Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN


(HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
DAN KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN)

Dibuat Oleh :

Kelompok V :

NAMA :

KOSTANTINA M KALUELA WA ODE WIWIN ABUAJI


GRASELIA JARTHA WINDY WAILISSA
DOLVINA LATUPERISA BEDSY RUHUKAY
CINDY JOKTERY WA RIANI
AMINA ULUPALU HINDUN MAKATITA
WILYAM N PULU SUPRIYANTO SAYUDI
RAHMAWATI SOULISSA

SEKOLAH TINGGI
ILMU KSEHATAN (STIKes)
MALUKU HUASADA
JAIRATU
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menulis makalah ini yang berjudul “PENYAKITA
PADA MASA KEHAMILAN” dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
Keperawatan Maternitas 2. Kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ini.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak untuk kami jadikan
sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.

Penulis

Kairatu, 20 Mei 2021

2
DAFTAR ISI

CAVER…………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….
1.1 Kata Pengantar……………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………….
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
2.1 Konsep Hipertensi dalam Kehamilan ………………………………………..
2.1.1 Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan……………………………..
2.1.2 Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan……………………………………………….
2.1.3 Etiologi………………………………………………………………………………………………
2.1.4 Patofisiologi ………………………………………………………………………………………..
2.1.5 Manifestasi Klinis ………………………………………………………………………………..
2.1.6 Pemeriksaan diagnostic……………………………………………………………………….
2.1.7 Penatalaksanaan…………………………………………………………………………………
2.1.8 Komplikasi…………………………………………………………………………………………..
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Hiperensi dalam Kehamilan……………..
2.3 gangguan kardiovaskular pada masa khamilan ………………………………………………..
2.3.1 Definisi………………………………………………………………………………………………..
2.3.2 Etiologi………………………………………………………………………………………………..
2.3.3 Tanda dan Gejala…………………………………………………………………………………
2.3.4 Klasifikasi……………………………………………………………
2.3.5 Efek Penyakit Jantung Pada Ibu Hamil Dalam Kehamilan……………………..
2.3.6 Efek Penyakit Jantung Pada Ibu Hamil Dalam Masa Persalinan……
2.3.7 Efek Penyakit Jantung Pada Ibu Hamil Dalam Masa Postpartum…………..
2.3.8 Asuhan Keperawatan…………………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
3.2 Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan tersebut merupakan
suatu fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita. Beberapa ibu hamil tersebut bisa
melewatinya dengan ceria hingga melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami
masalah kesehatan dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada
kehamilan salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan (Yohanna, Yovita, & Yessica,
2011).
Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini salah satunya diakibatkan oleh perubahan
pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah yang terjadi sebelum kehamilan, komplikasi
selama masa kehamilan atau pada awal pasca partum. Perubahan kardiovaskuler
disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload dan penurunan cardiac preload, sedangkan
pada pembuluh darah terjadi vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik dan dan
kerusakan pada pembuluh darah (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah sistol diatas 140
mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau
lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana
diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011). Hipertensi
dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari
tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin ( Prawirohardjo, 2013).
Berdasarkan data UNICEF (2015), menyatakan jumlah kematian ibu dan anak setiap
tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan menurun dari 532.000 pada tahun 1990
menjadi 303.000 pada tahun 2015, dan ini terjadi hampir di 99% negara berkembang. Penyebab
utama kematian ibu adalah akibat komplikasi dari kehamilan atau melahirkan. Komplikasi
tersebut salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan yang telah menyumbangkan
14% penyebab kematian maternal di dunia (UNICEF, 2015). Kematian ibu di Indonesia
yang disebabkan oleh hipertensi mulai dari tahun 2010 sampai 2013 terus mengalami
peningkatan. Tahun 2010 angka
kematian ibu mencapai 21,5 %, tahun 2011 (24,7%), tahun 2012 (26,9%), sedangkan pada
tahun 2013 mencapai 27,1% (Kemenkes RI, 2015).

