Anda di halaman 1dari 5

4.

Berbagai kalangan baik di Indonesia maupun luar negeri sangat concern terhadap berbagai
perkembangan Indonesia, mulai dari perkembangan sosial, politik, ekonomi, maupun budaya.
Namun terdapat hal lebih besar tapi terlihat kecil yang harus lebih diperhatikan oleh semua
orang Indonesia saat ini, yaitu kondisi/perkembangan wawasan nusantara Indonesia.

Saat ini, kondisi wawasan nusantara di negeri tercinta terkikis secara signifikan, hal
itu dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang tidak hafal Pancasila, melupakan UUD
1945, dan tak peduli dengan pemerintah dan negara Indonesia. Secara deklaratif maupun
implementatif, masyarakat tidak paham tentang falsafah dan dasar negara. Kehilangan
wawasan tentang makna dan juga hakikat bangsa serta kenusantaraan dapat mendorong
terjadinya disorientasi dan juga perpecahan di berbagai wilayah Indonesia. Peningkatan
wawasan kenusantaraan perlu dilakukan untuk menjaga keutuhan bangsa dan kemandirian
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wawasan nusatara dapat diartikan sebagai sudut pandang bangsa terhadap diri dan
lingkungan berdasarkan ideologi bangsa, dalam konteks Indonesia bisa diartikan sebagai cara
pandang terhadap diri dan lingkungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu,
wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat untuk
menyelenggarakan kehidupan secara nasional sehingga wawasan nusantara dapat disebut
sebagai wawasan nasional atau landasan ketahanan nasional.

Implementasi wawasan nusantara idealnya harus tercermin kepada pola pikir, sikap
dan tindakan yang senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara daripada
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, atau dengan kata lain wawasan nusantara
menjadi pola yang fundamental dalam berpikir, bersikap dan juga bertindak dalam
menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan,
berkebangsaan, dan bernegara.

Saat ini, arus globalisasi sangat cepat berkembang dan merasuk dalam sendi-sendi
pemikiran masyarakat terutama pada kalangan generasi muda. Globalisasi memengaruhi anak
muda dengan cepat dan kuat, sehingga dalam hal tersebut terdapat banyak pengaruh negatif
yang berkembang daripada pengaruh positif, dimana hal ini harus diantisipasi dengan
berbagai macam hal, di antaranya sebagai berikut :

a. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh.


Banyak cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme generasi muda, di antaranya
dengan : a) melalui pendidikan formal, yaitu dengan cara memberikan pendidikan dari
mulai dasar sampai dengan pendidikan tinggi, dalam hal ini pelajaran pendidikan
kewarganegaraan, sejarah dan sebagainya menjadi cara penting untuk menumbuhkan
jiwa nasionalisme dalam tataran pendidikan formal; b) pendidikan non formal dengan
cara masuk ke dalam berbagai organisasi yang berkaitan dengan kebangsaan seperti
seni kebudayaan, paskibra, dan pramuka; c) sosial media, melalui sosial media share
pengetahuan atau jaringan komunikasi dan informasi semakin mudah dan cepat
dijangkau oleh berbagai kalangan terutama generasi muda saat ini.
b. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya.
Sama halnya dengan semangat nasionalisme, penanaman nilai Pancasila juga dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui pelajaran pendidikan kewarganegaraan
dan pendidikan Pancasila, berbagai macam perlombaan, pelatihan sejak dini melalui
ajaran-ajaran yang sesuai dengan butir-butir Pancasila seperti membudayakan senyum,
salam, sapa, sopan santun dan lain sebagainya.
c. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama.
Ajaran agama sangat efektif apabila diajarkan sejak dini di lingkungan keluarga. Pola
komunikasi antar anggota keluarga sangat penting untuk menanamkan dan
mengarahkan anak maupun anggota keluarga lain untuk turut dan melaksanakan ajaran
agama, seperti sholat berjamaah, mengaji dan mengkaji kitab dan memberikan
pemahaman tentang larangan dan kewajiban agama.

Upaya peningkatan pemahaman wawasan nusantara sebagai sarana dalam meningkatkan


semangat nasionalisme bagi warga negara Indonesia dapat ditarik beberapa hal yang
dianggap sangat penting diperhatikan sebagai berikut : Pertama, Kondisi pemahaman
wawasan nusantara saat ini dapat dilihat dengan kegagalan pemerintah pusat dalam upaya
menciptakan stabilitas baik didalam negeri maupun luar negeri. Realitas yang nampak adalah
dimana batas wilayah Negara kesatuan yang telah dicaplok oleh negara-negara lain seperti
Malaysia menunjukan kepada kita ketidak mampuan pemerintah kita dalam menjaga
keutuhan wilayah Negara kesatuan RI sebagai Negara kepulauan. Gerakan separatis yang
mewarnai problem pemerintahan kita menujukan pula ada sesuatu yang salah dalam
pelaksanaan kebijakan pemerintahan pusat pada daerah. Dengan demikian kebijakan otonomi
daerah yang tadinya sebagai solusi alternatif pemecahan masalah, justru menimbulkan
konflik didaerah. Kedua, Faktor-faktor yang mempengaruhi memudarnya pemahaman
wawasan nusantara dan rasa nasionalisme adalah disebabkan oleh karena faktor internal dan
eksternal, dimana nasionalisme menurun sebagaimana yang dijelaskan diatas ada beberapa
faktor penghambat mewujudkan nasinalisme dintaranya karena penyelenggara negara dan
masyarakat tidak memahami konsep kedaulatan negara kita sebagai negara kepulauan,
budaya egosentrisme, etnonasionalisme, dan pemahaman konsep inplementasi otonomi
daerah yang sempit yang memunculkan sikap etnosentrisme pada masyarakat lokal, semua ini
menjadi penghambat membangun semangat nasionalisme. Ketiga, Kondisi pemahaman
wawasan nusantara yang diharapkan kepada warga Negara Indonesia lebih khusus kepada
pihak pemerintah agar supaya dapat mencintai dan mempertahankan keutuhan sebagai
Negara kepulauan adalah khusus dibidang Persatuan Indonesia. Usaha memelihara persatuan
berdasarkan wawasan nusantara adalah diharapkan kepada bangsa ini bisa menjadikan
seluruh warga Negara Indonesia memiliki rasa satu bahasa, senasib sepenanggungan, setanah
air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa. Hal ini perlu disadari oleh
adanya satu kenyataan bahwa Indonesia terdiri dari bermacam-macam agama, suku, adat dan
kebiasannya, serta berbeda-beda faham dan aspirasinya. Keempat, Pemasyarakatan wawasan
nusantara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat dilakukan lewat
pendidikan formal dan non formal dengan memberikan pengenalan terhadap eksistensi
negara kita sebagai Negara kepulauan sebagaimana yang terdapat dalam Deklarasi Djuanda
yang ditandatangani pada tanggal 13 Desember 1957 yang memberikan penjelasan tentang
batas wilyah perairan Indonesia yang semula hanya 3 mil bertambah menjadi 12 mil yang
telah menghubungkan semua perairan antar pulau diIndonesia. Dengan demikian dari hasil
Deklarasi itu telah menghilangkan wilayah laut internasional atau kantong-kantong wilayah
internasional yang dapat mengancam integritas Negara kesatuan Republik Indonesia.

Referensi :

Lukum, R. 2005. Upaya Peningkatan Pemahaman Wawasan Nusantara Sebagai Sarana


Dalam Meningkatkan Semangat Nasionalisme Bagi Warga Negara Indonesia. Universitas
Negeri Gorontalo

5. Paradoks ini sangat signifikan untuk merumuskan kembali Strategi Ketahanan Nasional di
negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Penelitian menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan Studi Kasus (membandingkan nilai ketahanan 10 negara tangguh dan 10
negara rapuh dalam menghadapi pandemi). Teori yang digunakan adalah teori ketahanan,
kerentanan dan pendekatan manajemen ketahanan bencana dalam hal kapasitas dan
manajemen adaptif. Riset menghasilkan analisis dan simpulan bahwa saat ini dibutuhkan
konsep kerjasama antar negara baik negara maju maupun berkembang, dari hal yang paling
sederhana guna memperkuat ketahanan dari Pandemi COVID-19. Di samping itu, diperlukan
kolaborasi antar negara dalam menemukan konsep ketahanan yang mampu menangkal segala
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terutama menghadapi pandemi COVID-19.

Negara-negara maju mengalami kesulitan dalam menghadapi pandemi, terutama


pandemi COVID-19 ini yang dampaknya begitu besar bagi negara tersebut. Justru untuk
negara menengah tidak begitu terseok-seok. Paradoks di atas menunjukkan kepada bangsa
Indonesia, betapa rentannya kekuatan-kekuatan global ketika diserang virus yang viral
(wabah global/pandemi). Negara-negara maju dengan fasilitas kesehatan yang modern,
teknologi yang maju, ekonomi, dan pertahanan militer yang kuat, menempati rangking atas
dalam indeks-indeks Ketahanan Nasional ternyata tidak mampu menghadapi wabah global
dan mengalami risiko dan kerugian besar daripada negara-negara yang dikategorikan lemah
Ketahanan Nasionalnya.

Perlu adanya strategi Ketahanan Nasional harus diubah secepatnya akan tetapi dengan
tipologinya berbeda-beda untuk setiap negara. Maka tidak mungkin satu strategi Ketahanan
Nasional digunakan oleh semua negara di dunia yang berbeda wilayah geografis, perilaku
sosi-politiknya, kebijakankebijakan kesehatan, ekonomi dan pertahanan keamanannya.
Strategi Ketahanan Nasional harus dimulai kelompok yang paling kecil, dan kemudian
meluas kepada Ketahanan Komunitas. Di Indonesia, praktik-praktik ketahanan sudah dimulai
dari RT dan RW dalam merespons guncangan, ancaman dan risiko. Respons masif
menghadapi guncangan pandemi terlihat dari inisiatif RT dan RW. Membangun ketahanan
dari tingkat terkecil dalam ruang lingkup desa.

Basis Ketahanan Nasional harus diperhatikan dalam kerangka merekonstruksi Strategi


Ketahanan Nasional menghadapi semua guncangan, ancaman dan risiko termasuk ancaman
wabah global yang mematikan. Definisi komunitas bisa berbedabeda, walaupun definisi
individu dan keluarga tidak berbeda, untuk menemukan komunitaskomunitas yang solid
memang sulit di negaranegara maju seperti halnya komunitaskomunitas masyarakat,
komunitas-komunitas tradisional, kultural di negara-negara sedang berkembang dan miskin
yang biasanya memiliki tradisi primordial dalam arti konstruktif. Untuk merespons paradoks
Ketahanan Nasional di era wabah global ini strategi Ketahanan Nasional setiap negara bisa
berbeda-beda dan memiliki khas. Harus ada yang dipertimbangkan dalam memperkuat
Ketahanan Ekonomi. Kerja sama antar bangsa adalah salah satu tindakan yang khas untuk
memperkuat Ketahanan Nasional setiap negara, misalnya kerja sama penemuan vaksin antara
perusahaan farmasi.

Referensi :

Hanita, M. 2020. Paradoks Ketahanan Nasional Di Masa Pandemi: Merekonstruksi Strategi


Ketahanan Nasional Melawan Covid 19. Jurnal Kajian Lembaga Ketahanan Nasional
Republik Indonesia : Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai