Anda di halaman 1dari 24

JPSD Vol. 3 No.

2, September 2017
ISSN 2540-9093

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA SEKOLAH


DASAR MELALUI KEARIFAN LOKAL
Putri Rachmadyanti
Universitas Negeri Surabaya
putrirachmadyanti@unesa.ac.id

Abstrak Pendidikan Karakter merupakan aspek penting dalam mengembangkan ranah


afektif, khususnya bagi anak usia Sekolah Dasar. Muatan pendidikan karakter diterapkan
dalam pembelajaran di Sekolah Dasar berdasarkan materi dari standar isi kurikulum.
Pendidikan Karakter penting untuk ditanamkan pada anak usia Sekolah Dasar karena untuk
membentuk pribadi siswa agar memiliki nilai- nilai luhur bangsa dan dapat menjadi warga
negara yang baik. Pendidikan karakter memiliki misi penting dalam menciptakan siswa yang
tidak hanya pandai secara kognitif, namun juga berbudi pekerti yang luhur. Guru dapat
mengembangkan materi berbasis kearifan lokal dengan berbagai kegiatan pembelajaran yang
menarik yang diharapkan dapat mengembangkan karakter siswa seperti karakter kerja sama,
toleransi, dan sikap peduli. Siswa sepatutnya memiliki sikap yang arif dan bijak dalam
memandang kearifan lokal yang dimiliki oleh daerahnya, sebagai bagian dari pengembangan
pendidikan karakter sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat. Sehingga manfaat kajian ini
adalah (1) memberikan ide kreatif bagi guru untuk mengembangkan materi pendidikan
karakter bagi siswa selolah dasar yang berbasis keraifan lokal, (2) memotivasi guru dan orang
tua untuk mengarahkan siswa menjadi pribadi yang cerdas dan berbudaya, dan (3)
memotivasi semua pihak untuk melestarikan kekayaan budaya yang ada di daerah setempat.

Kata Kunci : pendidikan karakter, kearifan lokal, sekolah dasar

Abstract. Character Education is an important aspect in developing affective, especially for


student at elementary school. Character education content is applied in Elementary School lessons
based on material from curriculum. It is important to create good values of the nation and to be
good citizens. Character education has an important mission in creating students who are not only
clever cognitively, but also have good characters. Teachers can develop materials based on local
wisdom with creative learning activities that to develop the character of students such as the
character of cooperation, tolerance, and caring attitude. So the benefits of this study are (1) to
provide creative ideas for teachers to develop character education materials for students based on
local wisdom, (2) motivate teachers and parents to direct students into intelligent and cultured
individuals, and (3) motivate all parties to preserve the cultural treasures that exist in the local
area.