4
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 menunjukkan
jumlah AKI yang tercatat sebanyak 110 kasus. Salah satu penyebab kematian ibu
tersebut adalah hipertensi dalam kehamilan yang menyumbangkan 14 kasus.Tahun 2016
terjadi penurunan AKImenjadi 106 kasus, dan hipertensi dalam kehamilan menyumbangkan
20 kasus penyebab AKI tersebut. Kota Padang dan Pasaman barat menduduki posisi pertama
jumlah kematian ibu terbanyak pada tahun 2015 dan 2016, masing-masing yaitu 17
kematian dan 20 kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, 2016). Laporan Dinas
Kesehatan Kota Padang pada tahun 2015, Puskesmas Andalas Kota Padang menduduki
posisi kedua jumlah ibu hamil resiko tinggi yaitu 104 sasaran. Data tersebut tercatat mulai
bulan Januari sampai bulan Desember 2015. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015).Kejadian
hipertensi dalam kehamilan berkaitan erat dengan faktor risiko terjadinya hipertensi dalam
kehamilan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Radjamuda & Montolalu tahun 2014,
yaitu tentang Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan di Poli Klinik Obs-
Gin Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Kota Manado salah satunya adalah
usia ibu hamil. Sebagian besar ibu hamil yang mengalami hipertensi yaitu pada umur
kurang dari 20 tahun (56,5%), primipara (52,7%), dan ibu hamil yang memiliki riwayat
hipertensi (preeklamsi-eklamsi) (55,6%)(Radjamuda & Montolalu, 2014).
Faktor risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan juga sejalan dengan penelitian
Puspitasari dkk, tahun 2014 tentangHubungan Usia, Graviditas dan Indeks Massa Tubuh
dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan di Poli Rawat Jalan Spesialis Obstetri dan
Ginekologi RSUD Tugurejo Semarang, denganhasil analisis15 dari 94 (16,0%) ibu
dengan usia 35 tahun ke atas mengalami hipertensi dalam kehamilan, sedangkan sebanyak 16
dari 132 (12,1%) ibu primigravida mengalami hipertensi dalam kehamilan (Puspitasari
dkk, 2015). Penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prawirohardjo
(2013), yaitu beberapa faktor risiko penyebab hipertensi dalam kehamilan diantaranya
primigravida, primipaternitas, umur, penyakit ginjal, riwayat hipertensi sebelum kehamilan,
hiperplasentosis, dan kegemukan.Mitayani (2011), mengungkapkan beberapa faktor resiko
untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya kehamilan anak pertama, kelompok
sosial ekonomi rendah, penyakit ginjal kronis, Diabetes Melitus, riwayat hipertensi pada
kehamilan sebelumnya, dan
yang lainnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit hipertensi dalam kehamilandengan melakukan deteksi dini pada wanita yang
diketahui memiliki faktor risiko tersebut.Cara ini merupakan upaya yang dilakukan untuk
5
mengurangi masalah kesehatan yang dialami ibu hamil dengan hipertensi tersebut (Reeder
dkk, 2011).

Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian secara umum dan merupakan
penyebab tersering kematian pada kehamilan di negara berkembang. Kehamilan dengan
penyakit jantung membutuhkan upaya tim untuk menanganinya. Diagnosis dan penanganan
pada kejadian ini membutuhkan pemahaman mengenai fisiologi kardiovaskuler selama
kehamilan, kelahiran, dan masa nifas. Keterlambatan diagnosis, penanganan yang salah, dan
buruknya persiapan kelahiran merupakan kendala utama wanita hamil dengan peyakit jantung
kongenital. Penyakit jantung pada ibu, baik bawaan atau didapat merupakan salah satu faktor
risiko kematian ibu dan bayi. Namun, dalam beberapa dekade terakhir ini, angka kematian ibu
maupun bayi saat melahirkan sudah mulai bisa ditekan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Hipertensi ?
2. Apa yang dimaksud dengan gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil ?
3. Apa etiologi dari gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil ?
4. Bagaimana tanda dan gejala gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil ?
5. Apa klasifikasi gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil?
6. Apa efek penyakit jantung pada ibu hamil dalam kehamilan?
7. Apa efek penyakit jantung pada ibu hamil dalam masa persalinan?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler pada ibu hamil?

1.3 Tujuan
1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada ibu hamil dengan hipertensi
2. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa pada ibu hamil dengan hipertensi
3. Mampu mendeskripsikan pererencanaan keperawatan pada ibu hamil dengan
hipertensi
4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada ibu hamil dengan
hipertensi
5. Mampu mendeskripsikanpendokumentasian pada ibu hamil dengan hipertensi
6. Menejelaskan pengertian gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil
7. Menjelaskan etiologi gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil
8. Menjelaskan tanda dan gejala gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil
9. Menjelaskan klasifikasi gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil
10. Menjelaskan efek penyakit jantung pada ibu hamil dalam kehamilan
11. Menjelaskan efek penyakit jantung pada ibu hamil dalam masa persalinan
12. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler pada ibu hamil

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi dalam Kehamilan

2.1. 1 Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan


Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana tekanan
darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan
tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15
mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal
dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90
mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥
15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).

2.1.2 Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan


a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20
minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.
c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan
koma.
d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di
sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul
pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi e. menghilang setelah 3
bulan pascapersalin atau kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria
(prawirohardjo, 2013)

7
2.1.3 Etiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam kehamilan belum
diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor risiko.
Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
a. Primigravida, primipaternitas
b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur
d. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
e. penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f. obesitas

2.1.4 Patofisiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan
terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :
a. teori kelainan vaskularisasi plasenta
kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-
cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri
radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan artrei
basalis memberi cabang arteri spiralis. Kehamilan normal akan terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi
vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya
aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga
dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan
dengan remodeling arteri spiralis. Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan
8
tidak terjadi invasi selsel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
matriks sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan
terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.

b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel


Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan
oksidan penting, salah satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,
khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil
tersebut akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Peroksida
lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan
merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida
lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari
membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.

c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin


HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi untuk
terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk
menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut akan mengalami penurunan jika
terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan invasi desidua ke
trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan perempuan yang
mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi
helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada normotensif.

d. Teori adaptasi kardiovaskuler


Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi hipertensi
dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
9
vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan
vasopresor.
e. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada
ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan mengalami
preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.

f. Teori defisiensi gizi


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang ibu
yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-lain.

g. Teori stimulus inflamasi


Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi
darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Plasenta juga
akan melepaskan debris trofoblas dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa
proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif. Bahan-
bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses
inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi peningkatan stress
oksidatif, sehingga terjadi peningkatan produksi debris apoptosis dan dan
nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas plasenta maka reaksi stress
oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan
normal(Prawirohardjo, 2013).
Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan
membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut dengan
disfungsi sel endotel. Apabila terjadi disfungsi sel endotel, maka akan terjadi
beberapa gangguan dalam tubuh, diantaranya adalah :
a) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi
sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu fasodilator kuat.
10
b) Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus
c) Peningkatan permeabilitas kapiler
d) Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu
endotelin. Kadar NO (vasodilator) menurun, sedangkan
endotelin (vasokonstriktor) meningkat.
e) Peningkatan vaktor koagulasi
f) Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempattempat di
lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya agresi trombosit
akan memproduksi tromboksan
(TXA2) yang mana tromboksan tersebut merupakan suatu vasokonstriktor
kuat. Ibu hamil yang mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan
kadar tromboksan (vasokonstriktor
kuat) lebih tinggi dari pada prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga
menyebabkan pembuluh darah cendrung mengalami vasokonstriksi, dan
terjadi kenaikan tekanan darah.

Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan terjadi karena


adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu
karena adanya segmen yang menyempit dan melebar yang berselang-seling. Kerja
vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai darah dan
penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila terjadi
kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen, dan hasil darah lainnya
akan dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan peningkatan permeabilitas
albumin, dan akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang
ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai edema (Reeder, 2011).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi dalam
kehamilan adalah sebagai berikut :

11
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi.
a. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.
b. Mengalami hipertensi diberbagai level.
c. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
d. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia mungkin
akan terjadi.
e. Berpotensi gagal hati.
f. kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
g. meningkatnya enzim hati.
h. jumlah trombosit menurun.

Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia


a. Volume plasma
Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan bermakna guna
memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Sebaliknya pada preeklampsia terjadi
penurunan volume plasma antara 30-40% dibanding hamil normal disebut
hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi
hipertensi.
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan diagnosis hipertensi
dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer, sedangkan
tekanan sistolik menggambarkan besaran curah jantung.Peningkatan reaktivitas
vaskuler pada preeklampsia
terjadi pada umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya
pada trimester II.
c. Fungsi ginjal
a) Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia, sehingga terjadi
oliguria, bahkan anuria
2. Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas
membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan terjadinya
proteinuria.
12
3. Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian
besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis
korteks ginjal yang bersifat irreversibel.
4. Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasopasme
pembuluh darah.
d. Proteinuria
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi proteinuria
umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai
preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir lebih dulu. Pengukuran
protein dapat dilakukan dengan urin dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1, sekurang-
kurangnya diperiksa dua kali urin acak selang 6 jam dan bisa juga dengan
pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran
proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam.
e. Asam urat serum
Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh
hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah filtrasi aliran darah,
sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan asam urat terjadi karena
iskemia jaringan.
f. Kreatinin
Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal ini
disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun,
mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya sekresi
kreatinin, disertai peningkatan kreatinin plasma.
g. Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke
ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria), bahkan
dapat terjadi anuria.
h. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya dengan
preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil normal, kecuali jika
diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau pemberian cairan
oksitosin yang bersifat anti diuretik. Preeklampsia berat yang mengalami
hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa. Kadar

13
natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan kadar hamil normal,
yaitu sama dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.
i. Viskositas darah
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:
fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah meningkat,
mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke
organ.
j. Hematokrit
Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi karena
hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia.
k. Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler.
Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka, dan tangan
atau edema generalista, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang
cepat.
l. Neurologik
Perubahan dapat berupa :
a) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik
edema.
b) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan
visus, dapat berupa: pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio retina.
c) Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Faktor-
faktor yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema serebri,
vasopasme serebri, dan iskemia serebri.
d) Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan eklampsia.
(Prawirohardjo, 2013).

2.1.6 Pemeriksaan diagnostik


Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
14
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine aminotransferase
atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal,
karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.

2.1.7 Penatalaksanaan
Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk
menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi
miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan darah
vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan plasenta sehingga
menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran
darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan
segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat (edema), kepala
pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin kabur.
b. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah
baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk
menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik, pemberian
infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.
c. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi
menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan
kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru). Penatalaksanaan
terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga dijelaskan oleh
Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo (2013), beberapa
penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a) Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah baring.
b) Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
15
c) Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah
lemak.
d) Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu minimal 4
kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan hipertensi dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama
trimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2
bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan
terakhir kehamilan.
e) Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan USG.
f) Pembatasan aktivitas fisik.
g) Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak diharuskan, karena
obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat menurunkan perfusi plasenta dan
memiliki efek yang merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-
obatan diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen
farmakologi memiliki tujuan untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi
beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal
serta mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

2.1.8 Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada
ibu dan janin.
Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count).
h. Ablasio retina.

Pada janin :
16
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Hiperensi dalam Kehamilan


1. Pengkajian
a. Anamnesa
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan meliputi :
1) Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur, pendidikan,
suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
2) Data Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal, terasa sakit di
ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus, mual dan muntah,
tidak nafsu makan, bisa terjadi gangguan serebral, bisa terjadi edema
pada wajah dan ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan
berat badan 1 kg/ minggu.
b) Riwayat kesehatan Dahulu:
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita penyakit
hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu mempunyai
riwayat preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan terdahulu, biasanya
mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal
ginjal kronis.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi dalam
keluarga.
3) Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di
atas 35 tahun.
4) Riwayat Obstetri

17
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu hamil
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa dan
semakin semakin tuanya usia kehamilan (Prawirohardjo, 2013).
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami
kelemahan.
TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan tekanan
darah darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 9o
mmHg.
Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
denyut nadi yang meningkat, bahkan pada ibu yang
mengalami eklampsia akan ditemukan nadi yang semakin cepat.
Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemuksn
nafas pendek, dan pada ibu yang mengalami eklampsia
akan terdengar bunyi nafas yang berisik dan ngorok.
Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan
biasanya tidak ada gangguan pada suhunya, tetapi jika
ibu hamil tersebut mengalami eklampsia maka akan terjadi
peningkatan suhu.
BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/minggu, dan pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia
akan terjadi peningkatan BB lebih dari 1 kg/minggu atau
sebanyak 3 kg dalam 1 bulan
Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang berketombe
dan kurang bersih dan pada ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami sakit kepala.
Wajah :Biasanya pada ibu hamil yang mengalami preklampsia
/eklampsia wajah tampak edema.
Mata :Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
konjungtivasub anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada
palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia
atau eklampsia biasanya akan terjadi gangguan penglihat
yaitu penglihatan kabur.
Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguan
18
Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab
Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi,
menyebabkan kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak,
sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan dan perdarahan
Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada
kelenjer tiroid
Thorax :
1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan
napas pendek
2) jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi jantung, pada
ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan,khususnya
pada ibu yang mengalami preeklampsia beratakan terjadi
dekompensasi jantung.
Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat
dan lebih keras, puting menonjol dan areola menghitam dan
membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan
pembuluh darah menjadi lebih terlihat.
Abdomen :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus menonjol keluar,
danmembentuk suatu area berwarna gelap di dimding
abdomen, serta akanditemukan linea alba dan linea nigra. Pada
ibu hamil dengan hipertensibiasanya akan ditemukan nyeri
pada daerah epigastrum, dan akanterjadi anoreksia, mual dan
muntah
Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi bunnyi
jantung janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang
melemah (Mitayani, 2011).
Ekstermitas :Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan bisa
ditemukan edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
Sistem persarafan :Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa ditemukan hiper
refleksia, klonus pada kaki
Genitourinaria :Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan didapatkan
oliguria dan proteinuria, yaitu pada ibu hami dengan
preeklampsia (Reeder, 2011; Mitayani, 2011).

19
C. Pemeriksaan Penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjanghipertensi
dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b) Urinalisis Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi
tersebut mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi
ringan tidak ditemukan protein dalam urin.
c) Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N: 15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N: < 31
u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).
d) Tes kimia darah Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
2. Radiologi
a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus,
pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit
b) Kardiotografi : Diketahui denyut jantung janin lemah
3. Data sosial ekonomi
Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita dengan
golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan
yang mengandung protein dan juga melakukan perawatan antenatal yang
teratur.
4. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada dalam
kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan
20
dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir
cacat ataupun meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan
(Prawihardjo, 2013).

2. Diagnosis Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang suplai
oksigen ke jaringan
c. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
d. Resiko cedera dengan faktor resiko internal ( disfungsi integrasi sensori)
e. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

3. Rencana Keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola nafas NOC: NIC:
berhubungan dengan sindrom Setelah dilakukan a. monitor vital sign
hipoventilasi tindakan
keperawatan, Tindakan keperawatan:
Defenisi : diharapkan partisipan 1) Memonitor tekanan
Inspirasi dan / atau ekspirasi Menunjukkan darah, nadi, suhu,
yang tidak memberi ventilasi keefektifan dan status
adekuat. dalam bernafas dan pernafasan,
dengan indikator : 2) Memonitor denyut
Batasan Karakteristik: jantung
a) Dispnea a. Satus Pernafasan 3) Memonitor suara
b) Fase ekspirasi memanjang Kriteria hasil: paruparu
c) Penggunaan otot bantu 1)frekunsi 4) Memonitor warna
pernapasan pernapasan kulit
d) Penurunan kapasitas vital normal 5) Meniai CRT
e) Penurunan tekanan ekspirasi 2) irama pernafasan
f) Penurunan tekanan inspirasi normal b. monitor
g) Penurunan ventilasi semenit 3) tidak ada dispnea pernafasan
h) Pola napas abnormal pada saat istirahat Tindakan keperawatan:
i) takipnea 4) tidak ada suara 1) Memonitor tingkat,
mendengkur irama, kedalaman,
dan kesulitan
bernafas
2) Memonitor gerakan
dada
3) Monitor bunyi
21
pernafasan
4) Auskultasi bunyi
paru
5) Memonitor pola
nafas
6) Monitor suara
nafas
Tambahan

c. Pengaturan posisi
1) Poposisikanpasien
Untuk mengurangi
dispnea, misalnya
posisi semi fowler
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC: NIC:
perifer berhubungan dengan Setelah dilakukan a. Oxygen therapy
kurang suplai oksigen ke jaringan. tindakan (terapi oksigen)
keperawatan, 1) Monitor
Defenisi : diharapkan partisipan kemampuan Pasien
penurunan sirkulasi darah ke menunjukkan dalam
perifer yang dapat mengganggu keefektifan perfusi mentoleransi
kesehatan jaringan perifer kebutuhan oksigen
dengan indikator : saat makan
Batasan Karakteristik: 2) Monitor perubahan
Edema Nyeri ekstermitas a. Perfusi jaringan warna kulit pasien
Penurunan nadi perifer Perubahan perifer 3) Monitor posisi
karakteristik kulit (misalnya pasien untuk
warna, elastisitas, rambut, Kriteria hasil : membantu
kelembapan, kuku, sensasi, dan 1) Pengisian kapiler masuknya oksigen
suhu). Perubahan tekanan darah jari normal 4) Memonitor
Waktu pengisian kapiler > 3 detik 2) Pengisian kapiler penggunaan
Warna tidak kembali ke tungkai jari kakinormal oksigen
1 menit setelah tungkai 3) Kekuatan denyut saat pasien
diturunkan. nadikarotisnorma beraktivitas
l
4) Edema perifer b. Peripheral
tidak ada sensation
Management
(menajemen
sensasi perifer)
1) Memonitor
Perbedaan
terhadap
rasa tajam,
tumpul,
panas atau dingin
2) Monitor adanya
mati rasa,rasa geli.
3) Diskusikan tentang
adanya kehilangan
sensasi atau
22
perubahan sensasi
4) Minta keluarga
untuk memantau
perubahan warna
kulit setap hari
3 Nyeri akut berhubungan dengan NOC : NIC :
agen cedera biologis Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
tindakan 1) Lakukan pengkajian
Defenisi : keperawatan, nyeri secara
pengalaman sensori dan emosional diharapkan partisipan komprehensif
yang tidak menyenangkan yang mampu menangani yang
muncul akibat kerusakan jaringan masalah nyeri meliputi lokasi,
yang aktual atau potensial atau dengan karakteristik,
digambarkan dalam hal kerusakan indikator : durasi, frekwensi,
sedemikian rupa (International kualitas, intensitas
Association for the Study of Pain kontrol nyeri dan factor
); awitan yang tiba-tiba atau 1) mengenali kapan pencetus
lambat dari intensitas ringan nyeri terjadi 2) Observasi adanya
hingga berat dengan akhir yang 2) menggunakan petubjuk non
dapat diantisipasi atau diprediksi Tindakan verbal mengenai
dan berlangsung kurang dari 6 pencegahan ketidaknyamanan
bulan 3) mengenali gejala 3) Gunakan strategi
yang terkait Komunikasi
Batasan Karakteristik: dengan nyeri Terapeutik untuk
a) Bukti nyeri dengan 4) melaporan nyeri mengetahui
menggunakan terkontrol pengalaman nyeri
standar daftar periksa nyeri 4) Kaji pengetahuan
untuk kepuasan klien pasien megenai
pasien yang tidak dapat manajemen nyeri nyeri
mengungkapkannya 1) nyeri terkontrol 5) Tentukan akibat
b) Ekspresi wajah nyeri (mis: mata 2) mengambil dari pengalaman
kurang bercahaya, tampak tindakan untuk nyeri terhadap
kacau, mengurangi nyeri kualitas hidup
gerakan mata berpencar atau 3) mengambil seperti tidur, nafsu
tetap pada satu fokus, meringis) tindakan untuk makan, perasaan,
c) Hambatan kemampuan memberikan dll
meneruskan aktivitas kenyamanan 6) Gali bersama faktor
sebelumnya 4) informasi yang dapat
d) Laporan tentang perilaku/ nyeri disediakan untuk menurunkan atau
perubahan aktivitas (mis: mengurangi nyeri memperberat
anggota nyeri
keluarga, pemberian asuhan) tanda-tanda vital 7) Berikan informasi
e) Perubahan pola tidur 1) tingkat Pernapasan mengenai nyeri
f) Keluhan tentang intesitas dan normal 8) Ajarkan prisip-
karakteristik nyeri 2) tekanan darah prinsip manajemen
menggunakan sistoliknormal nyeri
standar skala nyeri (mis: skala 3) tekanan darah 9) Ajarkan teknik
Wong Baker FACES dan skala diastoliknormal nonfarmakologi
penilaian numeric) 4) tekanan nadi seperti teknik
normal relaksasi, terapi
musik
23
4 Resiko cedera dengan faktor NOC : NIC :
resiko internal ( disfungsi integrasi Setelah dilakukan a.Manajemen
sensori) tindakan lingkungan
Defenisi : keperawatan, 1) Ciptakan
rentan mengalami cedera fisik diharapkan resiko lingkungan
akibat kondisi lingkungan yang cedera teratasi dengan yang aman bagi
berinteraksi dengan sumber- indikator : pasien
sumber adaptif dan sumber 2) Lindungi pasien
defenisi individu, yang dapat Kejadian jatuh dengan pegangan
mengganggu kesehatan. Kriteria hasil : pada sisi/ bantalan
1) Tidak ada jatuh pada sisi ruangan
saat sendiri yang sesuai
2) Tidak ada Jatuh 3) Letakkan benda
saat berjalan yang sering
3) Tidak ada Jatuh digunakan dalam
saat kekamar jangkauan pasien
mandi 4) Anjurkan keluarga
atau orang terdekat
tinggal dengan
pasien

b. Perawatan
kehamilan
resiko
tinggi
1) Kaji kondisi medis
aktual yang
berhubungan
dengan
kondisi kehamilan
(misalnya diabetes,
hipertensi, dll)
2) Kaji riwayat
kehamilan dan
kelahiran yang
berhubungan
dengan factor
resiko kehamilan
(misalnya premature
preeklampsia, dll)
3) Kenali faktor
resiko
sosio demografi
yang berhubungan
dengan kondisi
kehamilan(misalny
a
usia kehamilan,
kemiskinan,
ketiadaan
pemeriksaan
24
kehamilan, dll)
4) Kaji pengetahuan
klien dalam
mengidentifikasi
faktor resiko

5 Intoleran aktifitas berhubungan NOC: NIC:


dengan ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan a. terapi aktifitas
suplai dan kebutuhan oksigen tindakan Aktivitas keperawatan :
keperawatan, 1) Bantu klien
Defenisi: diharapkan partisipan menngidentifikasi
ketidakcukupan energi psikologis menunjukkan aktivitas yang
atau toleransi mampu dilakukan
fisiologis untuk mempertahankan dalam beraktivitas 2) Bantu klien untuk
atau menyelesaikan aktivitas dengan indikator : memilih aktivitas
keidupan sehari hari yang harus yang sesuai dengan
atau yang ingin dilakukan a. toleransi kemampuan fisik,
terhadap psikologi dan
Batasan Karakteristik: aktifitas sosial
a) Dispnea setelah beraktifitas Kriteria hasil : 3) Bantu untuk
b) Keletihan 1) Saturasi oksigen mengidentifikasi
c) Ketidaknyamanan setelah Dengan dan mendapatkan
beraktifitas beraktivitas sumber yang
d) Respon frekwensi jantung normal diperlukan untuk
abnormal terhadap aktivitas 2) frekuensi nadi aktivitas yang
e) Respon tekanan darah abnormal Ketika diinginkan
terhadap aktivitas beraktivitas 4) Bantu untuk
normal mengidentifikasi
3) frekuensi aktivitas yang
pernapasan bila disukai
beraktivitas 5) Bantu pasien atau
normal keluarga untuk
4) Warna kulitnormal mengidentifikasi
5) Tekanan darah kekurangan dalam
ketika beraktivitas
beraktifitas 6) Bantu pasien untuk
normal mengembangkan
motivasi diri dan
b. tingkat kelelahan penguatan
Kriteia hasil: 7) Monitor respon
1) kelelahan sedang fisik, emosi,
2) Gangguan sosial,
Konsentrasi dan spiritual.
menurun tidak
ada
3) Tingkat stress
sedang
4) Sakit kepala tidak
ada
5) Kualitas tidur
sedang
25
6) Kegiatan sehari-
Hari normal
7) Kualitas istirahat
normal

c. tanda –tanda
vital
Kriteria hasil:
1) Tingkat
Pernapasan
normal
2) Irama
Pernapasan
normal
3) Tekanan nadi
normal
4) Kedalaman
Inspirasi normal

2.3 gangguan kardiovaskular pada masa kehamilan


2.3.1 Definisi
Menurut IKAPI (2008) dalam Gaya Hidup dan Penyakit Modern, penyakit
pada kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan
fungsi kerja jantung karena tidak adekuatnya aliran darah.
Pada ibu hamil, terjadi adaptasi fisiologis sehingga menyebabkan perubahan
signifikan pada sistem kardiovaskuler. Wanita dengan jantung normal dapat
beradaptasi dengan baik selama kehamilan. Sedangkan yang mengalami penyakit
jantung,terjadi komplikasi yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin,
bahkan dapat membahayakan nyawa ibu dan janin (Manuaba, 1998).

2.3.9 Etiologi
Penyebab dari penyakit jantung sendiri dibagi menjadi dua :
1. Kelainan Primer
Kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital, bentuk kelainan katub,
iskemik dan cardiomiopati. Jadi kelainan primer ini sendiri lebih
disebabkan karena kelainan pada fisiologi jantungnya.

2. Kelainan Sekunder

Kelainan sekunder berupa penyakit lain, seperti hipertensi, anemia


26
berat, hipervolumia, perbesaran rahim, dll . untuk kelainan sekunder ini
sendiri lebih disebabkan oleh penyakit-penyakit lain

2.3.10 Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala pada ibu hamil yang memiliki penyakit jantung
selama kehamilan meliputi adanya nyeri dada terkait aktivitas dan emosi ibu, sesak
nafas berat baik itu saat istirahat maupun terjadi di malam hari, dan sinkop
(kehilangan kesadaran karena kekurangan suplai oksigen di otak). Akibat beberapa
gejala tersebut, ibu akan cepat merasa lelah dan susah beraktivitas. (sinclair, 2010)

Sedangkan tanda dan gejala yang dapat ditemukan selama pemeriksaan


fisik dapat berupa murmur, baik itu sistolik maupun diastolik, sianosis, terdapat
distensi vena jugularis, pembesaran hati sehinga menimbulkan nyeri tekan,
pembesaran jantung, denyut jantung terlalu cepat, denyut jantung tidak seperti
biasanya baik itu terlalu cepat maupun terlalu lambat (palpitasi) dan edema perifer
pada bagian tubuh, khususnya di ekstremitas tubuh. (manuaba, 2000)

2.3.11 Klasifikasi
Kehamilan yang disertai penyakit jantung secara klinis dibagi menjadi 4 stadium
(manuaba, 1998)
 Kelas 1 :
 Tanpa gejala pada kegiatan biasa
 Tanpa batas gerak biasa
 Kelas 2 :
 Waktu istirahat tidak terdapat gejala
 Gerak fisik terbatas
 Cepat lelah, palpitasi, sesak nafas, dapat nyeri dada, edema tangan
tungkai
 Kelas 3 : Gerakan sangat terbatas karena gerak minimal saja dapat
menimbulkan gejala lemah jantung
 kelas 4 : Dalam keadaan istirahat sudah terjadi gejala lemah jantung

27
2.3.5 Efek Penyakit Jantung Pada Ibu Hamil Dalam Kehamilan
Penyakit jantung selama kehamilan dapat menimbulkan perburukan gejala
dari ibu, hal ini dapat terlihat dari peningkatan aritmia dan CHF yang
membutuhkan peningkatan terapi obat kardiovaskuler salama kehamilan juga
perlu rawat inap. (Hammed, 2001)
Jika ibu terdeteksi memiliki gangguan atau penyakit jantung, maka
beberapa lembaga kesehatan, menyarankan untuk menghentikan kehamilan.
Beberapa penelitian menyatakan jika beberapa janin dengan ibu yang
menderita penyakit jantung akan meninggal saat ibu melakukan tindakan

operasi bypass ini juga bisa disebabkan oleh operasi jantung darurat, usia
kehamilan yang belum cukup umur. (Siu, 2001)
Ibu dengan resiko penyakit jantung koroner dapat menyebabkan kerugian
dalam kehamilan diantaranya, berat lahri bayi sangat rendah juga kelahiran
kurang bulan (premature). (Sattar, Greer, 2002)

2.3.6 Efek Penyakit Jantung Pada Ibu Hamil Dalam Masa Persalinan

Beberapa efek pada ibu hamil dengan penyakit jantung yang dapat terjadi
selama proses intranatal atau persalinan antara lain :

a. Kegagalan jantung (dekompensasi kordis). Dapat terjadi pada ibu


selama persalinan akibat peningkatan beban kerja jantung, sedangkan
kondisi jantung ibu yang sudah dalam keadaan lemah atau sakit, dapat
semakin parah hingga gagal jantung, sehingga akan terjadi payah
jantung akibat kompensasi yang kurang baik dari jantung ibu selama
persalinan. (Farrer, 2001)

b. Hipoksemia pada ibu dan janin. Hal ini dapat terjadi pada ibu dengan
kelainan pembuluh darah coroner. Beban kerja jantung yang meningkat
selama proses intranatal membuat jantung harus bekerja ekstra untuk
memenuhi kebutuhan oksigen bagi ibu dan juga janin, namun dengan
adanya kelainan pada jantung ibu, pasokan oksigen untuk ibu dan janin
akan terganggu sehingga beresiko mengalami hipoksemia dan gawat
janin selama persalinan. (Manuaba, 2004)

c. Kematian maternal dan bayi. Selama persalinan kala I dan kala II, curah
jantung ibu meningkat lebih besar, sehingga kerja jantung berkali lipat
28
lebih cepat dari normal. Dengan adanya penyakit jantung pada ibu,
maka kerja jantung menjadi tidak optimal, dan bila terjadi henti jantung
selama persalinan, maka ibu dan janin akan berujung pada kematian.
(Manuaba, 2000)

29
2.3.7 Efek Penyakit Jantung Pada Ibu Hamil Dalam Masa Postpartum

Pada post partum terjadi perubahan hemodinamik ibu hamil :


a) Pirau retropalsenta berakhir sehingga darah akan kembali menuju sirkulasi
umum sebesar 500-600 cc
b) Terjadi retraksi otot jantung, sehingga tekanan perifer akan meningkat.
c) Terjadi perubahan retensio air dan garam kembali menuju sirkulasi umum untuk
dapat dikeluarkan melalui ginjal
d) Terdapat kemungkinan pendarahan postpartum

Berdasarkan pendapat kelompok , setelah periode post partum merupakan


periode yang berbahaya bagi semua kalangan wanita dengan penyakit jantung,
karena dapat terjadi peningkatan alirah darah ke jantung yang disebabkan oleh
perubahan tiba-tiba pada tekanan abdomen saat melahirkan.

2.3.8 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
 Data
Demograi
 Nama
 Umur
 Pekerjaan
 Alamat

a. Aktifitas dan istirahat


 Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal
 Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga
b. Sirkulasi
 Takikardia, palpitasi, disritmia
 Riwayat penyakit jantung kongenital
 Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung
sebanding dengan uterus.
 Dapat mengalami pembesaran jantung dan murmur diastolik
 Peningkatan tekanan darah
 Nadi mungkin menurun
 Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama.
 Riwayat hipertensi kronis
c. Eliminasi
 Menurunnya keluaran urine
d. Makanan dan cairan
 Obesitas
 Mual dan muntah
 Malnutrisi
 Dapat mengalami edema ekstrimitas bawah
e. Nyeri dan rasa nyaman
Dapat mengeluh nyeri dada dengan atau tanpa aktivitas
f. Pernafasan
 Takipnea
 Dispnea
B. Rencana asuhan keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung
NOC : Cardiac pump effectiveness
Circulation status
NIC : cardiac care

2. Resiko Gangguan Hubungan Ibu dan Janin


NOC : Maternal status : antepartum
Fetal status : antepartum
Konowledge : Hypertension Management
NIC : high risk pregnancy care
Substance Use Treatment : Drug Withdrawal
Teaching : Prescribed Medication
3. Anxietas
NOC : Anxiety level
NIC : Anxiety Management

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan tersebut merupakan


suatu fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita. Beberapa ibu hamil tersebut bisa
melewatinya dengan ceria hingga melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami
masalah kesehatan dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada
kehamilan salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan (Yohanna, Yovita, & Yessica,
2011).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit hipertensi dalam kehamilandengan melakukan deteksi dini pada wanita yang
diketahui memiliki faktor risiko tersebut.Cara ini merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengurangi masalah kesehatan yang dialami ibu hamil dengan hipertensi tersebut (Reeder
dkk, 2011).

Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian maternal. Karena setiap


kehamilan mempengaruhi sistem kardiovaskuler ibu. Jantung normal dapat mengompensasikan
peningkatan beban kerja sehingga kehamilan dan kelahiran bayi ditoleransi dengan baik. Selain
itu, jantung yang normal dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan diafragma oleh besarnya
janin yang dikandungnya sehinggadapat mengubah posisi jantung dan pembuluh darah
sehingga terjadi perubahan dari kerja jantung. Namun apabila hal ini tidak ditoleransi dengan
baik, kegagalan jantung dapat terjadi.
Penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Etiologi kelainan jantung dapat berupan kelainan jantung primer dan sekunder.
Mengetahui tanda dan gejala yang memicu terjadinya penyakit jantungpada ibu hamil sangatlah
penting dalam menentukan asuhan dan diagnosayang tepat dalam menanggulangi penyakit
jantung. Selain itu, pemeriksaan penunjang lewat ekokardiografi, juga penting untuk
mengetahui kelainan iramadan gangguan konduksi, adanya kardiomegali, tanda penyakit
pericardium, iskemia atau infark, bisa ditemukan tanda-tanda aritmia. Pemeriksaan radiologi
untuk mengetahui dehidrasi dalam kehamilan namun jika memang diperlukan dapat dilakukan
dengan memberikan pelindung diabdomen dan pelvis. Intervensi keperawatan dapat dilakukan
dengan cara mandiri dan kolaborasi, hal ini penting dilakukan guna meningkatkan kesehatan
pasien. Penanganan yang tepat dapat mengurangi kecemasan dan mempermudah penyembuhan
pasien.

3.2 Saran
Dalam menanggulangi penyakit hepertensi dan jantung pada ibu hamil, keterampilan
interpersonal, intelektual teknikal, sangat penting dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat. Selain itu, keaman dan kenyamanan fisik serta psikologis dari pasien harus
dilindungi dengan baik guna mengurangi tingkat kecemasan dari pasien serta meminimalkan
stressor dan memaksimalkan fungsi jantung.

DAFTAR PUSTAKA
Johnson.2014.Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Rapha Publishing

Purwaningsih, Wahyu dan Fatmawati, Siti. 2016. Asuhan Keperawatan


Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Puspitasari dkk. (2015).Hubungan Usia, Graviditas dan Indeks Massa Tubuh


dengan Kejadian Hipertensi dalam
Kehamilan.Http://Download.Portalgaruda.Org.Diakses tanggal 11 januari
2017

Radjamuda dan Montolalu.2014.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Poliklinik Obs-Gin Rumah Sakit
Jiwa Prof. DR.V.L.Ratumbuysang Kota Manado.jurnal ilmiah bidan.Volume
2 Nomor 1. Januari –Juni 2014.Http://Download.Portalgaruda.Org.Diakses
tanggal 10 januari 2017

http://tanjungpinangkepulauankepri.com/2015/01/asuhan-keperawatan-ibu-hamil-
dengan.html ( Diakses Pada Tanggal 27 September 2019)

https://www.academia.edu/31516051/PENYAKIT-JANTUNG-PADA-
KEHAMILAN ( diakses pada tanggal 25 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai