Anda di halaman 1dari 12

ISSN : NO.

0854-2031

EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG – UNDANG ITE


DALAM TINDAK PIDANA CYBER CRIME

Rini Retno Winarni *

ABSTRACT

Crime in cyberspace is a growing problem both in terms of modus operandi as well as


variety of crimes. The enactment - Law Number 11 Year 2008 on Information and
Electronic Transactions (UU ITE) is expected to overarching legal issues, especially
in the field of telematics, although we recognize that there are imperfections found in
the law, therefore the need for revision of some articles. Rule of law can not be
separated from law enforcement issues involving many parties. Therefore, the
success of law enforcement is affected by things that in general there are several
factors, namely the Act / regulations, factors law enforcement include those formed
and those applying the law, a factor means or facilities to support law enforcement,
community factors cultural factors as work, creativity and taste which is based on
human initiative in social life. Accordingly, many factors that influence the
effectiveness of a law lies in the professional and optimal role, powers and functions
of law enforcement officials in their duties.

Keywords: Effectiveness, UU ITE, Cyber Crime

ABSTRAK

Kejahatan di dunia maya merupakan persoalan yang berkembang baik dari sisi
modus operandi maupun ragam kejahatannya. Lahirnya Undang – Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) diharapkan
mampu memayungi persoalan hukum khususnya di bidang telematika, meskipun
disadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan yang ditemukan dalam UU
tersebut, oleh karena itu perlu adanya revisi terhadap beberapa pasal. Berlakunya
hukum tidak lepas dari permasalahan penegakan hukum yang melibatkan banyak
pihak. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan hukum dipengaruhi oleh hal-hal
yang secara umum ada beberapa faktor, yaitu perangkat Undang-Undang /
peraturan, faktor penegak hukumnya meliputi pihak yang membentuk maupun yang
menerapkan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,
faktor masyarakat, faktor budaya sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Dengan demikian, faktor yang banyak
mempengaruhi efektivitas suatu perundang-undangan terletak pada profesional dan
optimalnya peran, wewenang dan fungsi dari para penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya.

Kata Kunci : Efektivitas, UU ITE ,Cyber Crime

* Rini Retno Winarni, Dosen Fakultas Hukum,


Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, email:
riniretnowinarni@gmail.com

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


16
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

PENDAHULUAN informasi dan praktisi hukum. Kedua,


berbagai bentuk perkembangan teknologi
Negara yang sedang berkembang yang menimbulkan penyelenggaraan dan
tentunya membawa dampak positif dan jasa baru harus dapat diidentifikasikan
negatif seperti misalnya dengan ilmu dalam rangka antisipasi terhadap
pengetahuan dan teknologi yang saat ini pemecahan berbagai persoalan teknis yang
berkembang dengan pesat yang tentunya dianggap baru sehingga dapat dijadikan
membawa dampak pula terhadap tingkat bahan untuk penyusunan berbagai
peradaban manusia yang membawa peraturan pelaksanaan. Ketiga, pengayaan
perubahan suatu yang besar dalam akan bidang – bidang hukum yang sifatnya
membetuk pola dan perilaku masyarakat. sektotal (rejim hukum baru) akanmakin
Di Negara Indonesia khususnya menambah semarak dinamika hukum akan
untuk menuju kemajuan pada ilmu menjadi bagian sistem hukum nasional.
pengetahuan dan teknologi antara lain pada Tetapi di dalam pelaksanaannya
bidang telekomunikasi, informasi, dan masih banyak ketentuan – ketentuan yang
komputer sangat pesat. Perkembangnya. menyangkut tentang perbuatan jahat atau
orang menyebutnya sebagai revolusi perbuatan yang dapat dihukum belum
teknologi informasi masuk dalam Undang – Undang ITE,
Pada tahun 1980-an sebetulnya seperti hal – hal yng diatur dalam buku 1
istilahteknologi informasi sudah mulai KUHP tidak ada dalam Undang – Undang
dipergunakan secara luas. Teknologi ini ITE. Seperti kelalain atau khilaf, dimana
merupakan pengembangan dari teknologi lalai dan khilaf adalah kalimat yang sering
komputer yang dipadukan dengan dilakukan oleh manusia di dunia maya dan
teknologi telekomunikasi. Teknologi menimbulkan kerugian bagi dirinya
informasi sendiri diartikan sebagai suatu sendiridan orang lain, diatur secara
teknologi yang berhubungan dengan tersendiri dengan menggunakan pasal –
pengolahan data menjadi informasi dan pasal tertentu. Namun di dunia maya (cyber
proses penyaluran data / informasi tersebut space) kelalaian adalah tindakan fatal yang
dalam batas – batas ruang dan waktu.1 bisa menimbulkan kerugian yang tidak
Kecenderungan terus berkembang sedikit, bahkan bisa menghancurkansebuah
nya teknologi tentunya membawa berbagai negara sekalipun, Demikian juga terhadap
implikasi yang harus segera diantisipasi pendistribusian informasi yang
dan juga diwaspadai. Upaya itu sekarang mengandung muatan mendistribusikan
telah melahirkan suatu produk hukum dan/atau mentransmisikan dan/atau
dalam bentuk Undang – Undang Nomor 11 membuat dapat diaksesnya informasi
Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi elektronik dan/atau dokumen elektronik
Elektronik (UU ITE).Namun dengan yamg bermuatan penghinaan dan/atau
lahirnya UU ITE belum semua pencemaran nama baik.Dengan demikian
permasalahan menyangkut masalah ITE faktor yang banyak mempengaruhi
dapat tertangani. Persoalan tersebut antara efektivitas suatau perundang – undangan
lain dikarenakan: pertama,dengan lahirnya adalah profesional dan optimal pelaksanaan
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 peran,wewenang dan fungsi dari para
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik aparat penegak hukum,baik di dalam
tidak semata – mata UU ini bisa diketahui menjelaskan tugas yang dibebankan
oleh masyarakat pengguna teknologi terhadap diri mereka ataupun dalam
menegakkan perundang – undangan
1 Richardus Eko Indrajit, 2000, Sistem Informasi tersebut.
dan Teknologi Informasi, ELex Media
Komputindo, Jakarta: Gramedia.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


17
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

Perumusan masalah cyber crime mencakup smua jenis


kejahatan beserta modus operandinya yang
Berkaitan dengan latar belakang di dilakukan sebagai dampak negatif aplikasi
atas, permasalahan yang akan dibahas internet. Dalam definisi ini tidak menyebut
dalam tulisan ini adalah : Evektivitas kan secara spesifik dari karakteristik cyber
Penerapan Undang – Undang ITE dalam crime. Definisi ini mencakup segala
tindak pidana cyber crime. kejahatan yang dalam modus operandinya
menggunakan fasilitas internet.
Pembahasan Menurut Kepolisian Inggris, cyber
crime adalah segala macam penggunaan
Pengertian Telematika jaringan komputer untuk tujuan kriminal
dan / atau kriminil berteknologi tinggi
Istilah telematika berasal dari dengan menyalahgunakan kemudahan
Perancis yang merupakan asal kata teknologi digital4.
telematique yang menggambarkan Sebelum Kita memberikan
berpadunya sistem jaringan komunikasi penjabaran atau pemahaman lebih lanjut
dan teknologi informasi2. Sementara yang tentang apa itu cyber crime, baiklah kita
dimaksud dengan teknologi informasi samakan dulu persepsi tentang Kejahatan
hanyalah merujuk pada perkembangan Telematika dengan Kejahatan Komputer
perangkat–perangkat pengolah informasi, (Computer Crimes) atau Kejahatan Siber
dalam perkembangan selanjutnya dalam (Cyber Crime) apakah merupakan jenis
praktik, istilah telematika (telecom kejahatan yang sama.
munication and informatics) yang Pada dasarnya cyber crime
merupakan perpaduan antara komputer merupakan kegiatan yang memanfaatkan
(computing) dan komunikasi komputer sebagai sarana atau media yang
(communication). didukung oleh sistem telekomunikasi, baik
Oleh karena itu, istilah telematics menggunakan telepon atau wireles system
juga dikenal sebagai the new hybrid yang menggunakan antena khusus yang
technologi yang lahir akibat perkembangan nirkabel. Hal inilah yang disebut
teknologi digital telah mengakibatkan “telematika” yaitu konvergensi antar
teknologi telekomunikasi dan informatika teknologi telekomunikasi, media dan
menjadi semakin terpadu atau populer informatika yang semula masing-masing
dikenal dengan istilah konvergensi. Dalam berkembang secara terpisah.
perkembangan lebih lanjut,telematics tidak Hal ini dapat dilihat pada
hanya melingkupi telekomunikasi dan pandangan Indra Safitri yang mengemuka
informatika yang telah dikenal sebelumnya, kan bahwa kejahatan dunia maya adalah
akan tetapi media juga tidak menjadi bagian jenis kejahatan yang berkaitan dengan
yang tak terpisahkan sebagai satu kesatuan pemanfaatan sebuah teknologi informasi
konvergensi. tanpa batas suatu memiliki karakteristik
yang kuat dengan sebuah rekayasa
Pengertian cyber crime teknologi yang mengandalkan kepada
tingkat keamanan yang fungsi dan
Kejahatan yang lahir sebagai kredibilitas dari sebuah informasi yang
dampak negatif dari perkembangan aplikasi 3 Ari Juliano Gema, 2000,Cyber Crime:Sebuah
internet ini sering disebut dengan cyber Fenomena di Dunia Maya, diakses pada
crime.3 Dari pengertian ini tampak bahwa www.theceli.com
4 Ade Maman Suherman, 2002. Kejahatan
2 Edmon makarim,2004,Kompilasi Hukum Internet Cybercrime. http://myeptik-
Telematika, Jakarta : Rajar Grafindo Persada.hal nolnol.blogspot.co.id/2015/04/kejahatan-
3. internet-cybercrime_21.html

