Disusun oleh :
Kelompok 7
Nico Afriano 1915041017
Tika Siti Junariah 1915041051
Audhea Yolandha Kania 1955041001
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah
yang tentang “Pengolahan limbah cair karet”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah pengolahan sistem perencangan limbah .
Dalam penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan baik pada teknik penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
BAB 2................................................................................................................................3
PEMBAHASAAN............................................................................................................3
BAB III...........................................................................................................................15
KESIMPULAN..............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
digunakan dalam kehidupan manusia, dalam rumah tangga, perusahaan dan
sebagainya. Hal ini yang mendorong kegiatan industri karet semakin tinggi pula
limbah yang akan dihasilkan dari produksi tersebut. Baik itu limbah padat
maupun limbah cairnya. Pengelolaan limbah karet ini harus ditangani dengan
sebaik-baiknya, karena sangat berdampak pada lingkungan sekitar. Limbah dari
hasil produksi karet ada yang dapat di manfaatkan kembali dan ada pula yang
mana harus benar-benar di buang agar tidak mengganggu kualitas lingkungan
1.3
2
BAB 2
PEMBAHASAAN
Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau
kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet
atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat. Dalam bentuk bahan mentah, karet
alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses dengan
open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-
bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon, karet
alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam
pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi
dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh
karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan
sol karet yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung. Karet alam
3
mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral,
lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.
Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air dalam
vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau antioksidan.
Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga meningkatkan
ketahanan sobek.
Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi keras. Ada
jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin sehingga tidak
bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam bisa
mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26°C) dan bila ini terjadi, diperlukan
pemanasan karet sebelum diolah pabrik barang jadi karet.
Lateks diperoleh dari proses penorehan batang pohon karet. Cairan ini terdiri
dari 30-40% partikel hidrokarbon yang terkandung di dalam serum juga
mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-komposisi organik serta bukan
organik (De Boer, 1952). Lateks karet alam mengandung karet dan partikel
bukan karet yang terdapat dalam serum. Agar lateks karet alam tetap dalam
bentuk emulsi sebelum dicetak dan dipekatkan, maka ditambahkan bahan
pengemulsi dimana biasanya proses pengawetan dilakukan di kebun untuk
sementara waktu, dengan menambahkan amonia 0,2%.
4
Karet Lembaran Asap atau biasa disebut dengan Ribbed Smoke Sheet (RSS)
merupakan salah satu jenis produk karet olahan dari lateks yang telah dipekatkan
dan memiliki kadar kandungan air <10%. Produk olahan tanaman karet ini
memiliki banyak kegunaan dalam pasar industri sebagai bahan baku pembuatan
industri otomotif dan ban. Di tingkat dunia, Thailand, Indonesia dan Malaysia
merupakan pengekspor karet terbesar di dunia. Indonesia memiliki
kecenderungan pengeksporan karet ke negara Amerika Serikat.
Karet Ribbed Smoked Sheet (RSS) diolah secara mekanis dan kimiawi melalui
beberapa proses pengolahan yaitu penerimaan lateks kebun, pengenceran,
pembekuan, penggilingan, pengasapan dan sortasi. Karet Ribbed Smoked Sheet
ini banyak digunakan dalam pembuatan ban kendaraan bermotor.
5
5) Dilakukan pengasapan di dalam kamar asap untuk mengeringkan lembaran,
memberi warna coklat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan.
6) Lembaran yang telah matang dari kamar asap akan ditimbang dan dicatat dalam
arsip produksi dan dilakukan proses sortasi. Proses sortasi dilakukan secara
manual untuk melihat warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan
gilingan yang telah disesuaikan pada standar SNI 06-0001-1987
Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari lateks
dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada
industri karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas
(Setyamidjaja, 1993).
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun
tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan
perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air
tanah, air permukaan, atau air hujan. Limbah cair bersumber dari aktivitas
manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources) (Sihaloho,
2009).
6
Jumlah air yang digunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya menjadi
limbah, karena karet baik berupa bahan baku maupun setengah jadi tidak
menyerap air. Pengaruh kebutuhan air adalah tingkat kotoran yang ada dalam
bahan baku, serta efesiensi kinerja sarana pengolahan.
1) Makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang
diperlukan untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah
cairpun meningkat.
2) Makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan,
akan makin mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas
limbah gas/bau pun meningkat.
3) Bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur,
tatal dan pasir relatif tinggi.
7
2.3.2 Parameter Baku Mutu Limbah Cair Industri Karet
a) BOD (Biochemical Oxygen Demand )
BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada keadaan aerobik yang
diinkubasi pada suhu 20oC selama 5 hari, sehingga sering disebut BOD5. Nilai
BOD5 perairan dapat dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, keberadaan
mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organik. Nilai BOD5 ini juga
digunakan untuk menduga jumlah bahan organik di dalam air limbah yang dapat
dioksidasi dan akan diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses biologi.
d) Amonia Total
Amonia pada perairan dihasilkan oleh proses dekomposisi, reduksi nitrat oleh
bakteri, kegiatan pemupukan dan ekskresi organisme yang ada di dalamnya
(Boyd, 1982). Amonia (NH3) yang disebut juga nitrogen amonia dihasilkan dari
pembusukan zat-zat organik oleh bakteri. Setiap amonia yang dibebaskan
kesuatu lingkungan akan membentuk reaksi keseimbangan dengan ion amonium
(NH4+). Amonium ini yang kemudian mengalami proses nitrifikasi membentuk
8
nitrit dan nitrat. Amonia dalam keadaan tidak terdisosiasi akan lebih
f) pH
Pescod (1973) mengatakan bahwa nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya
konsentrasi ion hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau
melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah perairan tersebut
bersifat asam atau basa. Selanjutnya nilai pH perairan dapat berfluktuasi karena
dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi organisme akuatik, suhu dan
keberadaan ion-ion di perairan tersebut.
9
cair industri karet antara lain: jenis dan nilai parameter-parameter baku mutu
yang
diatur dalam PPLH No. 5 tahun 2014, jumlah limbah cair yang dihasilkan,
ketersediaan lahan serta biaya yang diperlukan. Oleh sebab itu
tahapanpengolahan
limbah cair industri karet yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
1) Penyaringan dan Pengendapan
Limbah cair dari setiap proses produksi RSS akan dilewatkan pada parit
yang didalamnya telah disiapkan beberapa saringan dengan urutan diameter
saringan dari besar ke kecil dan bertujuan untuk memisahkan bagian padatan
seperti ranting, daun yang mungkin saja masih terbawa dalam lateks.
Kemudian limbah cair dari parit-parit tersebut mengalir menuju bak
penampungan utama. Bak penampung utama dibuat besar untuk menampung
debit limbah cair yang biasanya berjumlah besar dan mengatur debit limbah
yang akan dialirkan ke proses berikutnya. Selain itu dalam bak penampung
utama juga terjadi proses pengendapan secara fisika, dimana partikel padat
yang masih lolos dari proses penyaringan seperti pasir, tanah dapat
mengendap karena gaya gravitasi dan proses pengendapan ini secara
langsung dapat menurunkan nilai TSS limbah cair.
10
Proses koagulasi dilakukan dalam bak yang sama dengan netralisasi dan
dalam proses koagulasi digunakan Aluminium Sulfat/Al2(SO4)3.18H2O.
Koagulasi adalah proses penambahan bahan koagulan untuk
mendestabilisasi partikel koloid yang bermuatan negatif dan lolos dari proses
penyaringan menjadi partikel yang berukuran lebih besar sehingga dapat
disaring atau mengendap dengan sendirinya. Aluminium Sulfat jika
ditambahkan dalam air akan bereaksi dengan NaOH (pada proses penetralan)
menghasilkan Aluminium Hidroksida yang bermuatan positif dan akan
menarik partikel koloid bermuatan negatif sehingga terbentuk gumpalan
partikel yang makin lama makin besar dan berat serta akan mengendap
dengan sendirinya. Tujuan dari proses koagulasi ini adalah untuk semakin
menurunkan nilai TSS limbah cair.
11
asam piruvat, yang selanjutnya menjadi asam laktat, asam
propionat dan asam butirat
Proses hidrolisis dan fermentasi ini dibantu oleh aktivitas bakteri
fakultatif
b. Tahap Asetogenesis
Merupakan tahap pembentukan asam asetat yang sebagian besar berasal
dari asam propionat dan asam butirat. Pada tahap ini dihasilkan asam
asetat, hidrogen dan karbon dioksida:
1. Asam propionat menjadi asam asetat
CH3CH2COOH + 2H2O CH3COOH + CO2 + 3H2
2. Asam butirat menjadi asam asetat
CH3CH2CH2COOH + 2H2O 2CH3COOH + 2H2
c. Tahap Metanogenesis
Merupakan tahap akhir dari proses anaerob, dimana akan dibentuk gas
methan baik dari asam asetat maupun hidrogen
1. Gas methan dari asam asetat
CH3COOH CH4 + CO2
2. Gas methan dari hidrogen
3H2 + CO2 CH4 + H2O
12
dalam limbah. Aplikasi aerasi dengan aerator memiliki beberapa manfaat
antara lain membuat lumpur aktif jadi tersuspensi secara stabil dalam lagoon
sehingga kontak mikroorganisme dengan limbah untuk mengurai materi
organic terus terjaga, selain itu proses aerasi juga meningkatkan jumlah
oksigen terlarut dalam lagoon sebagai factor pertumbuhan mikroorganisme.
Jadi kombinasi Lagoon + lumpur aktif dan aerasi dapat menurunkan nilai
COD dan BOD air limbah. Aplikasi fitoremidiasi menggunakan Azolla
microphylla Kaulf telah diteliti oleh Dwi Yulianti dkk, 2005 yang
menyatakan fitoremediasi limbah karet dengan Azolla microphylla Kaulf
selama 12 hari dapat meningkatkan nilai DO, menurunkan nilai BOD,
menurunkan nilai COD, menurunkan TSS dan menurunkan kadar amoniak
dan N total.
13
padatan tersuspendi merupakan bahan yang tidak larut d dalam air dan
cenderung mengalami pembusukan jika suhu air meningkat (musim panas).
Dampak negatif juga timbul jika air limbah langsung dibuang ke sungai atau
perairan umum. Bagi pabrik yang berlokasi di areal perkebunan, penanganan
limbah cair relatif mudah, bahkan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman
karetnya.
14
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini dapat disimpulkan :
1) Pengolahan limbah cair industri karet sudah diatur oleh No. 8 Tahun 2012 yang
mengatur tentang standar baku mutu limbah cair industri karet untuk parameter pH,
TSS, BOD, COD, NH3-N dan Nitrogen Total.
2) Proses pengolahan limbah cair industri karet kebanyakan menggunakan proses secara
biologi dengan pemanfaatan lumpur aktif.
3) Kualitas bahan baku berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah
4) Teknik pengelolaan air limbah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan harus
dilaksanakan dalam melakukan pengkajian dan inovasi penerapan teknologi produksi
bersih, untuk mendukung terwujudnya industri karet yang berdaya saing tinggi dan
berwawasan lingkungan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Elsa Rama Lumban Gaol. 2019. “Pengolahan Limbah Cair Industri Karet
Menggunakan Sand Filter Dan Bentonit Dengan Proses Hybrid Membran
(UF-RO)”. Tesis. Universitas Sriwijaya
16