1. Mengapa pasien mengeluh mata kanan buram, kelopak mata bengkak, merah dan nrocos ?
Mata nrocos
o Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Hal yang dapat mengakibtkan erosi
kornea adalah lensa kontak, sinar ultra violet, debu, dan asap.
Akibatnya kornea yang mempunyai banyak serabut saraf sensibel terkena, maka pasien
akan merasa sakit sekali, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan
akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
Hifema traumatik disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola,
batu, peluru senapan angin, dan lain-lain. Tujuh puluh persen kasus hifema
traumatik terjadi pada usia di bawah 20 tahun dan benda- benda tersebut dilaporkan
sebagai objek penyebab hifema. Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada
mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya
terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut
mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan.
Selain trauma tumpul, hifema traumatik dapat disebabkan oleh trauma tembus
dengan merusak secara langsung vaskularisasi okuli.
Sumber : SUGAMA GINTING. KARAKTERISTIK TRAUMA MATA PADA ANAK
DI RUMAH SAKIT ADAM MALIK PERIODE TAHUN 2014-2015. FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. 2017.
Hematom subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat
pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.
Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan,trauma tumpul basis kranii,
atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah
akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, areriosklerosis, konjungtiva
meradang(konjungtivitis), anemia, dan obat-obatan tertentu.
Pengobatan dini yang dapat dilakukan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva
akan hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak
terdapat robekan di bawah jaringn konjungtiva atau sklera. Kadang-kadang hematoma
subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih burukseperti perforasi bola mata.
Bila tekanan bola mata rendah disertai tajam penglihatan menurun dengan hematoma
subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari
adanya ruptur sklera atauterlihatnya jaringan kororid yang menonjol
Kornea
Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema
kornea ataupun malahan ruptur daripada membran Descement. Edema kornea yang
berat dapat mengakibatkan serbukan sel radang dan neurovaskularisaso masuk ke
dalam jaringan stroma kornea.
Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi
sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.kornea akan terlihat keruh,
dengan uji plasido yang positif.
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonikseperti Nacl 5 %. Bila terdapat
peninggian tekananbola mata maka diberikan asetazolamida.
Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan
oleh gesekan keras pada epitel kornea. Hal yang dapat mengakibtkan erosi kornea
adalah lensa kontak, sinar ultra violet, debu, dan asap.
Akibatnya kornea yang mempunyai banyak serabut saraf sensibel terkena, maka
pasien akan merasa sakit sekali, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan
penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila di beri pewarnaan
fluoresein akan berwarna hijau. Hati-hati bila memakai obat topikal untuk
menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan
epitel. Pada erosi kornea yang perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul
kemudian akibat barier epitel hilang.
Pengobatan biasanya diberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun
untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan
dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan
mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea
yang mengenai seluruh permukaan kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea
akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik.
Uvea
Iridoplegia
Pada trauma tumpul dapat terjadi kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga pupil
menjadi lebar atau midriasis. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar. Pasien akan
sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan
masuknya sinar pada pupil, akan terlihat anisokoria pada pupil.
Iridoplegia ini akan berlangsung beberap hari sampai beberapa minggu. Kadang-
kadang tidak menjadi normal lagi. Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi
istirahat untuk mencegah terjadinya kelelehan sfingter disertai dengan pemberian.
Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk
pupil menjadi berubah menjadi lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama
dengan terbentuknya hifema. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Bila
keluhan demikian maka pada pasien sebainya dilakukan pembedahan dengan
melakukan resposisi iris yang terlepas.
Hifema
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan
terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi
seluruh ruang bilik mata depan
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan
iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Pasien dengan hifema harus tinggal dan dirawat di rumah sakit. Pasien tidur dengan
kepala miring 60 derajat, diberi koagulansia, dan mata ditutup. Pada anak-anak yang
gelisah dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi penyulit glaukoma diberi
asetazolamida.
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7
hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema
sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.
Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan
iridosiklitis atau radang uvea anterior. Pada mata akan terlihat mata merah, suar di
dalam bilik mata depan, dan pupil mengecil. Tajam penglihatan menurun. Pada
uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat radang berat
maka dapat diberikan steroid sistemik.
Lensa
Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa akibat putusnya zonula
zinii.
Gangguan kedudukan lensa ini dapat dalam bentuk ;
a) Subluksasi lensa
Terjadi akibat zonula zinn putus sebagian sehingga lensa berpindah tempat. Pasien
pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan
memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada
zonula tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan
menjadi lebih miopia. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan
sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata ini
mudah terjadi glaukoma sekunder.
Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada
zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan).
b) Luksasi lensa anterior
Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat
masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini
maka akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul
glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalnya. Pasien akan mengeluh penglihatan
menurut mendadak, disertai rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan
blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik
mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata
sangat tinggi. Pasien secepatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya
dengan terlihat dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola mata.
c) Luksasi lensa posterior
Pada keadaan putusnya zonulla zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa
jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di datarn bawah polus posterior fundus
okuli. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan
melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan
iris tremulans. Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya
akibat lensa mengganggu kampus pasien.
Katarak traumatic
Trauma tumpul dapat mengakibatkan katarak pungtata, selain daripada dapat
mengakibatkan katarak, yang biasanya berjalan lambat, dan proses degenerasinya
dapat berjalan lanjut. Proses degenerasi lanjut ini dapat mengakibatkan pencairan
korteks lensa dan bocor melalui kapsul lensa. Bahan lensa di luar kapsul sebagai
benda asing menimbulkan reaksi di dalam bilik mata depan sehingga menimbulkan
reaksi uveitis yang disebut sebagai uveitis fakotoksik dan glaukoma fakolitik.
Bila katarak telah menimbulkan reaksi fakolitik maka pasien akan mengeluh mata
sakit disertai dengan gejala uveitis lainnya sehingga lensa perlu dikeluarkan dengan
segera.
Ablasi retina
Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada
penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya
ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis sanata, miopia, dan proses
degenerasi retina lainnya. Bila terjadinya ablasi retina setelah suatu trauma tidak
diketahui dengan jelas karena waktu terjadinya tidak selalu sama.
Pada pasien ekan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir
menganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka
tajam penglihatan akan menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina
yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-
kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-putus.
Rupture koroid
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat
daripada ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan
melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid ini terletak atau
mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat.
Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila
darah tersebut telah diabsorbsi maka akan terlihat bagian yang ruptur berwarna putih
karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
Saraf optic
Avulse papilsaraf optic
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola
mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan.
Penderita perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.
b. Trauma Tajam
Penetran : menembus bolamata
Non penetran : menggosok bola mata
Tanda
Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan
konjungtiva ini atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila
robekan konjungtiva lebih 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah
terjadinya granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya
robekan sclera bersama-sama dengan robekan konjungtiva tersebut.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata
maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti:
i. Tajam penglihatan yang menurun
ii. Tekanan bola mata rendah
iii. Bilik mata dangkal
iv. Bentuk dan letak pupil yang berubah
v. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
vi. Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan
kaca, atau retina
vii. Konjungtiva kemotis
Pengobatan
Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola mata maka
secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup dan segera
dikirim pada dokter mata untulk dilakukan pembedahan.
Pada setiap terlihat kemungkinan trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada
benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto.
Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotika sistemik
atau intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan.
Pasien juga diberi anti tetanus profilaktik, analgetika, dan kalau perlu penenang.
Sebelum dirujuk mata tidak diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata.
Pasien tidak boleh diberi steroid local dan beban yang diberikan pada mata tidak
menekan bola mata.
Etiologi
Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata.
Benda asing di dalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan. Benda asing yang
bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnit raksasa. Benda yang tidak
magnetik dikeluarkan vitrektomi.
Penyulit
Penyulit yang dapat timbul pada terdapatnya benda asing intraokular adalah
endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ptisis bulbi.
Corpus alienum atau benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata,
sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan,
beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata
maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata.
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh
darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah
putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrat
kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan menjadi ulkus atau
nekrosis jaringan.
Selain itu, jika sampai mengenai lensa dapat menyebabkan katarak traumatika. Beratnya
kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum,
kecepatan masuknya, ada atau tidaknya proses infeksi, dan jenis bendanya. Penatalaksanaannya
adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum
berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah
pemberian anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik
tumpul atau tajam.Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka
dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan
mata dibebat dengan kassa steril dan diperban
MACAM :
JENIS :
LOGAM
NON LOGAM
REAKSI :
o BENDA INERT
o BENDA REAKTIF
2) TRAUMA NON MEKANIK
a. Trauma Kimia
Bahan kimia yang dapat mengakibaIkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam
bentuk:
1. Trauma Asam
2. Trauma Basa atau Alkali.
Pengobatan
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.
lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan yang segera harus
dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.
Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau air bersih lainnya
selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.
Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu
seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam berat.
Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme berat.
Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3% sedang untuk basa
larutan asam borat, asam asetat 0.5% atau bufer as asetat pH 4.5% untuk
menetralisir. Diperhatikan kemungkinan terdapat benda asing penyebab luka
tersebut.
Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi adalah antibiotika
topikal, sikioplegik dan bebat mata selama mata masih sakit.
Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya
sempurna setelah 3-7 hari.
Klasifikasi
Trauma Asam
Etiologi
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorga organik (asetat,
forniat),d an organik anhidrat (asetat).
Patofisiologi
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun
penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak
akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya
pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi
seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih
dalam.
Pengobatan
a. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan
selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang
mengakibatkan trauma.
b. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam
penglihatan tidak banyak terganggu.
Penjelasan :
a. Sangat gawat
Yang dimaksud dengan keadaan sangat gawat adalah keadaan atau kondisi pasien
memerlukan tindakan yang harus sudah diberikan dalam waktu beberapa menit. Terlambat
sebentar saja dapat mengakibatkan kebutaan. Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk
dalam kategori ini adalah :
- Luka karena bahan kimia (karena alkali, basa atau asam)
b. Gawat
Yang dimaksud dengan keadaan gawat adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan
diagnosis dan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu satu atau beberapa jam.
Adapun keadaan atau kondisi yang termasuk dalam kategori ini adalah :
- Laserasi kelopak mata
- Konjungtivitis gonorrhoea
- Erosi kornea
- Laserasi benda asing
- Benda asing di kornea
- Descemetocele
- Tukak kornea
- Hifema
- Skleritis
- Iridosiklitis akut
- Endoftalmitis
- Glaukoma kongestif
- Glaukoma sekunder
- Ablasi retina
- Selulitis orbita
- Trauma tembus mata
- Trauma radiasi
c. Semi gawat
Yang dimaksud dengan keadaan semi gawat adalah keadaan atau kondisi pasien
memerlukan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah :
- Defisiensi vitamin A
- Trakoma yang disertai dengan entropion
- Oftalmia simpatika
- Katarak kongenital
- Glaucoma kongenital
- Glaucoma simpleks
- Perdarahan badan kaca
- Retinoblastoma (tumor ganas retina)
- Neuritis optika/papilitis
- Eksoftalmus atau lagoftalmus
- Tumor intraorbita
- Perdarahan retrobulbar
MRI
Lebih akurat dari CT-Scan dalam deteksi kerusakan bola mata, seperti ruptur posterior
tersembunyi
Kontraindikasi: IOFB
Intraocular Foreign Body (IOFB) dari logam, pacemaker, claustrophobia, gawat-darurat
Uji elektrodiagnostik
•Integritas nervus optikus dan retina elektroretinografi (ERG), seperti mencari degenerasi
akibat IOFB logam kronik
9. Apa saja komplikasi yang dapat timbul dari skenario ?
Komplikasi Trauma Tumpul okuli :
- Midriasis
- Glaukoma
- Katarak
- Dislokasi lensa
- Vitreous haemorrhage
- Atrofi N. Opticus
Komplikasi yang ditimbulkan trauma mata bisa dari yang paling ringan seperti akibat
dari ruptur kornea, ruptur sklera, prolaps cairan bola mata sampai yang menimbulkan
kebutaan dan kecacatan seumur hidup.
Komplikasi trauma mata seperti kebutaan dipengaruhi oleh kesesuaian teknik maupun
ketepatan waktu dari pengobatan yang digunakan. Pengetahuan tentang pola dan
penyebab trauma mata di lingkungan sekitar akan membantu untuk mengetahui
penyebab umum serta mendapatkan fakta-fakta yang 3 diperlukan untuk bahan
pendidikan kesehatan dalam rangka perencanaan tindakan preventif serta kebutuhan
untuk mencari pengobatan yang tepat sedini mungkin setelah terjadi trauma
Komplikasi yang ditimbulkan trauma mata bisa dari yang paling ringan seperti akibat
dari ruptur kornea, ruptur sklera, prolaps cairan bola mata sampai yang menimbulkan
kebutaan dan kecacatan seumur hidup
EVALUASI PENATALAKSANAAN PENDERITA TRAUMA MATA DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT DOKTER WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE 2015-
2016