Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN PELAYANAN

KESEHATAN LINGKUNGAN

Puskesmas Kutawaringin
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
KATA PENGANTAR

Kesehatan merupaka hak setiap warga negara dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Faktor utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat terdapat empat faktor terdiri dari gaya hidup, lingkungan, pelayanan
kesehatan dan genetik. Diantara faktor tersebut faktor perilaku/gaya hidup merupakan faktor
determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, diikuti dengan faktor lingkungan.

Guna mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan mencegah penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko lingkungan serta dalam rangka mendukung pencapaian standar
pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan, perlu diselenggarakan pelayanan kesehatan
lingkungan di Puskesmas.

Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko
lingkungan.

Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan disusun dalam upaya acuan penyelenggaraan


pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas. Masih banyak tantangan dan hambatan yang
harus dihadapi pengembangan dan meningkatkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
lingkungan di Puskesmas. Sehingga perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi yang baik dan
berkelanjutan untuk perbaikan yang lebih tepat dan nyata.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................................1
B. Tujuan Pedoman...............................................................................................................................2
C. Sasaran Pedoman............................................................................................................................3
D. Ruang Lingkup Pedoman.................................................................................................................3
E. Batasan Operasional........................................................................................................................3
BAB II STANDAR KETENAGAAN....................................................................................................................7
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia....................................................................................................7
B. Distribusi Ketenagaan.......................................................................................................................7
C. Jadwal Kegiatan................................................................................................................................8
BAB III STANDAR FASILITAS..........................................................................................................................9
A. Denah Ruang....................................................................................................................................9
B. Standar Fasilitas.............................................................................................................................10
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN..........................................................................................................11
B. Lingkup Kegiatan............................................................................................................................11
C. Metode............................................................................................................................................13
D. Langkah Kegiatan...........................................................................................................................14
BAB V LOGISTIK............................................................................................................................................15
A. Perencanaan Kebutuhan............................................................................................................................15
B. Penganggaran............................................................................................................................................15
C. Pengadaan.................................................................................................................................................15
D. Penyimpanan..............................................................................................................................................15
E. Pendistribusian...........................................................................................................................................15
F. Penghapusan..............................................................................................................................................16
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM.....................................................................17
BAB VII KESELAMATAN KERJA...................................................................................................................18
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..................................................................................................................19
BAB IX PENUTUP..........................................................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagaimana tercantum dalam Pasal
162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ketentuan mengenai
penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya ditujukan dalam rangka
terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.

Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat, antara lain Malaria pada tahun 2012 sebanyak 417.819 kasus dan Anual
Parasite Incident Malaria di Indonesia sebesar 1,69 per1.000 penduduk. Demam Berdarah Dengue
pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 (IR= 37,11 dan CFR= 0.9).
Sedangkan penemuan Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya sebesar 22,12 %. Angka
kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423 per 1000 penduduk pada
tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil survey morbiditas tahun 2006
dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar
1,3 kali (Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012).

WHO melaporkan sementara ini Indonesia pada peringkat 5 dunia jumlah penderita TB
Paru (WHO Global Tuberculosis Control 2010).

Disamping itu perubahan iklim (climate change) diperkirakan akan berdampak buruk
terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi peningkatan permasalahan terhadap penyakit. Hal lain
yang menyebabkan meningkatnya permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh keterbatasan
akses masyarakat terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63 % dan penggunaan jamban
sehat sebanyak 69% (sekretariat STBM, Bappenas, Tahun 2012).

Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terutama karena meningkatnya


penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan,

1
Pemerintah telah menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat
pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam pengaturan Puskesmas
ditegaskan bahwa salah satu upaya kesehatan masyarakat yang bersifat esensial adalah berupa
Pelayanan Kesehatan Lingkungan. Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal
kabupaten/kota bidang kesehatan.

Untuk memperjelas lingkup penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di


Puskesmas perlu diatur mengenai uraian kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagai
acuan bagi petugas Puskesmas dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas
Kutawaringin baik dalam gedung maupun luar gedung untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya preventif, promotif dan kuratif yang dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan.

2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatn yang diakibatkan oleh faktor
risiko lingkungan dan meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan
b. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kutawaringin dilaksanakan oleh
tenaga yang memiliki kompetensi dan kualifikasi yang sesuai dengan peraturan dan
dilaksanakan secara profesional.
c. Perciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat.
d. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kutawaringin dilaksanakan
secara berkelanjutan dan di tingkatkan mutu pelayanannya.

2
C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman ini adalah petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Kutawaringin
dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.

1. Sasaran Primer yakni individu, keluarga dan masyarakat;


2. Sasaran Sekunder yakni tokoh masyarakat
3. Sasaran Tertier yakni stake holder/pengambil kebijakan

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pedoman ini meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan,
baik pelayanan di dalam gedung dan pelayanan luar gedung di wilayah kerja Puskesmas
Kutawaringin upaya mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

E. Batasan Operasional
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor risiko lingkungan

Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan
kualitas media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit
dan/atau gangguan kesehatan. Batasan operasional untuk Pelayanan Penyehatan Lingkungan
meliputi pengelolaan unsur-unsur yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan, antara lain:

1. Pengelolaan limbah cair


a. Pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi limbah cair dan tinja
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau pajanan kandungan unsur
dari proses pengolahan limbah
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah cair dan tinja

2. Pengelolaan limbah padat


a. Pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi tanah dan limbah padat
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau pajanan kandungan unsur
dari proses pengolahan limbah
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan tanah dan limbah padat

3
3. Pengelolaan udara dan limbah gas
a. Pemeriksaan kualitas fisik, kebisingan, getaran dan kelembaban, kimia dan mikrobiologi
udara dan limbah gas
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau pajanan kandungan unsur
dari proses pengolahan limbah
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan udara dan limbah gas.

4. Pengelolaan sampah
a. Pemeriksaan jenis sampah, sumber timbulan, dan karakteristik
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau pajanan kandungan
unsur dari proses pengolahan limbah
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang tidak diproses sesuai
persyaratan pemerintah

5. Pengendalian binatang pembawa penyakit


a. Pemeriksaan tempat perindukan, perilaku binatang pembawa penyakit, perilaku
masyarakat
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari tempat perindukan, perilaku binatang pembawa
penyakit, perilaku masyarakat
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian binatang pembawa penyakit

6. Pengelolaan zat kimia dan limbah B3 termasuk limbah medik


a. Pemeriksaan jumlah, consentrasi dan jenis zat kimia, limbah B3, hygiene industry,
kesehatan kerja
b. Pemeriksaan peralatan dan lingkungan yang terpajan, dan manusia yang terpajan
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan zat kimia dan limbah B3.

7. Pengelolaan kebisingan
a. Pemeriksaan intensitas dan tingkat kebisingan yang melebihi ambang batas, sumber dan
sifat, kondisi lingkungan
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari intensitas dan tingkat kebisingan yang melebihi
ambang batas, sumber dan sifat, kondisi lingkungan

4
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang terpajan kebisingan yang
melebihi ambang batas

8. Pengelolaan radiasi sinar pengion dan non pengion


a. Pemeriksaan intensitas dan tingkat radiasi, sumber dan sifat radiasi, kondisi lingkungan
radiasi
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari intensitas dan tingkat radiasi, sumber dan sifat
radiasi, kondisi lingkungan radiasi
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang terkena radiasi sinar
pengion dan non pengion

9. Pengelolaan air yang tercemar


a. Pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air
b. Penentuan sumber air, dan perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran
dan/atau pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan air
c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air yang tercemar

10. Pengelolaan udara yang tercemar


a. Pemeriksaan kualitas fisik udara/kebisingan/getaran/ kelembaban udara baik in door
maupun outdoor, kecepatan angin dan radiasi, pemeriksaan kimia, mikrobiologi
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau pajanan kandungan unsur
dari proses pengolahan udara
c. Penggerakan masyarakat dalam pengelolaan udara yang tercemar

11. Pengelolaan makanan yang terkontaminasi


a. Pemeriksaan kualitas fisik , kimia, mikrobiologi dan parasitologi
b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau pajanan kandungan unsur
dari proses pengelolaan makanan
c. Penggerakan masyarakat dalam pengelolaan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.

12. Penyehatan Air

5
Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB) adalah kegiatan yang bersifat monitoring (inspeksi
sanitasi/IS) terhadap Sarana Air Bersih (SAB) yang ada di wilayah kerja Puskesmas yang
termasuk SAB antara lain: PDAM, perpipaan, sumur pompa, sumur gali, Perlindungan
Mata Air (PAM), Penampungan Air Hujan (PAH).

13. Penyehatan Makanan dan Minuman


Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah kegiatan yang bersifat
monitoring (Inspeksi Sanitasi/IS) Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang ada diwilayah
Puskesmas sekaligus memberikan pembinaan terhadap penanggung jawab/pengelola
TPM, petugas maupun terhadap penjamah makanan selama periode Januari s/d
Desember. Yang termasuk TPM antara lain: restoran, rumah makan, depot, jasa boga dan
lain-lain.

14. Penyehatan Perumahan dan Permukiman serta Sanitasi Dasar


Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar adalah kegiatan bersifat monitoring
(inspeksi sanitasi/IS) rumah sekaligus memberikan pembinaan terhadap penghuninya di
wilayah kerja Puskesmas selama periode Januari s/d Desember. yang dimaksud dengan
sarana sanitasi dasar antara lain: jamban, tempat sampah, sarana pembuangan air limbah
(SPAL).

15. Pembinaan Tempat-Tempat Umum


Pembinan sarana tempat-tempat umum adalah kegiatan bersifat monitoring (inspeksi
sanitasi/IS) terhadap tempat-tempat umum (TTU) di wilayah kerja Puskesmas sekaligus
memberikan pembinaan (masukan, sarana, rekomendasi teknis dll) terhadap penanggung
jawab dan petugasnya di wilayah kerja Puskesmas selama periode Januari s/d Desember.
Yang termasuk TTU disini adalah: Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel, Pasar,
Tempat Wisata.

16. Pelayanan Kesehatan Lingkungan /Klinik Sanitasi


Klinik sanitasi adalah kegiatan pemberian konseling dan tindak lanjut (misal kunjungan
rumah dll) terhadap klien guna menganalisa sebab-sebab terjadinya penyakit serta upaya
pemecahannya.

6
17. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
STBM adalah merupakan pendekatan untuk merubah prilaku hygiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM pada dasarnya memiliki 5
elemen yang diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain: tidak buang air
besar disembarang tempat, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan
makanan yang aman, mengelola sampah yang benar, mengelola limbah cair rumah
tangga yang aman.

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan terdiri atas
tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan dan mikrobiolog kesehatan. Kualifikasi Tenaga
Sanitarian ditetapkan berjenjang dan berkelanjutan yang terdiri dari:

1. Sanitarian; merupakan Tenaga Sanitarian yang memiliki ijazah Profesi Kesehatan


Lingkungan
2. Teknisi Sanitarian Utama (Technical Sanitarian) merupakan Tenaga Sanitarian yang
memiliki ijazah Diploma Tiga Penilik Kesehatan atau Diploma Empat / Sarjana Terapan /
Sarjana Kesehatan Lingkungan / Ilmu Lingkungan / Teknologi Lingkungan / Teknik
Lingkungan / Teknik Sanitasi.
3. Teknisi Sanitarian Madya (Junior Technical Sanitarian) merupakan Tenaga Sanitarian
yang memiliki ijazah Diploma Tiga Ahli Madya Sanitasi dan Kesehatan
Lingkungan/Teknologi Sanitasi
4. Teknisi Sanitarian Pratama (Assistent Technical Sanitarian) merupakan Tenaga Sanitarian
yang memiliki ijazah Diploma Satu Kesehatan Lingkungan/Pembantu Penilik Hygiene
5. Asisten Teknisi Sanitarian (Junior Assistent Technical Sanitarian) merupakan orang yang
memilki ijazah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Kesehatan Lingkungan/Sanitasi/
Plumbing.

Tenaga Sanitarian Puskesmas Kutawaringin berkualifikasi Teknisi Sanitarian Madya


(Technical Sanitarian) merupakan Tenaga Sanitarian yang memiliki ijazah Diploma Tiga
Kesehatan Lingkungan dengan Pegawai Negeri Sipil.

B. Distribusi Ketenagaan
Setiap puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan lingkungan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna yang diberikan
kepada pasien. Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang

8
memiliki kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun distribusi
ketenagaan unit Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kutawaringin sebagai berikut:

Puskesmas
Jenis Tenaga
Wajib Ada Kekurangan
DIII Kesehatan Lingkungan 1 1 0

C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan setiap hari kerja, meliputi pelayanan:

1. Konseling
2. Inspeksi kesehatan lingkungan
3. Intervensi kesehatan lingkungan

Adapun jadwal kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kutawaringin pada tahun
2019 sebagai berikut:

Rencana Pelaksanaan Ket


No Kegiatan Ja Ma Me Ju Ju Ag Se No De
n Feb r Apr i n l u p Okt v s
1 Sanitasi Perumahan Dan Pemukiman                          
2 Sanitasi TTU                          
3 Sanitasi TPM                          
4 Pengawasan Kualitas Air Bersih                          
5 Pendataan Sarana                          
6 Yankesling/Klinik Sanitasi                          
7 STBM                          
8 Pengelolaan Limbah B3                          

9
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Pelayanan kesehatan lingkungan dalam gedung dilaksanakan di ruang konsultasi:

10
B. Standar Fasilitas
Berikut merupakan standar fasilitas dan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan lingkungan di
Puskesmas Kutawaringin:

1. Ruang konseling yang terintegrasi dengan layanan konseling lain di Puskesmas


Kutawaringin telah tersedia.
2. Laboratorium kesehatan lingkungan yang terintegrasi dengan laboratorium klinis di
Puskesmas Kutawaringin belum tersedia.
3. Media komunikasi, informasi dan edukasi di Puskesmas Kutawaringin telah tersedia
namun tidak lengkap.
4. Ketersediaan peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan lingkungan
berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian, daftar peralatan kesehatan lingkungan
dan penggunanya sebagai berikut:

Ketersediaa
n
Pengguna Peralatan Puskesmas
Kutawaringi
No Nama Alat/Peralatan n
Asisten Teknisi Teknisi
Teknisi
Teknisi Sanitari Sanitari Sanitaria
Sanitaria
Sanitari an an n
n Utama
an Pratama Madya
Water Contamination Monitoring
1 √ √ √
Test Kit
Water Quality GPS Multi
2 √ √ √
Parameter
3 Simple Water Test Kit √ √ √
4 Waste Water Test Kit √ √ √
5 Water Test Kit for Microbiology √ √ √
6 Public Places Inspection Test Kit √ √ √
Environment Air Quality
7 √ √ √
Monitoring
8 Indoor Air Inspection Test Kit √ √ √
Complete Multi Gas Monitor for
9 √ √ √
Ambient
10 Hospital Air Contamination Test √ √ √
11 Stack Gas and Dust Sampler √ √ √
12 Portable Gas Sampler √ √ √

11
13 Radiation Inspection Kit √ √
14 Soil Test Kit √ √ √
15 Digital Soil Monitoring Test Kit √ √ √
16 Kitchen Hygiene Inspection Kit √ √ √
17 Microbiology Food detection Kit √ √ √
Portable Food Contamination
18 √ √ √
Test Kit
19 Food Detection Kit √ √ √
20 Sanitarian Field Kit √ √ √
21 Surveillance Vector Kit √ √ √ √
Lup √
22 Cholinesterase Test Kit √ √
Portable Digital System
23 √ √ √
Cholinesterase Test
24 Visual Inspection Kit √ √

12
13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan di dalam gedung dan diluar gedung yang meliputi
kegiatan identifikasi, analisi, rekayasa, monitoring dan pemberdayaan.

Dengan jaringan pelayanan puskesmas adalah:

1. Petugas sanitarian
2. Kader kesehatan lingkungan
3. Bidan/Perawat di wilayah kerja Puskesmas

Dengan jejaring pelayanan penyehatan lingkungan di puskesmas adalah:

1. Kecamatan
2. Lintar sektor lain (dinas pendidikan, kantor urusan agama, polsek, koramil)
3. Kelurahan/Desa
4. Sekolah TK-SD-SLTP-SLTA
5. Pondok Pesantren
6. Industri Rumah Tangga / Industri
7. Pemilik Sarana Air Bersih

Ruang lingkup pelayanan kesehatan lingkungan:

1. Koordinator kesehatan lingkungan, penyehatan lingkungan perumahan dan permukiman,


jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan tempat pengelolaan sampah (TPS):
a. Menyusun rencana kegiatan program;
b. Melakukan pencatatan, pendataan terhadap Rumah, Jamban Keluarga (Jaga), Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS);
c. Melakukan Pengelolaan Limbah Cair dan padat Puskesmas;
d. Melakukan Pembinaan terhadap Rumah, Jamban Keluarga (Jaga), Saluran Pembuangan
Air Limbah (SPAL) dan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS);
e. Melakukan Pengawasan ( Inspeksi Sanitasi ) pada Rumah, Jamban Keluarga (Jaga),
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS);

14
f. Melaporkan hasil pendataan, Pembinaan dan Pengawasan Rumah, Jamban Keluarga
(Jaga), Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS)
dengan format yang ada kepada Dinas Kesehatan.
g. Melakukan monitoring evaluasi terhadap Rumah ,Jamban Keluarga (Jaga), Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS);
h. Melakukan sosialsasi kepada masyarakat tentang Rumah, Jamban Keluarga (Jaga) ,
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) yang
memenuhi syarat;
i. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengelolaan limbah domestik cair
(SPAL) dan padat (TPS);
j. Melakukan Pemicuan Komunitas tentang Jaga, SPAL dan TPS;
k. Melakukan Monitoring evaluasi pasca kegiatan Pemicuan;
l. Melakukan Advokasi kepada Kepala Desa dan atau dengan lintas sektor terkait
(Kecamatan, Koramil dll) dalam pelaksanaan program
m. Melakukan pendampingan kepada desa dalam menyusun struktur komite STBM,
Menyusun rencana kegiatan Komite STBM, Pelaksanaan Gotong Royong Membuat
Sarana (JAGA, SPAL dan TPS);
n. Melakukan verifikasi data akses bersama sektor terkait yang dituangkan dalam Beriata
Acara Verifikasi Data;
o. Mendorong Desa dan Komite STBM Desa untuk Deklarasi bila akses terhadap Sarana
sudah 100%;
p. Melakukan monitoring evaluasi dan pendampingan kepada desa dan Komite STBM desa
pasca Deklarasi terkait keberlangsungan akses dan peningkatan sarana;
q. Melaporkan hasil kegiatan dengan format yang ada kepada Dinas Kesehatan.

2. Koordinator penyehatan sarana air bersih (SAB), tempat pengelolaan makanan dan
minuman (TPM), tempat-tempat umum (TTU), tempat penyimpanan dan penjualan pestisida
(TP3) :
a. Menyusun rencana kegiatan program;
b. Melakukan pencatatan, pendataan Sarana Air Bersih (SAB),Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) , Tempat Tempat Umum (TTU) dan Tempat Penyimpanan dan Penjualan
Pestisida (TP3);
c. Melakukan Pembinaan terhadap SAB, TPM, TTU dan TP3;

15
d. Melakukan Pengawasan ( Inspeksi Sanitasi ) pada SAB, TPM, TTU, TP3;
e. Melakukan pengambilan sampel Air dan makanan / minuman;
f. Mengirim sampel air ke laboratorium yang ditunjuk;
g. Melakukan monitoring evaluasi terhadap TPM, TTU dan TP3;
h. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tetang kemanan makanan minuman;
i. Melaporkan hasil kegiatan dengan format yang ada kepada Dinas Kesehatan

3. Koordinator program layanan klinik sanitasi


a. Membuat Rencana Kegiatan Pelayanan Klinik Sanitasi;
b. Melakukan Pencatanan Jumlah Kunjungan Umum dan Penyakit Berbasis Lingkungan;
c. Melakukan Koordinasi dengan layanan terkait dalam penyelenggaraan konseling
kesehatan lingkungan (Klinik Sanitasi );
d. Mengkoordinir dan Melakukan terselenggaranyanya layanan konseling bagi klien berbasis
lingkungan yang dirujuk dari layanan Balai Pengobatan dan atau dari loket sesuai bagan
alur layanan klinik sanitasi puskesmas;
e. Melakukan kegiatan kunjungan rumah terhadap klien risiko tinggi dan keluarga risiko
tinggi;
f. Melakukan pembinaan terhadap klien risiko tinggi dan keluarga risiko tinggi;
g. Melakukan advokasi dan koordinasi dengan sektor terkait sebagai tindak lanjut penangan
klien dan keluarga risiko tinggi;
h. Melakukan pendampingan terhadap realisasi tindak lanjut klien risiko tinggi dan keluarga
risiko tinggi;
i. Melakukan monitoring evaluasi penanganan klien dan keluarga risiko tinggi;
j. Melaksanakan koordinasi dengan lintas program tentang Sosialisasi kepada masyarakat
dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit berbasis lingkungan;
k. Melaporkan hasil kegiatan dengan format yang ada kepada Dinas Kesehatan.

B. Metode
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan dengan metode:

1. Konseling
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan
pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan
yang dihadapi.

16
2. Inspeksi
Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar,
norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.
3. Intervensi
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial.

C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
Meliputi persiapan tempat konseling untuk pelayanan kesehatan lingkungan dalam gedung
dan persiapan peralatan inspeksi untuk pelayanan kesehatan lingkungan diluar gedung.
2. Perencanaan (Plan)
a. Menyusun rencana usulan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
c. Menyusun panduan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
d. Menyusun kerangka acuan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
e. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
3. Pelaksanaan (Do)
Merupakan tahap penerapan atau melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan berupa
pelayanan konseling, inspeksi, dan intervensi.
4. Cek / Monitoring (Check)
Merupakan tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari hasil-hasil dari
pelaksanaan (Do). Cek / Monitoring dapat dilakukan dengan membandingkan antara hasil
aktual yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan dan juga kepadatan jadwal yang
telah ditentukan.
5. Tindak Lanjut (Act)
Merupakan tahap untuk mengambil tindakan terhadap hasil dari tahap Check. Tindakan
yang dilakukan berdasarkan hasil yang dicapai diantaranya adalah:

17
a. Tindakan Perbaikan (Corrective Action) berupa solusi terhadap masalah yang
dihadapi dalam pencapaian target, tindakan perbaikan ini perlu diambil jika hasil
capaian tidak memenuhi target.
b. Tindakan Standarisasi (Standardization Action) yaitu tindakan untuk untuk men-
standarisasi-kan cara, metode, ataupun praktek terbaik yang telah dilakukan,
Tindakan standarisasi dilakukan jika hasil mencapai target.

18
19
BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta penghapusan
material. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik
mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Manajemen logistik unit
pelayanan penyehatan lingkungan sebagai berikut :

A. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan unit pelayanan penyehatan lingkungan menghitung dan
merencanakan kebutuhan media penyehatan lingkungan berupa buku saku, ATK penunjang
administrasi dan dokumentasi kegiatan pelayanan penyehatan lingkungan yang sudah
direncanakan. Analisa kebutuhan penunjang pelaksanaan kegiatan pada periode waktu tertentu
berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit dan target kinerja pelayanan.
Menyesuaikan perencanaan kebutuhan dengan memperhatikan persediaan awal pelaksanaan
penyehatan lingkungan yang ada.

B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan pengadaan pelaksanaan
penyehatan lingkungan untuk menunjang kegiatan dengan harga satuan berdasar indeks harga
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran
tersebut.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan.

D. Penyimpanan
Material media penyehatan lingkungan yang diperoleh dicatat dan disimpan di
ruang Unit Pelayanan Penyehatan Lingkungan untuk didistribusikan sesuai kebutuhan pelayanan
penyehatan lingkungan.

E. Pendistribusian
Pendistribusian materi penyehatan lingkungan dilakukan pada saat pelaksanaan
kegiatan pelayanan penyehatan lingkungan. Efisiensi pelaksanaan pendistribusian mempengaruhi

20
kecepatan penyediaan material baru. Penanggung jawab pendistribusian adalah penanggung
jawab Unit Pelayanan Penyehatan Lingkungan. Prosedur baku pendistribusian material promosi
kesehatan, meliputi :

1. Pendistribusian langsung kepada sasaran pelayanan

2. Pendistribusian melalui mitra kerja lintas program, jejaring dan jaringan.

F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab pengurus barang atas
bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :

1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali

2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.

3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa ( expired date)

4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.