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


18
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

disampaikan dan diakses oleh pelanggar a. Pada tahun 1999, ketika masalahTimur
internet5. Timor sedang hangat-hangatnya
Cyber crime dipandang sebagai dibicarakan di level internasional,
dunia komunikasi yang berbasis komputer, beberapa website milik pemerintah
dalam kehidupan manusia yang dalam Republik Indonesia dirusak oleh
bahasa sehari-hari disebut “Internet” yaitu hacker.
jaringan komputer yang menghubungkan b. Pada tahun 2000, hacker berhasil
antar negara antar benua yang berbasis menembus masuk ke dalam data base
protokol transmission control protocal / sebuah perusahaan Amerika Serikat
internet protokol. Cyber Space (Internet) yang bergerak di bidang e-commerce
telah mengubah jarak dan waktu menjadi yang memiliki tingkat kerahasiaan yang
tidak terbatas. Internet digambarkan tinggi.
sebagai kumpulan jaringan komputer yang c. Pada Tahun 2004, situs Komisi
terdiri dari sejumlah jaringan yang lebih Pemeilihan Umum (KPU) dibobol
kecil yang mempunyai sistem jaringan hacker yang notabene memiliki tingkat
yang berbeda-beda6. keamanan yang sangat tinggi.
2. Illegal Contents, yaitu kejahatan
Beberapa Bentuk Cyber Crime dengan memasukkan data atau
informasi ke internet tentang sesuatu hal
Ada beberapa bentuk cyber crime yang tidak benar, tidak etis, dan
yang berhubungan erat dengan penggunaan dianggap melanggar hukum atau
teknologi yang berbasis komputer dan mengganggu ketertiban umum. Sebagai
jaringan telekomunikasi, antara lain: contohnya adalah:
1. Unauthorized Access to Computer a. Pemuatan suatu berita bohong atau
System and Service, yaitu kejahatan fitnah yang akan menghancurkan
yang dilakukan ke dalam suatu sistem martabat atau harga diri pihak lain.
jaringan komputer secara tidak sah, b. Pemuatan hal-hal yang berhubungan
tanpa izin, atau tanpa pengetahuan dari dengan pornografi.
pemilik sistem jaringan komputer yang c. Pemuatan suatu informasi yang
dimasukinnya. Biasanya pelaku merupakan rahasia negara, agitasi dan
kejahatan (hacker) melakukannya propanganda untuk melawan
dengan maksud sabotase ataupun pemerintah yang sah, dan sebagainya.
pencurian informasi penting dan 3. Data Forgery, yaitu kejahatan dengan
rahasia. Namun begitu, ada juga yang memalsukan data pada dokumen–
melakukannya hanya karena merasa dokumen penting yang tersimpan
tertantang untuk mencoba keahliannya sebagai scriptless document melalui
menembus suatu sistem yang memiliki internet. Kejahatan ini biasanya
tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini ditujukan pada dokumen-dokumen e-
semakin marak dengan berkembangnya commerce dengan membuat seolah-
teknologi internet. olah terjadi “salah ketik” yang pada
Beberapa contoh yang berhubungan akhirnya akan menguntungkan pelaku.
dengan hal tersebut, antara lain: 4. Cyber Espionage, yaitu kejahatan yang
memanfaatkan jaringan internet untuk
5 Indra Safitri, 1999, Tindak Pidana di dunia cyber, melakukan kegiatan mata-mata
Insiler, Legal, Journal From Indonesia Capital terhadap pihak lain, dengan memasuki
and Insvesment Market, diakses http.businness
for funecity.com sistem jaringan komputer (computer
6 Kenny Wiston, 2002, The Internet: Issue of network system) pihak sasaran.
Jurisdictio and Controversies Surrounding Kejahatan ini biasanya ditujukan
Domain Names, Bandung: Citra Aditya, Hlm vii

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


19
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

terhadap saingan bisnis yang dokumen maya harus ada kerjasama yang harmonis
ataupun data-data pentingnya tersimpan antara pemerintah, penegak hukum,
dalam suatu sistem komputerisasi. ataupun masyarakat, karena selama ini
5. Cyber Sabotase and Extortion, yaitu kasus-kasus cyber crime yang terjadi di
kejahatan yang dilakukan dengan masyarakat bisa terungkap kalau memang
membuat gangguan, perusakan atau ada laporan dari masyarakat dalam hal ini
penghancuran terhadap suatu data, “korban”.
program komputer atau sistem jaringan Hukum dibutuhkan oleh
komputer yang tersambung dengan masyarakat untuk menjadi lawan utama
internet. Biasanya kejahatan ini dari kejahatan atau hukum menjadi senjata
dilakukan dengan menyusupkan suatu istimewa guna menghadapi kejahatan yang
logic bomb, virus komputer ataupun sedang dan telah berkembang di tengah
suatu program tertentu, sehingga data, masyarakat. Senjata ini harus benar-benar
program komputer atau sistem jaringan berfungsi, sebab jika gagal mengfungsikan
komputer tidak dapat digunakan, tidak dirinya dalam menanggulangi atau
berjalan sebagaimana mestinya, atau memerangi kejahatan, maka citranya akan
berjalan sebagaimana yang dikehendaki jatuh bukan lagi menjadi norma suci,
oleh pelaku. Dalam beberapa kasus melainkan menjadi norma yang impotensi.
setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku
kejahatan tersebut menawarkan diri Peranan pemerintah dalam UU No 11
kepada korban untuk memperbaiki data, Tahun 2008
program komputer atau sistem jaringan
komputer yang telah disabotase, 1. Peran Pemerintah dan PeranMasyarakat
tentunya dengan bayaran tertentu. Pengertian Peran Pemerintah dalam
6. Offence Against Intellectual Property, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
yaitu kekayaan yang ditujukan terhadap tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
hak kekayaan intelektual yang dimiliki dalam Pasal 40 adalah (i) pemerintah
seseorang di internet. Sebagai contoh memfasilitasi pemanfaatan teknologi
adalah peniruan tampilan web page informasi dan transaksi elektronik; (ii)
suatu situs milik orang lain secara ilegal, melindungi kepentingan umum dari segala
penyiaran suatu informasi di internet jenis gangguan sebagai akibat penyalah
yang ternyata merupakan rahasia gunaan informasi elektronik dan transaksi
dagang orang lain, dan sebagainya. elektronik yang mengganggu ketertiban
7. Infringements of Privacy, kejahatan umum, sesuai dengan peraturan perundang-
yang ditujukan terhadap informasi undangan; (iii) Pemerintah menetapkan
seseorang yang merupakan hal yang instansi atau institusi yang memiliki data
sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan elektronik strategis yang wajib dilindungi;
ini biasanya ditujukan terhadap (iv) Instansi atau institusi sebagaimana
keterangan pribadi seseorang yang dimaksud pada butir (iii) harus membuat
tersimpan pada formulir data pribadi dokumen elektronik dan rekam cadang
yang tersimpan secara komputerisasi, elektroniknya setelah menghubungkannya
yang apabila diketahui oleh orang lain, ke pusat data tertentu untuk kepentingan
maka dapat merugikan orang secara pengamanan data; (v) Instansi atau institusi
material maupun imaterial, seperti lain selain diatur pada butir (iv) membuat
nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, dokumen elektronik dari rekam cadang
keterangan tentang cacat atau penyakit elektroniknya sesuai dengan keperluan
tersembunyi, dan sebagainya.7
Di dalam meyikapi kejahatan dunia 7 Maskun, 2013,Kejahatan Siber (Cyber Crime),
Jakarta: Kencana, hlm 51-54

