Anda di halaman 1dari 31

Departemen Teknik Mesin & Industri

Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada


MANUFAKTUR

Metrologi Industri

Modul 2
Sistem Pengukuran

Muhammad Akhsin Muflikhun, Ph.D


akhsin.muflikhun@ugm.ac.id
Pendahuluan
 pengukuran didefinisikan sebagai kuantifikasi variabel fisik menggunakan suatu alat
pengukur.
 Selama proses pengukuran, nilai atau output akan diberikan dari output devices setelah
perbandingan dengan standar yang telah ditentukan.
 Proses pengukuran secara skematis dapat dilihat pada Gambar dibawah:
Sistem Pengukuran secara umum

 Sistem pengukuran secara umum dapat dilihat pada gambar dan step-step dibawah:
1. Input pengukuran didapat dari alat ukur.
2. Input ini kemudian akan diterima oleh komponen sensor.
3. Sensor ini kemudian akan meneruskan informasi input berupa sinyal.
4. Sinyal kemudian akan diproses.
5. Kumpulan sonyal akan menghasilkan data yang dibutuhkan.
6. Data kemudian dipresentasikan ke perangkat output.
7. Output berupa hasil pengukuran.
Standard Internasional (SI) dalam pengukuran
US (Standard Amerika) dalam pengukuran
Pengukuran (Akurasi dan Presisi)

 Dalam pengukuran, error tidak dapat dielakkan, namun, pengukuran dapat memberikan
keakurasian dan kepresisian yang tinggi. Perbedaan akurasi dan presisi dapat dilihat pada
gambar dibawah:
Analisis Sistem Pengukuran

 Elemen kunci dalam analisis sistem pengukuran adalah pengukuran itu sendiri. Ada total 5
parameter untuk diperiksa dalam Measurement System Analysis (MSA). Yaitu:
1. Bias: Adalah ukuran jarak antara nilai rata-rata semua kuantitas dan nilai "Benar" atau "Aktual"
dari bagian tersebut.
2. Linearitas: Ini adalah tingkat konsistensi Bias di seluruh rentang alat ukur. Jumlah Bias juga
berubah di setiap penggunaan alat.
3. Stabilitas: Hal ini mengacu pada kemampuan metode pengukuran yang menghasilkan nilai
yang sama selama periode waktu ketika diukur dengan sampel yang sama.
4. Repeatability: Hal ini berarti apakah sistem yang sama dapat mengukur bagian serupa berkali-
kali dengan alat ukur yang sama dan mendapatkan nilai yang sama.
5. Reproduksibilitas: Hal ini menilai apakah sistem yang berbeda dapat mengukur bagian yang
serupa dengan alat ukur yang serupa dan sebagai hasilnya mendapatkan nilai yang sama.
Sistem Pengukuran Hysterisis
 Hysteresis adalah keadaan ketika bahan feromagnetik dimagnetisasi dalam satu arah, ia tidak
akan kembali ke magnetisasi nol (keadaan semula) saat medan magnet yang dikenakan
dilepaskan.
 Hal itu harus didorong kembali ke nol oleh bidang magnet dari arah yang berlawanan.
 Jika medan magnet bolak-balik diterapkan pada suatu material, magnetisasinya akan
membentuk loop yang disebut loop histeresis.
 Dalam system Mekanis, Histeresis adalah fenomena di mana alat ukur menunjukkan efek
keluaran yang berbeda selama loading-unloading.
 Histeresis dihasilkan dari kualitas elemen atau perangkat yang tidak elastis. Ini adalah
perbedaan maksimum antara output naik dan turun yang sesuai untuk setiap siklus pengujian.
 Yaitu, perbedaan maksimum dalam output pada nilai tertentu dari variabel terukur dalam
rentang yang ditentukan saat mendekati titik terlebih dahulu dengan meningkatkan input dan
kemudian menurunkan memasukkan.
Sistem Pengukuran Hysterisis
 Hysteresis loop dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Sistem Pengukuran Hysterisis
 Hysteresis loop yang berkenaan dengan meningkatnya magnetisasi material dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Sistem Pengukuran Linearity

 Linearitas didefinisikan sebagai deviasi maksimum dari


keluaran sistem pengukuran yang menghasilkan output
garis lurus tertentu yang diterapkan pada sebidang titik
data pada kurva nilai (keluaran) yang diukur versus nilai
besaran ukur (masukan).
 Untuk mendapatkan pembacaan pengukuran yang
akurat, tinggi derajat linieritas harus dipertahankan dalam
instrumen atau upaya harus dilakukan untuk meminimalkan
kesalahan linieritas.
 Tingkat linieritas yang lebih baik membuat instrumen siap
dikalibrasi.
 Namun, dalam praktiknya, hanya perkiraan linearitas yang
dicapai karena selalu ada beberapa varians kecil yang
terkait dengan sistem pengukuran.
 Oleh karena itu, linieritas input yang diharapkan biasanya
ditentukan sebagai persentase dari rentang operasi. Pengukuran Linear
Sistem Pengukuran Linearity

 Sebelum membuat interpretasi atau perbandingan spesifikasi linieritas alat ukur, perlu
ditentukan sifat yang tepat dari garis lurus acuan yang diadopsi, karena beberapa garis
dapat digunakan sebagai acuan linieritas.
 Baris yang paling umum adalah sebagai berikut:
1. Best-fit line
2. End point line
3. Terminal line
4. Least square line
Best Fit Line (Garis tersesuai)
 Plot nilai output versus nilai input dengan kesesuaian
garis terbaik ditunjukkan pada Gambar disamping.
 Garis yang paling cocok adalah cara paling umum
untuk menunjukkan korelasi antara dua variabel.
 Garis ini, yang juga dikenal sebagai garis tren, ditarik
melalui pusat dari sekelompok titik data pada plot
yang terpencar lokasinya.
 Garis yang paling cocok mungkin melewati semua
poin, beberapa di antaranya poin, atau tidak ada
poin.
End point line (Garis Titik Akhir)

 Garis ini digunakan ketika keluarannya adalah bentuk bipolar.


 Garis ini digambar dengan menggabungkan titik awal dan titik akhir dari plot data tanpa
mempertimbangkan titik yang lain.
 Contoh penerapan End Point Line dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Terminal Line (Garis Terminal)

 Ketika garis ditarik dari titik asal (0,0) ke titik data terakhir, Teknik ini dikenal sebagai jalur terminal.
Garis terminal ditunjukkan pada Gambar dibawah.
The Least Squares Regression Line

 The Least Squares Regression Line atau Garis Regresi Kuadrat Terkecil adalah garis yang
membuat jarak vertikal dari titik data ke garis regresi sekecil mungkin.
 Garis ini disebut "kuadrat terkecil" karena garis kecocokan terbaik adalah yang meminimalkan
varians (jumlah kuadrat kesalahan).
Sistem Pengukuran Resolution

 Resolusi adalah perubahan terkecil dalam properti fisik yang dapat dirasakan oleh suatu
instrumen.
 Misalnya, mesin penimbangan di gimnasium biasanya merasakan variasi berat dalam kilogram,
 Sedangkan mesin penimbangan di toko perhiasan dapat mendeteksi berat dalam miligram.
 Dapat dikatakan, mesin timbangan di toko perhiasan memiliki resolusi yang lebih unggul
daripada yang ada di gymnasium.
 Resolusi instrumen juga dapat didefinisikan sebagai nilai tambahan terkecil dari suatu input
sehingga sinyal yang dihasilkan menyebabkan perubahan output yang dapat dideteksi.
Treshold

 Jika input ke instrumen secara bertahap ditingkatkan dari nol, nilai minimum input itu diperlukan
untuk mendeteksi keluaran.
 Nilai minimum masukan ini didefinisikan sebagai ambang batas instrumen.
 Nilai numerik dari masukan yang menyebabkan perubahan keluaran disebut nilai ambang
instrumen.
Drift

 Drift dapat diartikan sebagai variasi yang disebabkan pada keluaran suatu instrumen, yang
bukan disebabkan oleh setiap perubahan input.
 Penyimpangan dalam suatu alat ukur terutama disebabkan oleh internal variasi suhu dan
kurangnya stabilitas komponen.
 Perubahan pada keluaran nol dari alat ukur yang disebabkan oleh perubahan suhu lingkungan
dikenal sebagai nol termal bergeser.
Stability Zero

 Zero Stability dapat didefinisikan sebagai kemampuan instrumen untuk kembali ke pembacaan
semula (Nol) setelah sinyal input selesai.
 Input dapat berupa variasi berupa suhu, tekanan, getaran, efek magnetis, dll.
Loading Effect

 Loading Effect atau efek pembebanan didefinisikan sebagai ketidakmampuan sistem


pengukuran untuk tetap dapat mengukur, mencatat, atau mengontrol besaran ukur dalam
bentuk yang tidak terdistorsi.
 Hal ini dapat terjadi di salah satu dari tiga tahap pengukuran atau terkadang dapat dilakukan
sampai ke elemen dasar.
Sistem Respon

 Salah satu karakteristik penting dari alat ukur adalah mampu mengirimkan dan menyajikan
tanpa putus semua informasi yang relevan dalam sinyal input dan mengecualikan sisanya.
 Selama pengukuran, input berubah dengan cepat seiring waktu, dan karenanya, Outputnya
juga akan menyajikan data yang berbeda.
 Perilaku sistem pengukuran di bawah kondisi input yang berbeda-beda tergantung dari waktu
inputnya dikenal sebagai respons dinamis.
Sistem Respond

 Alat ukur mengalami kondisi steady-state sebelum akhirnya mencapai posisi mapan dan
mampu mengukur lebih baik.
 Berikut adalah karakteristik dinamik dari suatu sistem pengukuran:
1. Kecepatan respon
2. Mengukur lag
3. Retardation type (Jenis retardasi)
4. Jenis penundaan waktu
5. Fidelity (Keakuratan)
6. Error Dinamik
Unsur Fungsional Sistem Pengukuran

 Unsur Fungsional Sistem Pengukuran atau Functional Elements Of Measurement Systems.


 Alat ukur pada dasarnya terdiri dari tiga elemen fisik dasar. Masing-masing elemen ini dikenali
oleh elemen fungsional.
 Setiap elemen fisik dalam alat ukur terdiri dari satu komponen atau sekumpulan komponen
yang menjalankan fungsi tertentu dalam proses pengukuran.
 Oleh karena itu, sistem pengukuran dijelaskan dalam metode yang lebih umum.
 Sistem pengukuran umum pada dasarnya terdiri dari tiga tahap. Masing-masing tahapan ini
melakukan langkah-langkah tertentu sehingga nilai variabel fisik yang akan diukur ditampilkan
sebagai keluaran untuk referensi kita.
Unsur Fungsional Sistem Pengukuran

 Tiga tahapan sistem pengukuran adalah sebagai berikut:


1. Detektor primer-tahap transduser
2. Tahap modifikasi menengah
3. Tahap keluaran atau penghentian
Elemen-elemen yang secara umum digunakan dalam pengukuran dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Primary Detector–transducer Stage

 Fungsi utama dari Primary Detector–transducer Stage adalah untuk merasakan sinyal input dan
mengubahnya menjadi sinyal analog, yang kemudian dapat diukur dengan mudah.
 Transduser harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi kuantitas input yang akan diukur dan
mengecualikan semua sinyal lainnya.
 Proses sensing secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah:
Intermediate Modifying Stage

 Pada tahap modifikasi tengah (Intermediate modivication) dari sistem pengukuran, sinyal yang
ditransduksi kemudian dimodifikasi dan diperkuat secara tepat dengan bantuan perangkat
pemrosesan sebelum meneruskan ke tahap keluaran (Output) untuk ditampilkan.
 Contoh dari tiga tahap sistem pengukuran umum dapat dilihat pada tabel berikut:
Intermediate Modifying Stage

 Contoh dari tiga tahap sistem pengukuran umum dapat dilihat pada tabel berikut:
Output Or Terminating Stage

 Tahap keluaran atau penghentian dari suatu system (Output Or Terminating Stage) pengukuran
menyajikan nilai keluaran yang dianalogikan dengan nilai masukan.

 Nilai keluaran disediakan baik dengan menunjukkan atau dengan merekam untuk dapat
dilakukan evaluasi oleh manusia atau pengontrol, atau kombinasi keduanya.

 Indikasinya dapat diketahui dari skala dan penunjuk, tampilan digital, atau osiloskop sinar
katoda.
Referensi

1. Raghavendra, N. V., & Krishnamurthy, L. (2013). Engineering metrology and measurements. Oxford:
Oxford University Press.
2. Mainsah, E., Greenwood, J. A., & Chetwynd, D. G. (Eds.). (2013). Metrology and properties of
engineering surfaces. Springer Science & Business Media.
3. Placko, D. (2013). Metrology in industry: The key for quality. John Wiley & Sons.
4. Bewoor, A. K., & Kulkarni, V. A. (2009). Metrology and measurement. McGraw-Hill Education.
Terimakasih Banyak

Jika ada pertanyaan atau membutuhkan bantuan, baik dalam pembelajaran dan
riset terkait, dapat menghubungi email: akhsin.muflikhun@ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai