Anda di halaman 1dari 6

1.

Framing (pembingkaian) Berita Media

a. Konsep Framing (pembingkaian) Berita

Framing (pembingkaian) merupakan sebagai proses dimana penekanan atau


konstruksi pesan mempengaruhi penafsiran penerima, memiliki efek yang
panjang dimana melampaui penerapannya untuk penelitian komunikasi massa
(Goffman, 1974). Konsep framing pertama kali dikemukakan oleh Gregory
Bateson pada tahun 1972. Bateson mendefinisikan bingkai psikologis sebagai
"pembatas spasial dan temporer dari serangkaian pesan interaktif" yang bekerja
sebagai bentuk komunikasi metakomunikasi. (Bateson, 1972). Framing
menggambarkan praktik berpikir tentang berita dan konten cerita dalam
konteks yang sudah dikenal (Hallahan, 2008).

The concept of framing was first posited by Gregory Bateson in 1972. He defined
psychological frames as a “spatial and temporary bounding of set of interactive
messages” (Bateson, 1972) that operates as a form of metacommunication
(Hallahan, 2008). Framing describes the practice of thinking about news items
and story content within familiar context.

Framing terkait dengan agenda-setting, akan tetapi memperluas penelitiannya


dengan berfokus pada esensi masalah yang dihadapi daripada pada topik
tertentu. Dasar dari teori pembingkaian adalah bahwa media memusatkan
perhatian pada peristiwa-peristiwa tertentu dan kemudian menempatkannya
dalam bidang makna (D’Angelo, 2010). Teori framing menunjukkan bahwa
bagaimana sesuatu yang disampaikan kepada khalayak, memengaruhi pilihan
orang tentang cara memproses informasi itu. Framing adalah abstraksi yang
berfungsi mengatur atau menyusun makna pesan.

Framing is related to the agenda-setting tradition but expands the research by


focusing on the essence of the issues at hand rather than on a particular topic. The
basis of framing theory is that the media focuses attention on certain events and
then places them within a field of meaning (Mass Communication Theory
(Online), 2017). Framing theory suggests that how something is presented to the
audience (called “the frame”) influences the choices people make about how to
process that information. Frames are abstractions that work to organize or
structure message meaning. The most common use of frames is in terms of the
frame the news or media place on the information they convey, (op cit).

Teori framing menjelaskan bahwa media menciptakan bingkai ini dengan


memperkenalkan isi berita dengan kontekstualisasi yang telah ditentukan dan
terbatas. frame dapat dirancang untuk meningkatkan pemahaman atau digunakan
sebagai pintasan kognitif untuk menghubungkan cerita dengan gambaran yang
lebih besar (Weaver, 2007). Sementara ada persimpangan konseptual yang jelas
antara konsep framing, gagasan framing mirip dengan 'level kedua' dari agenda-
setting yang “meneliti arti-penting relatif dari atribut isu, seperti McCombs
(McCombs, 2005).

Framing theory explains that the media create this frame by introducing news
items with predefined and narrow contextualization. Frames can be designed to
enhance understanding or are used as cognitive shortcuts to link stories to the
bigger picture.

While there is a clear conceptual intersection between concept of framing


(Weaver, 2007), the idea of framing is similar to the ‘second level’ of agenda
setting which “examines the relative salience of attributes of issues, as McCombs
(2005) and Ghanem (1997) as described in detail. These agenda of attribute are
called “the second level” which varies from “the first level that has traditionally
focused on issues (objects), although the term “level” implies that attributes are
more specific than objects” (Weaver, ibid).

(Mass Communication Theory (Online), 2017) lso agree with (Weaver, 2007)
that, “it could be construed as a form of second level agenda-setting – they not
only tell the audience what to think about (agenda-setting theory), but also how to
think about that issue (second level agenda setting, framing theory), (Mass
Communication Theory (Online), 2017).

The media uses framing to influence the way people respond to news reports.
Framing involves two processes: selection (i.e. news media makes choice of what
to include and what not to include in the news report) and salience (i.e.
emphasizing some aspects of the communicated information to make them more
dominant) (Entman, 1993; Cappella & Jamieson, 1997). The media frames when
they “select some aspects of a perceived reality and make them more salient in a
communicating text, in such a way as to promote a particular problem definition,
causal interpretation, moral evaluation, and/ or treatment recommendation”
(Entman, 1993: p.52).

Frames, therefore, serve the function of shedding lights on society’s problems,


making clear the causes of the problems and who are involved, making moral
judgments about the causal agents and their effects in the reported events or issue,
and suggesting solutions or treatment for the problems. Entman (1993) further
argued that it is possible for a single sentence to perform more than one of these
functions.

Entman (1993) stated that “frames have at least four locations in the
communication process: the communicator, the text, the receiver, and the culture”
(p. 52). The Communicators (news media) provide the receiver (audience) with
certain schemas or frames by which they interpret the events or issue. Different
meanings can be assigned to the issue depending on how they are presented in a
communicating text, which is characterized by certain keywords or stock phrases
(Entman, 1993). Culture refers to a set of common frames rooted in how most
people in a particular social group communicate or interact with each other
(Entman, 1993). The news media use frames to make some aspects of the
communicated text appear more salient than others, and the frame that the media
uses shows what is more relevant to the reported event (Price, Tewksbury, 1997).
The keywords or stock phrases are varied for emphasis which in turn makes the
communicated text more meaningful or appreciated (Entman, 1993; Oversteegen
& van Wijk, 2003; Fiske & Taylor, 2013).

News frames play different roles in news media reporting (Igartua, Moral-
Toranzo, & Fernandez, 2011), and in framing research, frames have been viewed
either as independent variable or dependent variable. When viewed as an
independent variable, news frames are the properties of communicating texts
which serve as a precursor of audiences’ news reception and interpretation (de
Vreese, 2005; Igartua, Moral-Toranzo, & Fernandez, 2011). Research in this
domain states that the type of frame that the media uses has a strong effect on
cognitive responses, attitudes, beliefs, and emotional responses of the audience
(e.g., Iyengar, 1991, Shen, 2004; Price, Tewksbury, & Powers, 1997;
Valkenburg, Semetko, & de Vreese, 1999; Igartua & Cheng, 2009). When news
frames are conceived as dependent variables, they are contained in the news and
are the result of the production processes such as organizational pressures and
elite routines (de Vreese, 2005; Igartua, Moral-Toranzo, & Fernandez, 2011)

Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial
yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam
berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan, dan menjemui
logika tertentu. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa
dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal khalayak karena
itu framing menolong khalayak untuk memproses informasi

kedalam kategori yang dikenal, kata-kata kunci dan citra tertentu.


Khalayak bukan disediakan informasi yang rumit, melainkan
informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti Secara umum efek
framing dibagi menjadi dua dampak bagi dirinya dan dikenal dalam
benak mereka.
Secara umum efek framing dibagi menjadi dua dampak besar,
yakni : Mobilisasi massa dan Menggiring khalayak pada ingatan
tertentu.

1) Mobilisasi massa

Framing berkaitan dengan opini publik, karena isu


tertentu ketika dikemas dengan bingkai tertentu bisa
mengakibatkan pemahaman khalayak yang berbeda atas suatu
isu. Framing menentukan bagaimana peistiwa didefinisikan.
Framing juga menentukan apakah peristiwa dianggap sebagai
masalah sosial ataukah tidak. Karena itu, framing selalu
berhubungan dengan pendapat umum. Bagaimana tanggapan
khalayak dan bagaimana penyikapan atas suatu peristiwa
diantaranya tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat
dan dimaknai. Ketika peristiwa dilihat sebagai masalah sosial
dan didefinisikan sebagai masalah bersama maka perhatian
publik akan berubah menjadi lebih besar.
Dalam proses pendefinisian masalah sosial tersebut,
framing memainkan peranan penting. Framing adalah
mekanisme yang digunakan untuk mengarahkan perhatian
khalayak bagaimana seharusnya peristiwa itu dilihat. Bahkan
ia bisa digunakan untuk meyakinkan khalayak bahwa
peristiwa tertentu adalah peristiwa besar yang harus
mendapatkan perhatian dari seksama khalayak keberhasilan
itu akan diukur dari sejauh mana penyajian peristiwa
membentuk struktur pemahaman khalayak tentang problem
31

2) Menggiring khalayak pada ingatan tertentu Peristiwa-peristiwa


sosial itu dankonflik-konflik yang melingkupinya.
tertentu yang dramatis dan

diabadikan ternyata mempunyai pengaruh pada bagaimana


seseorang melihat suatu peristiwa. W. Lance Bennet dan
Regina G. Lawrence menyebut dengan icon berita. Apa yang
khalayak tahu tentang realitas sedikit banyak bergantung
pada bagaimana media menggambarkannya. Dalam peristiwa
yang dramatis dan digambarkan oleh media sebagai secara
dramatis pula, bahkan mempengaruhi banyak khalayak
tentang realitas. Gambaran tentang orang, kelompok, realitas
bahkan selalu disesuaikan dengan ikon yang terlanjur
tertanam dalam benak publik. Ikon-ikon yang diciptakan

31
Ibid. Hal. 172

47
dalam pemberitaan membatasi pandangan khalayak: seakan
ia adalah potret yang sempurna dalam menggambarkan
orang, peristiwa, atau kelompok tertentu. Karena
digambarkan secarta sempurna dan dramatis, ketika ada
peristiwa serupa ia selalu diturunkan dari satu generasi ke
32
generasi berikutnya dengan pola pandang yang sama.

Anda mungkin juga menyukai