Anda di halaman 1dari 9

1.

Jawaban

Public Value (Nilai Publik)yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


kerangka kerja dalam pengelolaan suatu layanan publik atau program untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai atau bermanfaat dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Konsep penciptaan nilai publik divisualisasikan dengan
trilogi strategi. Layanan yang secara substansial sangat bernilai Tentunya setiap
organisasimempunyai visi dan misi sebagai alasan mengapa suatu organisasi
dibentuk. Namun sering kali pemimpin organisasi pemerintah kurang mampu
mendefenisikan apa sasaran dan tujuan organisasi serta Service, Outcomes and
Trustproduk unggulan apa yang dihasilkan oleh organisasi yang dipimpinnya.
Teori nilai publik mengharapkan para manajer publik mengetahui dengan jelas
mengapa suatu organisasi dibentuk, apa hasil atau keluaran yang akan dinikmati
oleh para pengguna layanan serta kepada siapa organisasi bertanggung jawab.
Mereka dituntut untuk memberikan penjelasan yang kuat atas ketiga hal
dimaksud agar dapat menjadi alasan dalam menarik atau meminta sumberdaya-
sumberdaya yang diperlukan dalam menciptakan nilai publik.
Lebih jauh, nilai yang dihasilkan akan menjadi suatu pembenaran atas
eksistensinya di tengah masyarakat maupun pemerintahan. Harus diingat juga
bahwa keberadaan satu badan pelayanan publik akan teruji bilamana terjadi
pergantian regim pemerintahan.
Apabila organisasi dimaksud tetap dipertahankan oleh pemerintahan yang
baru berdasarkan hasil pemilihan umum yang demokratif, maka dapat dikatakan
bahwa organisasi publik tersebut telah melewati satu tahap ujian sebagai entitas
yang diharapkan mampu menciptakan nilai publik.
Beberapa contoh nilai publik yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik yaitu:

1. Masyarakat yang sejahtera yang bebas dari kemiskinan;

2. Pemerintahan yang bebas dari korupsi;

3. Menjaga hak-hak azasi dan martabat manusia;

4. Menginspirasi masyarakat untuk memiliki budaya yang tinggi;


5. Peningkatan kesadaran masyarakat atas budaya lalu lintas, dll.

Adanya dukungan legitimasi yang kuat Paradigma penciptaan nilai publik


dibangun atas pandangan bahwa nilai publik dapat dicapai apabila kegiatan
organisasi mendapat dukungan formal dan politik yang kuat, karena semakin
kuat dukungan politik, semakin besar kemungkinan tercapainya nilai publik yang
diharapkan. Dukungan politik bisa diperoleh dari wakil rakyat sebagai pembuat
kebijakan publik dan/atau pemberi dana/donor. Aspek ini sangat penting
diperhatikan oleh para manajer publik untuk menemukan preferensi masyarakat
terkait nilai publik apa yang diinginkan sehingga layanan yang dihasilkan akan
lebih berorientasi pada penduduk (customer oriented). Hal ini didasari asumsi
bahwa dinamika politik dapat sewaktu-waktu berubah sehingga kebijakan politik
juga terus berkembang yang bergantung pada konsisi ekonomi, sosial dan politik
di masyarakat. Sebagai contoh misalnya seorang manajer kebersihan ruang
publik perlu membangun hubungan yang erat dengan masyarakat yang dilayani
atau representasi masyarakat sehingga manajer dimaksud menemukan
preferensi masyarakat terkait besaran tarif yang akan dikenakan termasuk
apakah pengumpulan sampah dapat dilakukan oleh pihak swasta melalui teori
agensifikasi pelayanan publik.

2. Jawaban

SERVQUAL memiliki aplikasi skala pengukuran yang disebut dengan


multipleitem scale yang merupakan hasil penelitian Parasuraman, Zeithmal,
dan Berry. Skala dengan validitas dan reliabilitas yang baik tersebut digunakan
perusahaan 3 untuk dapat mengerti lebih baik harapan dan persepsi pelanggan
akan pelayanan yang diinginkan, yang dapat menghasilkan peningkatan
pelayanan. Rumah Sakit sebagai salah satu penyedia layanan jasa memiliki
peran yang sangat vital bagi seluruh lapisan masyarakat. Berbeda dengan
layanan pada umumnya, ketersediaan pelayanan kesehatan merupakan hal
yang mutlak terjadi. Hal ini berdasarkan dengan definisi Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), cakupan kesehatan semesta (UHC) berarti menjamin seluruh
individu yang membutuhkan dapat menggunakan layanan keshatan promotif,
preventif, kuratif, rehabilitative dan paliatif, yang berkualitas dan efektif, tanpa
menyebabkan penggunanya mengalami kesulitan keuangan. SERVQUAL
merupakan salah satu metode pengukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur kualitas layanan jasa. SERVQUAL dibangun atas adanya
perbandingan dua faktor utama, yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang
nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya
diharapkan (expected service). Jika kenyataanya lebih dari yang diharapkan
maka layanan dapat dikatakan berkualitas, dan sebaliknya. Singkat kata,
kualitas jasa dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan kenyataan
dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima dalam SERVQUAL
terdapat lima dimensi yang diukur yaitu Tangible, Realibility, Responsivness,
Emphaty, Assurance, dimana kelima atribut ini dipetakan menjadi beberapa
atribut penilaian. (Parasuraman, dkk., Sunyoto dan Fathonah, 2015:288).
Dengan menemukan bahwa terjadi kesenjangan antara harapan yang
diinginkan oleh pasien tidak sejalan dengan persepsi atau sesuatu yang
diterima oleh pasien maka suatu Organisasi Rumah sakit akan mengetahui
sejauh mana Rumah sakit tersebut mengetahui posisi pelayanan kualitas jasa
yang telah diberikan, setelah dilakukan evaluasi dan mengetahui posisi maka
dilakukan tindakan perbaikan untuk mencapai atau menjawab kesenjangan
antara harapan dan persepsi pasien.

3. Jawaban

a. Tebang pilih dalam melakukan pelayan

b. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, tidak bertanggung jawab, dan


tanpa integritas.

c. Melaksanakan tugasnya dengan asal asalan.

d. Tidak Melayani dengan sikap hormat, dan sopan,

e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang


berlaku.
f. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan.

g. Tidak bias menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.

h. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara tanpa bertanggung


jawab,.

i. Melaksanakan untuk kepentingan.

4. Jawaban

Memberikan pelayanan publik yang prima merupakan tujuan setiap


pemerintah daerah. Pemerintah daerah saat ini berlomba-lomba menerapkan
dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk dapat membantu
mewujudkannya. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup aktivitas
yang saling berkaitan yaitu pengolahan data, pengelolaan informasi, dan sistem
manajemen. Perkembangan teknologi informasi serta penerapan konektivitas
internet ke dalam tata kelola pemerintah diharapkan mampu mengatasi berbagai
macam persoalan melalui peningkatan efisiensi, inovasi, produktivitas, perluasan
jangkauan dan penghematan biaya.Pelayanan publik yang prima bukan sekedar
mengikuti trend global, melainkan diarahkan untuk mewujudkan good
governance, yakni tata pemerintahan yang baik, transparansi serta akuntabilitas
dalam proses pemerintahan. Penerapan teknologi informasi juga diharapkan
mampu memberikan pelayan yang efektif serta efisien terhadap masyarakat,
tentu ini merupakan langkah yang strategis. Namun dalam penerapannya tentu
tidak semudah mebalikan telapak tangan, perlu proses, waktu, dan tahapan yang
berkesinambungan.

Penerapan teknologi informasi dalam meningkatkan pelayanan publik juga


memberikan peluang yang sangat besar bagi pengembangan daerah. Dimana
daerah dapat menggunakan teknologi informasi untuk mempermudah proses
pelayanan, memperkenalkan potensi daerah, serta meningkatkan interaksi
dengan masyarakat dan bisnis.

Salah satu contoh penerapan pemanfaatan teknologi informasi dalam


pelayanan publik adalah dengan menggunakan Aplikasi mCity Indonesia.
Aplikasi mCity Indonesia merupakan sebuah aplikasi berbasis mobile yang dapat
digunakan sebagai media informasi dan pusat layanan publik daerah. Informasi
dan layanan yang tersedia dalam Aplikasi mCity antara lain: informasi wisata,
kuliner, hotel, fasilitas umum, katalog UMKM, serta mencakup layanan publik
seperti informasi perizinan, e-pajak, Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT), aspirasi, harga pangan, Flight Information Detail
System (FIDS), dan layanan unggulan daerah lainnya. mCity juga memiliki fitur-
fitur yang interaktif, seperti streaming CCTV, Location based Augmented
Reality (AR), dan Virtual Reality (VR). Dengan kelengkapan informasi dan
layanan yang dimiliki mCity, kami berharap semua informasi dan layanan publik
daerah dapat terangkum dan terintegrasi dalam satu genggaman yaitu Aplikasi
mCity.

Dalam mengimplementasikan e-government tentunya akan ada


hambatan-hambatan yang muncul, faktor-faktor penghambat tersebut antara lain

a. Kultur berbagi belum ada. Kultur berbagi (sharring) informasi dan


mempermudah urusan belum merasuk di Indonesia. Bahkan ada pameo
yang mengatakan: “Apabila bisa dipersulit mengapa dipermudah?”.
Banyak oknum yang menggunakan kesempatan dengan mempersulit
mendapatkan informasi ini.

b. Kultur mendokumentasi belum lazim. Salah satu kesulitan besar yang kita
hadapi adalah kurangnya kebiasaan mendokumentasikan (apa saja),
padahal kemampuan mendokumentasi ini menjadi bagian dari standar
software engineering.

c. Langkanya SDM yang handal. Teknologi informasi merupakan sebuah


bidang yang baru. Pemerintah umumnya jarang yang memiliki SDM yang
handal di bidang teknologi informasi. SDM yang handal ini biasanya ada
di lingkungan bisnis/industri.

d. Infrastruktur yang belum memadai dan belum handal. Infrastrukur


telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar secara merata.
Di berbagai pelosok daerah di Indonesia masih ada yang belum tersedia
saluran telepon, atau bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada,
harganya masih relatif mahal. Pemerintah juga belum menyiapkan
pendanaan (budget) untuk keperluan ini.

e. Tempat akses yang terbatas. Sejalalan dengan hambatan di atas, tempat


akses informasi jumlahnya juga masih terbatas. Di beberapa tempat di
luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong-royong untuk
menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan
umum (public library). Di Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor pos,
kantor pemerintahan, dan tempat-tempat umum lainnya.

Sedangkan hambatan pengembangan e-government jika ditinjau


dari perspektif birokrasi sebagai penyelenggara layanan publik melalui
elektronik adalah sebagai berikut :

1. Peopleware. Sumberdaya manusia yakni kemampuan para


pejabat birokrasi maupun staff dalam menggunakan internet yang masih
sangat terbatas. Hal ini terbukti dari masih sangat tergantungnya birokrasi
dalam pengembangan e-government terhadap pihak luar.
Operasionalisasi e-government juga tidak berjalan lancar ditandai dengan
sarana interaksi yang disediakan tidak ada aktivitas yang berarti.

2. Hardware, yakni berkaitan dengan teknologi dan infrastuktur.


Terbatasnya hardware dan software serta masih sedikitnya instansi
pemerintah yang terhubung pada jaringan baik lokal (LAN) maupun global
(Internet) menyebabkan perkembangan e-government tidak dapat
berjalan lancar.
3. Organoware. Hambatan birokrasi, seringkali instansi pemerintah
dalam mengoperasionalkan egovernment menemui kendala dalam aspek
organisasi. Kendala ini ditandai dengan tidak fleksibelnya Struktur
Organisasi dan Tatakerja (SOT) birokrasi yang dapat mewadahi
perkembangan baru model pelayanan publik melalui e-government.

Anda mungkin juga menyukai