Anda di halaman 1dari 3

Widya Ningsih – 20400119054 – PBI B

Audiolingual Method
Aidiolingual method berkembang selama Perang Dunia ke II. Keikutsertaan Amerika pada perang
tersebut memberikan pengaruh yang penting dalam pengajaran bahasa di Amerika. Untuk membekali
pemerintah Amerika dengan personel yang fasih berbahasa asing seperti bahasa Jerman, Prancis,
Italia, China dan lain-lain, dibutuhkan sebuah training khusus program bahasa. Pemerintah kemudian
menugaskan universitas-universitas Amerika untuk mengembangkan program bahasa asing untuk
personel militer sehingga pada tahun 1942 didirikan Army Specialized Training Program (ASTP).
Metode ini juga dikenal sebagai Army method. Tujuan dari program ini tidak lain adalah agar
personel militer mencapai kemahiran dalam berbagai bahasa asing sehingga dapat bekerja pada
bidang yang berkaitan dengan bahasa asing misanya inter-preters, translator dan code-room assistants.
Program ASTP (army method) ini hanya berlangsung selama dua tahun, tetapi metode ini sangat
populer di bidang akademik sehingga beberapa tahun kemudian metode ini digunakan dalam lembaga
pendidikan sebagai metode baru. Yang pada pertengahan limah puluhan telah menjadi Audiolingual.
Sejak 1947-1967 audiolingual method menjadi metode pengajaran bahasa asing yang dominan
digunakan di Amerika. Charles Fries adalah pengembang dari audiolingual method yang menerapkan
prinsip struktural linguistik dalam pengajaran bahasa.
Approach
Theory of language
Teori bahasa yang mendasari audiolingual method adalah structural linguistics. Prinsip penting dari
structural linguistics ini adalah bahwa media utama bahasa adalah lisan : speech is language. Bisa
dikatakan metode ini mengabaikan tentang writing karena bahasa pada umumnya tidak membutuhkan
tulisan karena seseorang belajar berbicara sebelum belajar menulis. Dapat disimpilkan bahwa
“berbicara” adalah prioritas dalam pengajaran bahasa. Pernyataan ini bertentangan dengan pandangan
mengenai hubungan bentuk bahasa lisan dan tulisan, yang mengatakan bahwa bahasa sebagai simbol
dari apa yang ditulis di atas kertas dan bahasa lisan adalah realisasi yang tidak sempurna dari versi
tertulis. Seorang ahli bahasa Amerika Willliam Moulton, menyatakan prinsip-prinsip linguistik yang
menjadi dasar metodologi pengajaran bahasa “bahasa adalah ucapan, bukan tulisan. Bahasa adalah
kebiasaan, ajarkan bahasanya bukan tentang bahasanya. Bahasa adalah apa yang native speaker
katakan, bukan apa yang seseorang pikirkan tentang apa yang harus mereka katakan. Bahasa itu
berbeda.
Theory of learning
Teori pembelajaran dalam audiolingual method berdasar pada teori behavioristik yang dikembangkan
oleh Skinner. Bagi para behavioris, manusia adalah organisme yang mampu melakukan berbagai
perilaku. Terjadinya perilaku ini terkait dengan tiga elemen penting yaitu stimulus, yang berfungsi
untuk memperoleh perilaku; respon, yang timbul dari stimulus dan penguatan yang kemudian
mendorong pengulangan. Dalam proses penerapannya, stimulus sebagai apa yang diajarkan dalam
bahasa asing, respon sebagai reaksi pelajar terhadap stimulus yang diberikan dan penguatan adalah
bentuk pujian dari guru atau pelajar lain dari penggunaan bahasa asing.
Pernyataan sebelumnya mengenai teori bahasa yang lebih memprioritaskan berbicara dibandingkan
menulis atau speaking adalah kebutuhan primer sedangkan writing adalah kebutuhan sekunder. Dari
pengaruh ini muncul sejumlah prinsip pembelajaran yang menjadi landasan psikologis
audiolingualisme dan membentuk praktik metodologisnya. Diantaranya adalah :
1. Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya merupakan proses pembentukan kebiasaan. Kebiasaan
baik dibentuk dari memberi tanggapan yang benar atau menghafal dialog dan melakukan latihan
pola.
2. Keterampilan bahasa dipelajari lebih efektif jika item yang akan dipelajari dalam bahasa asing
disajikan dalam bentuk lisan sebelum tertulis.
3. Analogi memberikan dasar yang lebih baik untuk pembelajaran bahasa daripada analisis.
4. Makna yang dimiliki kata-kata suatu bahasa bagi penutur asli hanya dapat dipelajari dakam
konteks linguistik dan budaya
Design
Audiolingualis menuntut peninjauan kembali mengenai kurikulum bahasa asing. Yang menganjurkan
kembalinya pengajaran yang berpasis “speech”dengan tujuan mencapai kemahiran lisan dan menolak
studi sastra atau tata bahasa sebagai tujuan pengajaran bahasa asing.
Objectives
Brooks membedakan antara tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek dari audiolingual
method. Tujuan jangka pendek mencakup pelatihan dalam mendengarkan, pengucapan yang akurat,
pengenalan simbol ucapan dan kemampusn untuk menghasilkan kembali simbol tersebut secara
tertulis. Dalam artian, fokus pada tahap awal adalah keterampilan lisan sedangkan tujuan jangka
panjang menurut brooks adalah “harus menjadi bahasa sebagaimana penutur asli menggunakannya
dan harus ada pengetahuan tentang bahasa kedua seperti yang dimiliki oleh seorang bilingualis sejati.
The syllabus
Audiolingual method adalah pendekatan lingusitik atau berbasis struktur untuk pengajaran bahasa.
Poin utama adalah silabus linguistik yang berisi butir-butir kunci fonologi, morfologi dan sintaksis
bahasa yang disusun menurut urutan penyajiannya. Keterampilan berbahasa diajarkan dengan urutan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan pembelajaran pertama adalah pengenalan
dialog yang didemonstrasikan menggunakan gestur yang tepat diikuti dengan peniruan, pengulangan
dan penghafalan. Bahasa target/asing disajikan keseluruhan secara lisan adapun sesuatu yang bersifat
tertulis itu dilakukan di tahap akhir pembelajaran.
Types of learning and teaching activities
Dialog digunakan untuk pengulangan dan menghafal. Pengucapan, tekanan, ritme dan intonasi yang
benar ditekankan. Setelah dialog disajikan dan dihafal, pola gramatikal tertentu dalam dialog dipilih
dan menjadi fokus dalam latihan pola. Berbagai jenis latihan yang digunakan meliputi :
1. Repetition, siswa mengulangi pengucapan setelah dia mendengarnya (tanpa teks)
2. Inflection, satu kata akan muncul dari pengulangan
3. Replacement, satu kata akan terganti dengan kata yang lain
4. Restatement, siswa mengganti kata orang kedalam orang lain
5. Completion, siswa akan mendengar ungkapan yang lengkap kecuali satu kata, kemudian mereka
akan mengulang dengan bentuk yang lengkap
6. Transposition, perubahan urutan kata diperlukan ketika sebuah kata ditambahkan
7. Expansion, ketika sebuah kata ditambahkan, itu mengambil tempat tertentu dalam kalimat
8. Contraction, satu kata berarti frasa atau klausa
9. Transformation, kalimat diubah menjadi negatif atau kalimat tanya atau perubahan tenses
10. Integration, dua ucapan terpisah diintegrasikan menjadi satu
11. Rejoinder, siswa akan membuat jawaban yang tepat terhadap ungkapan yang diberikan
12. Restoration, siswa diberikan urutan kata-kata yang diambil dari kalimat yang masih mengandung
makna dasarnya. Siswa menggunakan kata-kata ini dengan sedikit perubahan untuk
mengembalikan kalimat ke bentuk aslinya.
Leaener roles
Peran siswa adalah merespon apa yang dikatakan oleh guru. Mereka hanya mengulangi apa yang
dikatakan oleh guru walaupun pada walnya mereka tidak paham tetapi dengan sering mengulangi dan
merespon stimulus yang diberikan, maka siswa akan perlahan mengerti dengan pembiasaan itu.

Teacher roles
Guru berperan aktif atau center. Metode ini bisa dikatakan didominasi oleh guru. Guru berperan untuk
menjaga perhatian siswa dengan pengulangan dialog, tugas dan memilih situasi yang cocok dengan
apa yang akan dipraktekkan.

The role of instructional materials


Materi yang berupa bacaan sangat jarang digunakan pada saat siswa dituntut hanya untuk
mendengarkan, mengulang dan merespon. Peralatan audiovisual berperan penting dalam audiolingual
method yang digunakan untuk memberikan dialog atau drills.

Procedures
Bahasa target digunakan sebagai bahasa pengantar, adapun terjemahan atau bahasa ibu tidak
dianjurkan untuk digunakan.
1. Pertama-tama siswa mendengar dialog baik melalui guru atau tape. Mereka mengulangi setiap
baris dari dialog secara individual atau bersamaan
2. Dialog disesuaikan dengan minat atau situasi siswa dengan mengganti kata kunci atau frase
3. Struktur kunci tertentu dari dialog dipilih dan digunakan sebagai dasar dari macam-macam pola
pelatihan
4. Siswa dapat berpatokan pada buku teks mereka, mengikuti bacaan, tulisan, atau kosakata yang
berdasarkan dialog boleh diperkenalkan
5. Kegiatan lanjutan dapat dilakukan di laboratorium bahasa dimana dialog dan latihan lebih lanjut
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai