Anda di halaman 1dari 2

Selamat pagi

Berikut jawaban saya pada sesi diskusi minggu ini


peran pemerintah saat ini tetap ada dengan adanya Otoritas Fiskal dan diperkuatnya
dengan PERPPU No. 1/2020, karena dengan adanya situasi saat ini sudah pasti
bahwa kegiatan impor menurun, sektor layanan udara dan hospitality pun menurun
drastis, jumlah turis asing pun menurun, pekerja yang dirumahkan, adanya inflasi. Dan
tetap peran pemerintah dengan kebijakan fiskal dalam menghadapi situasi ini bertujuan
untuk tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak, dan pasti tetap
berusaha untuk mempertahankan kestabilan harga-harga umum yang ada agar
masyarakat pun tetap bisa merasakan kehidupan yang layak, bahkan pemerintah juga
bergerak untuk memberikan bantuan secara langsung.
Pokok-pokok pengaturan dalam PERPPU adalah :
a. Kebijakan Keuangan Negara, antara lain :
- Penyesuaian batasan defisit APBN ;
- Penggunaan sumber pendanaan alternatif ;
- Penyesuaian mandatory spending, pergeseran dan refocusing anggaran pusat dan
daerah ;
- Program penerbitan SBN dan pinjaman dalam rangka pembiayaan tambahan defisit ;
- Insentif dan fasilitas perpajakan ;
- Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk kesinambungan sektor riil
dan sektor keuangan.
b. Kebijakan Sektor Keuangan, antara lain :
- Perluasan kewenangan KSSK dan ruang lingkup rapat KSSK ;
- Penguatan kewenangan BI, termasuk membeli SBN jangka panjang di pasar perdana
untuk mendukung penanganan COVID-19 ;
- Penguatan kewenangan OJK dan LPS untuk mencegah risiko yang membahayakan
stabilitas sistem keuangan, serta perlindungan nasabah perbankan ;
- Penguatan kewenangan Pemerintah dalam menangani permasalahan perbankan dan
stabilitas sistem keuangan akibat dampak COVID-19.
Kebijakan diatas dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan tata kelola yang baik.
Dengan adanya pandemi COVID-19, maka pendapatan negara menjadi tumbuh ke
bawah -10%, dimana :
- Penerimaan Perpajakan tumbuh negatif 5,4% (78,3% APBN) dampak pelemahan
ekonomi dan dukungan intensif perpajakan serta penurunan tarif PPh.
- PNBP tumbuh negatif 26,9% (81,1% target APBN) dampak jatuhnya harga komoditas
dan insentif penurunan harga gas industri.
Maka, Belanja dan Pembiayaan Anggaran diarahkan untuk mengatasi COVID-19
dengan total Rp 405,1T dengan rincian :
1. Belanja negara fokus pada kesehatan, social safety nett dan membantu dunia usaha
- Refocusing dan realokasi anggaran untuk penanganan COVID-19
- Penghematan belanja negara sekitar Rp 190 T
- Tambahan belanja penanganan COVID-19 Rp 255,1 T
2. Dukungan pembiayaan anggaran untuk penanganan COVID-19 Rp 150 T : dalam
rangka mendukung Program Pemulihan Ekonomi.
Sehingga, Defisit Perubahan APBN 2020 diperkirakan mencapai 5,07% PDB.
Kebijakan pemerintah untuk mencegah keparahan dan krisis ekonomi serta keuangan,
dibutuhkan Tambahan Belanja dan Pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan
dampak COVID-19 antara lain sebagai berikut :
1) Intervensi penanggulangan COVID-19 (Rp 75 T)
Kesehatan (intensif tenaga medis dan belanja penanganan kesehatan)
2) Social Safety Nett akan diperluas (Rp 110 T)
3) Dukungan industri (Rp 70,1 T)
- Pajak dan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (DTP)
- Stimulus KUR
3) Dukungan Pembiayaan Anggaran untuk penangan COVID-19 (Rp 150 T)
- Pembiayaan dalam rangka mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional Rp 150
T
Jadi, peran pemerintah saat ini tetap ada dengan adanya Otoritas Fiskal dan
diperkuatnya dengan PERPPU No. 1/2020, karena dengan adanya situasi saat ini
sudah pasti bahwa kegiatan impor menurun, sektor layanan udara dan hospitality pun
menurun drastis, jumlah turis asing pun menurun, pekerja yang dirumahkan, adanya
inflasi. Dan tetap peran pemerintah dengan kebijakan fiskal dalam menghadapi situasi
ini bertujuan untuk tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak, dan
pasti tetap berusaha untuk mempertahankan kestabilan harga-harga umum yang ada
agar masyarakat pun tetap bisa merasakan kehidupan yang layak.

Anda mungkin juga menyukai