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


20
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

dengan perlindungan data yang dimilikinya kehidupan bermasyarakat dan bernegara


2. PeranMasyarakat benar-benar ditaati dan sungguh-sungguh
Peran masyarakat diatur dalam dijalankan sebagaimana mestinya.
Pasal 41 Undang- Undang Nomor 11 Tahun Selanjutnya dikatakan bahwa dalam
2008, yang dimaksud peran masyarakat arti sempit, penegakan hukum itu
dalam hal ini adalah: (i) masyarakat dapat menyangkut kegiatan peradilan terhadap
berperan meningkatkan pemanfaatan setiap pelanggaran atau penyimpangan
teknologi informasi melalui penggunaan terhadap peraturan perundang-undangan,
dan penyelenggaraan sistem elektronik dan khususnya, yang lebih sempit lagi melalui
transaksi elektronik sesuai dengan undang- proses peradilan pidana yang melibatkan
undang ini. Peran masyarakat sebagaimana peran aparat kepolisian, kejaksaan, advokat
dimaksud pada butir (i) dapat diselenggara atau pengacara dan badan-badan peradilan.
kan melalui lembaga yang dibentuk oleh Dalam kaitannya dengan tindak
masyarakat yaitu lembaga yang bergerak di pidana informasi transaksi elektronik,
bidang teknologi informasi dan transaksi penegakan hukumnya tidak dapat
elektronik (iii) Lembaga sebagaimana dilepaskan dari peranan dan komitmen para
dimaksud pada butir (ii) dapat memiliki penegak hukumnya, yaitu: penyidik,
fungsi konsultasi dan mediasi. penuntut umum, dan hakim. Penegak
3. Pengertian Penegakan Hukum hukum harus mampu mengakomodasi
Penegakan hukum mencakup harapan masyarakat akan rasa keadilan,
lembaga-lembaga yang menerapkan bukan pembalasan dendam terhadap
(misalnya pengadilan, kejaksaan, kepolisi individu warga negara. Implementasi
an), pejabat-pejabat yang memegang peran undang- undang ini khususnya dalam
sebagai pelaksanaan atau penegak hukum penegakan hukum, membutuhkan
(misalnya para hakim, jaksa, polisi) dan partisipasi masyarakat untuk membuat
segi-segi administratif (misalnya proses laporan atau pengaduan.
peradilan, pengusutan, penahanan dan Untuk itu undang-undang akan
seterusnya).8 Menurut Jimly Asshidiqie: 9 efektif bilamana dapat memberikan
penegakan hukum dalam arti luas motivasi kepada masyarakat untuk dapat
mencakup kegiatan untuk melaksanakan menggunakan kewajibannya melaporkan
dan menerapkan hukum serta melakukan adanya kejahatan tersebut sehingga
tindakan hukum terhadap setiap penegak hukum, seperti polisi, jaksa, dan
penyelenggara atau penyimpangan hukum hakim dapat menindaklanjuti laporan atau
yang dilakukan oleh subjek hukum, baik pengaduan masyarakat itu untuk menjaga
melalui prosedur pengadilan ataupun kewibawaan aparat penegak hukum itu agar
melalui prosedur arbitrase dan mekanisme tidak dituduh telah menyelewengkan
penyelesaian sengketa lainnya (alternative perkara.
disputes nor conflict resolution). Bahkan
dalam pengertian yang lebih luas lagi, Cyber Crime dan Penegakan Hukum
kegiatan penegakan hukum mencakup pula
segala sesuatu aktivitas yang dimaksudkan Di dalam kejahatan cyber crime,
agar hukum sebagai perangkat kaidah kita tahu banyak cara hacker melakukan
normatif yang mengatur dan pengikat para kejahatan atau aksinya melalui ranah
subjek hukum dalam segala aspek internet, misal Microsoft dan Google serta
berbagai website besar dunia hampir pernah
8 Jimly Assidiqie, 2006,Sekretaris Konstitusi dan di-hack oleh para hacker. Dunia hacker dan
Konstitusi Analisme, Jakarta: Sekretaris Jenderal administrator website bagaikan pencuri dan
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
halm: 385 saudagar, pencuri selalu mencari celah
9 Ibid,., hlm 386

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


21
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

untuk dapat menjahati saudagar, bagaimana kepentingannya.


pun caranya. Sedikit berbeda dengan dunia 2. Cyber Crime dapat disebut sebagai
“nyata”, dalam dunia maya (internet) para kejahatan yang berelasi dengan
pencuri tidak usah terburu-buru, bisa duduk kepenting an seseorang atau
santai sambil minum kopi, tidak perlu takut sekelompok orang. Ada seseorang yang
“ketangkap basah” sedang mencuri, bisa memanfaatkan dan dimanfaatkan untuk
menentukan mana sasaran pertama, mana memperluas daya jangkau cyber crime.
sasaran berikutnya. Kejahatan internet Kepentingan bisnis, politik, budaya,
tidak terbatas pada pembobolan website agama, dan lain sebagainya dapat saja
(hacking), ada beberapa modus operasi menjadi motif, alasan dan dalil yang
kejahatan internet lainnya seperti: carding- membuat seseorang dan sekelompok
kejahatan pemakaian kartu kredit untuk orang terjerumus pada cyber crime.
transaksi e-commerce dengan memakai 3. Cyber Crime merupakan salah satu jenis
kartu kredit asli tapi palsu (memakai kartu kejahatan yang membahayakan
kredit orang lain), viruses- seperti juga kehidupan individu, masyarakat, dan
virus dalam dunia “nyata” virus komputer negara. Jenis kejahatan ini (cyber
merusak website, bahkan bisa masuk ke crime) tidak tepat jika disebut sebagai
dalam program-program komputer “crime without victim”, tetapi dapat
pemakai jaringan. Pornografi dan dikategorikan sebagai kejahatan yang
Pornoaksi juga merupakan kejahatan yang dapat menimbulkan korban berlapis-
terjadi di internet. Pornografi dan pornoaksi lapis baik secara privat maupun publik.
dilakukan dengan membuat website yang Hak privat dapat terancam, terganggu,
mengandung pesan-pesan tidak senonoh di bahkan hilang/rusak akibat ulah
internet, bahkan kadang-kadang disertai segelintir orang atau beberapa orang
dengan perdagangan anak, dan perilaku yang memanfaatkan kelebihan ilmunya
asosial lainnya. Kejahatan-kejahatan dan teknologi dengan modus operandi
tersebut perlu dicermati agar internet dapat yang tergolong dalam cyber crime.
lebih bermakna positif 10 4. Cyber Crime telah menjadi kejahatan
Paparan di atas dapat dipahami serius yang bisa membahayakan
sebagai berikut: keamanan individu, masyarakat,
1. Kejahatan (crime) merupakan potret negara, dan tatanan kehidupan global,
realitas konkrit dari perkembangan karena pelaku-pelaku cyber crime
kehidupan masyarakat, yang secara secara umum adalah orang-orang yang
langsung maupun tidak telah atau mempunyai keunggulan kemampuan
sedang menggugat kondisi masyarakat, keilmuan dan teknologi. Siapapun
bahwa di dalam kehidupan masyarakat orangnya yang puna kemampuan
niscaya ada celah kerawanan yang menggunakan internet bisa terjebak
potensial melahirkan individu-individu menjadi korban kejahatan ini. Namun,
berperilaku menyimpang. Di dalam diri sebaliknya, seseorang juga dapat
masyarakat ada pergulatan kepentingan dengan mudah menjadi penjahat-
yang tidak selalu dipenuhi dengan jalan penjahat akibat terkondisikan secara
yang benar, artinya ada cara-cara tidak terus menerus atau dipaksa secara
benar dan melanggar hukum yang psikologis dan budaya untuk mengikuti
dilakukan oleh seseorang atau serta berkiblat kepada pengaruh
sekelompok orang guna memenuhi kriminalitas dan disnormatifitas yang
dipenetrasi masyarakat global.
10 Abdul Wahid & Mohammad Labib. 2010, 5. Korban dari kejahatan ruang maya
Kejahatan Mayantara (Cyber Crime).Bandung: (cyber crime) semakin hari semakin
PT Refika Aditama, hlm. 134-135.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


22
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

beragam. Kegiatan - kegiatan digunakan sebagai sarana atau alat untuk


kenegaraan yang tentu sajasangat melakukan kejahatan atau sebaliknya.
penting bagi kelangsungan hidup Pengguna teknologi informasi dijadikan
masyarakat dan negara tidak selalu bisa sasaran, sebagai contoh: sebuah data yang
dijamin aman dari ancaman penjaga- ada dalam CPU, data inilah yang sangat
penjahatdi jagad maya ini. Hal ini mudah untuk diubah, disadap, dipalsukan,
menjadi suatu bukti, bahwa kemampu dan dikirim ke berbagai Negara dalam
an intelektualitas dan teknologi pelaku hitungan detik dan akibatnyapun sangat
kejahatan tidak bisa dianggap ringan dahsyat.
oleh aparat penegak hukum. Dalam Perkembangan teknologi informasi
realitasnya, tindak kejahatan ini sudah tidak memberikan manfaat yang maksimal
demikian maju, yang tentu saja sulit pada masyarakat. Teknologi digital
disejajarkan dengan kemampuan aparat memungkinkan penyalahgunaan informasi
untuk menanganinya, apalagi bila secara mudah, sehingga masalah keamanan
aparat-aparatnya tidak selalu mendapat sistem informasi menjadi sangat penting.
kan pelatihan-pelatihan yang memadai Pendekatan keamanan informasi
untuk mengimbangi dan mengantisipasi harus dilakukan secara holistik, karena itu
gerak kejahatan bargaya kontemporer.11 terdapat tiga pendekatan untuk mem
pertahankan keamanan di dunia maya:
Efektivitas Penerapan Undang-Undang 1. Pendekatan Teknologi
ITE 2. Pendekatan Sosial Budaya
3. Pendekatan Hukum12
Efektivitas berlakunya aspek Untuk mengatasi gangguan
pidana dalam UU ITE dilihat dari aspek keamanan pendekatan teknologi sifatnya
subtansi dan struktur hukumnya yang mutlak dilakukan, sebab tanpa pengamanan
meliputi penegak hukum, sumber daya jaringan akan sangat mudah disusupi,
aparatur penegak hukumnya peran serta diintersepsi atau diakses secara ilegal dan
masyarakat dalam konteks penegakan tanpa hak untuk mengantisipasi segala
hukum dan juga harus didukung sarana dan persoalan kejahatan yang bersinggungan
prasarana supaya penegakan hukum dengan teknologi informasi pemerintah
terwujud. telah mewujudkan rambu-rambu hukum
Secara nyata di era globalisasi ini yang tertuang dalam Undang-Undang
kita merasakan kemudahan dan manfaat Transaksi dan Informasi Elektronik (UU
yang besar atas hasil konvergensi antara No. 11 Tahun 2008 yang disebut UU ITE),
telekomunikasi, informasi dan komputer ini bentuk perlindungan kepada seluruh
dimana orang menyebutnya sebagai masyarakat dalam rangka menjamin
revolusi teknologi informasi. Hasil kepastian hukum, dimana sebelumnya hal
konvergensi tersebut salah satunya adalah ini menjadi kerisauan semua pihak
aktivitas dalam dunia siber yang ber khususnya berkenaan dengan munculnya
implikasi luas pada seluruh aspek berbagai kegiatan berbasis elektronik.
kehidupan dan tidak mustahil dalam Implementasi UU ITE memang
berbagai aktivitasnya terhadap berbagai belum efektif dalam menanggulangi cyber
permasalahan hukum. crime, terbukti dalam pasal 27 (3) UU ITE;
Hal ini dirasakan dengan adanya yaitu “Setiap 0rang dengan sengaja dan
pemanfaatan menyimpang atas berbagai tanpa hak mendistribusikan dan/atau
bentuk aktivitas teknologi informasi, dapat
dikatakan bahwa teknologi informasi 12 Ahmad Romli, 2004, Cyberlaw dan HAKI
Dalam Sistem Hukum di Indonesia,
11 Ibid, hlm. 134-135. RefikaAditama, Hlm. 3

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


23
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

membuat dapat diaksesnya Informasi dan telah membatasi kebebasan berekpresi


Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik (mengeluarkan pendapat) seseorang.Selain
yamg memiliki muatan penghinaan beberapa aliansi menilai bahwa rumusan
dan/ataupencemaran nama baik”.13 pasal tersebut sangatlah lentur multi
Bunyi pasal tersebut telah terjadi interprestasi.14 Sehingga peraturan yang
over criminalization dan berpotensi untuk terdapat dalam pasal dan ayat Undang-
disalah gunakan. Selain itu Pasal 27(3) Undang ITE tersebut harus dimaknai secara
dinilai tidak menyebutkan secara tegas, jelas dan dapat ditafsirkan secara rinci .
pasti, dan limitatif tentang perbuatan apa Pasal 27 ayat (3) telah melanggar
yang diklasifikasikan sebagai penghinaan. lex certa dan kepastian hukum karena pasal
Contoh Kasus Prita Mulyasari yang 27(3) tidak dimuat dalam rumusan delik
“curhat” melalui media elektronik berupa sejelas- jelasnya dan perumusan ketentuan
surat elektronik (e-mail) terhadap RS. pidana yang tidak jelas atau terlalu rumit
Omni Internasional. Kejadian ini dapat hanya akan memunculkan ketidak pastian
terjadi setelah Prita Mulyasari menjadi hukum,bahkan lebih jauh lagi melanggar
pasien dari rumah sakit tersebut dan kebebasan berekpresi, berpendapat,
mengalami kesalahan diagnosis terhadap menyebarkan informasi, sebagai salah satu
penyakitnya. Prita berasumsi bahwa elemen penting dalam demokrasi.
terdapat kesenjangan dari pihak rumah Dari berbagai permasalahan atau
sakit dalam memberikan diagnosis, namun kasus yang muncul dalam kejahatan cyber,
hal ini dibatah dengan keras oleh pihak RS, memang tidak semua bisa diakomodir
Omni Internasional. “Curhatan” Prita inilah dalam undang-undang ITE, karena didalam
yang dianggap oleh pihak rumah sakit undang-undang ITE tidak mengatur cara
sebagai pencemaran nama baik. khusus hal-hal yang menyangkut cyber
Pada awalnya Prita Mulyasari crime. Hal ini juga bisa kita lihat dalam bab
dijerat dengan 3 (tiga) pasal tuntutan ketentuan umum tidak secara jelas
alternatif oleh jaksa penuntut umum yaitu digambarkan tentang penjelasan kejahatan-
pasal 45 ayat (1) jo. Pasal 27 ayat (3) UU kejahatan yang menggunakan komputer
no.11 tahun 2008 tentang ITE, pasal 310 dalam dunia maya tidak tergambar secara
ayat (2) dan pasal 311 ayat(1). Sebagaimana jelas dan hanya sepotong-potong mengatur
diketahui, 3(tiga) pasal tersebut dirancang pemanfaatan teknologi yang sudah ber
untuk menjerat bagi pelaku yang diduga kembang dengan pesat dalam penggunaan
melakukan pencemaran nama baik dan nya. Disini bisa kita lihat peran pemerintah
penghinaan. Tetapi dinyatakan Prita dalam proses membentuk undang-undang
Mulyasari bersalah pasal 27 ayat (3)jo. ITE masih menggunakan pendekatan
Pasal 45(1)UU No 11 tahun 2008 tentang politis - pragmatis dan tidak menggunakan
ITE. kebijakan publik yang mekibatkan lebih
Meskipun sudah tertulis secara jelas banyak kalangan, sehingga tidak heran
pencemaran nama baik diatur dalam pasal kalau UU ITE ini hanya sepotong-potong
27 ayat 3 UU ITE tetapi sejak awal mengatur pemanfaatan teknologi yang
pengundangannya Dewan Pers sudah sudah begitu luas penggunaannya di
menolak keras dan meminta pemerintah berbagai aspek kehidupan manusia.
dan DPR untuk meninjau kembali Kalau kita cermati lebih dalam lagi
keberadaan isi dari beberapa pasal yang seperti misalnya,yang diatur dalam KUHP
terdapat dalam UU ITE tersebut.Karena
undang – undang tersebut sangat berbahaya 14 Zuliana Istichomah, 2013,Tinjauan UU No.11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik Dalam Kasus Cyber Crime Oleh Iwab
13 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Piliang Berdasarkan Teori Hukum Pidana.
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