Penghapusan material penyehatan lingkungan dilakukan dengan pemusnahan, yaitu


dibakar atau dipendam/ditanam

21
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam
sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran
yang optimum. Keselamatan sasaran menghindarkan sasaran dari potensi masalah dalam
pelayanan penyehatan lingkungan yang sebenarnya bertujuan untuk membantu sasaran.

Tujuan keselamatan sasaran adalah terciptanya budaya keselamatan sasaran pelayanan


penyehatan lingkungan, meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) petugas penyehatan
lingkungan terhadap sasaran, menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan), serta terlaksananya
program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak
diharapkan).

Sasaran keselamatan sasaran pelayanan penyehatan lingkungan sebagaimana dimaksud


meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :

1) Ketepatan identifikasi sasaran;


Identifikasi sasaran kegiatan yang akan menerima pelayanan penyehatan lingkungan sesuai
rencana kegiatan unit pelayanan penyehatan lingkungan yang telah disusun.
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh sasaran penyehatan lingkungan
akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan sasaran. Evaluasi di
akhir pelayanan penyehatan lingkungan dilakukan untuk memastikan sasaran tidak salah
memahami informasi yang diberikan.
3) Peningkatan keamanan sarana penyehatan lingkungan
Memantau lokasi, bangunan dan material penyehatan lingkungan yang dapat membahayakan
keselamatan sasaran.
4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-metoda, tepat-sasaran
Menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan penyehatan
lingkungan untuk menghindari kesalahan lokasi, metoda dan sasaran pelayanan.
5) Pengurangan risiko psikososial terkait pelayanan penyehatan lingkungan
Untuk meminimalisir bahkan menghindari risiko diperlukan komitmen bersama sasaran, memilih
metoda yang tepat dan memberikan reward.

22
6) Pengurangan risiko sasaran jatuh/terluka
Memilih dan memantau lokasi pelayanan penyehatan lingkungan untuk menghindari sasaran
maupun petugas mengalami cedera baik dalam perjalanan maupun selama dalam ruangan
menerima pelayanan penyehatan lingkungan.

23
24
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam


melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional serta setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya. Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung
yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.

Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko dan dampak atau
akibatnya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya.

25
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (Quality Control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau
jasa yang diberikan kepada sasaran. Pengendalian mutu pada unit pelayanan penyehatan
lingkungan diperlukan agar terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai
sasaran. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model
manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model
PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan
(Continuous Improvement) atau kaizen mutu pelayanan penyehatan lingkungan.

Pada unit pelayanan penyehatan lingkungan kegiatan pelayanan penyehatan lingkungan


dimulai dari pendataan/survey sasaran dan kebutuhan sasaran, penyusunan rencana pelaksanaan
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, penyusunan dokumen pelaporan kegiatan, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan, dan penyusunan rencana tindak lanjut hasil evaluasi
kegiatan. Pada setiap tahap kegiatan disusun standar operasional prosedur (SOP) untuk menjamin
pelaksanaan kegiatan yang sesuai standar pelayanan. Evaluasi dan rencana tindak lanjut
dilaksanakan untuk mengatasi adanya kesenjangan antara perencanaan dan hasil kegiatan. Hasil
kegiatan didokumentasikan secara periodik.

26
BAB IX
PENUTUP

Penyehatan lingkungan merupakan upaya-upaya pemberdayaan, baik pemberdayaan


terhadap sasaran maupun mitra kerja, jaringan maupun jejaring. Namun demikian upaya
pemberdayaan akan lebih berhasil jika didukung oleh upaya bina suasana dan advokasi. Untuk
mencapai kualitas pelayanan penyehatan lingkungan yang sesuai standar pelayanan, seringkali
menghadapi kendala dalam hal jumlah, kualifikasi maupun mutu tenaga pelaksana pelayanan
penyehatan lingkungan. Pedoman pelayanan unit penyehatan lingkungan ini menyampaikan hasil
kajian tentang ketenagaan, sarana dan pengendalian mutu pelayanan agar unit pelayanan
penyehatan lingkungan dapat menjalankan fungsinya secara optimal, dikelola dengan baik, baik
kinerja pelayanan, proses pelayanan maupun sumber daya yang digunakan.

27

Anda mungkin juga menyukai