Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PRINSIP PRINSIP ISLAM MODERAT (TAWAZUN)

ISLAM MODERAT

KELOMPOK 5 :

1. FADEL MUHAMMAD STIBIS

2. AZMIANTI

3. NURLAELA

4. ANJELITA NANDA AGUSTINA PUTRI SUTOMO LALUSU

JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU

2019
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip prinsip islam moderat (Tawazun)

Tawazun menurut bahasa berarti keseimbangan atau seimbang sedangkan


menurut istilah tawazun merupakan suatu sikap seseorang untuk memilih titik
yang seimbang atau adil dalam menghadapi suatu persoalan. Persoalan-persoalan
yang tidak seimbang tersebut yakni sebagai berikut. Dalam kehidupan terdapat
suatu kejadian dimana seseorang hanya mementingkan urusan dunianya saja atau
berprinsip hidupnya hanyalah untuk mencari kesenangan semata, dan hal ini dia
wujudkan dalam aktivitasnya sehari-hari dan dalam pergaulannya, seperti
merokok, minuman keras, berjudi, narkoba, dan semua perbuatan maksiat lainnya,
atau meskipun tidak berbuat maksiat dia memenuhi kebutuhan secara berlebihan,
seperti makan dan tidur dengan berlebih-lebihan atau bermalasan-malasan
fenomena yang seperti ini merupakan suatu kecendrungan terus-menerus terhadap
hal yang negatif. Sedang kecendrungan yang terus-menerus terhadap hal positif,
dapat diumpamakan sebagai berikut, seseorang yang terus-menerus melakukan
ibadah dengan cara mengurung diri, serta tak memperdulikan lingkungan sosial
sekitar. Masih banyak contoh-contoh yang lain yang tidak dapat dikemukakan
secara satu-persatu.
Meskipun diartikan sebagai suatu keseimbangan atau adil, hal itu bukan
berarti harus menempatkan posisi ditengah-tengah atau jalan tengah, karena
realitanya suatu pertengahan belum tentu menunjukkan suatu keseimbangan,
karena tergantung bobotnya, hal ini mungkin lebih mudah dipahami oleh seorang
arsitektur atau seorang insinyur teknik. Atau contoh mudahnya dapat diambil
sebagai berikut, seorang ibu mempunyai dua orang anak, yang satu sedang duduk
dibangku SD, sedangkan yang lain duduk dibangku perguruan tinggi, tentunya si
Ibu tersebut tidak akan memberikan uang saku dengan jumlah yang sama kepada
masing-masing anaknya tersebut, jika Ibu tersebut berpegang pada prinsip
keadilan tentu ia akan memberikan uang dengan dengan jumlah yang lebih kepada
anaknya tertua karena anak ini mempunyai kebutuhan yang lebih pula
dibandingkan adiknya yang masih SD.
Sikap tawazun sangat diperlukan oleh kita sebagai insan yang muslim, tujuannya
adalah agar kita tidak melakukan sesuatu hal yang berlebihan dan
mengesampingkan hal-hal yang lain atau malah melupakannya, padahal hal yang
dimaksud itu memiliki hak yang harus ditunaikan pada diri kita.
Rasulullah saw memerintahkan kita untuk bersikap tawazun seperti. Dapat
diambil contoh kisah para sahabat Rasulullah saw, yang kurang lebih seperti ini,
ada tiga orang sahabat Rasulullah saw yang datang   kepada beliau dan
mengutarakan maksudnya masing-masing, orang yang pertama mengatakan
bahwa dia tidak akan menikah selama hidupnya, kemudian orang yang kedua
mengatakan bahwa dia akan berpuasa setiap hari dan terus-menerus seumur
hidupnya dan yang terakhir mengatakan bahwa ia akan sholat tanpa henti-
hentinya, namun apa kata Rasulullah saw, kalian jangan seperti itu, masing-
masing urusan ada haknya, urusan dunia haknya sedangkan urusan akhirat ada
juga haknya, jalankanlah hal itu dengan seimbang.
Allah SWT menciptakan alam ini dengan keseimbangan dan
memerintahkan kita untuk menjaga keseimbangan itu seperti yang termaktup
dalam surah Ar-Rahmaan: 7-9, yang artinya sebagai berikut:”Dan Allah telah
meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan
melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil
dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”
Kemampuan manusia untuk bertawazun didukung oleh fitrahnya, manusia
diciptakan dengan fitrahnya oleh Allah SWT, yang mana fitrahnya itu adalah
hanif yaitu kecendrungan untuk melakukan kebaikan dan mengakui ketauhidan,
namun kemudian keadaannya sesudah lahir yang terkadang diarahkan oleh kedua
orang tuanya tersebut membuat anak tersebut menjadi nasrani, yahudi, majusi
apabila orang tuanya tersebut merupakan non-muslim, sebagaimana yang
tercantum dalam surah Ar-Ruum:30 yang artinya:”Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” Serta
hadist Rasulullah yang berbunyi:”Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah
(Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau
Majusi (Mutafaq alaih)”.
Dalam menjalankan fitrah tersebut, manusia diberikan oleh Allah SWT tiga
potensi yaitu:
 Jasmani
Setiap manusia menyadari akan hal ini, masing-masing mengetahui cara-cara
memenuhi kebutuhannya, diantaranya dengan makan, minum, istirahat, pakaian,
tempat tinggal. Dalam hal ini Rasulullah saw memberikan pedoman dan perintah
terkait dengan cara-cara memenuhi kebutuhan tersebut, seperti dalam hal makan
dan minum, Rasulullah saw memerintahkan kurang lebih sebagai berikut
“makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang”. Secara logis hadist
ini dapat diterima bahwa jika diibaratkan suatu sistem, maka rasa lapar sama
halnya dengan suatu alarm, dimana setiap alarm pasti akan berbunyi di saat
kondisi kritis atau sedang terjadi bahaya, apakah terdengarnya suatu alarm
tersebut merupakan suatu perihal yang baik dan ditunggu-tunggu? tentu saja tidak,
demikian pula halnya tubuh dalam memberikan rasa lapar.

 Akal
Hal yang paling membedakan manusia dengan makhluk-makhluk ciptaan
Allah SWT lainnya adalah dianugerahkannya akal, dengan akal ini manusia
seharusnya mampu menilai baik dan buruk sehingga tidak terjerumus kedalam
jurang kebatilan, sehingga apabila manusia mampu menggunakan akalnya dengan
sebaik-baiknya dan terus-menerus mencari kebenaran, maka derajatnya bisa
melebihi para malaikat dan apabila manusia tidak menggunakan akal dan senang
jatuh kedalam keterpurukan moral dan sebagainya maka derajatnya menyamai
hewan bahkan lebih rendah lagi. Lalu bagaimana cara memenuhi kebutuhan dari
potensi ini? jawaban ialah selalu belajar dan menuntut ilmu apapun ilmunya tentu
saja ilmu yang positif baik itu berhubungan dengan dunia walaupun dengan
akhirat, yang penting dilakukan karena lillahi ta’ala .

 Ruh
Tidak semua orang menyadari sepenuhnya akan potensi ini, apabila seseorang
merasa gelisah atau tidak tentram, itu merupakan salah satu pertanda akan
kekurangan ruh, namun banyak diantara orang yang tidak paham akan hal ini
melampiaskannya kepada hal-hal yang negatif terutama generasi muda sekarang
yakni meminum minuman keras, narkoba, sex bebas mencuri bahkan bunuh diri,
seperti yang sering kita lihat pada infotaimen-infotaimen  selebritis yang begitu
digembar-gemborkan, sebagai akibat dari kekurangan akan ruh maka cacat moral
akan terjadi pada yang bersangkutan sehingga ia tidak akan merasakan perasaan
bersalah sesudah melakukan perbuatan-perbuatan dosa tersebut. Agama Islam
sangat memperhatikan dengan hal ini, yakni bagaimana caranya untuk memenuhi
kebutuhan ruhani, yaitu dengan rajin dalam beribadah terutama yang
wajib(rukun), lalu dilanjutkan dengan sunah seperti memperbanyak membaca Al-
Qur’an, berdzikir, bermuhasabah, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai