Pemerintah memang perlu terlibat dalam perekonomian dan tidak bisa menyerahkan
jalannya perekonomian mutlak kepada swasta dan mekanisme pasar. Adanya
kegagalan pasar, yaitu kondisi ketika pasar tidak dapat menghasilkan output perekonomian secara pareto efisien merupakan hal yang menjadi latar belakang perlunya invertensi pemerintah terlibat dalam perekonomian. Sistem fiskal merupakan istilah untuk merangkum perpaduan tindakan pengeluaran, perpajakan dan utang yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan istilah keuangan negara khusus merujuk pada hal-hal yang berkenaan dengan pembiayaan pengeluaran pemerintah. Keuangan negara merupakan kajian yang tepat terhadap sistem fiskal. Berbagai tindakan dibidang fiskal tercermin dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. Kebijakan fiskal didefinisikan sebagai langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam sistem pembelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Pokok-pokok pengaturan dalam PERPPU adalah : a. Kebijakan keuangan negara, antara lain: • penyesuaian batasan defisit APBN ; • penggunaan sumber pendanaan alternatif ; • penyesuaian mandatory spending, pergeseran dan refocusing anggaran pusat dan daerah ; • program penerbitan SBN dan pinjaman dalam angka pembiayaan tambahan defisit ; • insentif dan fasilitas perpajakan ; • pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional untuk kesinambungan sektor rill dan sektor keuangan. b. Kebijakan Sektor Keuangan, antara lain: • perluasan kewenangan KSSK dan ruang lingkup rapat KSSK ; • penguatan kewenangan BI, termasuk membeli SBN jangka panjang dipasar perdana untuk mendukung penanganan COVID-19; • penguatan kewenangan OJK dan LPS untuk mencegah risiko yang membahayakan stabilitas sistem keuangan, serta perlindungan nasabah perbankan; • penguatan kewenangan pemerintah dalam menangani permasalahan perbankan dan stabilitas sistem keuangan akibat dampak COVID-19. Kebijakan diatas dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan tata kelola yang baik. Dengan adanya pandemi COVID-19, maka pemdapatan negara menjadi tumbuh kebawah -10%, dimana: • penerimaan perpajakan tumbuh negatif 5,4% (78,3% APBN) dampak pelemahan ekonomi dan dukungan intensif perpajakan serta penurunan tarif PPh. • PNPB tumbuh negatif 26,9% (81,1% target APBN) dampak jatuhnya harga komoditas dan intensif penurunan harga gas industri. Jadi, peran pemerintah saat ini tetap ada dengan adanya otoritas. Sumber : BMP (Buku Materi Pokok). ESPA4110. Modul.6. Edisi 2