Berbagai kalangan baik di Indonesia maupun luar negeri sangat concern terhadap berbagai
perkembangan Indonesia, mulai dari perkembangan sosial, politik, ekonomi, maupun budaya.
Namun terdapat hal lebih besar tapi terlihat kecil yang harus lebih diperhatikan oleh semua
orang Indonesia saat ini, yaitu kondisi/perkembangan wawasan nusantara Indonesia.
Saat ini, kondisi wawasan nusantara di negeri tercinta terkikis secara signifikan, hal
itu dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang tidak hafal Pancasila, melupakan UUD
1945, dan tak peduli dengan pemerintah dan negara Indonesia. Secara deklaratif maupun
implementatif, masyarakat tidak paham tentang falsafah dan dasar negara. Kehilangan
wawasan tentang makna dan juga hakikat bangsa serta kenusantaraan dapat mendorong
terjadinya disorientasi dan juga perpecahan di berbagai wilayah Indonesia. Peningkatan
wawasan kenusantaraan perlu dilakukan untuk menjaga keutuhan bangsa dan kemandirian
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wawasan nusatara dapat diartikan sebagai sudut pandang bangsa terhadap diri dan
lingkungan berdasarkan ideologi bangsa, dalam konteks Indonesia bisa diartikan sebagai cara
pandang terhadap diri dan lingkungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu,
wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat untuk
menyelenggarakan kehidupan secara nasional sehingga wawasan nusantara dapat disebut
sebagai wawasan nasional atau landasan ketahanan nasional.
Implementasi wawasan nusantara idealnya harus tercermin kepada pola pikir, sikap
dan tindakan yang senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara daripada
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, atau dengan kata lain wawasan nusantara
menjadi pola yang fundamental dalam berpikir, bersikap dan juga bertindak dalam
menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan,
berkebangsaan, dan bernegara.
Saat ini, arus globalisasi sangat cepat berkembang dan merasuk dalam sendi-sendi
pemikiran masyarakat terutama pada kalangan generasi muda. Globalisasi memengaruhi anak
muda dengan cepat dan kuat, sehingga dalam hal tersebut terdapat banyak pengaruh negatif
yang berkembang daripada pengaruh positif, dimana hal ini harus diantisipasi dengan
berbagai macam hal, di antaranya sebagai berikut :
Referensi :
5. Paradoks ini sangat signifikan untuk merumuskan kembali Strategi Ketahanan Nasional di
negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Penelitian menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan Studi Kasus (membandingkan nilai ketahanan 10 negara tangguh dan 10
negara rapuh dalam menghadapi pandemi). Teori yang digunakan adalah teori ketahanan,
kerentanan dan pendekatan manajemen ketahanan bencana dalam hal kapasitas dan
manajemen adaptif. Riset menghasilkan analisis dan simpulan bahwa saat ini dibutuhkan
konsep kerjasama antar negara baik negara maju maupun berkembang, dari hal yang paling
sederhana guna memperkuat ketahanan dari Pandemi COVID-19. Di samping itu, diperlukan
kolaborasi antar negara dalam menemukan konsep ketahanan yang mampu menangkal segala
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terutama menghadapi pandemi COVID-19.
Perlu adanya strategi Ketahanan Nasional harus diubah secepatnya akan tetapi dengan
tipologinya berbeda-beda untuk setiap negara. Maka tidak mungkin satu strategi Ketahanan
Nasional digunakan oleh semua negara di dunia yang berbeda wilayah geografis, perilaku
sosi-politiknya, kebijakankebijakan kesehatan, ekonomi dan pertahanan keamanannya.
Strategi Ketahanan Nasional harus dimulai kelompok yang paling kecil, dan kemudian
meluas kepada Ketahanan Komunitas. Di Indonesia, praktik-praktik ketahanan sudah dimulai
dari RT dan RW dalam merespons guncangan, ancaman dan risiko. Respons masif
menghadapi guncangan pandemi terlihat dari inisiatif RT dan RW. Membangun ketahanan
dari tingkat terkecil dalam ruang lingkup desa.
Referensi :