Dosen Pengampu: Ns. Yunie Armiyatie, M.Kep, Sp.KMB.
Disusun Oleh:
Edo Japung Saputra
G2A220053
PROGRAM STUDI S1ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021 Jawaban!!!
1. Sindrom TURP ini muncul intraoperatif maupun postoperatif dengan
gejala sakit kepala, kelelahan terus menerus, confusion, sianosis, dispnea, aritmia, hipotensi dan seizure. Selain itu bisa berakibat lebih parah yaitu bisa bermanifestasi overload sirkulasi cairan, toksisitas dari cairan yang digunakan sebagai cairan irigasi. Sindrom TURP bisa terjadi setiap saat dan telah diobservasi awal setelah pembedahan dimulai dan beberapa jam setelah pembedahan selesai Jumlah cairan yang dapat memasuki daerah vaskularisasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu : tekanan hidrostatik dari cairan irigasi, jumlah venous sinus yang terbuka, lama reseksi / paparan dan perdarahan vena yang terjadi. Tekanan hidrostatis cairan irigasi yang rendah, semakin banyaknya vena yang terbuka saat reseksi dan semakin lama waktu reseksi meningkatkan absorbsi air ke dalam sistem sirkulasi. 2. Identifikasi gejala awal sindrom TURP dan pencegahan, penting untuk mencegah efek yang fatal bagi pasien yang mengalami pembedahan endoskopik. Hiponatremia yang terjadi sebelum operasi harus dikoreksi terutama pada pasien yang menggunakan obat-obatan diuretic dan diet rendah garam. Antibiotic profilaksis memiliki peran dalam pensegahan bakterimia dan septisemia. Central Venous Pressure (CVP) monitoring atau kateterisasi arteri pulmonalis diperlukan untuk pasien dengan penyakit jantung. Tinggi ideal cairan irigasi adalah 60 cm. Untuk mengurangi timbulnya sindroma TURP operator harus membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam. Di samping itu beberapa operator memasang sistotomi suprapubik terlebih dahulu sebelum reseksi diharapkan dapat mengurangi penyerapan air ke sistemik. Untuk kasus dengan operasi lebih dari satu jam staging TURP harus dilakukan. Kapsul prostat harus dijaga dan distensi kandung kemih harus dicegah. Caranya dengan sering mengosongkan kandung kemih.
3. Karena pasien memiliki riwayat Diabetes selama 8 tahun dan hipertensi
selama 3 tahun. Kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi dapat merusak penyaringan dalam ginjal dan Tekanan darah tinggikondisi ini sering waktu menambah tekanan pada pembuluh darah kecil di ginjal yang dapat menghambat fungsi ginjal bekerja secara normal Terdapat pemeriksaan fisik TD : 195/120 Mmhg, N : 97 x / mennit RR : 30 x/menit, Suhu : 37,3 0 C, GDS sewaktu : 156 mg/dl 4. a.Nyeri akut b.d agens cidera fisiologis b. Karena saat terjadi peningkatan tekanan darah terjadi tekanan pada perifer dan terjadi nyeri kepala, lalu ketidakseimbangan kalium akan mengakibatkan pasien nyeri dada, Maka dari itu sayamengambil doiagnosa nyeri akut b.d agens cidera fisiologis. 5. a. Karena pada pasien gagal ginjal kronik, Terjadi kerusakan organ ginjal yang berakibat terjadi penurunan fungsi ginjal yang di sertai dengan penurunan produksi Eritropoietin (EPO). Eritropoietin Adalah pembentukan hemoglobin, Jadi jika produksi berkurang, maka kadar hemoglobin ikut menurun. b. Untuk Diagnosa Pasien Hb rendah ? Perfusi jaringan tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin. 6. Hasil Rongen CTR 90 % (Cardio Thorak Ratio) CTR(Cardio Thorak Ratio) adalah perbandingan besar jantung dan ukuran dada, dimana normalnya <50% pada kasus inin CTR 90%, berarti menandakan ada pembesaran jantung (kardiomegali) Prosesnyapenyakit gagal ginjal kronik dapat memicu penyakit yang berhubungan dengan cairan di dalam tubuh, Hal ini karena fungsi ginjal yang mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh, Jika ginjal berhenti bekerja cairan bertambah secara berlebih pada organ jantung, peningkatan cairan akan membuat organ tersebut bekerja lebih kera, sehingga meningkatkan resiko pembesaran jantung. 7. a. untuk hasil AGD pasien ini Ph 7,30, PCO2 34,1, HCO3 19,5 hasilnya Asidosis metabolik terkonpesasi sebagian , Kelainan yang di alami adalah karena PCO2 menurun akibat tachypnoe dan HCO3 menurun. b. Oksigen yang di berikan pada pasien ini adalah Nasal kanul 4 Lpm. Terapi yanh diberikan kepada pasien adalah po bicnat 3x1, untuk mengatasi asidosis metabolik, dan kolaborasi pemberian HD karena pada kasus terdapat hiperureum,hiperkreatin dan hiperkalemia. 8. a. koping tidak efektif b. 1) Peningkatan Koping Peningkatan koping menjadi factor yang penting dilakukan oleh pasien Hemodialysis. Menurut Bulechek, Butcher, Dochterman dan Wagner (2012). bahwa manajemen permasalahan untuk mengatasi masalah psikologis diantaranya yaitu penurunan kecemasan dan peningkatan koping. Strategi koping penguatan diri akan meningkatkan penyesuaian diri dan adaptasi yang baik. 2) Upaya Spiritual Iman dan spiritual dibahas sebagai sarana untuk mengatasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi kegagalan ginjal (John dan Thomas, 2013). Strategi koping koping religious juga akan meningkatkan penyesuaian diri pasien hemodialisis. 3) Pemanfaatan dukungan social Dukungan sosial diperlukan agar hidup pasien hemodialisis menjadi lebih bermakna, sehingga menjadi lebih bersemangat dalam hidup. Adanya dukungan sosial dari orang lain akan menumbuhkan harapan untuk hidup lebih lama, sekaligus dapat mengurangi kecemasan individu. Sebaliknya, kurang atau tidak, tersedianya dukungan sosial akan menjadikan individu merasa tidak berharga dan terisolasi. (Armiyati, Rahayu, Aisah, 2015). Dukungan sosial sangat diperlukan oleh pasien PGK dengan hemodialisis agar manajemen psikososial pasien menjadi baik. Dukungan sosial juga diperlukan dalam manajemen perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan yang adekuat akan memberikan kontribusi terhadap masalah psikologis dan kualitas hidup. c. - Judul penelitian dan peneliti? PENTINGNYA ASPEK SPIRITUAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISA: A LITERATURE REVIEW Tina Muzaenah1 , Sri Nabawiyati Nurul Makiyah - Hasil penelitian ? Enam artikel dipakai dalam review. Empat artikel menyarankan komponen-komponen kesejahteraaan spiritualitas harus dipertimbangkan dan dirumuskan dalam program perawatan pasien dengan hemodialisa, untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, kualitas tidur, mengurangi kecemasan dan rasa takut akan kematian. Salah satu artikel menyarankan agar perawat dialisis membuat program-program yang mendukung kegiatan spiritualitas pasien predialisis dan dialisis. Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistic (biopsikososiospiritual), selain perawatan fisik perawat juga memberikan perawatan dengan pendekatan spiritual (Spiritual care). Doa dan sholat merupakan aktivitas yang dapat memperbaiki pasien dan membantu mengurangi kecemasan dan rasa takut akan kematian - Metode penelitian ? Penyusunan literature review ini menggunakan berbagai database dengan melakukan penelusuran elektronik pada EBSCO, Google, Google Scholar, ProQuest dan PubMed yang telah dilakukan sejak bulan November sampai Desember 2017. Pencarian dibatasi pada dokumen yang dipublikasikan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 yang tersedia dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Beberapa istilah atau kata kunci digabungkan untuk mendapatkan dokumen yang tepat sebagai strategi pencarian seperti menggunakan istilah “Spiritual needs”+“Hemodialysis”, Spiritual AND Hemodialysis, Spiritual need AND Chronic Kidney Disease, Spirituality AND/OR Chronic Kidney Disease, Gagal ginjal kronik + Hemodialisa + Spiritual pdf. Dalam proses seleksi terhadap artikel yang termasuk dalam literature review ini harus memenuhi kriteria inklusi: Penelitian tentang aspek spiritualitas pasien gagal ginjal kronik; Penelitian tentang pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa; Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2013 sampai dengan 2017 dan kriteria ekslusi: Artikel yang terduplikat; Artikel yang tidak dipublikasi dalam jurnal ilmiah. Artikel-artikel yang telah diperoleh dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dianalisis, dibandingan antara artikel yang satu dengan yang lain, dibahas dan disimpulkan. - Analisa intervensi tindakan dalam mengatasi masalah pasien ? Agama/kepercayaan agama dapat memberi individu rasa kesejahteraan yang lebih besar. Agama dan spiritualitas dianggap sebagai sumber penting untuk mengatasi kejadian kehidupan yang penuh tekanan. Religiositas dan spiritualitas adalah dimensi kesejahteraan yang penting dan mengatasi penyakit. Pengetahuan yang lebih dalam tentang agama Herb-Medicine Journal ISSN: 2620- 567X Volume 1, Nomor 2, Oktober 2018 dan keyakinan spiritual dibutuhkan, karena dapat mempengaruhi pengobatan dan pemulihan pasien yang menderita penyakit kronis.16 Penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis dapat berpengaruh terhadap hubungan dengan Yang Maha Tinggi menyangkut iman dan harapan hidup. Seseorang yang didiagnosa dengan penyakit kronis sering menganggap dirinya berbeda dengan orang lain dan mulai merasakan kesepian yang mendalam. Pasien dengan penyakit kronis cenderung merasa cemas terhadap penyakit yang dialaminya, mereka mulai membatasi hubungan dan aktifitas sosial sehingga menimbulkan harga diri rendah dan perasaan negatif terhadap diri sendiri. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat termasuk perawat dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien.10 American Psychiatric Association merekomendasikan agar dokter meminta pasien untuk menjadi religius dan memiliki orientasi spiritual. Spiritualitas merupakan kontributor health- related quality of life yang penting bagi pasien dengan penyakit yang membatasi kehidupan. Spiritualitas merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari kualitas hidup individu dan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan medium sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya.