Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Definisi Asma Bronchiale

Asma bronchiale adalah suatu penyakit nafas dengan ciri meningkatnya

respon bronkus dan trakea terhadap berbagai rangsangan (Muttaqin,2008).

Asma bronchiale adalah suatu bentuk peradangan (inflamasi) kronik pada

saluran nafas yang menyebabkan hyperaktivitas bronkus terhadap berbagai

rangsangan yang di tandai dengan adanya gejala episodik yang berulang

yang berupa sesak nafas, batuk, mengi dan rasa sesak di dada terutama di

rasakan pada malam hari yang bersifat reversible baik atau tanpa

pengobatan ( Depkes,2009). Asma bronchiale adalah suatu peradangan

akibat reaksi hypersensitif mukosa bronkus terhadapa bahan allergen yang

mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus ( Riyadi & Sukiman

,2013 ). Asma bronchiale adalah hyper reaksi bronkus akibat rangsangan

dari luar berupa allergen yang merupakan faktor dari lingkungan , radang

saluran pernapasan dan bronkokontriksi menyebabkan saluran pernapasan

menyempit dan sesak nafas / sukar bernafas yang diikuti dengan suara

wheezing ( bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara / nafas ), (

Putri,dkk 2013). Asma Brochiale adalah suatu penyakit noncommunicable

( Penyakit yang tidak menular ) utama kronis saluran pernapasan yang

hyperaktif dan menyempit akibat berbagai rangsangan yang ditandai adanya

7
8

serangan sesak nafas dan mengi dengan tingkat keparahan dan frekuensi

tiap orang berbeda ( World Health Organization / WHO ,2016 )

2. Etiologi

Muttaqin , (2008 ) mengungkapkan etiologi dari penyakit asma bronchiale

belum diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor pencetus yang

menimbulkan asma bronchiale terjadi :

a. Allergen

Allergen adalah zat zat tertentu yang dihirup maupun dimakan yang

dapat menimbulkan serangan asmabronchiale misalnya seperti debu

rumah , tengau, spora jamur, bulu binatang beberapa makanan laut dan

sebagainya

b. Infeksi Saluran Pernapasan

Infeksi saluran pernapasan terutama yang disebabkan oleh virus. Virus

yang biasa menjadi penyebab kambuhnya asma bronchiale adalah virus

influensa

c. Olahraga / Kegiatan jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma

bronchiale bila melakukan olahraga atau aktivitas yang berlebih. Lari

cepat dan bersepeda merupakan jenis aktivitas yang mudah

menimbulkan serangan asma bronchiale terjadi .

d. Obat- Obatan
9

Beberapa penderita asma brochiale sensitif atau alergi dengan obat

tertentu seperti pinisilin,salisilat,beta bloker,kodein,dan sebagainya

e. Polusi udara

Penderita asma brochiale sangat sensitif terhadap uadara yang

berdebu,asap pabrik / kendaraan ,asap rokok,asap yang mengandung

hasil pembakaran dan oksida fotokemikal,serta bau yang tajam

3. Pathofisiologi Asma Bronchiale

Asma bronchiale timbul akibat mengalami atopi dari pemaparan allergen

membetuk IgE menyerang sel – sel mast dalam paru yang pelepasan sel-sel

mast seperti histamin dan prostaglandin. Terjadi hiperaktif broncus karena

allergen ( Inhalan dan kontaktan). Polusi, Asap, serta bahu tajam .

Berdasarkan hal tersebut asma bronchiale merupakan penyakait

bronkhospasme yang reversible yang secara pathofisiologi disebut sebagai

suatu hiperreaksi bronkus dan secara patologi sebagai suatu peradangan

salauran pernafasan. Mukosa dan dinding bronkus pada klien asma

bronchiale akan terjadi odema menyebabkan terjadinya penyempitan pada

bronkus dan percabanganya, sehingga akan meninbulkan sesak , nafas

berbunyi ( Wheezing),dan batuk yang produktif ( Muttaqin,2008). B.


10

4. Pathway

Spasme otot Inflamasi edema Sumbatan


bronchus dinding mucus
broncus

Tak efektif Obstruksi jalan Alveoli tertutup


bersihan jalan nafas
nafas Pertukaran gas
( bronchospasme ) hypoksemia
tidak efektif

Penyempitan jalan Asidosis


nafas metabolik

Peningkatan kerja
pernafasan Kurang
pengetahuan

Peningkatan
kebutuhan
oksigen

Pola Nafas Tidak


hyperventilasi Efektif

Retensi co2

Acidosis
respiratorik

5. Manisfestasi Klinis

Mumpuni ( 2013 ) mengungkapkan tanda dan gejala ada sembilan yang

mudah di kenali oleh setiap orang


11

a. Kesulitan bernafas dan sering terlihat terengah – engah apabila

melakukan aktivitas yang sedikit berat

b. Sering batuk, baik disertai dahak atau tidak , batuk adalah tanda adanya

ketidak beresan dari sistim pernapasan

c. Mengi pada suara nafas penderita asma yang terus menerus

d. Dada merasa sesak karena adanya penyempitan saluran pernapasan

akibat adanya suatu rangsangan tertentu

e. Akibatnya untuk mempompa oksigen keseluruh tubuh harus ektra keras

( memaksa ) sehingga dada menjadi sesak

f. Perasaan selalu lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan oksigen ke

seluruh tubuh

g. Tidak mampu menjalankan aktivitas fisik yang lebih berat karena

mengalami masalah pernapasan .

h. Susah tidur akibat dada sesak dan batuk

i. Paru paru tidak berfungsi secara normal dan lebih sensitif terhadap

alergi

6. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari asma bronchiale menurut mansjoer (2008)

meliputi

a. Pnemothoraks

Pnemothoraks adalah keadaan dimana adanya udara dalam rongga

pleura yang di curigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.

b. Pnemomediastenum
12

Pnemomediastenum atau disebut emfisema mediastenum adalah suatu

kondisi dimana adanya udara pada mediastenum . Kondisi ini dapat

disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara

dari paru paru , saluran udara atau usus ke dalam rongga dada

c. Atelectasis

Atelectasis adalah pengerutan atau seluruh bagian paru paru akibat

penyubatan saluran udara atau akibat dari pernapasan yang sangat

dangkal.

d. Aspergilosis

Aspergilosis adalah merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan

dari jamur yaitu Aspergillus sp

e. Gagal nafas

Gagal nafas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan

korbondioksida dalam paru paru yang tidak dapat mengontrol

konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh

f. Bronkhitis

Bronkhitis atau radang paru paru adalah kondisi dimana lapisan bagian

dalam saluran pernapasan yang kecil ( Bronkhiolis) mengalami bengkak

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik asma bronchiale meliputi :

a. Pengukuran fungsi paru ( Spirometri )

Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian

Broncodilator aerosol golongan adrenergik.Menunjukan diagnostik


13

asma jika adanya peninhgkatan pada nilai FEV dan FVC sebanyak lebih

dari 20 %

b. Tes Provokasi bronkus

Tes ini dilakukan pada spirometri internal , penurunan FEV sebesar 20

% atau bahkan lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 %

dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan PEFR 10 % atau

lebih.

c. Pemeriksaan kulit

Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menunjukan adanya antibodi IgE

hypersensitif yang spesifik dalam tubuh.

d. Pemeriksaan Laboratorium

1) Analisa Gas Darah ( AGD / Astrup )

Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terjadi

hipoksia,Hipereksimia ,dan asidosis respiratorik

2) Sel eosinopil Sel

Sel eosinopil pada klien asma dapat mencapai 1000-1500/mm2

dengan nilai normal 100-200/mm2

3) Sputum

Adanya badan kreola adalah salah satu karakteristik untuk serangan

asma bronchiale yang berat , karena hanya reaksi yang hebat yang

akan dapat menyebabkan transudasi dari odema mukosa sehingga

terlepas sekelompok sel-sel epitel dari perlekatanya

4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia


14

Menunjukan asma bronchiale jika jumlah sel eosinopil yang lebih

dari 15.000/mm2 terjadi karena adanya infeksi . Serta nilai SGOT

dan SGPT meningkat disebabkan hati akibat hipoksia atau

hyperkapnea

5) Pemeriksaan Radiologi

Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal tetapi ini

merupakan prosedur yang harus dilakukan dalam pemeriksaan

diagnostik dengan tujuan tidak adanya kemungkinan adanya

penyakit patologi di paru serta komplikasi asma bronchiale (

Muttaqin,2008).

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pada klien asma bronchiale meliputi :

a. Pengobatan Non Farmakologi

Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien

tentang penyakit asma bronchiale sehingga klien dapat menghindari

faktor pencetus dari asma bronchiale , menggunakan obat secara benar

dan berkonsoltasi dengan tim kesehatan ,menghindari faktor pencetus

klien dibantu dalam mengidentifikasi faktor pencetus serangan asma

brochiale , Fisioterapi digunakan untuk mempermudah pengeluaran

mucus yang dapat dilakukan dengan cara postural drainase , perkusi, dan

fibrasi dada ( Muttaqin,2008).

b. Pengobatan Farmakologi
15

Agonis beta : metaproterenol ( alupent,metrapel ) bentuknya

aerosol, bekerja sangat cepat , diberikan 3-4x semprot, dan jarak antara

semprotan kesatu dan kedua 10 menit . Metilxantin dosis diberikan 125

– 200 4x sehari Golongan metilxantin adalah golongan aminophilin dan

teofilin , obat ini diberikan jika golongan agonis tidak memebrikan hasil

yang memuaskan .

Kostikosteroid , Jika agonis dan metilxatin tidak memeberikan

respon yang baik , harus diberikan kostikosteoid .

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Bina Hubungan Saling Percaya ( BHSP)

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada klien asma bronchiale meliputi :

a. Pengkajian mengenai identitas klien dan keluarga mengenai Nama,

umur, dan jenis kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin

diperlukan pada klien dengan asma bronchiale sebuah penelitian

mengungkap mengapa asma dua kali lebih umum terjadi pada

perempuan. Para peneliti menyebutkan hal ini mungkin disebabkan oleh

hormon testosteron. Para ilmuwan tersebut juga mengatakan mengapa

kecenderungan asma berubah saat remaja adalah karena hormon seksual

berada di baliknya.

b. Keluhan utama

Klien asma bronchiale akan mengeluhkan sesak nafas , bernafas terasa

berat pada dada , dan adanya kesulitan untuk bernafas


16

c. Riwayat penyakit saat ini

Klien dengan riwayat asma bronchiale datang mencari pertolongan

dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak , dan berusaha

untuk bernapas panjang kemudian diikuti dengan suara tambahan mengi

( Wheezing ) , kelelahan, gangguan kesadaran,sianosis, dan perubahan

tekanan darah

d. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa – masa dahulu meliputi

meliputi penyakit yang berhubungan dengan sistim pernapasan seperti

infeksi saluran pernapasan atas , sakit tenggorokan,sinusitis,amandel,

dan polip hidung 17

e. Riwayat penyakit keluarga

Pada klien asma bronchiale juga di kaji adanya riwayat penyakit yang

sama pada anggota keluarga klien.

f. Pengkajian Psiko-sosio- kultural

Kecemasan dan koping tidak efektif , status ekonomi yang berdampak

pada asuhan kesehatan dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga

serta faktor gangguan emosional yang bisa menjadi pencetus terjadinya

serangan asma bronchiale

g. Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat

Gejala asma bronchiale dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup

normal sehingga klien dengan asma bronchiale harus mengubah gaya

hidupnya agar serangan asma brochiale tidak muncul .


17

h. Pola hubungan dan Peran

Gejala asma bronchiale dapat membatasi klien untuk manjalani

kehidupan nya secara normal sehingga harus menyesuaikan kondisinya

denngan hubungan dan peran klien

i. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Persepsi salah satu dapat menghambat respon kooperatif pada diri klien

sehingga dapat meningkatkan serangan asma brochiale yang berulang.

j. Pola Penanggulangan dan Stres

Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrisik pencetus

serangan asma bronchiale sehingga diperlukan pengkajian penyebab

dari asma brochiale .

k. Pola Sensorik dan Kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep

diri klien yang akan mempengaruhi jumlah stessoor sehingga

kemungkinan serangan asma bronchiale berulang pun akan semakin

tinggi.

l. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini dipercaya dapat

meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga dapat menjadi

penanggulangan stres yang kontruktif

m. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

Keadaan umum tampak lemah

1) Tanda – tanda Vital


18

( Tekanan darah menurun, Sesak nafas ,Nadi lemah, dan cepat suhu

meningkat,distress pernapasan sianosis).

2) TB / BB sesuai dengan pertembuhan dan perkembangan

3) Kulit ( Tampak pucat, sianosis,biasanya turgor jelek)

4) Kepala Sakit Kepala

5) Mata ( tidak ada yang begitu spesifik )

6) Hidung nafas cuping hidung , sianosis 19

7) Mulut pucat sianosis, membran mukosa kering, bibir kering , bibir

kuning , dan pucat

8) Telinga lihat sekret, kebersihan , biasanya tidak ada spesifik pada

kasus ini .

9) Leher tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar teroid

10) Jantung pada kasus komplikasi ke endokarditis , terjadi bunyi

tabuhan

11) Paru – paru infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak ( redup)

Wheezing (+), sesak istirahat dan bertambah saat aktivitas .

12) Punggung tidak ada spesifik

13) Ambdomen bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya tidak

ada

14) Genetalia tidak ada gangguan

15) Ektrimitas kelemahan , penurunan aktivitas, sianosis pada ujung jari

dan kaki

16) Neorologis terdapat kelemahan otot, tanda reflek spesifik tidak ada
19

n. Pemeriksaan Penunjang

1) Spirometri, pengukuran fungsi paru

2) Tes provokasi broncus , dilakukan pada spirometri internal

3) Pemeriksaan laboratorium meliputi analisa gas darah, sputum, sel

eosinopil, pemeriksaan darah rutin dan kimia

4) Pemeriksaan Radiologi 20

2. Diagnosa Keperawatan

Muttaqin, ( 2008 ) mengukapkan diagnosa keperawatan merupakan

keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang

kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan

pengalamanya , perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan ,

membatasi, mencegah, dan merubah status kesehatan klien.

Diagnosa keperawatan meliputi :

a. Ketidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan

sekret

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya serta

sekresi mucus kental dan batuk yang tidak efektif

c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ventilasi perfusi

d. Kurang pengetahuan pasien berhubungan dengan keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap informasi yang salah,

3. Intervensi Keperawatan
20

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan tahap ketiga dari

proses keperawatan dimana perawat menetapkan tujuandan hasil yang

diharapkan bagi klien yang ditentukan . Selama tahap intervensi

keperawatan , dibuat prioritas dan kolaborasi klien dan keluarga ,konsoltasi

tim kesehatan lain , telah literature, modifikasi asuhan keperawatan dan

catat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien

dan penatalaksanaan klinik ( Muttaqin,2008).

Asma nonalergenik ( Asma insentritik) terjadi bukan karena allergen tetapi

akibat faktor pencetus seperti infeksi saluran pernafasan atas, olahraga,atau

kegiatan jasmani yang berat, dan tekanan jiwa atau stress psikologis.