Keyword : character education, local wisdom, elementary school

201
A. Pendahuluan

Seiring kemajuan zaman dengan Di satu sisi, dampak adanya


perkembangan ilmu dan teknologi yang perkembangan ilmu pengetahuan dan
pesat, mendorong manusia untuk selalu teknologi tersebut memunculkan sikap-
berkembang pada berbagai sector atau sikap yang kurang sesuai dalam
bidang, tidak terkecuali sektor kehidupan bermasyarakat. Misal, siswa
pendidikan. Siswa dari TK sampai yang terlalu sering bermain gadget
dengan perguruan tinggi semakin akrab dikhawatiran akan memiliki sikap
dengan perkembangan ilmu individualisme yang tinggi, dan kurang
pengetahuan dan teknologi utnuk bersosisialisasi dengan teman dan
menunjang proses belajar. Siswa lingkungan. Siswa akan melupakan
dengan mudah menemukan informasi- permainan- permaianan tradisional
informasi melalui internet, baik khas bangsa Indonesia dan cenderung
informasi dalam maupun luar negeri. memilih gadget dengan berbagai
Kecepatan informasi dan konten kecanggihan yang ditawarkan. Saptadi
informasi yang didapatkan siswa tentu dalam Mubah (2011) tentang
akan berpengaruh pada kehidupan problematika budaya lokal di era
sehari- hari siswa. Salah satu contoh, globalisasi mengemukakan bahwa
tidak sedikit siswa Sekolah Dasar yang Sekarang, dunia mengalami Revolusi
sudah hafal dengan nama boyband atau 4T (Technology, Telecomunication,
girlband Korea yang disukainya, Transportation, Tourism) yang
bahkan bisa menyanyi dan menari memiliki globalizing force dominan
menirukan gaya idolanya tersebut. sehingga batas antarwilayah semakin
Selain itu, cara berpakaian yang kabur dan berujung pada terciptanya
cenderung terbuka, meniru gaya global village seperti yang pernah
kebarat- baratan juga marak diikuti diprediksikan McLuhan.
oleh anak- anak dan remaja karena Dalam hal ini, pendidikan
menganggap gaya tersebut lebih sebagai salah satu bidang kehidupan
modern. manusia, memiliki peran penting dalam
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Putri
ISSN 2540-9093
202
menciptakan generasi manusia yang
yang merusak citra dan rasa percaya
cerdas, bijaksana, dan berkarakter. Hal
diri bangsa. Dari segi sosial, jika siswa
ini sejalan dengan pengertian
sejak dini sudah terbiasa tidak peduli
pendidikan sesuai Undang- Undang
dengan lingkungan sekitar,
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1,
dikhawatirkan akan berimbas pada
yaitu penddikan merupakan usaha
kehidupannya hingga dewasa.
sadar dan terencana untuk mewujudkan
Padahal manusia adalah
suasana belajar dan proses
makhluk sosial, yang hidup
pembelajaran agar peserta didik secara
berdampingan baik dengan sesama
aktif mengembangkan potensi dirinya
manusia, dengan alam sekitar dan
untuk memiliki kekuatan spiritual
berinteraksi dengan hewan- hewan di
keagamaan, pengendalian diri,
sekitar. Kegiatan konservatif terhadap
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
kekayaan alam dan budaya setempat
serta keterampilan yang diperlukan
atau yang lazim disebut kearifan lokal
dirinya, masyarakat, bangsa dan
perlu ditanamkan kepada anak sejak
negara. Pendidikan karakter sejalan
usia Sekolah Dasar. Guru dapat
dengan pemikirian untuk menciptakan
memberikan penguatan pendididkan
pendidikan akhlak.
karakter melalui materi yang
Apabila masuknya budaya asing
bersumber dari aktivitas masyarakat,
tanpa filter dilakukan secara terus
produk budaya, dan potensi- potensi
menerus, tidak menutup kemungkinan
lain di lingkungan sekitar siswa.
budaya bangsa Indoensia akan punah.
Berikut ini akan dibahas tentang
Towaf (2014) menambahkan bahwa
penguatan pendidikan karakter bagi
Guncangan globalisasi telah
siswa Sekolah dasar melalui Kearifan
menimbulkan berbagai macam krisis
Lokal.

B. Pembahasan

Pendidikan Karakter Pusat Bahasa Depdiknas


Pengertian Karakter menurut adalah
bawaan, hati, jiwa, dan kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas ,
sifat, tabiat, temperamen, watak.
Adapun berkarakter adalah
esensial, komiten normatif, dan
berkepribadian, berperilaku, bersifat,
komponen abilitas yang berlandaskan
bertabiat, dan berwatak. Lickona dalam
IESQ. Adapun pendapat Yunus (2013)
Akbar (2015) menjelaskan tentang
pembangunan karakter bangsa
definisi karakter yang baik (good
merupakan hal yang sangat penting
character) sebagai menjalani
karena berhubungan dengan proses
kehidupan dengan kebenaran.
membina, memperbaiki, mewarisi
Kebenaran itu berhubungan dengan
warga negara tentang konsep perilaku
sikap terhadap diri sendiri dan orang
dan nilai luhur budaya Indonesia yang
lain. Amri (2015) disebutkan bahwa
dijiwai oleh Pancasila dan Undang-
orang yang perilakunya sesuai dengan
Undang 1945. Oleh karena itu, hakikat
kaidah moral disebut berkarakter
pendidikan karakterdalam konteks
mulia. Sejalan dengan pendapat Akbar,
pendidikan di Indonesia adalah
Sofan amri juga sependapat bahwa
pendidikan nilai-nilai luhur yang
manusia yang berkarakter baik adalah
bersumber dari budaya bangsa
manusia yang berusaha untuk
Indonesia sendiri dalam rangka
melakukan hal- hal terbaik bagi Tuhan,
membina kepribadian generasi penerus
dirinya, sesama lingkungan, bangsa
bangsa.
dan negara serta dunia pada umumnya
Pendidikan karakter bertujuan
dengan mengoptimalkan potensi
untuk meningkatkan mutu
(pengetahuan) dirinya disertai
penyelenggaraan dan hasil pendidikan
kesadaran emosi dan motivasinya.
di sekolah yang mengarah pada
Pendidikan karakter adalah suatu
pencapaian pembentukan karakter dan
sistem penanaman nilai- nilai karakter
akhlak mulia pada siswa secara utuh,
kepada warga sekolah yang meliputi
terpadu dan seimbang yang disesuaikan
komponen pengetahuan, kesadaran atau
dengan standar kompetensi lulusan.
kemauan, dan tindakan untuk
Melalui pendidikan karakter
melaksanakan nilai- nilai tersebut.
diharapkan siswa mampu secara
Manullang (2013) mengemukakan
mandiri meningkatkan dan
bahwa pendidikan karakter terdiri atas
menggunakan pengetahuannya,
pengembangan sikap positif, pola pikir
mengkaji dan mengaplikasikan nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia dalam Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
perilaku sehari- hari.
Selain itu, berdasarkan penelitian
di Harvard University Amerika Serikat,
diperoleh hasil bahwa kesuksesan
seseorang tidak ditentukan semata-
mata oleh faktor pengetahuandan
kemampuan teknis (hard skill) , tetapi
lebih oleh faktor kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft
skill). Penelitian ini mengungkapkan
kesuksesan adalah 20% hardskill dan
80% soft skill. Hal ini didukung
pendapat Hyoscyamina (2011) bahwa
kecerdasan otak barulah merupakan
syarat minimal untuk meraih
keberhasilan, kecerdasan emosi yang
sesungguhnya mengantarkan seseorang
menuju puncak prestasi, bukan IQ. Hal
ini mengisyaratkan mutu bahwa
pendidikan karakter penting untuk
dikembangkan, baik pada jalur
pendidikan formal maupun non formal.
Adapun beberapa pendapat
mengemukakan tentang nilai- nilai
pada pendidikatan karakter. Aeni
(2014) menjelaskan 18 butir nilai-nilai
pendidikan karakter yang
telah dirumuskan oleh Depdiknas
yaitu, Religius, Jujur, Toleransi,
Disiplin,
Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat
Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai
prestasi,
Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai,
Gemar membaca, Peduli lingkungan,
Peduli social, Tanggung jawab. Adapun
nilai- nilai karakter dikaitkan dengan
kearifan lokal, seperti pendapat Asriati
(2012) nilai- nilai luhur terkait kearifan
lokal yaitu 1) cinta kepada Allah dan
alam semesta beserta isinya,
2) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri,
3) jujur, 4) hormat dan santun,
5) kasih sayang dan peduli, 6) percaya
diri kreatif, pantang menyerah, 7)keadilan
dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah
hati, 9) toleransi dan cinta damai.
Sekolah sebagai lembaga formal
penyelenggara pendidikan, memiliki tuga
suntuk menanamkan pendidikan karakter
bagi generasi penerus bangsa. Hidayat
(2012) menjelaskan bahwa keberhasilan
dalam proses
pembentukan karakter lulusan suatu
satuan pendidikan, akan ditentukan bukan
oleh kekuatan proses pembelajaran, tetapi
akan ditentukan oleh kekuatan
manajemennya, yang mengandung
pengertian bahwa mutu
karakter lulusan memiliki
ketergantungan kuat terhadap kualitas
kebudayaan yang patut dijaga, masing-
manajemen sekolahnya. Hal ini
masing wilayah memiliki kebudayaan
disebabkan karena proses pembentukan
sebagai ciri khasnya dan terdapat
karakter harus terintegrasi kedalam
kearifan lokal yang terkandung di
berbagai bentuk kegiatan sekolah.
dalamnya.
Indonesia adalah negara besar
Kearifan Lokal
yang berpenduduk lebih dari 220 juta
Kearifan lokal adalah segala
jiwa dengan wilayah yang terdiri
bentuk kebijaksanaan yang didasari
13.000 pulau. Kebihnekaan yang terdiri
oleh nilai–nilai kebaikan yang
dari 300 suku bangsa, dengan 200
dipercaya, diterapkan dan senantiasa
bahasa yang berbeda.
dijaga keberlangsungannya dalam
Indonesiamemang bisa dikatakan luas
kurun waktu yang cukup lama (secara
dan kaya, memiliki tanah yang subur
turun-temurun) oleh sekelompok orang
dengan berbagai jenis kekayaan flora
dalam lingkungan atau wilayah tertentu
didalamnya. Belum lagi hutan dan
yang menjadi tempat tinggal mereka.
kekayaaan bahari yang membentang
Kearifan lokal memiliki hubungan
luas dari Sabang sampai Merauke.
yang erat dengan kebudayaan
Namun hal terpenting dari kekayaan ,
tradisional pada suatu tempat, dalam
kedaulatan dan kebhinekaan bangsa
kearifan lokal tersebut banyak
Indonesia tersebut adalah pendidikan,
mengandung suatu pandangan maupun
karena pendidikan mengambil peran
aturan agar masyarakat lebih memiliki
penting dalam membangun kehidupan
pijakan dalam menentukan suatu
berbangsa ini.
tindakan seperti perilaku masyarakat
Seluruh kebudayaan lokal yang
sehari-hari. Pada umumnya etika dan
berasal dari suku- suku di Indonesia
nilai moral yang terkandung dalam
merupakan bagian integral dari
kearifan lokal diajarkan turun-temurun,
kebudayaan Indonesia. Simbolisasi
diwariskan dari generasi ke generasi
tersebut dapat digampabarkan melalui
melalui sastra lisam dan manuskrip.
lagu daerah, kerajinan tangan, tarian,
Kearifan lokal yang diajarkan turun-
rumah adat, dan potensi pariwiwsata
temurun tersebut merupakan
daerah. Kekayan budaya tersebut harus
dilestarikan sebagai jalan menjadi
dasarnya masyarakat Ponorogo hanya
bangsa yang berkarakter. Masing-
mengikuti apa yang menjadi warisan
masing kekayaan budaya tersebut
leluhur sebagai pewarisan budaya yang
menunjukkan nilai yang luhur dari
sangat tinggi dan kaya. Reog Ponorogo
setiap masyarakat. Hal ini dikarenakan
berperan sebagai alat hibur pada acara-
setiap kesenian dipengaruhi oleh
acara perayaan Nasional, dan berbagai
kebudayaan masyarakat di sekitarnya
acara adat. Selain sebagai alat hibur,
dan menjadi media penyebaran atau
Reog Ponorogo pun memiliki simbolik
pengenalan suatu daerah. Sejalan itu,
yang bersifat mistik bagi orang- orang
Ichwal (2011) dalam buku Restorasi
yang percaya untuk penolak bala atau
Pendidikan, menyebutkan bahwa
penolak sial.
pentingnya pendidikan budaya sama
Hasil kebudayaan selanjutnya
pentingnya seperti membangun
adalah Damar Kurung dari Kota Gresik
karakter bangsa. Hal ini juga sejalan
Jawa Timur. Seni lampion Damar
dengan pendapat Fajarini (2014) bahwa
Kurung sebagai ikon Kota Gresik
menggali dan melestarikan berbagai
nampaknya sangat kental
unsur kearifan lokal, tradisi dan pranata
menggambarkan budaya masyarakat
lokal, termasuk norma dan adat istiadat
Gresik.
yang bermanfaat dan dapat berfungsi
Damar Kurung adalah pelita
efektif dalam pendidikan karakter.
yang dikurung dalam bangun berbentuk
Berikut beberapa kesenian budaya
persegi empat. semacam lampion.
Indonesia yang terlahir dari suku
Gambar-gambar yang ada di setiap sisi
bangsa di Indonesia, khususnya Jawa
Damar Kurung menceritakan tentang
Timur.
kegiatan sehari-hari masyarakat Gresik.
Hasil karya seni budaya asli
Selain itu juga gambar pada Damar
Indonesia adalah kesenian Reog yang
Kurung dijadikan sebagai media
mengandung nilai kepribadian bangsa.
dakwah dengan menceritakan ritual
Di dalamnya memuat asas-asas
keagamaan seperti pasar malam, Hari
kepribadian bangsa yang
Raya Idhul Fitri, Hari Raya idhul Adha,
berketuhaanan Yang Maha Esa, nilai
kondisi pasar dan ritual. Kesenian ini
kemandirian, dan persatuan. Pada
lahir sejak abad 16 yang merupakan
akulturasi budaya dari hindu islam,
dapat dengan mudah menemukan
yang oleh Sunan Prapen dijadikan
Damar Kurung karena kini Damar
sebagai media dakwah. Festival Damar
Kurung ini ada di sepanjang jalur
Kurung biasanya diadakan pada bulan
utama di Kota Gresik.
ramadhan, dan wisatawan Kota Gresik

Gambar 1. Seni Lampion Damar Kurung


Panjaitan, dkk (2014)
karakter yang tinggi. Ing Ngarso Sung
mnyebutkan bahwa nilai budaya juga
Tulodho, Ing Madyo Mangun Karsa,
tampak pada seni sastra, baik puisi atau
Tut Wuri Handayani yang memiliki
prosa. Misalnya perumpaan yang ada
nilai keteladanan dan nilai motivasi
di Jawa di: “Rawe- rawe rantas
atau semangat.
malang- malang putung” dan
semboyan yang maknanya sama sering
Penguatan Pendidikan Karakter
dikumandangkan oleh Proklamator dan
melalui Kearifan Lokal
Presiden Republik Indonesia yang
Guru memiliki peran penting
pertama yaitu Bung Karno: “holopis
dakam mengembangkan pendidikan
kuntul baris” . Kedua ungkapan itu
karakter karena guru merupakan agen
mengandung nilai budaya,
pembaharu dan memiliki peran sentral
kekesatriaan, keberanian, kesetiaan,
dan pembelajaran. Guru harus
semangat atau spirit berani. Ungkapan
berkomitmen untuk mengembangkan
dari Ki Hajar Dewantara yang
karakter siswa berdasarkan nilai- nilai
dijadikan semboyan dalam pendidikan
karakter serta mampu mendefiniskan
Indonesia juga mengandung nilai- nilai
dalam bentuk perilaku yang dapat
diamati dalam kehidupan sekolah
Pengembangan materi
sehari- hari. Namun yang paling
pembelajaran di sekolah dasar,
penting tentunya guru juga harus
khususnya materi bermuatan IPS dapat
berkarakter yang baik, mengingat guru
dikembangkan dengan memanfaatkan
merupakan teladan bagi siswa. Arifah
kearifan lokal yang ada di masyarakat.
(2016) mengemukakan bahwa guru
Guru dapat merencanakan kegiatan
yang professional dan berkarakter
atau tugas- tugas yang diberikan
adalah guru yang mampu menjalankan
kepada siswa , yang bersumber dari
tugasnya secara baik dan
kearifan lokal masyarakat sekitar.
menginternalisasikan nilai- niliai
Kegiatan yang bersumber dari kearifan
positif kepada siswanya.
lokal setempat dapat diaplikasikann
Berdasarkan hakikat dari
dengan adanya kegiatan observasi
Kurikulum 2013 bahwa unsur yang
disertai tugas tentang pelaporan hasil
paling banyak diberikan pada siswa
observasi. Selain itu, jika kegiatan
Sekolah Dasar adalah pada aspek
observasi atau studi lapangan belum
afektif, karena pendidikan dasar
memungkinkan, guru dapat
merupakan fondasi bagi siswa untuk
memberikan bacaan atau teks tentang
belajar secara utuh dalam rangka
kearifan lokal yang ditunjang dengan
menyiapkan diri menuuju kehidupan
media gambar dan video, supaya siswa
bermasyarakat, baik lokal, nasional
dapat memiliki deskrispi yang jelas
maupun global. Untuk itu guru perlu
tentang kearifan lokal setempat siswa.
memiliki komitmen dan konsekuensi
Salah satu contoh kearifan lokal
dalam mempersipakan siswa
yang dapat diintegrasikan ke dalam
menghadapi berbagai tantangan
materi pembelajaraan di Sekolah Dasar
kehidupan global. Hal ini sejalan
adalah tentang usaha penyulingan
dengan pernytaan Semiawan (2008)
minyak daun cengkeh di daerah
bahwa konsekuensi dalam penyiapan
Watulimo Kabupaten Trenggalek Jawa
sumber daya manusia, harus bersifat
Timur. Usaha penyulingan ini menjadi
realistik karena globalisasi menjadi
usaha melestariakn sumber daya alam
tantangan yang terkait dengan daya
berupa daun cengkeh dan dapat juga
saing dan prakarsa.
dijadikan sebagai ladang usaha warga
setempat. Kegiatan penyulingan daun dimanfaatkan untuk sebagaibahan baku
cengkeh ini dimula sejak tahun 2008,
Desa Gemaharjo merupakan daerah
penghasil cengkeh terbesar di
Kabupaten Trenggaek. Awal mula
membangun usaha penyulingan minyak
daun cengkeh ini adalah dari daun
cengkeh yang berserakan ini hanya
akan menjadi sampah yang menumpuk
apabila tidak dimanfaatkan dengan
baik. Daun cengkeh yang sudah
berjatuhan ini meskipun nantinya akan
menjadi pupuk bagi tanah sekitar,
namun tetap saja jika tidak segera
lapuk, akan menimpulkan penumpukan
sampah daun cengkeh di sekitar kebun.
Melihat situasi ini, warga
mempunyai keinginan untuk
membersihkan sampah daun cengkeh
yang sangat banyak di kebun.
Kemudian mempunyai inisiatif untuk
melakukan daur ulang daun cengkeh
agar berkurang jumlah sampah daun
cengkeh di kebun. Selain itu, jumlah
air di desa ini cukup melimpah.
Sehingga menunjang keinginan untuk
melakukan penyulingan minyak daun
cengkeh. Selanjutnya, terbentuklah
aktivitas penyulingan daun
cengkeh. Minyak cengkeh yang
dihasilkan dapat
obat-obatan tertentu, bahan baku sabun,
bahan baku parfum, sebagai obat anti
nyamuk, dan lain-lain. Selain itu, minyak
hasil penyulingan tersebut diekspor
hingga ke eropa.
Ada beberapa hal penting yang
dapat menjadi implikasi materi kearifan
lokal terhahadap pembelajaran di Sekolah
Dasar dalam kaitannya dengan
pendidikan karakter. Pertama, dari segi
sosial, penyulingan daun cengkeh
membutuhkan banyak petani dalam
proses pengumpulan bahan baku utama
penyulingan. Karakter baik yang
ditonjolkan dari kegiatan ini adalah kerja
sama, guyub rukun, saling tolong
menolong. Selain itu, hubungan jual beli
yang dilakukan anatar petani dengan
pembeli akan memunculkan karakter
saling menghargai.
Kedua, dari segi ekonomi, kegiatan
penyulingan ini mampu membuka
lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
Usaha ini tidak memerlukan keahlian
khusus hanya membutuhkan ketelatenan,
kerja keras dan ulet. Karakter-karakter ini
perlu untuk dijelaskan ke siswa, dengan
ditunjukkan gambar proses
penyulingan minyak cengkeh yang
dialukan oleh pekerja. Jika observasi
langsung, siswa lebih kontekstual dan
dipelajari. Hal ini diperkuat pendapat
dapat merasakan karakter ulet dan siap
Syukri (2010) yang menyatakan bahwa
bekerja dalam hawa panas saat
pembelajaran dengan pendekatan
kegiatan pembakaran.
kontekstual memiliki tujuan dan
Ketiga, dari segi lingkungan daun
komponen yang sangat mendukung
cengkeh yang berserakan di hutan,
bagi terlaksananya nilai- nilai karakter
yang awalnya dianggap sebagai
bangsa. Dari segi pembelajaran,
sampah yang tidak berguna ternyata
kegiatan belajar outdoor ini dapat
mampu diolah dengan baik dan tepat.
menjadikan pembelajaran lebih
Sehinggan dengan penyulingan ini
bermakna dan berkesan.
pula, maka keadaan lingkungan
Nilai- nilai yang terkandung
menjadi lebih bersih. Selain itu, untuk
dalam kearifan lokal tesebut, tidak
meningkatkan kesuburan tanaman
hanya ditanamkan secara teori di dalam
kebun yang lain dapat digunakan
kelas. Secara rutin, guru dapat
limbah abu pembakaran sisa
mengajarkan ke siswa secara langsung
penyulingan minyak daun cengkeh.
untuk mempraktekkan nilai- nilai luhur
Sehingga keadaan tanah menjadi subur,
tersebut dalam kehidupan sehari- hari.
dan tanaman menjadi lebih cepat subur
Pembiasaan merupakan upaya yang
karena mendapat asupan nutrisi dari
dapat dilakukan dalam pendidikan
pupuk sisa penyulingan minyak daun
karakter. Apabila pembiasaan
cengkeh. Karakter peduli lingkungan
dilakukan secara terus menerus dan
dapat ditunjukkan dalam mengkaji
berkelanjutan, maka akan nampak
kegiatan penyulingan minyak cengkeh
kultur. Hal ini sejalan dengan pendapat
ini.
Mulyasa dalam Ramdhani (2014)
Pembelajaran melalui observasi
menyatakan bahwa pendidikan karakter
tersebut merupakan salah satu bentuk
dilakukan melalui penciptaan
pembelajaran kontekstual. Suprijono
lingkungan yang kondusif salah
(2009) berpendapat bahwa
satunya melalui pembiasaan.
pembelajaran kontekstual memusatkan
Pembiasaan yang dilakukan di
pada bagiamana siswa mengerti makna
sekolah tentu tidak luput dari adanya
dan manfaat dari materi yang
contoh atau teladan. Guru sebagai
panutan harus memeberikan contoh
masyarakat. Hal ini sejalan dengan
yang baik, sehingga siswa dapat
penelitian yang dilakukan oleh Wening
meneladani sikap atau karakter baik
(2012) yang salah satu hasil
dari guru. Hal ini mengingat siswa
penelitiannya mengungkapkan bahwa
sekolah Dasar ada pada tahap
faktor lingkungan memberikan
perkembangan sosial yang suka meniru
pengaruh positif yang signifikan pada
(imitasi) dari tokoh idola. Selain itu.
pembentukan karakter bila pendidikan
Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa
nilai dari faktor-faktor tersebut
perkembangan anak usia sekolah dasar
diperoleh secara bersama-sama.
(6-12 tahun) memerlukan pujian dan
Adapun Kurniawan (2015)
perhatian ketika siswa tersebut mampu
menjelaskan tentang pendidikan
memuncukan kebiasaan- kebiasaan
pembentukan karakter bangsa anak usia
baik dan keeterampilan baru. Sehingga
Sekolah Dasar melalui tri pusat
penting bagi guru untuk selalu
pendidikan merupakan suatu hal yang
menanamkan pendidikan karakter, baik
tidak dapat dipisahkan, karena dalam
melaui kegiatan belajar di kelas dan di
pembentukan karakter, perlu adanya
luar kelas (outdoor).
pembiasaan- pembiasaan yang
Selain itu, guru perlu
dilakukan secara berulang dan
mendapatkan dukungan dari berbagai
konsisten mulai dari lingkungan
pihak untuk mengembangkan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
pendidikan karakter, yaitu keluarga dan

