Dokumen : FTK-FR-AKD-019
KEMENTERIAN AGAMA Tgl. Terbit :
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI No. Revisi : 00
FORM (FR)
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/1
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
SOAL UTS
NIM : 1172020035
2. Memakai metode ijtihad, Al-Ijtihad al-Bayani, yaitu suatu kegiatan ijtihad yang bertujuan untuk
menjelaskan hukum-hukum syara’ yang terdapat dalam nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Atau bisa juga
dengan metode Adat-istiadat atau ‘urf yang tidak bertentangan dengan hukum Islam dapat dikukuhkan
tetap terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan.
Menurut Wahbah Zuhaili, prinsip dasar dalam transaksi muamalah dan persyaratannya yang terkait
dengannya adalah boleh selama tidak dilarang oleh syari’ah atau bertentangan dengan dalil atau nash
qath’i. Oleh karena itu hukum transaksi dengan sara online adalah dibolehkan berdasarkan prinsip
maslahah, kebutuhan manusia seiring dengan kemajuan teknologi yang semestinya dimanfaatkan untuk
meningkatkan taraf hidup melalui usaha jual beli online. Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i
menghalalkan jual beli secara online dengan beberapa alasan berikut. Berdasarkan pendapat banyak
ulama di masa silam yang menyatakan sahnya transaksi yang dilakukan via surat menyurat dan jika ijab
(pernyataan pihak pertama) adalah sah setelah sampainya surat ke tangan pihak kedua.
3. Memakai metode ijtihad, Al-Ijtihad al-Istishlahi, yaitu suatu kegiatan ijtihad untuk menetapkan hukum
syara’ atas peristiwa-peristiwa hukum yang tidak ada nash-nya, baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah,
melalui cara penalaran berdasarkan prinsip al-Istishlah (kemaslahatan).
Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah
tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal 42 No.1/1974: ”Anak
yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah” maka
memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena ia
terlahir dari perkawinan yang sah.
Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
1) Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian disemaikan
dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2) Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau langsung ke
dalam rahim istrinya untuk disemaikan.
Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan
untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya diharamkan, namun istimna’
diperbolehkan dalam keadaan tertentu bahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh kepada perbuatan zina.
Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah: “Menghindari madarat (bahaya) harus didahulukan atas
mencari/menarik maslahah/kebaikan”
4. Memakai metode ijtihad, istishab yaitu menetapkan hukum sesuatu hal menurut keadaan yang terjadi
sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubahnya. Atau dengan perkataan lain dapat dikatakan istishab
adalah melangsungkan berlakunya hukum yang telah ada karena belum ada ketentuan lain yang
membatalkannya.
Pada dasarnya tidak ada nash yang shorih (jelas) yang mengatakan bahwa rokok itu haram. Dan dalam
kaidah ushul fiqih Syafi’i bahwa segala sesuatu pada asalnya adalah mubah, kecuali jika ada dalil yang
mengharamkannya dalam arti menetapkan sesuatu menurut keadaan sebelumnya. karena tidak ditemukan
dalil baik dari al-Qur’an maupun al-Hadits yang mengharamkan rokok, maka pengambilan hukumnya
dengan istishab (kembali ke hokum asalnya) yaitu mubah. Jadi hukum rokok pada asalnya adalah mubah.
Kopi adalah sebuah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk.
Melalui perdebatan panjang yang melibatkan pakar-pakar fiqh, hakim/qadi, para dokter, dan pemimpin-
pemimpin politik di seluruh dunia Muslim, minum kopi akhirnya bukan hanya dianggap halal tetapi justru
dianjurkan karena dinilai bermanfaat untuk pencerahan spiritual melalui jalan “markaha,” yakni persekutuan
deliberatif untuk berkumpul dan berbicara tentang kebaikan dalam persaudaraan dan persahabatan.
5. Memakai metode ijtihad, Al-Ijtihad al-Bayani, yaitu suatu kegiatan ijtihad yang bertujuan untuk
menjelaskan hukum-hukum syara’ yang terdapat dalam nash al-Qur’an dan as-Sunnah.
Zallum, berpendapat bahwa syara' membolehkan seseorang mendonorkan sebagian organ tubuhnya ketika ia
hidup, dengan syarat suka rela atau tidak dipaksa oleh siapapun. Organ yang didonorkan bukanlah organ
vital, seperti jantung dan hati. 3 Hal ini karena penyumbangan tersebut dapat mengakibatkan kematian
pendonor, padahal Allah Swt melarang untuk membunuh dirinya sendiri. Allah SWT berfirman : “Dan
janganlah kalian membunuh diri-diri kalian”. (Q.S. An Nisa : 29)
Allah SWT berfirman:
"...dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar." (Q.S. Al An'am : 151)
Sementara Mujtana, mengatakan bahwa hukum transplantasi organ tubuh sebagai berikut:
(1) Apabila transplantasi dilakukan dengan tidak ada hajat syar'i, yakni untuk pengobatan, maka hukumnya
haram. Sebab ada unsur taghoyyurul khilqoh (perubahan ciptaan) dan dikhawatirkan mencerminkan sikap
tidak rela menerima taqdir Illahi.
(2) Apabila ada hajat syar'iyyah, transplantasi organ tubuh dengan tujuan untuk memulihkan penyakit, yang
termasuk masalah hajiyah (primer), maka hukumnya boleh.
Jumhur ulama Fiqh yang terdiri dari sebagian ulama Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi' dan Hambali,
berpendapat bahwa memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan dibolehkan dalam
keadaan darurat. Dan selaras juga dengan qaidah fiqhiyyah: Darurat akan membolehkan yang
diharamkan. Selanjutnya, dalam qaidah fiqhiyah yang lain disebutkan Bahaya harus dihilangkan.