Adanya gangguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu

blokade adrenergic beta dan hiperaktivitas adrenergik alfa.Aktifitas

adrenergik alfa diduga meningkat sehingga mengakibatkan bronkho

kontraksi dan menimbulkan sesak nafas ( Muttaqin,2008 )


21

Diagnosa Rencana keperawatan

Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi

Masalah Kolaborasi Hasil

Bersihan Jalan NOC: NIC:

Nafas tidak efektif ❖ Respiratory status : ▪ Pastikan kebutuhan oral /

berhubungan Ventilation tracheal suctioning.

dengan: ❖ Respiratory status : ▪ Berikan O2 ……l/mnt,

- Infeksi, disfungsi Airway patency metode………

neuromuskular, ❖ Aspiration Control ▪ Anjurkan pasien untuk

hiperplasia Setelah dilakukan istirahat dan napas dalam

dinding bronkus, tindakan keperawatan • Posisikan pasien untuk

alergi jalan nafas, selama memaksimalkan ventilasi

asma, trauma …………..pasien • Lakukan fisioterapi dada jika

- Obstruksi jalan menunjukkan perlu

nafas : spasme keefektifan jalan nafas • Keluarkan sekret dengan

jalan nafas, dibuktikan dengan batuk atau suction

sekresi tertahan, kriteria hasil : • Auskultasi suara nafas, catat

banyaknya mukus, ❖ Mendemonstrasikan adanya suara tambahan

adanya jalan nafas batuk efektif dan • Berikan bronkodilator :

buatan, sekresi suara nafas yang - ………………………


bronkus, adanya bersih, tidak ada - ……………………….
eksudat di sianosis dan - ………………………
alveolus, adanya dyspneu (mampu • Monitor status hemodinamik
22

benda asing di mengeluarkan • Berikan pelembab udara

jalan nafas. sputum, bernafas Kassa basah NaCl Lembab

DS: dengan mudah, • Berikan antibiotik :

- Dispneu tidak ada pursed …………………….

DO: lips) …………………….

- Penurunan suara ❖ Menunjukkan jalan • Atur intake untuk cairan

nafas nafas yang paten mengoptimalkan

- Orthopneu (klien tidak merasa keseimbangan.

- Cyanosis tercekik, irama • Monitor respirasi dan status

- Kelainan suara nafas, frekuensi O2

nafas (rales, pernafasan dalam • Pertahankan hidrasi yang


wheezing) rentang normal, adekuat untuk mengencerkan
- Kesulitan tidak ada suara sekret
berbicara nafas abnormal) • Jelaskan pada pasien dan
- Batuk, tidak ❖ Mampu keluarga tentang penggunaan
efekotif atau tidak mengidentifikasikan peralatan : O2, Suction,
ada dan mencegah Inhalasi.
- Produksi sputum faktor yang

- Gelisah penyebab.

- Perubahan ❖ Saturasi O2 dalam

frekuensi dan batas normal

irama nafas ❖ Foto thorak dalam

batas normal
23

Diagnosa Rencana keperawatan

Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi

Masalah Kolaborasi Hasil

Pola Nafas tidak NOC: NIC:

efektif berhubungan ❖Respiratory status : • Posisikan pasien untuk

dengan : Ventilation memaksimalkan ventilasi

- Hiperventilasi ❖Respiratory status : • Pasang mayo bila perlu

- Penurunan Airway patency • Lakukan fisioterapi dada

energi/kelelahan ❖Vital sign Status jika perlu

- Perusakan/pelemahan • Keluarkan sekret dengan

muskulo-skeletal Setelah dilakukan batuk atau suction

- Kelelahan otot tindakan keperawatan • Auskultasi suara nafas,


pernafasan selama catat adanya suara
- Hipoventilasi ………..pasien tambahan
sindrom menunjukkan • Berikan bronkodilator :
- Nyeri keefektifan pola -…………………..
- Kecemasan nafas, dibuktikan …………………….
- Disfungsi dengan kriteria hasil: • Berikan pelembab udara
Neuromuskuler ❖Mendemonstrasikan Kassa basah NaCl Lembab
- Obesitas batuk efektif dan

- Injuri tulang suara nafas yang

belakang bersih, tidak ada


24

sianosis dan • Atur intake untuk cairan

DS: dyspneu (mampu mengoptimalkan

- Dyspnea mengeluarkan keseimbangan.

- Nafas pendek sputum, mampu • Monitor respirasi dan

DO: bernafas dg mudah, status O2

- Penurunan tekanan tidakada pursed ❖Bersihkan mulut, hidung

inspirasi/ekspirasi lips) dan secret trakea

- Penurunan ❖Menunjukkan jalan ❖Pertahankan jalan nafas

pertukaran udara per nafas yang paten yang paten

menit (klien tidak merasa ❖Observasi adanya tanda

- Menggunakan otot tercekik, irama tanda hipoventilasi

pernafasan tambahan nafas, frekuensi ❖Monitor adanya

- Orthopnea pernafasan dalam kecemasan pasien terhadap

- Pernafasan pursed-lip rentang normal, oksigenasi

- Tahap ekspirasi tidak ada suara ❖Monitor vital sign

berlangsung sangat nafas abnormal) ❖Informasikan pada pasien

lama ❖Tanda Tanda vital dan keluarga tentang

- Penurunan kapasitas dalam rentang tehnik relaksasi untuk

vital normal (tekanan memperbaiki pola nafas.

- Respirasi: < 11 – 24 darah, nadi, ❖Ajarkan bagaimana batuk

x /mnt pernafasan) efektif

❖Monitor pola nafas


25

Diagnosa Rencana keperawatan

Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi

Masalah Kolaborasi Hasil

Gangguan NOC: NIC :

Pertukaran gas ❖ Respiratory Status : • Posisikan pasien untuk

Berhubungan Gas exchange memaksimalkan ventilasi

dengan : ❖ Keseimbangan asam • Pasang mayo bila perlu

 Basa, Elektrolit • Lakukan fisioterapi dada jika


ketidakseimbangan ❖ Respiratory Status : perlu
perfusi ventilasi ventilation • Keluarkan sekret dengan
 perubahan ❖ Vital Sign Status batuk atau suction
membran kapiler- Setelah dilakukan • Auskultasi suara nafas, catat

alveolar tindakan keperawatan adanya suara tambahan


DS: selama …. Gangguan • Berikan bronkodilator ;

 sakit kepala pertukaran pasien -………………….


ketika bangun teratasi dengan kriteria -………………….
 Dyspnoe hasi: • Barikan pelembab udara
 Gangguan ❖ Mendemonstrasikan
• Atur intake untuk cairan
penglihatan peningkatan
mengoptimalkan
DO: ventilasi dan
keseimbangan.
 Penurunan CO2
26

 Takikardi oksigenasi yang • Monitor respirasi dan status

 Hiperkapnia adekuat O2

 Keletihan ❖ Memelihara • Catat pergerakan dada,amati

 Iritabilitas kebersihan paru kesimetrisan, penggunaan

 Hypoxia paru dan bebas dari otot tambahan, retraksi otot

 kebingungan tanda tanda distress supraclavicular dan

 sianosis pernafasan intercostal

 warna kulit ❖ Mendemonstrasikan • Monitor suara nafas, seperti

abnormal (pucat, batuk efektif dan dengkur

kehitaman) suara nafas yang • Monitor pola nafas :

 Hipoksemia bersih, tidak ada bradipena, takipenia,

 hiperkarbia sianosis dan kussmaul, hiperventilasi,

 AGD abnormal dyspneu (mampu cheyne stokes, biot

 pH arteri mengeluarkan • Auskultasi suara nafas, catat


abnormal sputum, mampu area penurunan / tidak adanya
frekuensi dan bernafas dengan ventilasi dan suara tambahan
kedalaman nafas mudah, tidak ada • Monitor TTV, AGD,
abnormal pursed lips) elektrolit dan ststus mental
❖ Tanda tanda vital
• Observasi sianosis khususnya
dalam rentang
membran mukosa
normal
• Jelaskan pada pasien dan
❖ AGD dalam batas
keluarga tentang persiapan
normal
tindakan dan tujuan
27

❖ Status neurologis penggunaan alat tambahan

dalam batas normal (O2, Suction, Inhalasi)

• Auskultasi bunyi jantung,

jumlah, irama dan denyut

jantung

Diagnosa Rencana keperawatan

Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi

Masalah Kolaborasi Kriteria Hasil

Kurang NOC: NIC :

Pengetahuan ❖ Knowledge :
• Kaji tingkat pengetahuan
Berhubungan dengan disease process
pasien dan keluarga
: keterbatasan ❖ Kowledge :
• Jelaskan patofisiologi dari
kognitif, interpretasi health Behavior
penyakit dan bagaimana hal
terhadap informasi Setelah dilakukan
ini berhubungan dengan
yang salah, tindakan
anatomi dan fisiologi, dengan
kurangnya keinginan keperawatan selama
cara yang tepat.
untuk mencari …. pasien
• Gambarkan tanda dan gejala
informasi, tidak menunjukkan
yang biasa muncul pada
mengetahui sumber- pengetahuan
penyakit, dengan cara yang
sumber informasi. tentang proses
tepat
28

penyakit dengan • Gambarkan proses penyakit,

DS: Menyatakan kriteria hasil: dengan cara yang tepat

secara verbal adanya ❖ Pasien dan • Identifikasi kemungkinan

masalah keluarga penyebab, dengan cara yang

DO: ketidakakuratan menyatakan tepat

mengikuti pemahaman • Sediakan informasi pada

instruksi, perilaku tentang pasien tentang kondisi,

tidak sesuai penyakit, dengan cara yang tepat

kondisi, • Sediakan bagi keluarga

prognosis dan inform asi tentang kemajuan

program pasien dengan cara yang tepat

pengobatan • Diskusikan pilihan terapi atau


❖ Pasien dan penanganan
keluarga mampu • Dukung pasien untuk
melaksanakan mengeksplorasi atau
prosedur yang mendapatkan second opinion
dijelaskan secara dengan cara yang tepat atau
benar diindikasikan
❖ Pasien dan
• Eksplorasi kemungkinan
keluarga mampu
sumber atau dukungan,
menjelaskan
dengan cara yang tepat
kembali apa

yang dijelaskan
29

perawat/tim

kesehatan

lainnya
30

C. Kerangka Teori

Faktor presipitasi :
- Alergen
- Perubahan cuaca
- Stress
- Lingkungan
- aktifitas

Farmakologi :
- Bronkodilator Non farmakologi
- Timbulnya
- Teofilin : deep breathing
serangan asma
- Glukokortikoster exercise
oid inhalasi

bronkokontriksi

Peningkatan
lendir/ sekret

Peningkatan
Sesak nafas
respirasi

Penurunan peak
flow rate/ APF

Gambar 2 : kerangka teori


31

D. Kerangka Konsep

a. Ketidak efektif A. Ketidak efektif


bersihan jalan nafas Asuhan keperawatan : bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan teratasi
bersihan jalan nafas - Pengkajian B. Ketidakefektifan
c. Gangguan pertukaran - Diagnosa bersihan jalan nafas
gas - Implementasi teratasi
d. Kurang pengetahuan - evaluasi C. Gangguan pertukaran
pasien gas teratasi
D. Kurang pengetahuan
pasien teratasi

Keterangan :

== variabel
variabel yang
yang tidak
diteliti
diteliti

Gambar 3 : kerangka konsep

Anda mungkin juga menyukai