C. Simpulan

Pendidikan karakter sebagai bermasyarakat. Penguatan pendidikan


salah satu aspek terpenting dalam karakter melalui kearifan lokal perlu
menciptakan sumber daya mansuia dilakukan oleh guru agar siswa
yang berkualitas. Guru harus semakin mengenali lingkungan stempat
menanamkan pendidikan karakter sejak dan semakin cinta dengan budaya
pendidikan dasar, agar siswa memiliki bangsanya sendiri.
pondasi yang kuat dalam kehidupan
Dalam pengembangan materi
perlu upaya dan komitmen terus
kearifan lokal diharapkan guru harus
menerus untuk menerapkan pendidikan
kreatif dalam memadukan antara
karakter berbasis kearifan lokal.
kearifan lokal dengan materi di
Sehingga pada akhirnya, pendidikan di
Sekolah Dasar. Materi yang bersumber
Indonesia memiliki pancaran
dari kearifan lokal setempat siswa
keunggulan lokal ditengah budaya
dapat menjadikan pembelajaran
global.
kontekstual dan bermakna. Sehingga

Daftar Pustaka

Aeni, Nur Ani. 2014. Pendidikan Gunarsa, Singgih. 2004. Psikologi


Karakter untuk Siswa SD dalam Parktis: Anak, Remaja dan
Perspektif Islam. Mimbar
Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar
Sekolah Dasar UPI Kampus
Sumedang, 1 (1), 50-58.
Akbar, Sa’dun, dkk. 2015. Pendidikan
Karakter Best Practice. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Amri, Sofan, dkk. 2011. Implementasi
Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran. Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya.
Arifah, Fita Nur. 2016. Menjadi Guru
Teladan, Kreatif, Inspiratif,
Motivatif, dan Profesional.
Yogyakarta: Araska.
Asriati, Nuraini. 2012.
Mengembangkan

Karakter Peserta Didik Berbasis


Kearifan Lokal Melalui
Pembelajaran di Sekolah. Jurnal
Pendidikan Sosiologi dan
Humaniora, 3 (2).
Fajarini, Ulfah. 2014. Peranan
Kearifan Lokal dalam
Pendidikan Karakter. Jurnal
Sosio Didaktika, 1 (2)
Keluarga. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Hidayat, Asep Saepul. 2012. Manajemen
Sekolah Berbasis Karakter. Jurnal
Inovasi dan Kewirausahaan, 1 (1)
8-22.
Hyoscyamina, Darosi Endah. 2011.
Peran Keluarga dalam
Membangun Karakter Anak. Jurnal
Psikologi Undip, 10 (2)
144-152.
Kurniawan, Machful Indra. 2015. Tri
Pusat Pendidikan sebagai Sarana
Pendidikan Karakter Anak Sekolah
Dasar. Jurnal Pedagogia, 4 (1), 41-
49.
Towaf, Siti Malikhah. 2014. Pendidikan
Karakter pada Matapelajaran
Ilmu
Pengetahuan Sosial. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 20 (1), 75-85.
Manullang, Belferik. 2013. Grand
Desain Pendidikan Karakter
Generasi Emas 2045. Jurnal
Pendidikan Karakter, III (1), 1-
14.
Mubah, A. Safril. 2011. Strategi
Meningkatkan Daya Tahan Budaya
Lokal dalam
Menghadapi Arus Globalisasi.
Jurnal Unair, 24 (4), 302-308.
Panjaitan, Ade Putra, dkk. 2014.
Korelasi Kebudayaan dan
Pendidikan : Membangun
Pendidikan Berbasis Budaya
Lokal. Jakarta: Pustaka Obor
Indonesia.
Ramdhani, Muhammad Ali. 2014.
Lingkungan Pendidikan dalam
Implementasi Pendidikan
Karakter. Jurnal Pendidikan
Universitas Garut, 08 (1), 28-37.
Semiawan, Conny R. 2008.
Penerapan Pembelajaran pada
Anak.
Jakarta: PT Indeks.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Syukri, M. 2010. Pendidikan Berbasis
Karakter melalui Pembelajaran
Kontekstual. Jurnal Cakrawala
Kependidikan, 8 (1).
Tim Kreatif LKM UNJ. 2011.
Restorasi Pendidikan Indonesia.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wening, Sri. 2012. Pembentukan
Karakter Bangsa melalui
Pendidikan Nilai. Jurnal
Pendidikan Karakter UNY Tahun
II (1), 55-66.
Yunus, Rasid. 2013. Transformasi
Nilai- nilai Budaya Lokal
sebagai Upaya Pembangunan
Karakter Bangsa. Jurnal
Penelitian Pendidikan UPI, 13
(1), 67- 79.

Anda mungkin juga menyukai