24 HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

yaitu masalah khilaf dan lalai sedang dalam kualitasnya, karena merupakan kendala
UU ITE belum diatur, hal ini sering dalam proses pengungkapan tindak pidana
dilakukan manusia untuk melakukan cyber, dimana modus kejahatan cyber
kejahatan ITE.Padahal akibat lalai yang berkembang dengan pesat.
dilakukan dalam kejahatan ITE menimbul Dalam kasus - kasus yang terjadi
kan kerugian pihak yang terkena dampak seperti cyber crime sering mengalami
sangat luar biasa kerugiannya dan bahkan hambatan terutama dalam hal penangkapan
bisa fatal, bahkan akan mengancam atau tersangka dan penyitaan barang bukti,
menghancurkan sebuah negara, Dalam seringkali kepolisian tidak dapat menentu
Undang - Undang ITE tidak menyebutkan kan secara pasti siapa pelakunya, karena
sedikit pun tentang kelalaian yang dibuat para pelaku kejahatan dalam melakukan
oleh pembuat situs sehingga hacker bisa aksinya malalui komputer yang ada di
masuk dangan leluasa.Kegiatan yang lain “warnet”, dimana di warnet jarang sekali
yang sama pentingnya yaitu tentang melakukan “regristasi”, inilah yang
percobaan sebagaimana yang dalam KUHP menyulitkan penyidikan untuk mencari
yaitu pasal 53 KUHP, juga tentang turut barang bukti. Begitu juga dengan kasus
serta dalam kejahatan hacking dapat “carding”, saksi korban kebanyakan berada
dipidana apa tidak belum jelas pengaturan diluar negeri sehingga sangat menyulitkan
nya. Begitu juga halnya tentang masa dalam melakukan pelaporan dan pemeriksa
daluwarsa perbuatan pidana hacking. an untuk dimintai keterangan dalam berita
Semua kegiatan kejahatan tersebut diatur acara pemeriksaan saksi korban.
dalam bab tentang perbuatan - perbuatan Penyelesaian berkas perkara,
apa saja yang dilarang, sehingga terkesan setelah penyidikan lengkap dan dituangkan
seperti pasal kranjang sampah. dalam bentuk berkas perkara maka
Pada umumnya reaksi yang muncul permasalahan yang ada adalah masalah
para korban hacker hitam (cracker) adalah barang bukti kerena belum samanya
enggan untuk melaporkan kejahatan persepsi diantara aparat penegak hukum
tersebut kepolisi karena mereka hanya karena penafsiran yang berbeda mengenai
beranggapan bahwa ini semua hanya isi undang – undang, serta barang bukti
sebuah kecelakaan, karena korban merasa digital adalah barang bukti dalam kasus
malu kena tipu yang muncul hanya kesal cyber crime yang perumusannya dan
pada para hacker, sebenarnya korban tau pengumpulan barang buktinya membutuh
apa yang dilakukan cracker itu merupakan kan keahlian khusus sebab digital evidence
kejahatan. tidak selalu dalam bentuk fisik yang nyata,
Aparat Penegak hukum dalam hal hingga saat ini mengenai bentuk dari pada
ini adalah polisi menjadi sorotan para barang bukti digital (digital evidence) yang
korban Cracker dalam menangani aktivitas masih membutuhkan penafsiran dari ahli
hacking. Polisi belum dapat menangkap untuk menentukan keabsahannya.15
Cracker yang menghack sebuah situs, Penyempurnanan rumusan delik
termasuk ketidak mampuannya menangkap cyber crime, rumusan kriminalisasi
Cracker yang menyerang situs Polri perbuatan melanggar, menerobos,
sendiri,sehingga langkah awal dari proses melampaui, atau menjebol sistem
labeling justru didapat dari laporan–laporan pengamanan sebuah sistem elektronik
media massa yang secara gencar masih terlalu banyak unsur yang harus
memberitahukan akivitas Hacking, hal ini
berkaitan sumber daya manusia para 15 Besse Sugiswati. 2011,Aspek Hukum Pidana
penegak hukum yang kurang memadai Telematika Terhadap Kemajuan Teknologi Di
Era Informasi. Surabaya: Fakultas Hukum
sehingga perlu adanya peningkatan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Hal. 65

