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. Pengalokasian ini
dapat dilakukan baik untuk akun neraca maupun akun laba-rugi. Namun, karena hampir semua
salah saji laporan laba rugi mempengeruhi neraca dan karena akun neraca lebih sedikit banyak
auditor melakuan alokasi atas dasar akun neraca.
Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun
tersebut.

9. Konsep Materialitas
a. Overall Materiality
Didasarkan pada apa yang layaknya diharapkan berdampak pada keputusan pengguna
laporan keuangan. Jika auditor memperoleh informasi yang menyebabkan ia menentukan
angka materialitas yang berbeda dari yang ditetapkan semula, angka materialitas perlu direvisi.

b. Performance Materiality
Ditetapkan lebih rendah dari overall materiality. Memungkinkan auditor menanggapi
penilaian risiko tertentu tanpa mengubah overall materiality dan menurunkan ke tingkat rendah
yang tepat probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan salah saji yang tidak terdeteksi
secara agregat melampaui overall materiality. Performance materiality perlu diubah
berdasarkan temuan audit

c. Specific Materiality
Untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures tertentu dimana jumlah salah sajinya
akan lebih rendah dari overall materiality

d. Specific Performance Materiality


Ditetapkan lebih rendah dari specific materiality yang memungkinkan auditor menanggapi
penilaian risiko tertentu dan memperhitungkan adanya salah

10. Mendokumentasiakan Materialitas

Hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan professional judgement untuk menetapkan


materialitas harus didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi ini terjadi selama :
a. Tahap perencanaan, ketika keputusan dibuat mengenai luasnya pekerjaan audit yang
dilaksanakan
b. Tahap audit. Jika diperlukan revisi atas overall materiality atau performance
materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tertentu.

Soal Pilihan Ganda


1. Manakah yang termasuk faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses identifikasi suatu tolak
ukur yang tepat dalam penentuan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan?
a. Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas.
b. Pengendalian internal yang diterapkan.
c. Kepatuhan entitas kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Materialitas pelaksanaan.
2. Dalam penyusunan materialitas salah saji dalam laporan keuangan klien, hal utama yang harus
diperhitungkan adalah…
a. Jumlah asset yang dikelola oleh klien
b. Struktur organisasi klien
c. Jumlah maksimum salah saji menurut pendapat auditor
d. Berapa banyak kesalahan pencatatan yang dimiliki oleh perusahaan klien
3. Di bawah ini merupakan pentingnya Materialitas dalam audit atas laporan keuangan, kecuali:
a. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas dan digolongkan serta
dikompilasi.
b. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten
yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan.
c. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar
dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
d. Materialitas mengukur apa saja yang di anggap signifikan terhadap pemakai laporan
keuangan.
e. Materialitas menentukan hal apa saja yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
4. PT. Cicak memiliki nilai piutang sebesar Rp 5 miliar yang berasal dari banyak sekali transaksi
penjualan dengan debitur kecil. Sementara PT. Buaya memiliki jumlah piutang yang juga sama
dengan PT. Cicak tetapi berasal dari hanya sedikit pelanggan. Adanya salah saji dalam satu
akun pelanggan di PT. Buaya akan berdampak lebih besar pada PT. Buaya dibandingkan pada
PT. Cicak. Ilustrasi di atas merupakan ilustrasi dari konsep...
a. Risiko Audit
b. Risiko Inheren
c. Materialitas
d. Keyakinan Memadai
e. Asersi
5. Auditor menentukan sifat (nature), waktu (timing) dan luasnya (extent) prosedur audit
selanjutnya (further audit procedures) merupakan materialitas dalam proses audit tahap…
a. Penilaian risiko
b. Menanggapi risiko
c. Pelaporan
d. Perencanaan
e. Observasi
6. Berikut mana yang bukan merupakan tahap materialitas dalam proses audit:
a. Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan
b. Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas tersebut
c. Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan situasi selama audit berlangsung
d. Menentukan kesalahan strategi dalam entitas
e. Menentukan dua macam materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh dan
materialitas pelaksanaan

Soal Essay
1. Mengapa auditor harus memiliki pengetahuan tentang materialitas?
Karena hal itu berhubungan dengan tanggung jawab pekerjaan auditor. Tanggung jawab auditor
adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material.
Jika auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji yang material, maka ia akan
menunjukkannya kepada sang klien sehingga suatu koreksi atas kesalahan yang terkandung dalam
laporan keuangan akan berpengaruh terhadap suatu pendapat. Pendapat tersebut bisa wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar dan harus diterbitkan.
2. Apa dasar-dasar pertimbangan untuk evaluasi tingkat materialitas?
Laba bersih sebelum pajak umumnya merupakan dasar pertimbangan utama yang dipergunakan
untuk menentukan tingkat materialitas karena item ini dianggap sebagai item penting dalam
penyediaan informasi kepada para pengguna laporan. Sebagai tambahan dalam membangun suatu
dasar pertimbangan, merupakan hal yang penting pula untuk memutuskan apakah kesalahsajian
yang ada secara material dan dapat mempengaruhi kewajaran dari berbagai dasar pertimbangan
lainnya yang mungkin dipilih seperti aktiva lancar, total aktiva, kewajiban lancar dan modal
pemegang saham.
3. Apa maksud dari materialitas lebih merupakan konsep yang relatif bukannya absolut? Dan dari
kelima jenis resiko, mana resiko yang paling berpengaruh?
Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak
material bagi laporan keuangan pada entitas lainnya yang memiliki ukuran atau sifat yang berbeda.
Juga apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu mungkin akan berubah dari satu
periode ke periode lainnya. Menurut saya, jenis resiko yang paling berpengaruh adalah resiko
kecurangan. Karena resiko ini merupakan hal yang paling sulit secara konsep praktek untuk
memisahkan faktor-faktor kecurangan dalam resiko aksesibilitas audit, resiko inheren, atau resiko
pengendalian. Dan juga resiko kecurangan dapat datangnya dari diri masing-masing orang itu
sendiri.
4. Apa contoh dari tingkat materialitas?
a. Nilainya tidak material
Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cenderung tidak mempengaruhi
keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak material. Dalam hal ini
pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan. Contoh selisih salah saji Rp500 dengan total
current asset Rp200.000 sehingga total current aset menjadi Rp199.500, maka rasionya
199.500/100.000 dari total hutang (rasio=199,5%). Nilai tersebut tidak material jika
dibandingkan dengan 200% karena nilainya terlalu dekat.
b. Nilainya material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan
Terdapat selisih Rp10.000 dari akun piutang dari total Rp200.000, nilai salah saji tersebut
materil untuk akun piutang tapi nilai Rp10.000 ini jika dibandingkan dengan nilai
keselurahan laporan keuangan dengan total aset Rp2.000.000.000 maka nilai Rp10.000 ke
total asset Rp2.000.000.000 maka nilainya tidak material sehingga tidak mempengaruhi
keseluruhan penyajian laporan keuangan. Dengan kondisi seperti ini pendapat yang tepat
adalah wajar dengan pengecualian.
c. Nilainya sangat material
Tingkat materialitas tertinggi terjadi jika para pemakai dapat membuat keputusan yang
salah dalam menyajikan laporan keuangan secara keseluruhan. Contohnya terdapat salah
saji sebesar Rp100.000 dari total current aset Rp500.000 maka pengaruh salah saji tersebut
material dan mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, kemungkinan auditor
menolak memberi pendapat.
5. Apa saja faktor-faktor kualitatif tingkat materialitas?
Faktor-faktor kualitatif materialitas merupakan faktor materialitas yang menggunakan ukuran
kualitatif yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional. Pertimbangan profesional tersebut
didasarkan pada cara pandang, pengetahuan, dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu
(BPK RI, 2008). Faktor kualitatif, antara lain:
a. Salah saji yang mengandung konsekuensi hukum
b. Salah saji dikarenakan sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
c. Salah saji yang menyababkan trend laba

DAFTAR PUSTAKA

http://akuntansidanauditing.blogspot.com/2017/04/materialitas-dan-risiko-audit.html

http://fadjarika.blogspot.com/2012/01/materialitas-dan-risiko-audit.html

http://pdfcoffee.com_229292705-bab-8-materialitas-dan-risiko-audit-isadoc-pdf-free.pdf

http://nobel22.blogspot.com/2014/06/materialitas-dan-risiko-audit.html

Anda mungkin juga menyukai