Definisi
Pelvic inflammatory disease adalah Infeksi alat kandungan tinggi dari uterus,
tuba, ovarium, parametrium, peritoneum yang tidak berkaitan dengan pembedahan
dan kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan
tinggi termasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan
peritonitis pelvis. Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara
infeksi rendah dan tinggi ialah ostium uteri internum.
Etiologi
c. Gardnerella vaginalis
d. Haemophilus inflluenza
e. Organisme enteric gram negative (E.coli)
f. Spesies peptococcus
g. Streptococcus agalactiae
Patogenesis
Pemeriksaan Fisik
Karena potensi komplikasi yang serius pada PID yang tidak diobati, maka CDC
mengadopsi pendekatan untuk memaksimalkan diagnosis dengan kriteria minimal. CDC
juga mengharuskan setiap dokter untuk memberikan pengobatan empiris.
CDC merekomendasikan pengobatan empiris dari PID ketika seorang wanita muda
yang aktif secara seksual dan beresiko IMS yang mengalami nyeri perut bawah atau
pelvis, tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi untuk penyakitnya selain PID, dan
pada pemeriksaan panggul terdapat 3 atau lebih dari kriteria minimal berikut ini < cervical
motion tenderness, uterine tenderness, dan adnexal tenderness. sebuah percobaan
multisenter menemukan adneksa adalah yang paling sensitif saat pemeriksaan fisik,
dimana sensitivitas mencapai 95%. Suhu yang lebih dari 38,3 ºC dan adanya cairan
abnormal mukopurulen dari cervix atau vagina, meningkatkan spesifisitas dari kriteria
minimal.
Tatalaksana
Gambaran Umum
Pasien yang tidak membaik dalam 72 jam dengan medikamentosa, harus dievaluasi
ulang untuk kemungkinan dilakukannya intervensi laparoskopi atau bedah dan peninjauan
kembali diagnosis lain yang memungkinkan. Laparoskopi harus digunakan jika diagnosis
diragukan. Lavage laparoskopi pelvis, drainase abses dan adhesiolisis mungkin diperlukan.
Kebanyakan abses tuba ovarial (60-80%) mengalami perbaikan dengan permberian
antibiotik. Jika pasien tidak merespon, laparoskopi mungkin berguna untuk
mengidentifikasi lukolasi pus yang membutuhkan drainase. Pembesaran massa di pelvis
mungkin mengindikasikan perdarahan sekunder dari erosi pembuluh darah atau rupturnya
abses. Abses yang belum diatasi dapat drainease secara perkutan atau melalui kolpotomi
posterior dilakukan dengan bantuan CT atau USG, laparoskopi atau laparotomi.
Keuntungan dari laparoskopi meliputi visualisasi secara langsung dari panggul dan
diagnosis bakteriologis yang lebih akurat jika bahan untuk kultur dapat diperoleh.
Laparotomi biasanya diperuntukkan bagi pasien dengan keadaan darurat bedag
( misalnya abses yang ruptur atau tidak merespon terhadap manajemen medikamentosa san
drainase laparoskopi) dan untuk pasien yang bukan merupakan kandidat manajemen
laparoskopi. Pengobatan dipandu oleh temuan intraoperatif dan keinginan pasien untuk
memelihara kesuburan.
Referensi :
Judlin P. Curren concepts in managing pelvic inflammatory disease. Curretn opinion in
infectious disease.2010;23
Ross, Jonathan.jorunal european guideline for the management of plevic inflammatory
disease.2012;5(1)