Anda di halaman 1dari 13

AKHLAK DALAM KELUARGA

DI Susun Oleh:

Adi Gunawan (C2A020307)

Muhammad Irkham Muis (C2A020310)

JURUSAN TEKNIK MESIN KARYAWAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah macam-macam akhlaq.

Penulis mengusahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar penulisan makalah ini. Untuk itu penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kesehatan, serta segala karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan semaksimal mungkin.

2. Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan ajaran yang sempurna kepada kami
selaku umatnya.

3. Bapak Budi Setyono,S,pd.i., M.Pd.i selaku dosen mata kuliah AIK I. yang telah
membimbing penulis selama belajar.

4. Bapak dan Ibu selaku orang tua yang telah memberikan motivasi, doa, dan
memfasilitasi penulis selama belajar.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bila ada
kekurangan baik dari segi penyusun, bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberikan saran dan kritik kepada penulis sehingga dapat lebih baik untuk kedepannya.
Penulis berharap makalah macam-macam akhlaq ini dapat bermanfaat bagi orang lain.
Seandainya makalah ini kurang sempurna penulis minta maaf.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 3
BAB I.................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN................................................................................................................................... 6
2.1 Urgensi Keluarga Dalam Hidup Manusia...................................................................................6
2.2 Akhlak Suami dan Istri...............................................................................................................7
2.3 Ahklak Orang Tua Terhadap Anak.............................................................................................8
2.4 Akhlak Anak Terhadap Orang Tua.............................................................................................9
2.5 Membangun Keluarga Sakinah..................................................................................................12
BAB III............................................................................................................................................... 13
PENUTUP.......................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN...............................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya.
Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-detailnya
segala sesuatu. Islam adalah agama yang selamat dan juga menyelamatkan. Islam adalah
agama yang sempurna dan agama yang mengatatkan bagi siapa yang mengikuti ajarannya
dengan benar sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasulnya. Islam sendiri berarti “ istislam”
penyerahan diri kepada yang pemberi selamat, dan Islam juga berati salâm yang berarti
keselamatan. Keselamatan yang diberikan Allah kepada umat Islam bukan hanya sekedar
keselamatan di dunia semata akan tetapi keselamatan yang kekal abadi yang berikan kepada
umat Islam.

Pada dasarnya pendidikan akhlak adalah pendidikan yang berusaha meluruskan naluri
dan kecenderungan fitrah seseorang yang membahayakan masyarakat, dan membentuk kasih
sayang mendalam yang akan menjadikan seseorang merasa terikat untuk melakukan amalan
yang baik dan menjauhi amalan yang buruk. Pembahasan tentang pendidikan akhlak ternyata
sudah jauh-jauh hari dibahas oleh para cendikiawan muslim. Imam Abu Hamid al-Ghazali
termasuk salah satunya yang membahas tentang akhlak ini. Beliau mengatakaan bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri.

Sikap hidup dan perilaku Nabi Muhammad SAW senantiasa “hidup” terus
menjadi panutan setiap muslim untuk untuk membangun akhlak mulia, ataupun budi
pekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak merupakan
suatu perbuatan yang bertujuan jelas yaitu : untuk memperbaiki pribadi muslim
sehingga bisa melaksanakan Islam dengan sebaik – baiknya, Adapun perbaikan
pribadi muslim sehingga bisa melaksanakan Islam dengan sebaik – baiknya, Adapun
perbaikan yang dimaksudi adalah segala sesuatu yang sesuai denga napa yang
diterangkan oleh Al- Qur’an dan hadits nabi SAW
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana urgensi keluarga dalam kehidupan.


2. Bagaimana akhlak suami istri.
3. Bagaimana akhlak orang tua terhadap anak.
4. Bagaimana akhlak anak terhadap orang tua.
5. Bagaimana membangun keluarga sakinah.

1.3 Tujuan

1. Agar tercipta keluarga yang harmonis yang menciptakan lingkungan keluarga


yang damai.
2. Menyempurnakan iman di dalam keluarga hinga terciptanya ketentraman
dalam berkeluarga.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Urgensi Keluarga Dalam Hidup Manusia

Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri


atas suami-isteri-anak. Pengertian demikian mengandung dimensi hubungan darah
dan juga hubungan sosial. Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi
keluarga besar dan keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga
merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh saling berhubungan atau interaksi
dan saling mempengaruhi, sekalipun antara satu dengan lainnya tidak terdapat
hubungan darah.

Pengertian keluarga dapat ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis.


Secara Psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan
batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri. Sedangkan pengertian secara sosiologis, keluarga adalah satu
persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia
yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk saling menyempurnakan
diri, saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling
membutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan
kepercayaan diri pada anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk
membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.

Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan
hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling menghormati
dan saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif
dan sebagai pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada tugas dan saling
menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya
memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap
kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus mendapatkan
bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat
mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran
agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat menentukan berhasil
tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali menerima sejumlah
nilai pendidikan.

Sentralisasi nilai-nilai agama dalam proses internalisasi pendidikan agama pada


anak mutlak dijadikan sebagai sumber pertama dan sandaran utama dalam
mengartikulasikan nilai-nilai moral agama yang dijabarkan dalam kehidupan
kesehariannya. Nilai-nilai agama sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
keluarga, agama yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil kepada anak akan
membawa dampak besar dimasa dewasanya, karena nilai-nilai agama yang diberikan
mencerminkan disiplin diri yang bernuansa agamis.

2.2 Akhlak Suami dan Istri

a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur – bangun tidur
yang lihat hanya pasangan).

b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri berpakaian


untuk suami dan begitu juga sebaliknya)

c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan

d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling


mengingatkan dan jangan selalu menuntut)

e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik,


instospeksi masing-masing

f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri

g. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi


kebutuhan

h. Menjaga hubungan dengan pihak lain.


 Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Islam :

- Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan


warahmah. (Ar-Rum: 21).

- Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing


pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10)

- Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’:


19)

2.3 Ahklak Orang Tua Terhadap Anak

Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-anaknya serta hak
dan kewajiban masing-masing. Orang tua harus mengikat hubungan yang
harmonis dan penuh kasih sayang dengan anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua
adalah orang tua yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang
memiliki akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW. Poin yang terpenting adalah
teladan dari orang tuanya.
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan adab.
Untuk itulah beliau mengajarkan kita adab sejak bangun tidur hingga tidur. Semua
ada tuntunannya. Termasuk adab anak kepada orang tuanya, murid kepada
gurunya, pendidik kepada peserta didik.

ketika orang tua mengajarkan adab kepada anaknya, walaupun sebelumnya ia


juga belum melakukan adab itu, dengan belajar adab tersebut bersama anaknya,
maka hal itu bisa berubah menjadi kebiasaan dalam beradab. Hal ini akan
berujung pada terbentuknya karakter yang bagus.

Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya. Anak
berprestasi bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya  sudah mencetak
generasi yang baik. orang tua yang mampu membuat anaknya menjadi generasi
rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa :9:


۟ ُ‫وا ٱهَّلل َ َو ْليَقُول‬
‫وا قَوْ اًل َس ِديدًا‬ ۟ ُ‫وا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّق‬
۟ ُ‫ض ٰ َعفًا خَ اف‬ ۟ ‫ش ٱلَّ ِذينَ لَوْ تَ َر ُك‬
ِ ً‫وا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan  keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.
(QS. An-Nisa’:9)

Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak
dalam keadaan lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala aspek
kehidupan, seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah
iman (spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi generasi tanpa kepribadian.
Jadi, semua orang tua harus memperhatikan semua aspek perkembangan anak,
baik dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental, maupun masalah akidah
atau keimananya.

Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah, berlaku
lemah lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam menanamkan
kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan oleh cara-cara orang tua
mendidik dan membesarkannya.

Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
peranannya mendidik anak, antara lain :

1.       Orang tua sebagai panutan

2.       Orang tua sebagai motivator anak

3.       Orang tua sebagai cermin utama anak

2.4 Akhlak Anak Terhadap Orang Tua

a. Kewajiban kepada ibu

ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun
merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan
menyekolahkannya, disanping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa
muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), maka setelah
mulai memasuki masa belajar, ayah lebih memilih kewajibannya, mendidiknya
dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa, apabila dibandingkan antara berat
tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana
perasaan ibu dan ayah terhadap anaknya, maka secara perbandingan, apabila
dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak
sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya
seorang ibu saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah
yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka
penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan,
melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam
cara memuliakan orang tua.

b. Berbuat baik kepada ibu dan bapak

Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan
ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak
menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat
lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan
sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi
ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak meridhainya
sehingga orang tua itu meridhainya. Allah berfirman Firman Surat Al-Luqman
: 14

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kembalimu” (QS.Luqman:14)

Menurut ukuran orang tua tidak sampai akan menganiaya kepada anaknya.
Kalaulah itu terjadi penganiayaan orang tua kepada anaknya adalah disebakan
perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan penganiayaan
orang tua kepada anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si orang tua
marah kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha kepada
anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si anak tersebut lantaran orang tua.

c. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah


Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap
sikap si anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering
menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus.
Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan kata-kata yang kasar, anakpun
akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan oleh ibu dan
ayahnya. Sebab anak mempunyai insting menir yang lebih mudah ditiru
adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar
anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan
diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat,
bersikap, dan berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran
Islam harus berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata
mulia.

d. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia

berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam
hal ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi Muhammad
SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Usaid yang artinya:

:”Kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, seorang bertanya
kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan
setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan
kepada kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW bersabda: ”Ya, ada empat
hal :”mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati /
melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua,
dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali
karena kedua orang tua”.

Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-
beliau itu sudah tiada yaitu:

1)      Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Allah SWT dari
segala dosa orang tua kita.

2)      Menepati janji kedua orang tua. sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan atau menepati janji tersebut.
Contoh: orang tua ingin menunaikan ibadah haji,yang belum kesampaian
melaksanakannya, maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.

3)     Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua.
Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka
hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.

2.5 Membangun Keluarga Sakinah

Setiap umat muslim pasti ingin menginginkan pernikahan yang


skinah,mawadah,warohmah. Keluarga yang sakinah adalah istilah dan sekaligus doa
yang sering di panjatkan dan di harapkan oleh para muslim yang telah menikah dan
membina keluarga. Keluarga yang sakinah tentunya bukan hanya semboyan belakang
saja dalam ajaran islam. Namun juga menjadi tujuan dari pernikahan sekaligus nikmat
allah yang di berikan bagi umatnya yang membina keluarga. Dengan adanya
ketenangan,ketentraman,rasa aman dan kedamaian maka dalam keluarga tidak akan
terjadi keguncangan atau perdebatan yang besar. Masing-masing keluarga pasti punya
cara tersendiri dalam menghadapi permasalahan di keluarganya. Untuk mencapai
keluarga yang sakinah, maka hak suami istri dan kewajiban masing-masing harus
dilaksanakan dengan penuh keadilan, keserasian, keselarasan, dan keseimbngan baik
dalam fungsi keagamaan maupun keduniaan.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak
(bernikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan wanita. Jika mereka miskin, Allah
akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi

Maha Mengetahui”. ( QS An Nuur:32 )

Kelurga yang sakinah diartikan sebagai keluarga yang harmonis dimana nilai-nilai
ajaran islam senantiasa ditegakkan dan saling menghormati serta saling
menyanyangi. Dalam keluarga yang sakinah, anggota keluarga mampu
menjalankan kewajibannya dan senantiasa membantu satu sama lain.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Akhlak anak terhadap kedua orang tua menurut al-Ghazali masih relevan bagi pemuda Islam
pada masa sekarang, karena berdasarkan atas al-Qur'an dan Hadits. Akan tetapi anak yang
diterlantarkan orang tua sejak kecil, membuat mereka tidak dapat menghayati tanggung jawab orang
tua terhadapnya, tanggung jawab anak terhadap orang tua dan akan menyebabkan mereka tidak
berbuat baik kepada orang tua. Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah kepadanya, rendahkan
dirimu, sopanlah kepadanya. Oleh karena itu orang tua dan anak harus sama-sama memperhatikan
tanggung jawab dan haknya masing-masing, antara hak-hak orang tua terhadap anak dan sebaliknya,
supaya akhlak atau etika anak terhadap kedua orang tua berjalan dengan baik dan sesuai dengan
ajaran agama.

Ar-rum ayat 21 : dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
istri2 dan jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Anda mungkin juga menyukai