Anda di halaman 1dari 41

Departemen Teknik Mesin & Industri

Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada


MANUFAKTUR

Metrologi Industri

Modul 1
Metrologi Tidak Umum

Muhammad Akhsin Muflikhun, Ph.D


akhsin.muflikhun@ugm.ac.id
Pendahuluan
 terdapat instrumen, mesin pengukur, dan teknik tertentu, yang tidak menjadi instrumen
umum yang cukup sering dan mudah ditemukan, tetapi sangat penting untuk diketahui
dalam bidang metrologi.
 Misalnya, prinsip Sistem Manufaktur Fleksibel atau Flexible Manufacturing System (FMS)
memberikan bentuk otomatisasi lengkap dari sistem kerja yang terdiri dari beberapa mesin,
mekanisme transfer, dan stasiun inspeksi.
 Hal ini membutuhkan mesin inspeksi yang dapat bekerja secara otomatis serta telah memiliki
peralatan elektronik terpasang yang diperlukan untuk berintegrasi dengan mulus dalam
sistem manufaktur.
 Selain itu, ada Mesin Pengukur Koordinat atau Coordinate Measuring Machines (CMM) yang
saat ini merupakan bagian integral dari system permesinan di pabrik modern.
Flexible Manufacturing System

 Berikut adalah contoh bagaimana desain suatu pabrik yang menggunakan prinsip FMS.

General view and main scheme of FMS


Sistem FMS
Coordinate Measuring Machines (CMM)

 Gambar berikut adalah bentuk penerapan CMM dalam bidang desain dan analysis
manufaktur.

(a) Venturi ditelakkan diatas CMM (b) Meshing benda kerja (c) Lokasi dari constraints
Coordinate Measuring Machines (CMM)

 Proses manufaktur dengan menggunakan technological process planning (TPP) dan


melibatkan CMM.
Instrumentasi Presisi Berdasarkan Prinsip Laser

 Meskipun sejumlah bahan dapat digunakan untuk menghasilkan laser, laser gas helium-neon
adalah yang paling populer untuk aplikasi di bidang metrologi.
 Beberapa sifat sinar Laser yang tidak ditemui pada jenis sinar lainnya adalah:
1. Sinar laser bersifat monokromatik. Sinar ini memiliki bandwidth dalam kisaran 0,4-0,5µm. Laser
yang distabilkan memiliki bandwidth yang lebih sempit, sehingga resolusi yang sangat tinggi
dapat dicapai selama pengukuran.
2. Sinar laser bersifat koheren. Dalam cahaya normal, sinar dibuat bertahap secara acak,
menghasilkan interferensi parsial di dalam berkas. Sebaliknya, sinar laser semuanya dalam fase
yang mampu menghasilkan berkas cahaya yang koheren.
3. Sinar laser secara alami terlapisi. Sinar dalam sinar laser bersifat sejajar sempurna dengan
sedikit divergensi dan sebaran.
Instrumentasi Presisi Berdasarkan Prinsip Laser

 Selain faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, laser juga memiliki kemampuan untuk
bergabung dan menghasilkan beam yang sejajar sempurna dan berukuran sangat kecil.
 Sinar laser memiliki cahaya yang sangat terang dan dapat menghasilkan gambar atau
pinggiran yang cukup tajam saat digunakan dalam sistem optik.
Instrumentasi Presisi Berdasarkan Prinsip Laser

 Bentuk paling sederhana dari pengukuran laser terdiri dari laser, interferometer, reflektor, dan
penerima, seperti yang ditunjukkan pada Gambar dibawah:
Instrumentasi Presisi Berdasarkan Prinsip Laser

 Instrumen pengukuran dengan menggunakan Laser dapat dilihat pada gambar dibawah:
Mesin Pengukur Koordinasi

 Mesin Pengukur Koordinasi atau Coordinate Measuring Machines (CMM)


 Batch pertama dari prototipe CMM muncul di Amerika Serikat pada awal 1960-an.
 Namun, CMM versi modern mulai muncul pada 1980-an, berkat perkembangan pesat teknologi
komputer.
 Aplikasi utama CMM adalah untuk inspeksi.
 Karena fungsinya digerakkan oleh komputer terpasang, ini dapat dengan mudah
diintegrasikan ke dalam lingkungan manufaktur terintegrasi komputer (CIM).
Mesin Pengukur Koordinasi

 Potensi CMM sebagai mesin pengukur yang canggih dapat dimanfaatkan dengan kondisi
sebagai berikut:

1. Multiple Features (Banyak kegunaan)


2. Flexibility (Fleksibel)
3. Automated Inspection (Inspeksi Otomatis)
4. High Unit Cost (Biaya Mahal)
Mesin Pengukur Koordinasi

 Struktur CMM
 Versi dasar CMM memiliki tiga sumbu, yang masing-masing menuju tiga arah yang saling tegak
lurus, sehingga volume CMM berbentuk kuboid. Pengangkut disediakan untuk setiap sumbu,
yang digerakkan oleh motor terpisah.
 Sementara gerak garis lurus sumbu kedua dipandu oleh sumbu pertama, sumbu ketiga secara
bergantian dipandu oleh sumbu kedua.
 Setiap sumbu dilengkapi dengan sistem pengukuran presisi, yang secara terus menerus
mencatat perpindahan pengangkut dari referensi tetap.
 Sumbu ketiga membawa probe.
 Saat probe melakukan kontak dengan benda kerja, komputer menangkap perpindahan ketiga
sumbu.
Mesin Pengukur Koordinasi

 Struktur CMM ada 5 jenis, yang gambarnya (d) Horizontal Arm


bisa dilihat di bawah:
(e) Gantry
(a) Cantilever
(b) Bridge

(c) Column
Mesin Pengukur Koordinasi

 Model Operasi CMM ada 3 jenis:


1. Manual
2. Semi Otomatis
3. Full Otomatis dengan dikendalikan oleh Komputer

1. 2. 3.
Mesin Pengukur Koordinasi

 CMM Operation
 Kebanyakan CMM modern selalu menggunakan kontrol komputer. Kelebihan menggunakan
computer adalah memiliki tingkat keserbagunaan yang tinggi, kenyamanan, dan keandalan.
 CMM modern sangat mirip dalam pengoperasiannya dengan mesin Computer Numerical
Control (CNC), karena siklus kontrol dan pengukuran berada di bawah kendali komputer.
Mesin Pengukur Koordinasi
 Probe
 Probe adalah elemen input utama yang merekam sensor dalam CMM. Umumnya, probe
adalah tipe 'kontak’.
 Probe dalam men scan akan melakukan kontak fisik dengan benda kerja saat pengukuran
dilakukan.
 Jenis Probe kontak bisa berupa probe 'hard' atau probe 'soft'. Namun, beberapa CMM jenis
baru juga menggunakan tipe non-kontak.
Mesin Pengukur Koordinasi

 Probe
 Komponen pada probe dapat dilihat pada gambar dibawah. Terlihat bahwa ujung dari probe
berbentuk seperti bola.
Mesin Pengukur Koordinasi

 Probe Operation and Calibration (Pengoperasian dan Kalibrasi Probe)


 Proses pengoperasian dan Kalibrasi probe bisa dilihat pada gambar dibawah:
Mesin Pengukur Koordinasi

 Probe Operation and Calibration (Pengoperasian dan Kalibrasi Probe)


 Proses pengoperasian probe menggunakan software.
 Perangkat lunak ini terdiri dari tiga komponen berikut:

1. Perintah pemindahan, yang mengarahkan probe ke titik pengumpulan data.


2. Perintah pengukuran, yang menghasilkan perbandingan jarak yang dilalui dengan standar
yang terpasang pada mesin untuk sumbu.
3. Perintah pemformatan, yaitu menerjemahkan data ke dalam bentuk yang diinginkan untuk
ditampilkan atau dicetak
Mesin Pengukur Koordinasi

 Pemograman CMM
 Sebagian besar tugas pengukuran dapat
dilakukan dengan menggunakan subrutin
yang sudah tersedia.
 Subrutin tersebut dirancang berdasarkan
frekuensi dengan tugas pengukuran tertentu
secara berulang dalam praktiknya.
 Ada 4 jenis subrutin yang sering dipakai di
CMM, yaitu: Lingkaran, Silinder, Tegak lurus
antara dua bidang, dan Parallel antara dua
bidang.

Subrutin dalam CMM (a) Lingkaran, (b) Silinder, (c) Tegak


lurus antara dua bidang, (d) Parallel antara dua bidang
Metrologi Alat Permesinan

 Beberapa pengetesan yang dapat dilakukan dengan CMM adalah sebagai berikut:
1. Kelurusan
2. Kerataan
3. Paralelisme
4. Kekotakan
5. Keliling
6. Cylindricity
7. Runout
Metrologi Alat Permesinan

 Beberapa pengetesan yang dapat dilakukan dengan CMM adalah sebagai berikut:
1. Kelurusan
Metrologi Alat Permesinan

 Beberapa pengetesan yang dapat dilakukan dengan CMM adalah sebagai berikut:
2. Kerataan

Garis kisi untuk test kerataan


Metrologi Alat Permesinan

 Beberapa pengetesan yang dapat dilakukan dengan CMM adalah sebagai berikut:
3. Paralelisme

Jenis Parallel: (a) Antara dua sumbu (b) Antara sumbu dan bidang
Metrologi Alat Permesinan

 Beberapa pengetesan yang dapat dilakukan dengan CMM adalah sebagai berikut:
4. Sequareness (Ketegak-lurusan)
Metrologi Alat Permesinan

 Beberapa pengetesan yang dapat dilakukan dengan CMM adalah sebagai berikut:
5. Keliling

Menggunakan V-Blok untuk


Area keliling
mengetahui keliling
Metrologi Alat Permesinan

 Beberapa pengetesan yang dapat dilakukan dengan CMM adalah sebagai berikut:
6. Cylindricity

(a) (b)

Mengukur silinder (a) Definisi, (b) Representasi


Metrologi Alat Permesinan

 Beberapa pengetesan yang dapat dilakukan dengan CMM adalah sebagai berikut:
7. Runout

(a) Radial Runout, (b) Axial Runout


Contoh CMM Test untuk Mesin Bubut

 Berikut adalah contoh penggunaan CMM untuk mesin bubut.

Pengukuran pusat Pengecekan parallel Pengukuran pada Spindel


headstock pada Spindel utama Taper bore
Contoh CMM Test untuk Mesin Bubut

 Berikut adalah contoh penggunaan CMM untuk mesin bubut.

Pengukuran Batang Tailstock Pengukuran parallel pemandu Tailstock


Contoh CMM Test untuk Mesin Milling

 Berikut adalah contoh penggunaan CMM untuk mesin milling.

Pengukuran pada Spindel Pengukuran parallel pada meja


Pengukuran Axial Slip pada Spindel Taper kerja ke Spindel Axis
Contoh CMM Test untuk Mesin Milling

 Berikut adalah contoh penggunaan CMM untuk mesin milling.

Pengukuran parallel pada


Pengukuran parallel pada
meja gerak dengan
T-Slot dengan meja gerak Pengukuran ketegak-
spindle axis
lurusan dari T-Slot dengan
spindel
Contoh CMM Test untuk Mesin Drill

 Berikut adalah contoh penggunaan CMM untuk mesin drilling.

Pengukuran ketegak-lurusan
Pengukuran ke dataran meja meja dengan spindle axis
Contoh CMM Test untuk Mesin Drill

 Berikut adalah contoh penggunaan CMM untuk mesin drilling.

Pengukuran ketegak-lurusan Pengukuran defleksi Pengukuran kerja dari


dari meja dengan spindle axis pada spindel spindle taper
Contoh CMM Test untuk Mesin Drill

 Berikut adalah contoh penggunaan CMM untuk mesin drilling.

Pengukuran parallel dari Pengukuran ketegak-


spindle axis dengan lurusan dari pemandu
Gerakan vertikalnya dengan meja
Inspeksi Otomatis

 Dalam CMM dengan system


otomatis, pengecekan dan inspeksi
dapat dilakukan secara otomatis.
 Diagram alir system inspeksi
otomatis dapat dilihat pada
gambar disamping

Proses inspeksi secara online


Inspeksi Otomatis

 Sistem pengerjaan dalam CMM dan CNC dapat dilakukan secara online dimana benda kerja
dapat di transfer dengan bantuan mesin transfer lengan robot.

Sistem inspeksi yang fleksibel


Visi Permesinan (Machine Vision)
 Visi permesinan dapat didefinisikan sebagai akuisisi data citra suatu objek yang diminati, diikuti
dengan pemrosesan dan interpretasi data oleh program komputer, untuk aplikasi yang
berguna.

Configurasi Visi Permesinan


Referensi

1. Raghavendra, N. V., & Krishnamurthy, L. (2013). Engineering metrology and measurements.


Oxford: Oxford University Press.
2. Mainsah, E., Greenwood, J. A., & Chetwynd, D. G. (Eds.). (2013). Metrology and properties of
engineering surfaces. Springer Science & Business Media.
3. Placko, D. (2013). Metrology in industry: The key for quality. John Wiley & Sons.
4. Bewoor, A. K., & Kulkarni, V. A. (2009). Metrology and measurement. McGraw-Hill Education.
Terimakasih Banyak

Jika ada pertanyaan atau membutuhkan bantuan, baik dalam pembelajaran dan
riset terkait, dapat menghubungi email: akhsin.muflikhun@ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai