Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI KESULITAN BELAJAR DAN MENGANALISIS KESULITAN BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah

Psikologi Belajar

Dosen Pengampu

Ulfa Masfufah, M.A.

Disusun oleh:

1. Nurul Qifayah (202501087)


2. Siti Lumatudz Duhro (202501088)
3. Varina (202501082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA’
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pertama kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan nikmat-Nya kami diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa pula sholawat dan salam
kami curahkan kepada Rasulullah SAW semoga kita selalu dalam lindungan
beliau.

Makalah yang berjudul tentang teori kesulitan belajar dan menganalisis


kesulitan belajar, ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah
Pembelajaran Psikologi Belajar. Penulisan makalah ini dimungkinkan oleh adanya
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan kepada :

1. Dosen pembimbing mata kuliah psikologi belajar


2. Teman-teman yang sudah membantu kami dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih dalam proses belajar. Oleh karena itu, kami dengan
terbuka dan senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih dan kurang lebihnya mohon
maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tuban, 29 Mei 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar............................................................2
B. Jenis-jenis Kesulitan Belajar............................................................3
C. Diagnosis Kesulitan Belajar.............................................................4
D. Contoh Kasus Kesulitan Belajar.......................................................5
E. Cara Menganalisis dan Penanganan.................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................9
B. Saran...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk
mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan.
Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang
keluarga, kebiasaan, dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada
umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata,
sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang kurang berkemampuan
terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori “diluar rata-rata”
itu tidak dapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan
kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar
(learning difficult) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah
saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesulitan belajar ?
2. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar ?
3. Bagaimana diagnosis kesulitan belajar ?
4. Apa contoh kasus kesulitan belajar ?
5. Bagaimana cara menganalisis dan penanganannya ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian kesulitan belajar.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui diagnosis kesulitan belajar.
4. Untuk mengetahui contoh kasus kesulitan belajar.
5. Untuk mengetahui cara menganalisis dan penanganannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar


Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di
kelas agar menjadi orang berilmu pengetahuan dikemudian hari. Sebagian
waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk belajar, tidak
hanya di sekolah, di rumah juga harus ada waktu yang disediakan untuk
kepentingan belajar. Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh
setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari
berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Pada tingkat tertentu
memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa
harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak
didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru
atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.
Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi
pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik lain.
Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang
ditemukan anak didik yang kesulitan belajar. Walaupun sebenarnya
masalah yang mengganggu keberhasilan belajar anak didik ini tidak
disenangi oleh guru bahkan oleh anak didik itu sendiri. Namun, begitu
usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan
pendekatan agar anak didik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar.
Suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan
belajar anak didik disebabkan rendahnya intelegensi. Karena dalam
kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki intelegensi tinggi,
tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang diharapkan dan masih
banyak anak didik dengan intelegensi yang rata-rata, tetapi dapat meraih
prestasi belajar yang lebih tinggi, melebihi kepandaian anak didik dengan
intelegensi yang tinggi. Tetapi juga tidak disangkal bahwa intelegensi
yang tinggi memberi peluang yang besar bagi anak didik untuk meraih
prestasi belajar yang tinggi. Oleh karena itu, selain faktor intelegensi,

2
faktor non-intelegensi juga diakui dapat menjadi penyebab kesulitan
belajar bagi anak didik dalam belajar (Djamarah, 2011: 233-234).

B. Jenis-jenis Kesulitan Belajar


Menurut Wakitri dkk. dalam Sugihartono dkk (2007: 151), terdapat
beberapa jenis permasalahan belajar yang sering dialami siswa sebagai
berikut.
1) Kekacauan Belajar atau Learning Disorder
Kekacauan belajar merupakan jenis permasalahan belajar yang terjadi
ketika proses belajar siswa terganggu karena munculnya respon yang
bertentangan dengan tujuan pembelajaran.
2) Ketidakmampuan Belajar atau Learning Disability
Ketidakmampuan belajar merupakan jenis permasalahan belajar saat
siswa menunjukkan gejala tidak mampu belajar atau selalu
menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab dan alasan,
sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi
intelektualnya.
3) Learning Disfunctions
Learning Disfunctions merupakan jenis permasalahan belajar yang
mengacu pada adanya gejala-gejala dalam bentuk siswa tidak dapat
mengikuti dan melaksanakan proses belajar dan pembelajaran dengan
baik.
4) Under Achiever
Under Achiever merupakan jenis permasalahan belajar yang terjadi
pada siswa dengan potensi intelektual tinggi atau tingkat kecerdasan
diatas rata-rata normal, tetapi prestasi belajar yang ia capai tergolong
rendah.
5) Lambat Belajar atau Slow Learner
Masalah lambat belajar merupakan jenis permasalahan belajar yang
disebabkan siswa sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai materi

3
pelajaran dibandingkan siswa lain dengan tingkat potensi intelektual
yang sama.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 78), terdapat


beberapa macam kesulitan belajar pada siswa sebagai berikut.

1. Dilihat dari jenis kesulitannya


a. Kesulitan belajar ringan
b. Kesulitan belajar sedang
c. Kesulitan belajar berat
2. Dilihat dari jenis bidang studi yang dipelajarinya
a. Kesulitan sebagian bidang studi
b. Kesulitan sebagian besar bidang studi
3. Dilihat dari sifat kesulitan belajar
a. Kesulitan belajar yang sifatnya menetap
b. Kesulitan belajar yang sifatnya hanya sementara
4. Dilihat dari faktor penyebabnya
a. Kesulitan belajar karena faktor intelegensi
b. Kesulitan belajar karena faktor non-intelegensi

Kesulitan belajar pada seorang siswa sangat mungkin akan bersifat


menetap atau mungkin hanya sementara dan berlangsung dalam jangka
waktu tertentu, baik sebentar atau dalam jangka waktu lama. Lama atau
tidaknya siswa mengalami kesulitan belajar akan sangat tergantung oleh
banyak faktor termasuk faktor individu siswa, yaitu usaha mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya. Artinya, kesulitan belajar
akan berbeda-beda pada masing-masing siswa (Irham & Wiyani, 2013:
256-258).

C. Diagnosis Kesulitan Belajar


1. Pengertian Diagnosis Belajar
Menurut Sugihartono dkk. (2007: 150), diagnosis kesulitan belajar
diterjemahkan sebagai proses yang dilakukan oleh guru untuk menentukan
masalah atau ketidakmampuan siswa dalam belajar yang dilakukan dengan
cara meneliti berbagai latar belakang faktor penyebabnya dengan cara

4
menganalisis gejala-gejala yang tampak dan dapat dipelajari. Kegiatan
diagnosis kesuitan belajar merupakan suatu proses dan upaya untuk untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan
belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data atau
informasi selengkap dan subjektif mungkin sehingga memungkinkan
untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif
kemungkinan pemecahannya. Tujuannya adalah membantu siswa
mengatasi kesulitan belajarnya melalui berbagai alternatif pemecahannya
atas dasar data atau informasi yang lengkap dan akurat yang telah
terkumpul.
2. Langkah-Langkah Diagnostik
Berikut ini langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru,
antara laiin yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf
(1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang
siswa ketika mengikuti pelajaran.
2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang
diduga mengalami kesulitan belajar.
3) Mewawancarai orantua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk
mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada
siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
D. Contoh Kasus Kesulitan Belajar
1. Anak didik sulit menerima materi pelajaran. Hasil belajarnya rendah
dikarenakan tidak fokus terhadap pelajaran. Ia selalu bermain dan
mengganggu temannya sehingga tertinggal dengan kawan-kawannya
dalam segala hal. Seringkali tidak mengerjakan tugas dan menundanya.
Dalam hal belajar, terkadang guru menyamakan anak didiknya padahal
setiap anak memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda.

5
2. Anak didik menunjukkan sikap tidak seperti biasanya ditunjukkan
kepada orang lain. Misalnya, menjadi pemurung, pemarah, bingung,
sedih, acuh tak acuh, mudah tersinggung, dan menyendiri (Djamarah,
2011).
3. Seorang siswa yang memiliki nilai rendah di kelasnya. Tidak hanya
satu atau dua mata pelajaran, hampir semua mata pelajaran. Dalam
proses belajar siswa ini terlihat kesulitan saat menerima materi
pelajaran. Pada saat pelajaran berlangsung dia lebih suka bermain dan
mengganggu temannya. Dia terus mengganggu temannya sampai jam
pelajaran selesai. Jarang gurunya menegur karena dapat mengganggu
konsentrasi siswa lain. Dia juga tidak pernah mengerjakan tugas dan
PR.
E. Cara Menganalisis dan Penanganan
a. Analisis kesulitan belajar ada 4 tahap, yaitu:
1. Melakukan observasi, dengan cara mengamati langsung terhadap
objek. Mencatat gejala-gejala yang tampak pada siswa ketika
mengalami kesulitan belajar. Misalnya sikap siswa dalam
mengikuti pelajaran, kelengkapan catatan dan peralatan dalam
proses belajar.
2. Melakukan interviu (wawancara) secara langsung kepada yang
mengalami kesulitan belajar atau secara tidak langsung
mendapatkan informasi dari orang lain, seperti orangtua, guru,
teman yang mengetahuinya (Ahmadi dan Supriyono, 2013).
3. Membuat dokumentasi dengan cara mencari faktor-faktor penyebab
anak didik mengalami kesulitan belajar melalui dokumen, catatan,
arsip yang berhubungan dengan pribadinya.
4. Melakukan tes diagnostik dengan cara tes salah satu pelajaran yang
diperkirakan sulit untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami
anak didik berdasarkan hasil tes. Dilakukannya tes diagnostik juga
untuk mengetahui tingkat penguasaan dan jenis karakteristik yang
dimiliki anak didik dalam proses belajar (Djamarah, 2011).

6
b. Penanganan Kesulitan Belajar

1. Pengumpulan data
Dalam proses pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
interviu (wawancara), serta teknik dokumentasi. Ketiganya saling
berkaitan untuk membuktikan data yang fakta. Usaha atau metode
lain dalam pengumpulan data, yaitu observasi, kunjungan rumah,
case study, case history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak,
tugas kelompok, melaksanakan tes. Sam Isbani dan R. Isbani dalam
(Ahmadi dan Supriyono, 2013).

2. Pengolahan data
Setelah data yang terkumpul masih menjadi bahan pendataan, maka
dapat diolah melalui pengidentifikasian kasus, pembandingan antar
kasus dan dengan hasil tes, serta dapat ditarik kesimpulan. Hal ini
untuk mengetahui secara pasti penyebab anak didik mengalami
kesulitan belajar (Djamarah, 2011).

3. Diagnosis
Pengambilan keputusan (penentuan) setelah hasil pengolahan data
yang telah dianalisis ini berisi keputusan mengenai jenis kesulitan
belajar yang dialami anak didik, faktor-faktor utama yang menjadi
sumber penyebab kesulitan belajar anak didik. Untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan penelititan dan pemeriksaan berbagai
jenis gejala, diperlukan bantuan tenaga ahli sesuai dengan
bidangnya. Seperti dokter, psikolog, psikiater, sosiolog
(ortopedagogik), guru kelas, maupun orangtua dari anak didik itu
sendiri (Ahmadi dan Supriyono, 2013).

4. Prognosis
Penyusunan program (penetapan ramalan) mengenai bantuan yang
akan diberikan kepada anak didik dalam mengatasi kesulitan
belajar dapat berupa bentuk treatment (perlakuan) yang harus
diberikan, bahan atau materi apa yang diperlukan, metode apa saja
yang digunakan, alat-alat bantu belajar mengajar yang diperlukan,

7
dan waktu atau jadwal pelaksanaannya. Aktivitas penyusunan dapat
disimpulkan dalam 5W+1H (Djamarah, 2011).

5. Treatment atau perlakuan


Pada tahap perlakuan ini memberikan bantuan kepada anak didik
yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini menyesuaikan hasil
susunan program pada tahap prognosis tersebut. Bentuk
perlakuannya melalui bimbingan belajar secara individu maupun
kelompok, bimbingan pribadi, bimbingan orangtua, dan bimbingan
pengajaran remedial. Agar mencapai hasil yang maksimal,
dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam mempersiapkan tahap-
tahap sebelum perlakuan diberikan kepada objek dan subjek
persoalan dalam mengatasi masalah kesulitan belajar (Ahmadi dan
Supriyono, 2013).

6. Evaluasi
Evaluasi diberikan bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang
diberikan sudah sesuai dan berhasil atau bahkan gagal.
Kemungkinan berhasil atau gagal terjadi karena saat pengumpulan
data kurang lengkap dan sebaliknya dari perlakuannya yang kurang
maksimal. Diperlukan pengecekan ulang bila kegagalan terjadi
dengan menempuh langkah re-ceking data (pengumpulan atau
pengolahan data), re-diagnosis (keputusan), re-prognosis
(penyusunan program), re-treatment (perlakuan), dan re-evaluasi
(antara berhasil dan gagal) (Djamarah, 2011).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi
pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik
lain dan yang menjjadi penyebab kesulitan belajar selain faktor
intelegensi juga faktor non-intelegensi.
2. a) Jenis kesulitan belajar menurut Wikatri yaitu Learnung Disorder,
Learning Disability, Learning Disfunctions, Under Achiever dan
Slow Learner.
b) - Dilihat dari jenis kesulitannya : kesulitan belajar ringan, kesulitan
belajar sedang dan kesulitan belajar berat.

- Dilihat dari jenis bidang studi yang dipelajarinya : kesulitan


sebagian bidang studi dan kesulitan sebagian besar bidang studi.

- Dilihat dari sifat kesulitan belajar : kesulitan belajar yang sifatnya


menetap dan kesulitan belajar yang sifatnya hanya sementara.

- Dilihat dari faktor penyebabnya : kesulitan belajar karena faktor


intelegensi dan kesulitan belajar karena faktor non-intelegensi.

3. Diagnosis kesulitan belajar adalah proses yang dilakukan untuk


menentukan masalah atau ketidakmampuan siswa dalam belajar yang
dilakukan dengan cara meneliti berbagai latar belakang faktor
penyebabnya dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak dan
dapat dipelajari.
4. Contoh Kasus Kesulitan Belajar
Anak didik sulit menerima materi pelajaran. Hasil belajarnya rendah
dikarenakan tidak fokus terhadap pelajaran. Ia selalu bermain dan
mengganggu temannya sehingga tertinggal dengan kawan-kawannya
dalam segala hal. Seringkali tidak mengerjakan tugas dan menundanya.
Dalam hal belajar, terkadang guru menyamakan anak didiknya padahal
setiap anak memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda.

9
5. Cara menganalisis dengan empat tahap yaitu melakukan observasi,
melakukan interview (wawancara), membuat dokumentasi dsn
melakukan tes diagnostik. Penanganan kesulitan belajar dengan cara
pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis, treatment
atau perlakuan dan evaluasi.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan para pembaca, dan di sarankan kepada pembaca untuk tetap
memiliki referensi lain untuk melengkapi kekurangan. Pembaca
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuranagn dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran para pembaca sangat
penting untuk kamu agar bisa memperbaiki dalam penulisan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. “Psikologi Belajar”. Jakarta: PT Rineka


Cipta. 2013.

Djamarah, Syaiful Bahri. “Psikologi Belajar”. Jakarta: Rineka Cipta. 2011.

Irham, Muhammad & Novan Ardy Wiyani. Psikologi Pendidikan: Teori dan
Aplikasi dalam Proses Pembelajaran.Yogyakarta: Ar Ruzz Media. 2013.

Khairani, Makmun. “Psikologi Belajar”. Yogyakarta: Aswaja Presindo. 2014.

Syah, Muhibbin. “Psikologi Belajar”. Depok. Rajawali Pers. 2017.

11

Anda mungkin juga menyukai