Disusun oleh :
Pulau Jawa memiliki luas + 127.000 m2 dengan panjang sekitar 1000 km.
Secara umum fisiografi Pulau Jawa dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu
Jawa Barat (Barat Cirebon), Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang), Jawa
Timur (antara Semarang dan Surabaya), Tepi Jawa Timur dan Pulau Secara
fisiografi, Van Bemmelen (1949) telah membagi daerah Jawa bagian barat menjadi
lima jalur fisiografi. Pembagian zona fisiografi daerah Jawa bagian barat tersebut
yaitu 1) Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta, 2) Zona Bogor, 3) Zona Bandung,
3) Zona Pegunungan Bayah, dan 4) Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat.
Pulau Jawa secara tektonik dipengaruhi oleh dua lempeng besar, yaitu
Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Indo-Australia di bagian Selatan.
Pergerakan dinamis dari lempeng-lempeng ini menghasilkan perubahan tatanan
tektonik Jawa dari waktu ke waktu. Secara berurutan, rezim tektonik Jawa
mengalami perubahan yang dimulai dengan kompresi, kemudian mengalami
regangan dan kembali mengalami kompresi.
Adapun proses perkembangan tektonik pulau Jawa ini telah dipelajari dari
waktu ke waktu, khususnya pada struktur geologinya. Diperkirakan bahwa
struktur geologi di pulau jawa menunjukan pola-pola yang teratur. Kemudian,
pulau Jawa ini secara geologi berada di suatu komplek sejarah penurunan basin,
pensesaran, perlipatan dan vulkanisme. Dimana hal tersebut berada di bawah
pengaruh stress regime yang menunjukan pola berbeda dari waktu ke waktu.
Diketahui bahwa ada tiga pola arah umum struktur, yakni arah Timur Laut-Barat
Daya (NE-SW), yang dikenal dengan istilah lainnya adalah pola Meratus.
Kemudian ada dari arah Utara-Selatan (N-S) atau dikenal dengan pola Sunda.
Lalu yang ketiga yakni dari arah Timur-Barat (E-W). Perubahan jalur penunjaman
berumur kapur yang berarah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif
Timur – Barat (E-W) sejak kala Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan
tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit disamping mengundang
pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan tersebut
dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Volkanisme
Posisi pulau Jawa dalam kerangka tektonik terletak pada batas aktif (zona
penunjaman) sementara berdasarkan konfigurasi penunjamannya terletak pada
jarak kedalaman 100 km di selatan hingga 400 km di utara zona Benioff.
Konfigurasi memberikan empat pola busur atau jalur magmatisme, yang terbentuk
sebagai formasi-formasibatuan beku dan volkanik. Empat jalur magmatisme
tersebut menurut Soeria Atmadja et al., 1991 adalah :
b. Magmatisme Eosen
Posisi jalus magmatisme pada periode ini berada di sebelah utara jalur
magmatisme periode Oligosen-Miosen Tengah. Pada periode in aktivitas
magmatisme tidak terekspresikan dalam bentuk munculnya gunungapi,
tetapi berupa intrusi-intrusi seperti dike, sill dan volkanik neck. Batuannya
berkomposisi andesitik.
e. Magmatisme Kuarter
3.1 Kesimpulan
Pulau Jawa memiliki luas + 127.000 m2 dengan panjang sekitar 1000 km.
Secara umum fisiografi Pulau Jawa dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu
Jawa Barat , Jawa Tengah , Jawa Timur , Tepi Jawa Timur dan Pulau Secara
fisiografi, yang sudah dibagi per zona. Pulau Jawa secara tektonik dipengaruhi
oleh dua lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng
Indo-Australia di bagian Selatan. Pergerakan dinamis dari lempeng-lempeng ini
menghasilkan perubahan tatanan tektonik Jawa dari waktu ke waktu. Secara
berurutan, rezim tektonik Jawa mengalami perubahan yang dimulai dengan
kompresi, kemudian mengalami regangan dan kembali mengalami kompresi.
Adapun proses perkembangan tektonik pulau Jawa ini telah dipelajari dari
waktu ke waktu, khususnya pada struktur geologinya. Diperkirakan bahwa
struktur geologi di pulau jawa menunjukan pola-pola yang teratur. Kemudian,
pulau Jawa ini secara geologi berada di suatu komplek sejarah. Dimana hal
tersebut berada di bawah pengaruh stress regime yang menunjukan pola berbeda
dari waktu ke waktu. Diketahui bahwa ada tiga pola arah umum struktur, yakni
arah Timur Laut-Barat Daya , yang dikenal dengan istilah lainnya adalah pola
Meratus. Kemudian ada dari arah Utara-Selatan atau dikenal dengan pola Sunda.
Lalu yang ketiga yakni dari arah Timur-Barat. Masa-masa awal terbentuknya
Pulau Jawa diperkirakan terjadi lebih dari 60 juta tahun yang lalu , ketika pulau ini
masih menjadi bagian dari sebuah benua besar yang dikenal sebagai superbenua
Pangea.
Pulau Jawa memiliki asal-usul dan umur yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Jawa bagian barat diperkirakan telah terbentuk pada akhir Zaman Kapur
dan menjadi bagian dari Paparan Sunda , sementara Jawa bagian timur diyakini
berasal pecahan kecil benua Australia . Bagian timur ini diperkirakan mulai
‘menabrak’ dan bergabung dengan bagian barat sekitar 100-70 juta tahun yang
lalu hingga menciptakan bentuk awal Pulau Jawa yang ada saat ini. Artinya, Pulau
Jawa terbentuk dari gabungan dua lempeng benua dan bagian barat Pulau Jawa
diyakini memiliki umur yang lebih tua dibanding bagian timurnya. Batas di antara
kedua bagian ini tertandai dengan adanya sesar purba yang membentang dibawah
Sungai Luk Ulo di Kebumen, Jawa Tengah, menyeberangi Laut Jawa dan berakhir
di Pegunungan Meratus yang membelah Kalimantan Selatan.
Jawa ini, diperkirakan telah terjadi rangkaian peristiwa vulkanisme yang
teramat dahsyat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penemuan singkapan
lapisan batuan piroklastik serta ditemukannya batupasir vulkanik yang sangat
tebal sebagai hasil erupsi gunung berapi purba. Kondisi Pulau Jawa pun kemudian
menjadi relatif stabil, meskipun kegiatan magmatisme tetap ‘terpelihara’ oleh
alam, bergeser ke sebelah utara. Pengendapan delta, sungai dan laut dangkal diatas
Pulau Jawa menjadi proses alamiah yang telah berlangsung dalam kurun waktu
antara 25,2 hingga 5,2 juta tahun silam. Penurunan muka air laut terjadi
secaraberangsur-angsur, mengiringi pengendapan-pengendapan material di
daratan dan tepi laut dan Pada saat yang sama, lempeng samudera Indo-Australia
pun terus bergerak menekan lempeng benua Eurasia.
Van Bammelen beranggapan bahwa secara fisiografis daerah Banten
sangat mendekati sifat-sifat pulau Sumatera, apabila dibandungkan dengan bagian
sebelah timurnya. Kecuali beberapa kemiripan bentuk-bentuk morfologinya, juga
adanya produk vulkanisme yang banyak tufa asam, seperti halnya tufa lempung
yang asam. Salah satu batuan tertua di pulau jawa tersingkap di jawa tengah
tepatnya didaerah sungai LOH-ULO.
Untuk Indentasi Jawa Timur, seperti halnya indentasi Jawa Tengah,
dicirikan oleh hilangnya Pegunungan Selatan Jawa dan hadirnya depresi. Depresi
ini kini diduduki kota Lumajang dan merupakan wilayah pengaliran sungai-sungai
yang berasal dari kedua dataran tinggi di sebelah barat dan timur depresi. Jawa
Tengah, lebih-lebih lagi pulau ini pun disusun oleh batugamping Miosen yang
ekivalen dengan batugamping di Karangbolong.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., Handoyono, A., Prastistho, B., dan Gafoer, S. 1992. Peta Geologi
Lembar Kebumen, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Asikin, Sukendar. Geologi Struktur Indonesia. Bandung. ITB Press
Bemmelen Van, R.W. 1949. The Geology of Indonesia. Martinus Nyhoff,
Netherland: The Haque.
Geologi, Bandung.
Pulunggono dan Martodjojo, S. 1994. Perubahan Tektonik Paleogene – Neogene
Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Proceeding Geologi
dan Geotektonik Pulau Jawa. Yogyakarta: NAFIRI.
Purnomo, J. dan Purwoko, H. 1994. Result from Interpretation of Regional
Transects in Central Indonesia. The Leading Edge, April, 15, 261-266.
Rovicky. Juni 2006. Patahan-patahan yang Membelah Pulau Jawa.
http://rovicky.wordpress.com/
Satyana, Awang. 2007. Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan
Semeru-Bromo-Penanjakan. IAGI. http://www.mailarchive.com/iagi-
net@iagi.or.id/msg20811.html
Simandjuntak. 2004. Tektonika. Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi bandung
http://feature.kabaremagazine.com/2013/07/sepenggal-singkapan-sejarah-
geologi.html
SUMBER GAMBAR