Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

(KONSEP DASAR DAN PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN)

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Safei, M.Si.

DISUSUN OLEH: KELPMPOK 1

- M. RESKI NOVARDANA
- AYUNI BAHRAMSYAH
- WIDYA NINGSIH
- MUTIARA
- YULIARTI ASMA
- FITRIYANA RAMLI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segalah kemampuan rahmat dan
hidyah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Kewirausahaan “ KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN
KEWIRAUSAHAAN “ , serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SWT atas petunjuk dari risalahnya, dan atas doa restu dan dorongan
dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
imi, oleh karena itu kami sanagat menghargai akan saran dan kritikan untuk
membangun makalah ini menjadi lebih bsik. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga melalui makalah ini dapat memeberikan manfaat buat kita semua.

Samata, 16 Maret 2021

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kewirausahaan dan Wirausaha


B. Pola Tanggapan dan Peluang
C. Perilaku Wirausaha dan Kinerja Usaha
D. Sejarah Perkembangan Dunia Kewirausahaan
E. Sejarah Pengusaha Kecil Indonesia
F. Factor Penghambat dan Pendorong Pertumbuhan Wirausaha di Indonesia

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa
Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa
Belanda. Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan . Kata
entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprende yang berarti
petualang, pengambil risiko, kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan
suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya.
Indonesia entrepreneurial skill untuk bisa menekan sekecil mungkin
tingkat kemiskinan yang tinggi. Menngandalkan investor asing untuk membuka
lapangan kerja tidaklah cukup, menghimbau kepada perusahaan untuk tidak
mem-PHK karyawan atau buruhnya juga sulit diwujudkan. Salah satu cara atau
jalan terbaiknya adalah mengandalkan sector pendidikan utnuk mengubah pola
piker lulsannya dari berorientasi mencari kerja menjadi mencetak lapangan
kerja sendiri alias menjadi wirausahawan mandiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak oang yang menafsirkan dan
memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru
dilakukan ‘usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat,
karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki
oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif
dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum
seperti petani, karyawan, pegawai pemerintahan, mahasiswa, guru, dan
pimpinan organisasi lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar kewirausahaan
2. Apa yang dimaksud dengan pola tanggapan dan pola peluang
3. Bagaimana perilaku wirausaha dan kinerja usaha
4. Bagaimana sejarah perkembangan dunia kewirausahaan
5. Apa saja factor penghambat dan pendorong pertumbuhan kewirausahaan di
Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kewirausahaan dan Wirausaha


Istilah kewirausahaan meruapakan padanan kata dari entrepreneurship
dalam bahasa inggris yang artinya proses penciptaan sesuatu yang lainnyadengan
menggunakan waktu dan kegiatan ,serta modal dan resiko serta menerima balas
jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi, yang berujuk pada sifat, watak dan
ciri-ciri yang melekat seseorang yang memeliki kemauan keras untuk mewujudkan
gagasan yang inovatif.
Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan
memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan menciptakan organisasi dan
bentuk baru atau mengelola bahan baku. Seorang wirausaha adalah orang yang
berpeluang lalu membuat suatu orhganisasi untuk manfaat peluang tersebut.

B. Pola Tanggapan dan Pola Peluang


1. Pola Tanggapan

Yang dimaksud dengan pola tanggapan adalah bentuk atau kondisi pasar yang
akan menerima segala jenis produk kita (barang/jasa). Pola tersebut dibagi menjadi
dua yaitu :

a) KARAKTERISTIK PERORANGAN adalah karakter yang melekat pada satu


pribadi atau perseorangan yang memiliki daya tarik sendiri dan cukup
berperan sangat besar dalam menciptakan selera produk yang ditawarkan.
Karakter ini melekat pada jenis bahan, kualitas bahan, model dan bentuk
tampilan, dan semua karakter ini hanya berfokus pada pribadi seorang.
Contoh yang bisa dipakai adalah Pakaian Kebaya Pernikahan; bahan, model,
asesoris dan kelengkapannya, warna, ukuran selalu disesuaikan dengan minat
pribadi seorang yang akan menggunakannya.
b) KARAKTERISTIK KELOMPOK SOSIAL adalah karakter yang melekat
pada lebih dari satu pribadi dan cenderung berkelompok dan masal yang
memiliki daya tarik dan cukup berperan sangat besar dalam menciptakan
selera produk yang ditawarkan. Karakteristik ini sangat membantu dalam
menentukan tema produk yang akan dibuat dan ditawarkan kepada mereka
karena tidak perlu memeperhatikan hal-hal kecil yang sifatnya selera personal.
Contoh dari karakter ini adalah pakaian batik yang dapat dipakai untuk acara
resepsi. Pakaian batik ini bisa dibuat dengan berbagi jenis bahan yang bebeda,
ukuran yang berbeda, bentuk yang berbeda (pria: lengan panjang/pendek dan
wanita model yang lagi trend), dan dapat dijual dengan harga yang berbeda
berdasarkan kualitasa bahan dan banyaknya bahan yang dipakai.
2. Pola Peluang

Yang dimaksud dengan pola peluang adalah bentuk dan warna yang ada
dimasyarakat dan memberikan kesempatan untuk memperoleh kesempatan
berbisnis. Pola yang akan saya sampaikan dan sangat berpeluang saat ini ada dua
yaitu,

a) KEBUTUHAN EKONOMI, pada sektor ekonomi sangat menarik sekali untuk


membangun bisnis. Salah satu contoh sektor ini adalah keuangan yang
meliputi: konsultan manajeman, konsultan pajak, konsultan akuntansi,
konsultan software yang berhubungan dengan akuntansi-keuangan-pajak.
b) KEMAJUAN TEKNOLOGI, kemajuan teknologi yang tidak pernah berhenti
adalah sasaran yang paling menarik untuk mengembangkan bisnis. Peluang
dalam bisnis ini adalah komputer, software, mesin, perindustrian dan perakitan,
otomotif, pendidikan, dll.

C. Perilaku Wirausaha dan Kinerja Usaha


Perilaku wirausaha adalah suatu kegiatan yang sering atau terbiasa
dilakukan para pelaku usaha yang mana kegiatan tersebut dapat menunjang
kegiatan kewirausahaannya. Sikap dan perilaku merupakan kesatuan sifat seseorang
yang terbentuk karena kebiasaan sehari-hari. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan
(property right, PR), kemampuan/ kompetensi (competenty/ability), dan insentif
(intenti"e), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment).
Dengan demikian Sikap dan perilaku dapat dirubah oleh diri sendiri dan atau oleh
adanyatekanan/pengaruh lingkungan. Adanya pengaruh dari dalam diri sendiri dan
dari luar lingkungan bergaul maka tumbuhlah sikap dan perilaku individu yang
spesifik.Sebagai wirausaha tentunya harus memiliki sikap-sikap dasar yang
spesifik. Seorang wirausaha memiliki sikap bertekat bulat ingin berwirausaha.
Bukan karena terpaksa. Ia ingin mandiri dan ingin berhasil. Karena ingin berhasil
maka ia bersikap positif. Positif terhadap diri sendiri maupun positif terhadap orang
lain. Namun demikian masih ada kemungkinan untuk gagal, tetapi ia tidak gentar.
Karena itu ia mau belajar dari pengalaman, termasuk dari kegagalannya. Yang pasti
ia berani mandiri dan memimpin. bertolak pada adanya sikap dasar tersebut diatas
kiranya terbentuknya perilaku wirausaha. Wirausaha memulai usahanya dengan
berkomunikasi, dalam rangka mengumpulkan informasi, maupun menyalin relasi.
Dalam situasi usaha pasti akan selalu terjadi perubahan.untuk itu sebagai seorang
wirausaha harus memiliki sikap terhadap perubahan, sekalipun Perubahan sekarang
dapat diterima secara total oleh setiap orang yang terlibat.Faktor yang
mempengaruhi Perubahan Sikap dan Perilaku dapat dirumuskan sebagai suatu
teknik operasional yang berdampak Pada pencapaian tujuan secara optimal dan
efektif, sehingga sumber daya, waktu, potensi, dan modal termanfaatkan secara
penuh tanpa terbuang. Sejalan dengan itu, suatu manajemen yang sukses dapat
diartikan sebagai cara yang tidak saja efektif dalam mencapai tujuan, tetapi juga
efisien dalam memanfaatkan sumber daya. Dinamika lingkungan ditunjukkan oleh
perubahan yang sedemikian cepat terjadi disegala bidang. Perubahan lingkungan
yang relevan dengan manajemen adalah polusi. Polusi lingkungan adalah akibat
dari pengeksploitasian sumber daya dan industrialisasi. Banyak ahlikologi (imuwan
yang mempelajari hubungan manusia dan lingkungannya) melihatkemungkinan
kerusakan sumber daya yang tidak dapat tergantikan kembali. manajer dalamsuatu
organisasi sebagaimana masyarakat professi dan akademisi saat ini mulai
menunjukkan minat terhadap ekologi.
Wirausaha yang sukses umumnya memiliki kompetensi yang ditunjukkan
sikap dan perilakunya dalam menjalankan usaha. Sikap dan perilaku yang terarah
dapat membantu seseorang mencapai prestasi atau kinerja yang diharapkan. Istilah
kinerja berasal dari istilah job performance atau actual performance yaitu prestasi
kerja atau prestasi yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang. Sementara
pengertian kinerja atau prestasi usaha adalah hasil kerja yang dicapai perusahaan,
baik dalam hal kualitas maupun kuantitas dalam kurun waktu tertentu.
(Romansyah, 2012)
Robbins (2001:173) menjelaskan bahwa kinerja merupakan fungsi interaksi
antara kemampuan atau ability (A),motivasi atau motivation (M) dan kesempatan
atau opportunity (O) yang dapat dinyatakan dalam formula kinerja = f (A×MXO).
Artinya kinerja merupakan fungsu dari kemampuan motivasi dan kesempatan.
Harapan u tuk mencapai kinerja dicirikan dengan motivasi mereka untuk mencapai
keberhasilan (Chu, 2000:3), selanjutnya keberhasilan yangakan dicapai tersebut
tidak terlepas dari peranan faktor ketekunanan dan komitmen yang kuat (Siu dan
Klandt, 2000:9), serta keinginan yang kuat dan berorientasi keriwausahaan. (Man
et.al., 2005:4). Dengan demikian harapan bagi wirausaha untuk mencapai prestasi,
berhubungan dengan motivasi mempertahankan milai-nilai dan tujuan usaha yang
dijalankan. Dengan demikian komitmen merupakan ketetapan hati deseorang yang
lahir dalam dirinya tanpa paksaan dari pihak lain untuk tetap mempertahankan
nilai-nilai dan tujuan suatu usaha. Adapun indikator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mengacu pada indikator komutmen berwirausaha yang
dikembangkan oleh Ward (2009:1), yaitu niat atau hasrat, disiplin dan keteguhan
hati menjalankan dan mempertahankan nilai dan tujuan usahanya.

D. Sejarah dan Perkembangan Kewirausahaan


Sejarah dan pekembangan kewirausahaan secara historis sudah dikenal
sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada ahun 1755. Di luar negeri, istilah
kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal
pada akhir abad 20.

1. Periode awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh
pengusaha sebagai go-between adalah Marco polo, yang mencoba untuk
mengembangkan rute perdagangan hingga timur jauh.[2] Dalam masanya,
terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak
sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat banyak
terhadap pihak aktif.
Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal tersebut
untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi
banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh
sebesar 25%. Yang selanjutnya akan dibedakan antara pemilik modal dengan
wirausaha atau yang menjalankan usaha tersebut.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini
wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar.
Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan
sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah.
Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang
arsitektural (baik arsiteknya sebagai perancang yang menjual jasa ataupun
pekerja yang mengerjakan jasa tersebut dan yang memberikan modal sekaligus
menjadi manajer bagi mereka)
3. Abad 17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa
seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat
perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan
harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi
resiko.
4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada
pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal.
Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan
inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan
sebagai seorang penemu.
para ahli membedakan pengertian investor (venture capitalist) atau orang
yang memiliki modal dengan orang yang membutuhkan modal atau wirausaha.
Salah satu penyebab terjadi pemisahan ini adalah karena revolusi industri yang
melanda dunia. Berbagai penemuan terjadi pada abad ini sebagai reaksi terhadap
perubahan dunia.
Seperti Eli Whitney dan Thomas Edison, kedua orang ini berhasil
mengembangkan era teknologi baru tetapi mereka tidak mempunyai modal untuk
membiayai riset mereka dan penelitian mereka. Eli Whitney membiayai mesin
pemisah kapas dari bijinya dengan menggunakan pinjaman pemerintah,
sedangkan Thomas Edison membiayai usaha riset listrik dan kimianya dari
sumber dana perseorangan (private source). Baik Eli maupun Thomas adalah
pengguna modal (wirausaha) bukan sebagai pemasok dana (venture capitalist).
Seorang pemasok dana adalah seorang manajer keuangan professional yang
menginvestasikan uangnya pada investasi yang beresiko dalam bentuk
penyertaan modal untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari investasi tersebut.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan awal abad 20, wirausahawan didefinisikan
sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk
meningkatkan pertambahan nilai personal. Dimana, Wirausaha tidak dibedakan
dengan manajer dan hanya dilihat dari pandangan ekonom. Wirausaha
mengorganisir dan mengoperasikan perusahaan untuk manfaat pribadi. Ia
membiayai bahan baku yang digunakan dalam bisnis, tanah, gaji karyawan, dan
modal yang diperlukan. Ia memberikan kontribusi inisiatif, keahlian dalam
pembuatan perencanaan, pengorganisasian, dan administratur perusahaan. Ia
harus menanggung resiko rugi karena hal-hal yang tidak dapat dikontrolnya.
Nilai bersih keuntungan pada akhir tahun atau masa menjadi keuntungannya.
Wirausaha yang dikenal pada masa ini adalah Andrew Carnegie, ia tidak
menemukan sesuatu tetapi hanya mengadopsi dan membentuk teknologi baru
dan produk menjadi penting dan menghasilkan. Ia berhasil membawa industri
baja Amerika menjadi industri yang tidak henti-hentinya ketimbang
menghasilkan suatu penemuan atau kreativitas tertentu.
6. Abad 20 sampai sekarang
Pada abad ini, gagasan wirausaha sebagai penemu mulai dikenalkan;
Fungsi wirausaha adalah untuk melakukan reformasi atau revolusi pola-pola
produksi dengan mengeksploitasi penemuan atau, secara umum, menggunakan
teknologi baru (yang sebenarnya belum pernah dicoba orang lain) untuk
menghasilkan produk baru atau menghasilkan produk lama dengan cara baru,
membuka sumber bahan baku baru, membuka pasar baru, dengan mengorganisir
kembali industri yang ada sekarang. Konsep inovasi sangat menonjol pada masa
ini. Inovasi untuk mengenalkan sesuatu yang baru adalah sebagian dari tugas
berat wirausaha. Inovasi tidak saja membutuhkan kemampuan untuk
menghasilkan dan mengembangkan konsep tetapi juga harus mengerti segala
kekuatan yang bekerja atau terdapat di lingkungan (sekitarnya). Sesuatu yang
baru bisa berupa produk baru atau sebuah sistem baru, untuk simplikasi struktur
organisasi baru. Kemampuan inovasi adalah sebuah instinks yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Jadi
Sedangkan Ilmu kewirausahaan di Indonesia baru dikenalkan pada akhir
abad ke 20, namun praktiknya sudah sejak dulu ada, bahkan sejak jaman colonial
kegiatan perniagaan dan bisnis sudah ada di Indonesia. Pada akhir abad 20,
pendidikan kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah dan
perguruan tinggi saja. Pendidikan kewirausahaan melalui pendidikan formal
maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat semakin berkembang
seiring dengan perkembangan dan tantangan ekonomi seperti krisis moneter
yang sempat melanda di akhir tahun 90-an.
E. Sejarah Pengusaha Kecil Indonesia
Berdasarkan UUD 1945 yang telah di amandemenkan, khususnya Pasal 33
tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Pemberdayaan terhadap
UKM di Indonesia merupakan implementasi tentang demokrasi ekonomi. Pada ayat
4 dipertegas bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, kemandirian, efisiensi,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sejarah menunjukan
bahwa gagasan dan pemikiran membangun ekonomi nasional berlandaskan
demokrasi ekonomi dan berpihak kepada kelompok uasah kesil dan menengah
UKM telah lama menjadi agenda pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut
diperkuat oleh Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008. Pada Pasal 5 dijelaskan
bahwa salah satu tujuan pemberdayaan UKM adalah mewujudkan struktur
perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.
Pemberdayaan usaha kecil dan menengah UKM menjadi sangat strategis, karena
potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat, dan
sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan 62 63 sebagian besar masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraannya. Kementerian Koperasi dan UKM, 2010: 1.
Pada Pasal 5, Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan juga bahwa
salah satu tujuan pemberdayaan UKM adalah meningkatkan peran usaha kecil dan
menengah UKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah UKM :
Kajian Departement Koperasi dan UKM tahun 2006 mengatakan bahwa, dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang
mempunyai peran penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya
berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan di sektor tradisional dan moderen,
baik dalam usaha kecil maupun usaha menengah. Peranan usaha tersebut menjadi
bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang
dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
serta Departemen Koperasi dan UKM. Tabel 4.1 Perkambangan UKM Tahun 2010-
2011 2010 2011 Pdb 1282.6 T 1369.3 T Investasi 247.1 T 260.9 T Unit usaha
53.823.732 55.206.444 Penyerapan tenaga kerja 99.401.775 101.722.458 Sumber:
Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah 64 Perkembangan jumlah UKM
periode 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari
53.823.732 unit pada tahun 2010, menjadi 55.206.44 unit pada tahun 2011 dengan
presentase sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha nasional tahun 2011. Disisi
lain, pada tahun 2010 nilai PDB atas harga konstan 2000, peran UKM tercatat
sebesar Rp. 1.282,6 triliun atau 57,83 persen dari total PDB nasional. Pada tahun
2011 kontribusi UKM pada nilai PDB atas harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.369,3
triliun atau 57,60 persen, meningkat sebesar Rp. 86,8 triliun atau 6,76 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pada tahun 2010 peran UKM
dalam pembentukan investasi nasional menurut harga konstan 2000 tercatat Rp.
247,1 triliun atau sebesar 48,34 persen dari total investasi nasional yang sebesar Rp.
511,2 triliun, sedangkan pada tahun 2011 peran UKM mengalami peningkatan
sebesar Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen menjadi Rp. 260,9 triliun atau 49,11
persen dari total investasi nasional sebesar Rp. 531,3 triliun, sedangkan penyerapan
tenaga kerja pada UKM setiap tahunya mengalami peningkatan, terlihat pada tahun
2010 jumlah tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 99.401.775 jiwa atau 97,22
persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, kemudian meningkat pada
tahun 2011 menjadi sebanyak 101.722.458 jiwa. UKM menyerap 97,24 persen dari
total penyerapan tenaga kerja di Indonesia Kementerian Koperasi dan UKM, 2011:
7-20. 65

F. Faktor Penghambat dan Faktor Pendorong Pertumbuhan Wirausaha di Indonesia


Faktor Penghambat :
Masalah yang pertama, yaitu masyarakat Indonesia belum memberikan
pengakuan dan penghargaan terhadap profesi wirausaha. Masyarakat cenderung
lebih menghargai dan menginginkan profesi lainnya yang dianggap menjanjikan
masa depan seperti PNS, dokter, pengacara, insinyur, arsitek dan beberapa profesi
lainnya. Akibatnya generasi muda sejak dini tidak dikondisikan untuk menjadi
wirausaha. Sejak pra sekolah hingga perguruan tinggi sangat langka ada yang
bercita-cita menjadi wirausaha.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan usaha berbagai pihak untuk lebih
menggalakkan kewirausahaan di masyarakat khususnya kalangan generasi muda.
Bahkan bila perlu dimulai sejak pendidikan usia dini dengan menanamkan
kemandirian kepada anak-anak. Di usia sekolah wajib belajar 9 tahun, mulai secara
bertahap diperkenalkan dengan dunia kewirausahaan. Bila memungkinkan agar
lebih diperbanyak sekolah-sekolah vokasi atau kejuruan di seluruh Indonesia yang
berbasis keunggulan lokal masing-masing daerah. Dengan demikian diharapkan
ilmu kewirausahaan lebih mudah diaplikasikan. Selain itu juga pemerintah dan
dunia usaha yang mapan harus mendukung baik secara permodalan, pendampingan
maupun regulasi.  
Masalah yang Kedua, yaitu adanya budaya Indonesia yang kurang tepat
diterapkan dalam lingkungan wirausaha. Budaya yang dimaksud adalah budaya
kekeluargaan yang bisa dikatakan penerapannya salah kaprah. Hal ini
menyebabkan tercampurnya antara uang untuk keperluan pribadi dengan uang
untuk keperluan wirausaha atau bisnis. Apabila ada anggota keluarga yang mulai
kelihatan sukses sebagai wirausaha, maka akan menjadi tumpuan keluarga
besarnya.
Hal ini berakibat uang yang seharusnya untuk kelancaran perputaran bisnis,
menjadi terpakai untuk keperluan pribadi dan atau keluarga. Kegiatan usaha pun
tidak bisa berkembang dengan pesat, hanya berjalan lambat dan rentan apabila
mengalami permasalahan dalam operasionalnya. Saat jatuh, akan sulit untuk
bangkit kembali atau harus memulai dari nol kembali.
Untuk mengatasi hal ini, maka tidak bisa tidak, yang bersangkutan harus
bisa memilah mana keuntungan yang bisa dipakai untuk keperluan pribadi dan
dishare kepada keluarga besar, mana yang harus tetap dijaga untuk kelancaran
perputaran usaha. Apalagi bila modal usaha juga ada yang berasal dari pinjaman,
bila tidak ketat dan disiplin dalam mengatur keuangan maka dikhawatirkan akan
memundurkan bahkan mematikan usaha. Keluarga besar juga harus tahu diri
dengan tidak serta merta membebani dan mengandalkan anggota keluarganya yang
sedang merintis wirausaha. Bila perlu diberikan bantuan baik berupa dana ataupun
tenaga, minimal membantu dengan doa dan memberikan semangat. Pemerintah dan
pengusaha pun dapat membantu mengatasi permasalahan ini dengan memberikan
pelatihan pengelolaan keuangan dan bila perlu dilakukan pendampingan agar
pelaku wirausaha dapat mengatur keuangannya sebagai pengusaha kecil dan
menengah yang sehat.

Faktor Pendorong :
1. Kehidupan ekonomi seperti kebijakan pemerintah,praktik bisnis, struktur
pasar.
2. Keadaan dunia pendidikan
3. Sumber daya alam di Indonesia yang melimpah.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Istilah kewirausahaan meruapakan padanan kata dari entrepreneurship


dalam bahasa inggris yang artinya proses penciptaan sesuatu yang lainnyadengan
menggunakan waktu dan kegiatan ,serta modal dan resiko serta menerima balas jasa
dan kepuasan serta kebebasan pribadi, yang berujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri
yang melekat seseorang yang memeliki kemauan keras untuk mewujudkan gagasan
yang inovatif.

Pola tanggapan adalah bentuk atau kondisi pasar yang akan menerima
segala jenis produk kita (barang/jasa). Sedangkan yang dimaksud dengan pola peluang
adalah bentuk dan warna yang ada dimasyarakat dan memberikan kesempatan untuk
memperoleh kesempatan berbisnis.

Sejarah dan pekembangan kewirausahaan secara historis sudah dikenal


sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada ahun 1755. Di luar negeri, istilah
kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada
akhir abad 20. Sedangkan sejarah kewirausahaan itu sendiri dibagi menjadi beberapa
periode.

Adapun factor penghambat pertumbuhan kewirausahaan di Indonesia


dipengaruhi oleh sosiokultural masyarakat sedangkan factor pendorong pertumbuhan
kewirausahaan di Indonesia adalah sumber daya alam Indonesia yang melimpah.

Anda mungkin juga menyukai