0854-2031
ABSTRACT
ABSTRAK
Kejahatan di dunia maya merupakan persoalan yang berkembang baik dari sisi
modus operandi maupun ragam kejahatannya. Lahirnya Undang – Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) diharapkan
mampu memayungi persoalan hukum khususnya di bidang telematika, meskipun
disadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan yang ditemukan dalam UU
tersebut, oleh karena itu perlu adanya revisi terhadap beberapa pasal. Berlakunya
hukum tidak lepas dari permasalahan penegakan hukum yang melibatkan banyak
pihak. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan hukum dipengaruhi oleh hal-hal
yang secara umum ada beberapa faktor, yaitu perangkat Undang-Undang /
peraturan, faktor penegak hukumnya meliputi pihak yang membentuk maupun yang
menerapkan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,
faktor masyarakat, faktor budaya sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Dengan demikian, faktor yang banyak
mempengaruhi efektivitas suatu perundang-undangan terletak pada profesional dan
optimalnya peran, wewenang dan fungsi dari para penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya.
disampaikan dan diakses oleh pelanggar a. Pada tahun 1999, ketika masalahTimur
internet5. Timor sedang hangat-hangatnya
Cyber crime dipandang sebagai dibicarakan di level internasional,
dunia komunikasi yang berbasis komputer, beberapa website milik pemerintah
dalam kehidupan manusia yang dalam Republik Indonesia dirusak oleh
bahasa sehari-hari disebut “Internet” yaitu hacker.
jaringan komputer yang menghubungkan b. Pada tahun 2000, hacker berhasil
antar negara antar benua yang berbasis menembus masuk ke dalam data base
protokol transmission control protocal / sebuah perusahaan Amerika Serikat
internet protokol. Cyber Space (Internet) yang bergerak di bidang e-commerce
telah mengubah jarak dan waktu menjadi yang memiliki tingkat kerahasiaan yang
tidak terbatas. Internet digambarkan tinggi.
sebagai kumpulan jaringan komputer yang c. Pada Tahun 2004, situs Komisi
terdiri dari sejumlah jaringan yang lebih Pemeilihan Umum (KPU) dibobol
kecil yang mempunyai sistem jaringan hacker yang notabene memiliki tingkat
yang berbeda-beda6. keamanan yang sangat tinggi.
2. Illegal Contents, yaitu kejahatan
Beberapa Bentuk Cyber Crime dengan memasukkan data atau
informasi ke internet tentang sesuatu hal
Ada beberapa bentuk cyber crime yang tidak benar, tidak etis, dan
yang berhubungan erat dengan penggunaan dianggap melanggar hukum atau
teknologi yang berbasis komputer dan mengganggu ketertiban umum. Sebagai
jaringan telekomunikasi, antara lain: contohnya adalah:
1. Unauthorized Access to Computer a. Pemuatan suatu berita bohong atau
System and Service, yaitu kejahatan fitnah yang akan menghancurkan
yang dilakukan ke dalam suatu sistem martabat atau harga diri pihak lain.
jaringan komputer secara tidak sah, b. Pemuatan hal-hal yang berhubungan
tanpa izin, atau tanpa pengetahuan dari dengan pornografi.
pemilik sistem jaringan komputer yang c. Pemuatan suatu informasi yang
dimasukinnya. Biasanya pelaku merupakan rahasia negara, agitasi dan
kejahatan (hacker) melakukannya propanganda untuk melawan
dengan maksud sabotase ataupun pemerintah yang sah, dan sebagainya.
pencurian informasi penting dan 3. Data Forgery, yaitu kejahatan dengan
rahasia. Namun begitu, ada juga yang memalsukan data pada dokumen–
melakukannya hanya karena merasa dokumen penting yang tersimpan
tertantang untuk mencoba keahliannya sebagai scriptless document melalui
menembus suatu sistem yang memiliki internet. Kejahatan ini biasanya
tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini ditujukan pada dokumen-dokumen e-
semakin marak dengan berkembangnya commerce dengan membuat seolah-
teknologi internet. olah terjadi “salah ketik” yang pada
Beberapa contoh yang berhubungan akhirnya akan menguntungkan pelaku.
dengan hal tersebut, antara lain: 4. Cyber Espionage, yaitu kejahatan yang
memanfaatkan jaringan internet untuk
5 Indra Safitri, 1999, Tindak Pidana di dunia cyber, melakukan kegiatan mata-mata
Insiler, Legal, Journal From Indonesia Capital terhadap pihak lain, dengan memasuki
and Insvesment Market, diakses http.businness
for funecity.com sistem jaringan komputer (computer
6 Kenny Wiston, 2002, The Internet: Issue of network system) pihak sasaran.
Jurisdictio and Controversies Surrounding Kejahatan ini biasanya ditujukan
Domain Names, Bandung: Citra Aditya, Hlm vii
terhadap saingan bisnis yang dokumen maya harus ada kerjasama yang harmonis
ataupun data-data pentingnya tersimpan antara pemerintah, penegak hukum,
dalam suatu sistem komputerisasi. ataupun masyarakat, karena selama ini
5. Cyber Sabotase and Extortion, yaitu kasus-kasus cyber crime yang terjadi di
kejahatan yang dilakukan dengan masyarakat bisa terungkap kalau memang
membuat gangguan, perusakan atau ada laporan dari masyarakat dalam hal ini
penghancuran terhadap suatu data, “korban”.
program komputer atau sistem jaringan Hukum dibutuhkan oleh
komputer yang tersambung dengan masyarakat untuk menjadi lawan utama
internet. Biasanya kejahatan ini dari kejahatan atau hukum menjadi senjata
dilakukan dengan menyusupkan suatu istimewa guna menghadapi kejahatan yang
logic bomb, virus komputer ataupun sedang dan telah berkembang di tengah
suatu program tertentu, sehingga data, masyarakat. Senjata ini harus benar-benar
program komputer atau sistem jaringan berfungsi, sebab jika gagal mengfungsikan
komputer tidak dapat digunakan, tidak dirinya dalam menanggulangi atau
berjalan sebagaimana mestinya, atau memerangi kejahatan, maka citranya akan
berjalan sebagaimana yang dikehendaki jatuh bukan lagi menjadi norma suci,
oleh pelaku. Dalam beberapa kasus melainkan menjadi norma yang impotensi.
setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku
kejahatan tersebut menawarkan diri Peranan pemerintah dalam UU No 11
kepada korban untuk memperbaiki data, Tahun 2008
program komputer atau sistem jaringan
komputer yang telah disabotase, 1. Peran Pemerintah dan PeranMasyarakat
tentunya dengan bayaran tertentu. Pengertian Peran Pemerintah dalam
6. Offence Against Intellectual Property, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
yaitu kekayaan yang ditujukan terhadap tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
hak kekayaan intelektual yang dimiliki dalam Pasal 40 adalah (i) pemerintah
seseorang di internet. Sebagai contoh memfasilitasi pemanfaatan teknologi
adalah peniruan tampilan web page informasi dan transaksi elektronik; (ii)
suatu situs milik orang lain secara ilegal, melindungi kepentingan umum dari segala
penyiaran suatu informasi di internet jenis gangguan sebagai akibat penyalah
yang ternyata merupakan rahasia gunaan informasi elektronik dan transaksi
dagang orang lain, dan sebagainya. elektronik yang mengganggu ketertiban
7. Infringements of Privacy, kejahatan umum, sesuai dengan peraturan perundang-
yang ditujukan terhadap informasi undangan; (iii) Pemerintah menetapkan
seseorang yang merupakan hal yang instansi atau institusi yang memiliki data
sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan elektronik strategis yang wajib dilindungi;
ini biasanya ditujukan terhadap (iv) Instansi atau institusi sebagaimana
keterangan pribadi seseorang yang dimaksud pada butir (iii) harus membuat
tersimpan pada formulir data pribadi dokumen elektronik dan rekam cadang
yang tersimpan secara komputerisasi, elektroniknya setelah menghubungkannya
yang apabila diketahui oleh orang lain, ke pusat data tertentu untuk kepentingan
maka dapat merugikan orang secara pengamanan data; (v) Instansi atau institusi
material maupun imaterial, seperti lain selain diatur pada butir (iv) membuat
nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, dokumen elektronik dari rekam cadang
keterangan tentang cacat atau penyakit elektroniknya sesuai dengan keperluan
tersembunyi, dan sebagainya.7
Di dalam meyikapi kejahatan dunia 7 Maskun, 2013,Kejahatan Siber (Cyber Crime),
Jakarta: Kencana, hlm 51-54
yaitu masalah khilaf dan lalai sedang dalam kualitasnya, karena merupakan kendala
UU ITE belum diatur, hal ini sering dalam proses pengungkapan tindak pidana
dilakukan manusia untuk melakukan cyber, dimana modus kejahatan cyber
kejahatan ITE.Padahal akibat lalai yang berkembang dengan pesat.
dilakukan dalam kejahatan ITE menimbul Dalam kasus - kasus yang terjadi
kan kerugian pihak yang terkena dampak seperti cyber crime sering mengalami
sangat luar biasa kerugiannya dan bahkan hambatan terutama dalam hal penangkapan
bisa fatal, bahkan akan mengancam atau tersangka dan penyitaan barang bukti,
menghancurkan sebuah negara, Dalam seringkali kepolisian tidak dapat menentu
Undang - Undang ITE tidak menyebutkan kan secara pasti siapa pelakunya, karena
sedikit pun tentang kelalaian yang dibuat para pelaku kejahatan dalam melakukan
oleh pembuat situs sehingga hacker bisa aksinya malalui komputer yang ada di
masuk dangan leluasa.Kegiatan yang lain “warnet”, dimana di warnet jarang sekali
yang sama pentingnya yaitu tentang melakukan “regristasi”, inilah yang
percobaan sebagaimana yang dalam KUHP menyulitkan penyidikan untuk mencari
yaitu pasal 53 KUHP, juga tentang turut barang bukti. Begitu juga dengan kasus
serta dalam kejahatan hacking dapat “carding”, saksi korban kebanyakan berada
dipidana apa tidak belum jelas pengaturan diluar negeri sehingga sangat menyulitkan
nya. Begitu juga halnya tentang masa dalam melakukan pelaporan dan pemeriksa
daluwarsa perbuatan pidana hacking. an untuk dimintai keterangan dalam berita
Semua kegiatan kejahatan tersebut diatur acara pemeriksaan saksi korban.
dalam bab tentang perbuatan - perbuatan Penyelesaian berkas perkara,
apa saja yang dilarang, sehingga terkesan setelah penyidikan lengkap dan dituangkan
seperti pasal kranjang sampah. dalam bentuk berkas perkara maka
Pada umumnya reaksi yang muncul permasalahan yang ada adalah masalah
para korban hacker hitam (cracker) adalah barang bukti kerena belum samanya
enggan untuk melaporkan kejahatan persepsi diantara aparat penegak hukum
tersebut kepolisi karena mereka hanya karena penafsiran yang berbeda mengenai
beranggapan bahwa ini semua hanya isi undang – undang, serta barang bukti
sebuah kecelakaan, karena korban merasa digital adalah barang bukti dalam kasus
malu kena tipu yang muncul hanya kesal cyber crime yang perumusannya dan
pada para hacker, sebenarnya korban tau pengumpulan barang buktinya membutuh
apa yang dilakukan cracker itu merupakan kan keahlian khusus sebab digital evidence
kejahatan. tidak selalu dalam bentuk fisik yang nyata,
Aparat Penegak hukum dalam hal hingga saat ini mengenai bentuk dari pada
ini adalah polisi menjadi sorotan para barang bukti digital (digital evidence) yang
korban Cracker dalam menangani aktivitas masih membutuhkan penafsiran dari ahli
hacking. Polisi belum dapat menangkap untuk menentukan keabsahannya.15
Cracker yang menghack sebuah situs, Penyempurnanan rumusan delik
termasuk ketidak mampuannya menangkap cyber crime, rumusan kriminalisasi
Cracker yang menyerang situs Polri perbuatan melanggar, menerobos,
sendiri,sehingga langkah awal dari proses melampaui, atau menjebol sistem
labeling justru didapat dari laporan–laporan pengamanan sebuah sistem elektronik
media massa yang secara gencar masih terlalu banyak unsur yang harus
memberitahukan akivitas Hacking, hal ini
berkaitan sumber daya manusia para 15 Besse Sugiswati. 2011,Aspek Hukum Pidana
penegak hukum yang kurang memadai Telematika Terhadap Kemajuan Teknologi Di
Era Informasi. Surabaya: Fakultas Hukum
sehingga perlu adanya peningkatan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Hal. 65
dibuktikan. Dalam Pasal 30 ayat (3) ITE, redefinisi pengertian dan peristilahan,
Undang-Undang ITE tidak dijelaskan perlu dilakukan dalam peraturan
tentang definisi cyber crime,jadi tidak perundang-undangan ITE, sehingga tidak
diketahui sampai sejauh mana yang menimbulkan celah hukum (loopholes).16
dinyatakan dengan unsur cyber crime,
apakah akan melakukan atau percobaan Kesimpulan
melakukan kejahatan cyber crime dapat
dikategorikan kejahatan belum jelas tertulis Di era globalisasi ini kejahatan di
didalamnya. dunia maya adalah persoalan baru dan
Lain dari pada itu Undang-Undang perbuatan pidana yang berdimensi baru.
ITE tidak mengatur mengenai pemidanaan Lahirnya Undang-Undang Informasi dan
bagi pelaku-pelaku yang perbuatan Transaksi Elektronik diharapkan dapat
pidananya seharusnya masuk dalam memayungi kejahatan telematika.Namun
kategori kejahatan cyber, antara lain: data Undang-Undang tersebut masih memiliki
leakage and espionage (membocorkan data kendala yuridis dan kendala penanganan
dan mematai),identity theft and fraud. Oleh tersangka. Masih banyak hal-hal/ketentuan
karena itu revisi Undang-Undang ITE ketentuan yang menyangkut perbuatan
diperlukan agar payung hukum atas tindak yang dapat di hukum belum masuk dalam
pidana cyber (cyber crime) bisa lebih Undang-Undang tersebut, sudah waktunya
konkrit dan komplit dalam menyelesaikan UU ITE direvisi agar tidak ada lagi yang
masalah-masalah cyber crime. dirugikan oleh pasal–pasal yang termuat
Penyempurnaaan hukum acara didalam UU tersebut, sehingga dapat
pemeriksaan cyber crime, untuk lebih tercipta suatu tujuan hukum yang tidak
meningkatkan efektivitas dan keberhasilan hanya memberikan kepastian hukum tetapi
penegakkan hukum di dunia cyber crime, juga memberikankeadilan dan kemanfaatan
maka ketentuan yang mengatur mengenai hukum, maka Undang-Undang Informasi
hukum acara cybercrime atau pemeriksaan Elektronik tidak efektif untuk melindungi
dalam setiap tingkatan perlu lebih kepentingan seluruh warga negara
diperjelas dan diperkuat. Kedudukan dan Indonesia. Dan juga Undang-Undang ITE
hubungan antara Undang -Undang ITE dan tidak akan dapat dijalankan dan diterapakan
peraturan perundang-undangan terkait dengan baik apabila tidak adanya
lainnya harus jelas dan harmonis agar tidak kerjasama antara aparat penegak hukum
menimbulkan keragu-raguan dari aparat dengan masyarakat luas. Dengan demikian
penegak hukum dalam penanganan perkara faktor yang dapat mempengaruhi
ITE. Karena sekarang ini banyak efektivitas suatu perundang-undangan
masyarakat yang menulis ajaran yang adalah profesional dan optimal pelaksanaan
bersifat kebencian, tapi apa yang peran, wewenang dan fungsi dari para
disampaikan di media sosial tersebut benar penegak hukum, baik didalam menjalankan
adanya, kalau aparat penegak hukum hanya tugas yang dibebankan terhadap diri
memahami deliknya saja, maka penegak mereka ataupun dalam menegakkan
hukum seperti ini dianggap berjalan peundang-undangan tersebut.
kebelakang, sehingga hukum acara yang
digunakan dalam tindak pidana ITE Saran
haruslah diatur secara khusus.
Mengatasi kendala-kendala yang Undang-Undang ITE merupakan UU
terdapat dalam Undang-Undang ITE dalam yang masih tergolong baru sehingga masih
penanganan berbagai bentuk kejahatan perlu perbaikan-perbaikan (revisi) terkait
dunia maya, upaya refisi Undang-Undang
16 Ibid, hal 65