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


25
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

dibuktikan. Dalam Pasal 30 ayat (3) ITE, redefinisi pengertian dan peristilahan,
Undang-Undang ITE tidak dijelaskan perlu dilakukan dalam peraturan
tentang definisi cyber crime,jadi tidak perundang-undangan ITE, sehingga tidak
diketahui sampai sejauh mana yang menimbulkan celah hukum (loopholes).16
dinyatakan dengan unsur cyber crime,
apakah akan melakukan atau percobaan Kesimpulan
melakukan kejahatan cyber crime dapat
dikategorikan kejahatan belum jelas tertulis Di era globalisasi ini kejahatan di
didalamnya. dunia maya adalah persoalan baru dan
Lain dari pada itu Undang-Undang perbuatan pidana yang berdimensi baru.
ITE tidak mengatur mengenai pemidanaan Lahirnya Undang-Undang Informasi dan
bagi pelaku-pelaku yang perbuatan Transaksi Elektronik diharapkan dapat
pidananya seharusnya masuk dalam memayungi kejahatan telematika.Namun
kategori kejahatan cyber, antara lain: data Undang-Undang tersebut masih memiliki
leakage and espionage (membocorkan data kendala yuridis dan kendala penanganan
dan mematai),identity theft and fraud. Oleh tersangka. Masih banyak hal-hal/ketentuan
karena itu revisi Undang-Undang ITE ketentuan yang menyangkut perbuatan
diperlukan agar payung hukum atas tindak yang dapat di hukum belum masuk dalam
pidana cyber (cyber crime) bisa lebih Undang-Undang tersebut, sudah waktunya
konkrit dan komplit dalam menyelesaikan UU ITE direvisi agar tidak ada lagi yang
masalah-masalah cyber crime. dirugikan oleh pasal–pasal yang termuat
Penyempurnaaan hukum acara didalam UU tersebut, sehingga dapat
pemeriksaan cyber crime, untuk lebih tercipta suatu tujuan hukum yang tidak
meningkatkan efektivitas dan keberhasilan hanya memberikan kepastian hukum tetapi
penegakkan hukum di dunia cyber crime, juga memberikankeadilan dan kemanfaatan
maka ketentuan yang mengatur mengenai hukum, maka Undang-Undang Informasi
hukum acara cybercrime atau pemeriksaan Elektronik tidak efektif untuk melindungi
dalam setiap tingkatan perlu lebih kepentingan seluruh warga negara
diperjelas dan diperkuat. Kedudukan dan Indonesia. Dan juga Undang-Undang ITE
hubungan antara Undang -Undang ITE dan tidak akan dapat dijalankan dan diterapakan
peraturan perundang-undangan terkait dengan baik apabila tidak adanya
lainnya harus jelas dan harmonis agar tidak kerjasama antara aparat penegak hukum
menimbulkan keragu-raguan dari aparat dengan masyarakat luas. Dengan demikian
penegak hukum dalam penanganan perkara faktor yang dapat mempengaruhi
ITE. Karena sekarang ini banyak efektivitas suatu perundang-undangan
masyarakat yang menulis ajaran yang adalah profesional dan optimal pelaksanaan
bersifat kebencian, tapi apa yang peran, wewenang dan fungsi dari para
disampaikan di media sosial tersebut benar penegak hukum, baik didalam menjalankan
adanya, kalau aparat penegak hukum hanya tugas yang dibebankan terhadap diri
memahami deliknya saja, maka penegak mereka ataupun dalam menegakkan
hukum seperti ini dianggap berjalan peundang-undangan tersebut.
kebelakang, sehingga hukum acara yang
digunakan dalam tindak pidana ITE Saran
haruslah diatur secara khusus.
Mengatasi kendala-kendala yang Undang-Undang ITE merupakan UU
terdapat dalam Undang-Undang ITE dalam yang masih tergolong baru sehingga masih
penanganan berbagai bentuk kejahatan perlu perbaikan-perbaikan (revisi) terkait
dunia maya, upaya refisi Undang-Undang
16 Ibid, hal 65

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


26
Rini Retno Winarni : Efektivitas Penerapan Undang - Undang ITE Dalam Tindak Pidana ....

dengan substansi/isinya, dan perlu adanya Edmon makarim,2004, Kompilasi Hukum


kecermatan dan ketelitian bagi para Telematika,jakarta:Rajar grafindo
penegak hukum untuk memperoleh Persada.
pemahaman yang integral mengenai Indra Safitri, 1999, Tindak Pidana di dunia
substansi dari UU tersebut sehingga tidak cyber, Insiler, Legal, Journal From
ada lagi pihak yang merasa dirugikan. Indonesia Capital and Insvesment
Market, diakses http.businness for
Daftar Pustaka funecity.com
Jimly Assidiqie, 2006,Sekretaris Konstitusi
Abdul Wahid & Mohammad Labib, 2010, dan Konstitusi Analisme, Jakarta:
Kejahatan Mayantara (Cyber Sekretaris Jenderal dan
Crime), Bandung: PT Refika Kepaniteraan Mahkamah
Aditama. Konstitusi RI.
Ade Maman Suherman, 2002,Kejahatan Kenny Wiston, 2002, The Internet: Issue of
Internet Cybercrime, Jurisdictio and Controversies
http://myeptik-nolnol. blogspot. Surrounding Domain Names,
co.id/2015/04/kejahatan-internet- Bandung: Citra Aditya.
cybercrime_21.html Maskun, 2013, Kejahatan Siber(Cyber
Ahmad Romli, 2004, Cyberlawdan HAKI Crime), Jakarta: Kencana.
Dalam Sistem Hukum di Indonesia, Richardus EkoIndrajit, 2000, Sistem
Refika Aditama. Informasi dan Teknologi Informasi,
Ari Juliano Gema, 2000,Cyber ELex Media Komputindo, Jakarta:
Crime:Sebuah Fenomena di Dunia Gramedia,
Maya, diakses pada Zuliana Istichomah, 2013,Tinjauan UU
www.theceli.com No.11 Tahun 2008 Tentang
Besse Sugiswati, 2011, Aspek Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik
Pidana Telematika Terhadap Dalam Kasus Cyber Crime Oleh
Kemajuan Teknologi Di Era Iwab Piliang Berdasarkan Teori
Informasi. Surabaya: Fakultas Hukum Pidana.
H u k u m U n i v e r s i t a s Wi j a y a
Kusuma Surabaya.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.14 NO.1 OKTOBER 2016


27

Anda mungkin juga menyukai