KEWIRAUSAHAAN
DOSEN PEMBIMBING
- M. RESKI NOVARDANA
- AYUNI BAHRAMSYAH
- WIDYA NINGSIH
- MUTIARA
- YULIARTI ASMA
- FITRIYANA RAMLI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segalah kemampuan rahmat dan
hidyah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Kewirausahaan “ KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN
KEWIRAUSAHAAN “ , serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SWT atas petunjuk dari risalahnya, dan atas doa restu dan dorongan
dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
imi, oleh karena itu kami sanagat menghargai akan saran dan kritikan untuk
membangun makalah ini menjadi lebih bsik. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga melalui makalah ini dapat memeberikan manfaat buat kita semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa
Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa
Belanda. Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan . Kata
entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprende yang berarti
petualang, pengambil risiko, kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan
suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya.
Indonesia entrepreneurial skill untuk bisa menekan sekecil mungkin
tingkat kemiskinan yang tinggi. Menngandalkan investor asing untuk membuka
lapangan kerja tidaklah cukup, menghimbau kepada perusahaan untuk tidak
mem-PHK karyawan atau buruhnya juga sulit diwujudkan. Salah satu cara atau
jalan terbaiknya adalah mengandalkan sector pendidikan utnuk mengubah pola
piker lulsannya dari berorientasi mencari kerja menjadi mencetak lapangan
kerja sendiri alias menjadi wirausahawan mandiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak oang yang menafsirkan dan
memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru
dilakukan ‘usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat,
karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki
oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif
dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum
seperti petani, karyawan, pegawai pemerintahan, mahasiswa, guru, dan
pimpinan organisasi lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar kewirausahaan
2. Apa yang dimaksud dengan pola tanggapan dan pola peluang
3. Bagaimana perilaku wirausaha dan kinerja usaha
4. Bagaimana sejarah perkembangan dunia kewirausahaan
5. Apa saja factor penghambat dan pendorong pertumbuhan kewirausahaan di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan pola tanggapan adalah bentuk atau kondisi pasar yang
akan menerima segala jenis produk kita (barang/jasa). Pola tersebut dibagi menjadi
dua yaitu :
Yang dimaksud dengan pola peluang adalah bentuk dan warna yang ada
dimasyarakat dan memberikan kesempatan untuk memperoleh kesempatan
berbisnis. Pola yang akan saya sampaikan dan sangat berpeluang saat ini ada dua
yaitu,
1. Periode awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh
pengusaha sebagai go-between adalah Marco polo, yang mencoba untuk
mengembangkan rute perdagangan hingga timur jauh.[2] Dalam masanya,
terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak
sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat banyak
terhadap pihak aktif.
Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal tersebut
untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi
banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh
sebesar 25%. Yang selanjutnya akan dibedakan antara pemilik modal dengan
wirausaha atau yang menjalankan usaha tersebut.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini
wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar.
Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan
sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah.
Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang
arsitektural (baik arsiteknya sebagai perancang yang menjual jasa ataupun
pekerja yang mengerjakan jasa tersebut dan yang memberikan modal sekaligus
menjadi manajer bagi mereka)
3. Abad 17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa
seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat
perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan
harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi
resiko.
4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada
pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal.
Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan
inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan
sebagai seorang penemu.
para ahli membedakan pengertian investor (venture capitalist) atau orang
yang memiliki modal dengan orang yang membutuhkan modal atau wirausaha.
Salah satu penyebab terjadi pemisahan ini adalah karena revolusi industri yang
melanda dunia. Berbagai penemuan terjadi pada abad ini sebagai reaksi terhadap
perubahan dunia.
Seperti Eli Whitney dan Thomas Edison, kedua orang ini berhasil
mengembangkan era teknologi baru tetapi mereka tidak mempunyai modal untuk
membiayai riset mereka dan penelitian mereka. Eli Whitney membiayai mesin
pemisah kapas dari bijinya dengan menggunakan pinjaman pemerintah,
sedangkan Thomas Edison membiayai usaha riset listrik dan kimianya dari
sumber dana perseorangan (private source). Baik Eli maupun Thomas adalah
pengguna modal (wirausaha) bukan sebagai pemasok dana (venture capitalist).
Seorang pemasok dana adalah seorang manajer keuangan professional yang
menginvestasikan uangnya pada investasi yang beresiko dalam bentuk
penyertaan modal untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari investasi tersebut.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan awal abad 20, wirausahawan didefinisikan
sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk
meningkatkan pertambahan nilai personal. Dimana, Wirausaha tidak dibedakan
dengan manajer dan hanya dilihat dari pandangan ekonom. Wirausaha
mengorganisir dan mengoperasikan perusahaan untuk manfaat pribadi. Ia
membiayai bahan baku yang digunakan dalam bisnis, tanah, gaji karyawan, dan
modal yang diperlukan. Ia memberikan kontribusi inisiatif, keahlian dalam
pembuatan perencanaan, pengorganisasian, dan administratur perusahaan. Ia
harus menanggung resiko rugi karena hal-hal yang tidak dapat dikontrolnya.
Nilai bersih keuntungan pada akhir tahun atau masa menjadi keuntungannya.
Wirausaha yang dikenal pada masa ini adalah Andrew Carnegie, ia tidak
menemukan sesuatu tetapi hanya mengadopsi dan membentuk teknologi baru
dan produk menjadi penting dan menghasilkan. Ia berhasil membawa industri
baja Amerika menjadi industri yang tidak henti-hentinya ketimbang
menghasilkan suatu penemuan atau kreativitas tertentu.
6. Abad 20 sampai sekarang
Pada abad ini, gagasan wirausaha sebagai penemu mulai dikenalkan;
Fungsi wirausaha adalah untuk melakukan reformasi atau revolusi pola-pola
produksi dengan mengeksploitasi penemuan atau, secara umum, menggunakan
teknologi baru (yang sebenarnya belum pernah dicoba orang lain) untuk
menghasilkan produk baru atau menghasilkan produk lama dengan cara baru,
membuka sumber bahan baku baru, membuka pasar baru, dengan mengorganisir
kembali industri yang ada sekarang. Konsep inovasi sangat menonjol pada masa
ini. Inovasi untuk mengenalkan sesuatu yang baru adalah sebagian dari tugas
berat wirausaha. Inovasi tidak saja membutuhkan kemampuan untuk
menghasilkan dan mengembangkan konsep tetapi juga harus mengerti segala
kekuatan yang bekerja atau terdapat di lingkungan (sekitarnya). Sesuatu yang
baru bisa berupa produk baru atau sebuah sistem baru, untuk simplikasi struktur
organisasi baru. Kemampuan inovasi adalah sebuah instinks yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Jadi
Sedangkan Ilmu kewirausahaan di Indonesia baru dikenalkan pada akhir
abad ke 20, namun praktiknya sudah sejak dulu ada, bahkan sejak jaman colonial
kegiatan perniagaan dan bisnis sudah ada di Indonesia. Pada akhir abad 20,
pendidikan kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah dan
perguruan tinggi saja. Pendidikan kewirausahaan melalui pendidikan formal
maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat semakin berkembang
seiring dengan perkembangan dan tantangan ekonomi seperti krisis moneter
yang sempat melanda di akhir tahun 90-an.
E. Sejarah Pengusaha Kecil Indonesia
Berdasarkan UUD 1945 yang telah di amandemenkan, khususnya Pasal 33
tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Pemberdayaan terhadap
UKM di Indonesia merupakan implementasi tentang demokrasi ekonomi. Pada ayat
4 dipertegas bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, kemandirian, efisiensi,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sejarah menunjukan
bahwa gagasan dan pemikiran membangun ekonomi nasional berlandaskan
demokrasi ekonomi dan berpihak kepada kelompok uasah kesil dan menengah
UKM telah lama menjadi agenda pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut
diperkuat oleh Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008. Pada Pasal 5 dijelaskan
bahwa salah satu tujuan pemberdayaan UKM adalah mewujudkan struktur
perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.
Pemberdayaan usaha kecil dan menengah UKM menjadi sangat strategis, karena
potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat, dan
sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan 62 63 sebagian besar masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraannya. Kementerian Koperasi dan UKM, 2010: 1.
Pada Pasal 5, Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan juga bahwa
salah satu tujuan pemberdayaan UKM adalah meningkatkan peran usaha kecil dan
menengah UKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah UKM :
Kajian Departement Koperasi dan UKM tahun 2006 mengatakan bahwa, dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang
mempunyai peran penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya
berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan di sektor tradisional dan moderen,
baik dalam usaha kecil maupun usaha menengah. Peranan usaha tersebut menjadi
bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang
dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
serta Departemen Koperasi dan UKM. Tabel 4.1 Perkambangan UKM Tahun 2010-
2011 2010 2011 Pdb 1282.6 T 1369.3 T Investasi 247.1 T 260.9 T Unit usaha
53.823.732 55.206.444 Penyerapan tenaga kerja 99.401.775 101.722.458 Sumber:
Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah 64 Perkembangan jumlah UKM
periode 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari
53.823.732 unit pada tahun 2010, menjadi 55.206.44 unit pada tahun 2011 dengan
presentase sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha nasional tahun 2011. Disisi
lain, pada tahun 2010 nilai PDB atas harga konstan 2000, peran UKM tercatat
sebesar Rp. 1.282,6 triliun atau 57,83 persen dari total PDB nasional. Pada tahun
2011 kontribusi UKM pada nilai PDB atas harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.369,3
triliun atau 57,60 persen, meningkat sebesar Rp. 86,8 triliun atau 6,76 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pada tahun 2010 peran UKM
dalam pembentukan investasi nasional menurut harga konstan 2000 tercatat Rp.
247,1 triliun atau sebesar 48,34 persen dari total investasi nasional yang sebesar Rp.
511,2 triliun, sedangkan pada tahun 2011 peran UKM mengalami peningkatan
sebesar Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen menjadi Rp. 260,9 triliun atau 49,11
persen dari total investasi nasional sebesar Rp. 531,3 triliun, sedangkan penyerapan
tenaga kerja pada UKM setiap tahunya mengalami peningkatan, terlihat pada tahun
2010 jumlah tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 99.401.775 jiwa atau 97,22
persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, kemudian meningkat pada
tahun 2011 menjadi sebanyak 101.722.458 jiwa. UKM menyerap 97,24 persen dari
total penyerapan tenaga kerja di Indonesia Kementerian Koperasi dan UKM, 2011:
7-20. 65
Faktor Pendorong :
1. Kehidupan ekonomi seperti kebijakan pemerintah,praktik bisnis, struktur
pasar.
2. Keadaan dunia pendidikan
3. Sumber daya alam di Indonesia yang melimpah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pola tanggapan adalah bentuk atau kondisi pasar yang akan menerima
segala jenis produk kita (barang/jasa). Sedangkan yang dimaksud dengan pola peluang
adalah bentuk dan warna yang ada dimasyarakat dan memberikan kesempatan untuk
memperoleh kesempatan berbisnis.