Anda di halaman 1dari 13

ANALISA TRANSAKSI BELANJA ONLINE DI KALANGAN MAHASISWA

PADA MASA PANDEMI COVID-19

Melisa Immanuella Faranie


e-mail : melisafaranie20@gmail.com

Abstrak
Saat ini, setiap indvidu harus bersiap menghadapi pergeseran kebudayaan dimana setiap
pemenuhan kebutuhan harus beriringan dengan perkembangan teknologi. Hal ini menjadi
peluang bagi sebagian besar perusahaan E-commerce untuk menyajikan pasar dalam bentuk
membeli dan menjual produk secara online. E-commerce mencakupi segala proses
pengembangan, pemasaran, penjualan, pengiriman, pelayanan, dan pembayaran para pelanggan,
dengan dukungan dari jaringan mitra bisnis yang lebih luas. Bisnis online telah menjadi salah
satu pondasi ekonomi Negara. Kemudahan yang didapat dan banyaknya aneka produk membuat
masyarakat bisa mudah memilih produk dengan harga bersaing hanya dari layar handphone.
Keberadaan bisnis online pun dibarengi dengan belanja online dari masyarakat. Segala lapisan
dan usia banyak yang memilih untuk berbelanja online termasuk dari kalangan mahasiswa.
Hanya yang menjadi pertanyaan adalah apakah pandemi Covid-19 mempengaruhi minat dan
kemampuan belanja online dari mahasiswa, pertanyaan ini lah yang dibahas di artikel ini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei yang melibatkan
mahasiswa dari berbagai program studi. Kesimpulan yang didapat mayoritas mengurangi belanja
online, meskipun ada sebagaian kecil yang tetap berbelanja online untuk kebutuhan dan gaya
hidup. Mayoritas respoden memilih menyimpan uangnya dari pada berbelanja online, bila pun
berbelanja online karena semata-mata untuk kebutuhan yang sangat penting.

Kata kunci : E-commerce, ekonomi, kebutuhan, belanja online, Covid-19, mahasiswa,


teknologi

E-commerce mencakupi segala


PENDAHULUAN proses pengembangan, pemasaran,
Saat ini, setiap indvidu harus bersiap penjualan, pengiriman, pelayanan, dan
menghadapi pergeseran kebudayaan pembayaran para pelanggan, dengan
dimana setiap pemenuhan kebutuhan dukungan dari jaringan mitra bisnis yang
harus beriringan dengan perkembangan lebih luas (Laudon, 2007). Sistem yang
teknologi. Ditinjau dari sisi kebutuhan digunakan dalam penggunaan e-
harian, saat ini individu memenuhi commerce sangat mengandalkan internet
kebutuhan bukan hanya sekadar dengan jumlah pengguna yang sangat
mencukupi kebutuhan sandang, pangan, potensial dengan peningkatan dari tahun
dan papan. Namun, juga mengutamakan ke tahun. Di Indonesia sendiri e-
pelayanan, kualitas dan harga dari suatu commerce sudah ada sejak tahun 2000-an.
produk atau jasa penjualan. Hal ini Namun, pada tahun 2014 penggunaan e-
menjadi peluang bagi sebagian besar commerce baru marak diminati
perusahaan e-commerce untuk menyajikan masyarakat. Dibuktikan dengan
pasar dalam bentuk membeli dan menjual banyaknya perusahan start-up di
produk secara online (Permana et al., Indonesia, seperti Tokopedia, Bukalapak,
2021). Blibli, Shopee, dan masih banyak lagi.
Perkembangan e-commerce yang begitu
pesat dipengaruh oleh beberapa faktor
yang menyebabkan individu untuk kerja karyawannya, dan boleh jadi ada
berbelanja online di situs e-commerce yang memotong upah karyawannya demi
diantaranya, biaya murah, kualitas barang, kelangsungan perusahaan. Karena kita
kepercayaan, fasilitas transaksi yang ketahui bersama pemerintah sempat
beragam, dan masih banyak faktor lainnya membuat kebijakan lock down untuk
yang didasarkan pada kebutuhan individu menutup daerah daerah agar penyebaran
yang beragam pula. virus bisa berkurang, artinya ketika daerah
Nilai pasar e-commerce di Indonesia ditutup maka ekonomi juga kena
diperkirakan akan tumbuh pada kisaran getahnya, produksi menurun dan
USD $ 55 - $ 65 miliar pada tahun 2022. permintaan pasar juga menurun (Mustomi
Perkiraan ini bermula dari laporan baru et al.,, 2020).
berjudul The Digital Archipelago: How Artikel ini tidak akan membahas
Online Commerce is Driving Indonesia's pandemi dari sisi kesehatan akan tetapi
Economic Development, yang dirilis oleh akan membahas dari sisi ekonomi yaitu
perusahaan konsultan manajemen belanja online dikalangan mahasiswa
McKinsey (McKinsey, 2018). dimasa pandemi covid 19. Fenomena
Ada beberapa faktor yang berbelanja pada onlineshop jejaring sosial
mendukung pertumbuhan pesat sektor e- ini menjalar ke berbagai kalangan
commerce di Indonesia. Pertama, masyarakat Indonesia, baik anak remaja,
penetrasi smartphone dan internet terus dewasa hingga orang tua. Saat ini tidak
meningkat. Kedua, jumlah penduduk hanya kalangan remaja saja yang aktif
Indonesia yang besar dan daya belinya dalam berbelanja online pada jejaring
meningkat di tengah pertumbuhan sosial tetapi ibu rumah tangga pun kini
makroekonomi yang kuat. Ketiga, juga menggunakan onlineshop pada
Indonesia memiliki populasi yang muda jejaring sosial untuk memenuhi kebutuhan
dan melek teknologi, artinya mereka sehari- harinya (Sari et al., 2018).
dengan cepat menyesuaikan diri dengan Zaman sudah berubah. Orang-orang
teknologi baru (McKinsey, 2018). tidak perlu lagi cape-cape belanja barang
Pandemi Covid-19 telah merubah atau kebutuhan sehari-hari dengan pergi
banyak dimensi kehidupan. Mulai dari ke pasar atau pergi ke mall. Mereka cukup
ekonomi, pendidikan, pariwisata bahkan buka handphone, buka aplikasi took
politik seperti pemilihan kepala daerah online, pilih barang, bayar dan tunggu
juga mungkin sedikit terganggu. Sadar barang dating. Bahkan sekedar untuk
atau tidak kebiasaan yang mungkin dulu makan saja sekarang tinggal pake gandget
dianggap aneh sekarang mulai jadi dan semua tersedia dengan berbagai
kebiasaan, seperti memakai masker dan pilihan menu dan berbagai pilihan tempat
saling menjaga jarak antar individu makan. Sebelum pandemi Covid-19,
diruang terbuka (Mustomi et al.,, 2020). transaksi online khususnya belanja online
Banyak sektor yang terkena imbas sudah menjadi kebutuhan dasar karena
dari pandemi ini, salah satunya yang orang-orang sekarang ingin serba cepat
terasa adalah sektor ekonomi. Tidak dan simpel. Begitupun para wirausaha
sedikit perusahaan yang menutup yang ingin berbelanja barang untuk
usahanya, ada yang memutus hubungan diperdagangkan kembali, kini cukup
dengan buka aplikasi dan barang yang Proses penjualan dan pembelian
akan dibeli tinggal diantar ke toko. terjadi di suatu tempat seperti pasar, yaitu
Namun diawal tahun 2020 kita mendengar tempat dimana pembeli dan penjual
virus corona mulai menjangkit di China, bertemu untuk melakukan jual beli (Zikra
dan lambat laut mulai menyebar dan Yusra, 2016). Pasar atau tempat
keberbagai belahan dunia yang akhirnya belanja dibedakan menjadi dua, yaitu
sampai di Indonesia. Setelah menjangkit pasar modern dan bukan pasar modern.
di Indonesia tentu pelanpelan gaya hidup Pasar modern terdiri dari hypermarket,
dan kebiasaan hidup masyarakat juga supermarket, mini-market, swalayan, dan
mulai berubah. Kita sudah sering departement store, sedangkan yang
mendengar istilah jaga jarak, cuci tangan, termasuk bukan pasar modern adalah
pakai masker, berjemur dimatahari pagi pasar tradisional, toko atau warung,
dan istiliah-istilah lainnya. pedagang keliling, dan lainnya (Zikra dan
Kami ingin mencari tahu bagaimana Yusra, 2016).
pandemi ini mempengaruhi belanja online Persaingan bisnis saat ini telah
di kalangan mahasiswa, apakah ada mendorong para pengelola bisnis (maupun
peningkatan belanja online karena calon pelaku bisnis) untuk bergerak cepat,
himbauan untuk jaga jarak dari kreatif dan antisipatif (Ni et al., 2017).
pemerintah, atau malah sama sekali 2.2 Belanja Online
mahasiswa lebih memilih menyimpna Keberadaan internet telah mengubah
uangnya ketimbang berbelanja online. berbagai aktivitas masyarakat, tidak
terkecuali dalam transaksi jual beli
LANDASAN TEORI (Anwar dan Adidarma, 2016). Menurut
2.1 Belanja survei global yang dilakukan oleh Nielsen
Konsumsi adalah bagaimana Online, pada tahun 2009 telah lebih dari
manusia dan aktor sosial dengan 85% populasi online dunia telah
kebutuhan yang dimilikinya berhubungan menggunakan internet untuk pembelian
dengan sesuatu (dalam hal ini material, (Sari, 2015). Jejaring sosial
barang simbolik, jasa atau pengalaman) memungkinkan para penggunanya untuk
yang dapat memuaskan mereka (Don secara bebas mengekspresikan dirinya
Slater, 1997 dalam Nurhayati, 2017). (Sari et al., 2018). Meskipun belanja
Berbelanja secara langsung adalah suatu online memberikan banyak kemudahan
aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap bagi konsumen, juga terdapat kelemahan
orang (Zikra dan Yusra, 2016). Di tengah dan resiko-resiko seperti tidak bisa
perkembangan masyarakat modern melihat barang secara langsung, barang
menuju postmodern, selain ditandai hanya berbentuk gambar dengan
dengan munculnya masyarakat informasi spesifikasi yang telah dituliskan penjual,
dan mayarakat konsumsi, juga ditandai hal itulah yang menyebabkan jual beli
oleh perkembangan gaya hidup online sangat rentan dengan penipuan,
masyarakat yang lebih banyak barang yang terkadang tidak sesuai
dikendalikan oleh kekuatan industri dengan ada yang digambar, serta
budaya (Nurhayati, 2017). pengiriman barang yang datang terlambat
dari pada waktu yang telah ditentukan dilaporkan kepada publik pertama kali
(Solihin dan Azwar, 2019). tanggal 31 Januari 2020 di Wuhan,
Untuk awal masuknya di Indonesia, Propinsi Hubei, RRC (Taufik, 2020).
belanja daring tidak memiliki catatan Covid-19 telah menimbulkan
historis yang pasti, tetapi saat ini economic shock, yang mempengaruhi
perkembangan belanja daring mulai terasa ekonomi secara perorangan, rumah
disekitar kita (Saragih dan Ramdhany, tangga, perusahaan mikro, kecil,
2013). Kemunculan saluran belanja baru, menengah maupun besar, bahkan
yaitu melalui media internet, membuat mempengaruhi ekonomi negara dengan
banyak perusahaan mulai mendirikan skala cakupan dari lokal, nasional, dan
tokonya secara online (Budi Santoso, bahkan global (Taufik, 2020). Pengaruh
2009). Keunggulan bisnis online shop corona ini sangat berdampak bagi
selain mudah dalam melakukan promosi, kehidupan masyarakat, dimana peraturan
juga sangat efisien karena hanya atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh
membutuhkan biaya berlangganan internet pemerintah tersebut tentu sangat
untuk dapat menjalankan bisnisnya berpengaruh terhadap segala sisi
(Sukwadi et al., 2016). kehidupan. Hal ini sangat berdampak
Online shop merupakan sarana atau terhadap perekonomian, dunia usaha dan
toko untuk menawarkan barang dan jasa pendidikan (Rohmah dan Syari, 2020).
lewat internet sehingga pengunjung online Sekali lagi artikel ini tidak
shop dapat melihat barang-barang di toko membahas virus corona dari sisi medis
online (Loekamto, 2012 dalam Sari, dan kesehatan. Artikel ini hanya melihat
2015). Belanja online adalah proses bagaimana pandemi ini telah banyak
dimana konsumen langsung membeli merubah bahkan mengganggu banyak sisi
barang atau jasa dari penjual secara real- kehidupan masyarakat. Salah satunya
time, tanpa perantara layanan, melalui belanja online dikalangan mahasiswa.
Internet (Budi Santoso, 2009). METODE PENELITIAN (10%)
Pola belanja online bersifat Penelitian ini menggunakan
substitusi dipengaruhi oleh faktor pendekatan deskriptif, yaitu gambaran
sosioekonomi. Pola belanja online tidak atas situasi atau kejadian (Nazir, 2009).
dipengaruhi oleh kurangnya akses Pengambilan data penelitian ini dengan
transportasi ke retail tradisional tetapi metode survei, untuk memperoleh fakta
lebih kepada pola atau gaya hidup baik tentang institusi sosial, ekonomi
seseorang. Seseorang yang memiliki maupun politik dari suatu kelompok
keterbatasan waktu atau yang bekerja full ataupun disuatu daerah (Nazir, 2009).
time cenderung lebih sering melakukan Tambahan data juga dibantu dengan
belanja online dibandingkan dengan yang literatur kepustakaan, untuk mendapatkan
tidak bekerja (Hendra et al., 2015). teori-teori yang sudah ada, juga dipakai
2.3 Pandemi Covid-19 untuk menghindari plagiasi (Nazir, 2009).
Pandemi Corona Virus Disease Sampel dalam penelitian ini adalah
2019 (COVID-19) diumumkan WHO mahasiswa dari berbagai jurusan.
(World Health Organization) tanggal 11 Survei disebar pada periode
Maret 2020. Kejadian Covid-19 yang pandemi melalui grup whatsapp dan email
sesuai himbauan pemerintah untuk
menjaga jarak guna menghindari
penyebaran virus corona.
Kami telah menyebar kuesioner
kepada 150 mahasiswa. Kuesioner ini
berisi survei tentang bagaimana pandemi
covid 19 mempengaruhi belanja online
para mahasiswa, dimana respoden
diberikan pertanyaan tertutup dan diminta
untuk menjawab Iya atau Tidak dengan
memberikan conteng dikolom yang Berikut penjelasan data demografik
disediakan. Semua data kuesioner diolah dari para responden yang sudah mengisi
menggunakan SPSS versi 22. Berikut survei :
pertanyaan pertanyaan survei yang Bar Chart 1
diberikan kepada responden:
Tabel 1 Pertanyaan Survei

Pada bar chart 1 untuk gender,


responden mahasiswa laki laki sebanyak
75 orang dan untuk perempuan berjumlah
93 orang, artinya untuk gender responden
wanita lebih banyak dari laki-laki.
Bar Chart 2

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampel terkumpul sebanyak 150
sampel dari 150 responden. Berikut data
Pada bar chart 2 untuk program
demografik responden yang ikut serta
studi, responden mahasiswa jurusan
dalam survei ini :
administrasi sebanyak 47 orang,
Tabel 2 Data Demografik Responden
mahasiswa sistem informasi sebanyak 64
orang, mahasiswa sistem informasi
akuntansi sebanyak 39 orang, artinya
responden dari jurusan sistem informasi
tertinggi jumlahnya.
Bar Chart 3
dengan SPSS 22, pembahasannya dapat
dilihat beberapa hal sebagai berikut.
Untuk pertanyaan pertama yang
menjawab iya sebanyak 146 responden
dan yang menjawab tidak sebanyak 4
responden. Untuk mean sebesar 1.03 dan
standar deviasi sebesar 0.162 yang artinya
Pada bar chart 3 untuk status sebaran data lebih beragam meskipun
pernikahan, responden mahasiswa yang masih tergolong rendah.
menikah sebanyak 28 orang dan yang Untuk pertanyaan kedua yang
belum menikah sebanyak 122 orang. Hal menjawab iya sebanyak 130 responden
ini wajar karena umumnya seusia mereka dan yang menjawab tidak sebanyak 20
masih fokus untuk kuliah. responden. Untuk mean sebesar 1.13
Bar Chart 4 dengan standar deviasi sebesar 0.341 yang
artinya sebaran datanya lumayan beragam
dibanding pertanyaan pertama. Hal ini
dikarenakan tidak ada hubungan yang
paralel antara melihat-lihat produk dengan
berbelanja, meskipun tingkat
kemungkinan untuk berbelanja setelah
melihat produk bisa saja tinggi.
Untuk pertanyaan ketiga yang
menjawab iya sebanyak 28 responden dan
Pada bar chart 4 untuk status
yang menjawab tidak sebanyak 122
pekerjaan, responden mahasiswa yang
responden. Untuk nilai mean sebesar 1.81
sudah bekerja sebanyak 55 orang dan
dengan standar deviasi sebesar 0.391 yang
yang belum bekerja sebanyak 95 orang.
artinya sebaran data lebih beragam
Setelah menguraikan data demografik dari
dibanding pertanyaan pertama dan kedua.
para responden, selanjutnya penulis akan
Pandemi Covid-19 tidak sama sekali
menyajikan dan mengulas data survei
menghalangi sebagian mahasiswa untuk
yang telah disebar kepada responden.
berbelanja online dikarenakan kebutuhan
Tabel 3 Statistik Deskriptif
yang mungkin sulit didapatkan ditempat
belanja biasa apalagi ditambah himbauan
pemerintah untuk jaga jarak.
Untuk pertanyaan keempat yang
menjawab iya sebanyak 4 responden dan
yang menjawab tidak sebanyak 146.
Untuk nilai mean sebesar 1.97 dengan
standar deviasi sebesar 0.162 yang artinya
sebaran data lumayan kecil karena
mungkin dimasa pandemi ini orang lebih
Dari data statistik deskriptif yang mendahulukan kebutuhan dasar
dihasilkan dari data survei yang diolah ketimbang gaya hidup meski tidak
memungkiri ada sebagian kecil yang tetap dari responden yang menjawab iya hanya
memilih berbelanja untuk gaya hidup. sebanyak 4 responden maknanya belanja
Untuk pertanyaan kelima yang online dimasa pandemi bukan bagian
menjawab iya sebanyak 29 responden dan rutinitas yang dilakukan responden karena
yang menjawab tidak sebanyak 121. mereka memilih menghemat uangnya
Untuk nilai mean sebesar 1.81 dengan sebagai simpanan.
standar deviasi sebesar 0.396 yang artinya Teknologi dibidang sistem informasi
sebasarannya cukup tinggi meski yang pada saat ini sangat maju dengan pesat
menjawab iya hanya sebesar 29 sekali baik dari sisi kecepatan maupun
responden, sedangkan mereka yang kemudahan masyarakat untuk mengakses
menjawab tidak bukan berarti tidak informasi. Berkembang dengan pesatnya
membeli karena kebutuhan akan tetapi jaringan telekomunikasi baik berupa
mereka memang tidak berbelanja online internet dan jaringan komputer membawa
dimasa pandemi ini. perubahan dalam sisi penjualan yang
Untuk pertanyaan keenam yang semula berbasis tatap langsung antara
menjawab iya sebesar 148 responden dan penjual dan pembeli menjadi elektronik,
yang menjawab tidak sebesar 2 responden. dimana pembelian, penjualan, pemasaran
Untuk nilai mean sebesar 1.01 dengan produk dan transaksi penjualan dengan
standar deviasi sebesar 0.115 yang artinya memanfaatkan jaringan internet dan
sebaran data lumayan kecil bahkan nomor dilakukan secara digital, atau dengan kata
dua yang terkecil, hal ini bisa dimengerti lain istilah ini dikenal dengan sebutan e-
bahwa pandemi ini benar-benar terasa ommerce.
dampaknya diberbagai sektor, tentu salah Ditengah pandemi Covid-19
satu yang kena dampaknya adalah daya penggunaan e-commerce mengalami tren
beli belanja online dikalangan mahasiswa. peningkatan. Adanya himbauan dari
Untuk pertanyaan ketujuh yang pemerintah untuk melakukan semua
menjawab iya sebanyak 150 responden kegiatan dari rumah dan menjalankan
artinya total responden menjawab iya protokol kesehatan yang dianjurkan
untuk pertanyaan ketujuh. Untuk nilai pemerintah yaitu memakai masker,
mean sebesar 1.00 dengan standar deviasi mengatur jarak, serta selalu mencuci
sebesar 0.000 artinya sebaran data sangat tangan. Hal ini menyebabkan perubahan
homogenya, yang artinya mayoritas perilaku konsumen dalam membeli untuk
responden memilih untuk menyimpan memenuhi kebutuhannya dimana belanja
uangnya dimasa pandemi ini ketimbang online merupakan pilihan yang tepat
berbelanja online, bilapun berbelanja untuk memudahkan mobilitas baik dari
online itu dikarenakan kebutuhan yang segi pemesanan maupum pembayaran
tidak bisa dihindari. dapat dilakukan secara digital.
Untuk pertanyaan kedelapan yang Faktor- faktor yang pengaruhi sikap
menjawab iya sebesar 4 responden dan membeli yang terdiri dari area, budaya,
yang menjawab tidak sebesar 146 kelas sosial, individu, keluarga, suasana,
responden. Untuk nilai mean sebesar 1.97 perbandingan orang, ialah: sumber energi
dengan standar deviasi sebesar 0.162 yang konsumen, motivasi, pengetahuan,
artinya sebaran data masih kecil dilihat perilaku, karakter, style hidup, demografi,
dan siklus psikologi. Dari sekian banyak dikonsumsi. Pada kondisi pandemi Covid-
faktor-faktor yang mempengaruhi 19 seperti saat ini, mengakibatkan
keputusan belanja online, penulis fokus perubahan pada kegiatan perilaku
terhadap variabel pribadi dan psikologis. konsumen. Pergeseran pola konsumsi
Keputusan belanja online masyarakat pun berubah. Bila terjadi
dipengaruhi oleh aspek pribadi semacam perubahan pola konsumsi otamatis
usia, sesi daur hidup, jenis pekerjaan, mempengaruhi daya beli masyarakat itu
suasana ekonomi, style hidup, karakter sendiri.
serta konsep diri. Di tengah situasi Fenomena tersebut menarik
pandemi Covid-19, keadaan ekonomi perhatian peneliti untuk mencoba
yang lemah dan tidak stabil dapat menelusuri lebih jauh tentang perubahan
mempengaruhi keputusan seseorang untuk yang terjadi di masyarakat khususnya
membeli online. Menentukan keputusan terkait perilaku konsumen. Oleh karena
yang tepat dan sesuai dengan anggaran itu, penelitian ini bertujuan untuk
yang dibutuh menyebabkan tren memberikan informasi atau gambaran
peningkatan orangorang untuk membeli secara keseluruhan tentang situasi yang
online. Disamping itu gaya hidup dan terjadi pada perubahan perilaku konsumen
kepribadian sebagai mahasiswa yang di masa pandemi Covid-19. Perubahan
belum stabil dan masih mencari jati diri mencakup dua aspek yaitu aspek sempit
membuat mereka gampang dipengaruh dan aspek luas. Arti perubahan dalam
oleh tren yang sedang berkembang pada aspek sempit yaitu terdapat pada perilaku
tahun ini. dan pola pikir individu sedangkan
Keputusan untuk membeli secara perubahan dalam aspek luas yaitu
individual sangat ditentukan oleh faktor perubahan dalam tingkat struktur
seperti psikologi semacam anggapan, masyarakat yang nantinya dapat
motivasi, pendidikan, serta keyakinan, dan mempengaruhi perkembangan masyarakat
perilaku. Faktor- faktor ini merupakan di masa yang akan dating. Perubahan yang
perihal yang dipakai oleh pelanggan besar juga dapat dimaknai dengan istilah
dalam berhubungan. Persepsi dan reformasi. Dampak perubahan yang sering
kepercayaan akan rasa aman dan dirasakan oleh masyarakat adalah
memudahkan jaga jarak dari pada harus perubahan dalam bidang ekonomi. Hal
pergi ke toko yang ramai meyebabkan tren tersebut dikarenakan setiap masyarakat
orang-orang untuk membeli online dalam suatu negara melakukan transaksi
semakin meningkat. untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Merebaknya virus corona tidak Sehingga apabila terjadi perubahan
sedikit membawa pengaruh terhadap ekonomi pada negaranya maka
perilaku masyarakat khususnya terhadap dampaknya akan dirasakan oleh
perilaku konsumen. Perilaku konsumen masyarakat.
merupakan bentuk kegiatan yang sering Perubahan adalah sesuatu yang tidak
kita lakukan terutama terkait dengan dapat dihindari karena kuatnya dorongan
pencarian informasi barang dan jasa, eksternal disertai dengan adanya
pembelian, penggunaan produk dan kebutuhan internal. Perubahan adalah
pembuangan barang danjasa yang telah pergantian atau pergeseran suatu hal
tertentu menjadi hal yang lain tanpa dibutuhkan banyak dilakukan dimasa
menghilangkan secara keseluruhan hal sebelum pandemi covid-19 terjadi.
tersebut. .Berdasarkan beberapa definisi di Sedangkan disaat pandemi Covid-19
atas, maka dapat disimpulkan perubahan terjadi aktifitas konsumen dalam hal
adalah pergeseran atau perubahan pencarian informasi terkait tempat, barang
kebiasaan pada seorang individu yang maupun jasa lebih sedikit dilakukan. Hal
diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu. ini menunjukkan bahwa perubahan yang
Perilaku konsumen didefinisikan dilakukan oleh konsumen merupakan
sebagai studi tentang tindakan konsumen perubahan pada kebiasaan yang sering
selama mencari, membeli, menggunakan, dilakukan seperti mencari dengan cara
mengevaluasi, membuang produk dan jasa mendatangi langsung tempat atau lokasi
yang mereka harapkan akan kebutuhan dimana tersedia barang/atau pun jasa yang
mereka. Hal ini menjelaskan bagaimana diperlukan. Perubahan ini dapat
individu membuat keputusan untuk dipengaruhi oleh faktor apa saja seperti
menghabiskan sumber daya yang tersedia pada penelitian ini diakibatkan oleh
pada barang-barang yang dijual oleh pandemic Covid-19. Sejalan dengan
pemasar. Studi tentang perilaku konsumen pendapat Arifah, bahwa perubahan adalah
menjelaskan produk dan merek apa yang sesuatu yang tidak dapat dihindari karena
dibeli konsumen, mengapa mereka kuatnya dorongan eksternal disertai
membelinya, kapan mereka membelinya, dengan adanya kebutuhan internal.
di mana mereka membelinya, seberapa Bahayanya Covid-19 menyebabkan
sering mereka membelinya, seberapa bergesernya aktifitas konsumen didalam
sering mereka menggunakannya, pencarian barang dan jasa. Arti perubahan
bagaimana mereka mengevaluasinya pada aspek sempit yaitu terdapat pada
setelah membeli, dan apakah mereka tidak perilaku dan pola pikir individu
membelinya berulang kali. sedangkan perubahan dalam aspek luas
Perilaku konsumen lebih dari yaitu perubahan dalam tingkat struktur
sekedar membeli, juga mencakup studi masyarakat yang nantinya dapat
tentang bagaimana memiliki (tidak mempengaruhi perkembangan masyarakat
memiliki) hal-hal yang mempengaruhi di masa yang akandating. Perubahan dari
kehidupan kita dan bagaimana harta benda yang sebelumnya selalu mencari informasi
yang dimiliki mempengaruhi perasaan kita baik langsung mengunjungi toko maupun
sendiri serta hubungan satu sama lainnya. tidak langsung banyak dilakukan sebelum
Solomon juga menuliskan bahwa perilaku terjadi pandemic covid, dan pada saat
konsumen adalah studi tentang proses terjadi pandemi covid-19 pola pencarian
yang terlibat ketika individu atau informasi berubah menjadi secara tidak
kelompok memilih, membeli, langsung atau secara online. Hal ini
menggunakan atau membuang produk, mengingat kondisi yang sangat berbahaya
jasa, ide atau pengalaman untuk bagi kesehatan konsumen.
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perubahan perilaku konsumen pada
Sebelum pandemi Covid-19 aktifitas saat melakukan pembelian produk
konsumen dalam mencari informasi maupun jasa banyak dilakukan sebelum
terkait tempat, barang maupun jasa yang pandemi Covid-19. Aktivitas belanja
kebutuhan konsumsi rumah tangga PENUTUP
seharihari selama pandemi Covid-19 lebih Kesimpulan yang diambil dari
sedikit dilakukan selama pandemi Covid- penelitian survei ini adalah bahwa semua
19, dimana sebelumnya aktifitas banyak mahasiswa memiliki aplikasi toko online
dilakukan dengan dengan pergi ke pasar di handphone-nya meski sekedar melihat
tradisional dan mendatangi langsung produk tanpa berbelanja. Pandemi covid
minimarket terdekat. Hal ini menunjukkan 19 mempengaruhi daya beli mahasiswa
bahwa perbahan perilaku juga terjadi di khususnya belanja online. Mereka lebih
dalam aktifitas pembelian barang maupun memilih menghemat ketimbang
jasa. membelanjakan uangnya. Kalaupun harus
Perubahan adalah pergantian atau berbelanja online, itu dikarenakan
pergeseran suatu hal tertentu menjadi hal kebutuhan yang tidak bisa dihindari. Ada
yang lain tanpa menghilangkan secara sebagaian kecil responden yang tetap rutin
keseluruhan hal tersebut. Sama halnya berbelanja online untuk keperluan dan
dengan kondisi yang terjadi dalam untuk gaya hidup tapi itu sangat kecil
penelitian ini. Perubahan yang terjadi pada jumlahnya karena mayoritas lebih
aktifitas pembelian disini tidak memilih berhemat. Mereka yang memilih
menghilangkan secara keseluruhan aspek tetap belanja online dikarenakan
pembelian. Karena kegiatan pembelian kebutuhan mendesak dan kemudahan.
mencakup semua hal setelah selesai Penelitian ini tentu tidak mewakili
melakukan pembelian, seperti pendapat seluruh mahasiswa, karena boleh
mengumpulkan, mengevaluasi informasi jadi bila survei ini dilakukan terhadap
tentang produk atau jasa dan memilih mahasiswa dikampus lain dan diwaktu
tempat untuk melakukan pembelian. yang lain hasilnya akan berbeda.
Demikian juga faktor unik untuk situasi, Penelitian ini hanya survei, dan tidak
seperti suasana toko, desain website, mencari pengaruh berbagai variabel.
alasan pembelian, dan jumlah waktu Murni untuk mengetahui bagaimana
konsumen mencurahkan terhadap pandemi ini dampaknya terhadap kegiatan
keputusan pembelian. Selama masa belanja online mahasiswa.
pandemi Covid-19 perilaku konsumen DAFTAR PUSTAKA
beralih menggunakan e-wallet pada saat Anwar, R., dan Adidarma, W. (2016).
melakukan transaksi pembelian. Pengaruh Kepercayaan dan Risiko
Karena situasi masa pandemi Covid- Pada Minat Beli Belanja Online.
19, menyebabkan kegiatan pembelian Jurnal Manajemen Dan Bisnis
berubah secara daring/online. Konsumen Sriwijaya, 14(2), 155–168.
menghindari kontak fisik guna https://doi.org/10.29259/jmbs.v14i
menghindari penularan. Berdasarkan hasil 2.3995
penelitian yang dilakukan bahwa jenis Budi Santoso, Drs., M. 2009. Riset
produk yang sebagian besar banyak dibeli Perilaku Konsumen Studi
secara online maupun mendatangi Mengenai Perlaku Konsumen
swalayan terdekat selama pandemi adalah Terhadap Online Shopping . Jurnal
produk kesehatan, produk perawatan, Perilaku Konsumen, 1–2.
obat-obatan, dan sembako.
Hendra, Y. N. R., Wirza, E., dan Irawan, Nurhayati. (2017). Belanja “Online”
M. Z. (2015). Pengaruh Belanja sebagai cara Belanja di Kalangan
Online Terhadap Perilaku Mahasiswa ( Studi Kajian Budaya
Perjalanan Belanja. Jurnal Di Universitas Malikussaleh
Transportasi Vol. 15 No. 1, 15(1), ,Lhokseumawe, Aceh). Aceh
31–40. Antrhropological Journal, 1(2), 1–
Laudon K.C and J. P. Laudon. (2007). 22. Retrieved from
Essentials of Management http://eprints.ums.ac.id/60878/3/B
Information Systems Ford AB I.pdf
AutoXchange B2B Marketplace. Permana, A.E., Reyhan, A.M., Rafli, H.,
Pearson Educ., pp. 1–5. dan Rakhmawati, N.A. (2021).
McKinsey Expects Great Growth for Analisa Transaksi Belanja Online
Indonesia’s E-Commerce Market,” Pada Masa Pandemi Covid-19.
(2018). Jurnal TEKNOINFO, Vol. 15, No.
https://www.indonesiainvestments. 1. DOI : 10.33365/jti.v15i1.868
com/news/todaysheadlines/mckins Rohmah, S. N., dan Syari, F. (2020).
ey-expects-great-growth- Adakah Peluang Bisnis di Tengah
forindonesia-s-e-commerce- Kelesuan Perekonomian Akibat
market/item8959? Pandemi Coronavirus Covid-19 ?
Mustomi, D., Puspasari, A., Azizah, A., ’ADALAH ; Buletin Hukum &
dan Wijayanti, D. (2020). Analisis Keadilan, 4(1), 63–74.
Belanja Online Di Kalangan Saragih, H., dan Ramdhany, R. (2013).
Mahasiswa Pada Masa Pandemi Pengaruh Intensi Pelanggan
Covid 19. Jurnal AKRAB JUARA. Dalam Berbelanja Online Kembali
Vol. 5. No. 4. pp. 48-57. Melalui Media Teknologi
Nazir, M. (2009). Metode Penelitian (ke Informasi Forum Jual Beli (Fjb)
tujuh). Galia: Ghalia Indonesia. Kaskus. Jurnal Sistem Informasi,
Ni, R., Novia Mandasari, P., Nurcaya, N., 8(2), 100.
Hausenblas, H. A., Carron, A. V., https://doi.org/10.21609/jsi.v8i2.3
Mack, D. E., dan Rochmach, T. N. 31
(2017). Aplikasi Theory of Sari, C. A. 2015. Perilaku Berbelanja
Planned Behavior Dalam Online Di Kalangan Mahasiswi
Membangkitkan Niat Pasien Antropologi Universitas
Untuk Melakukan Operasi Airlangga. Jurnal Antro Unair,
Katarak Application of the Theory 4(2), 205–216.
of Planned Behavior in Sari, D. E., Handoko, R., dan Rochim, A.
Generating Patients Intention To I. (2018). Pengaruh Online Shop
Undergo Cataract Surgery. Jurnal Jejaring Sosial Terhadap Perilaku
Administrasi Kesehatan Indonesia, Konsumtif Pada Ibu Rumah
5(1), 674–681. Tangga Kabupaten Mojokerto
https://doi.org/10.9744/jmk.17.2.1 (Studi Kasus Ibu Rumah Tangga
09 Di Desa Mojotamping, Kecamatan
Bangsal, Kabupaten Mojokerto).
Representamen, 4(01).
https://doi.org/10.30996/representa
men. v4i01.1423
Solihin, S., & Azwar, W. (2019). Sharia
Customer Behavior: Perilaku
Konsumen Dalam Belanja Online.
JEBI (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Islam), 4(1), 101.
https://doi.org/10.15548/jebi.v4i1.
222
Sukwadi, R., Inderwati, M. W., &
Yemima, M. I. (2016). Perilaku
konsumen dalam pemilihan online
shop instagram. Jurnal Metris, 17,
123–132.
Taufik; Ayuningtyas. (2020). The Impact
of Covid-19 Pandemic on Business
and Online Platform Existance.
Jurnal Pengembangan Wiraswasta,
22(1), 21– 32.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.
3337 0/jpw.v22i1389
Zikra, R., dan Yusra, Z. (2016). Kepuasan
wanita berbelanja produk fashion
berdasarkan cara membeli. Jurnal
RAP UNP, Vol 7(1), 55–56.

Anda mungkin juga menyukai