Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia dalam bidang
kesehatan maka POLTEKKES Manado dalam hal ini Jurusan Kesehatan Lingkungan
selaku intitusi yang menyelenggarakan pendidikan perlu untuk mengadakan praktek
“Pengolahan Air Baku” bagi mahasiswa semester V khususnya mata kuliah Penyehatan
Air’B
Hal ini dilakukan bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa demi
menghasilkan tenaga kesehatan yang mempunyai kualitas dan daya saing yang tinggi
demi terciptanya pendidikan vokasional yang baik.
Praktek ini merupakan suatu orientasi yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka
melatih diri sebelum nantinya terjun ke masyarakat sebagai sanitarian, dengan adanya
praktek ini di harapkan seluruh mahasiswa semester V dapat lebih memahami tentang
pengolahan air baku serta mengaplikasikannya dengan baik dan benar.

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana proses pembuatan
pengolahan air baku dengan metode penyaringan lambat.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara menghitung volume bak,
ukuran koagulan yang digunakan, debit air, serta berapa rumah yang bisa
menggunakan penyaringan ini.

C. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Rabu, 31 Agustus 2016
Lokasi : Kampus Kesehatan Lingkungan
Waktu : 13.00 WITA – Selesai

Page 1
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian air

Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2)
yang bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk senyawa H2O. Air
merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi
ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air
yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama
untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri.

B. Sumber air
Sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air
permukaan, dan air tanah.
1. Air laut : Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar
garam NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2. Air Atmosfir, Air Meteriologik : Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal
sebagai air hujan. Dapat terjadi pengotoran dengan adanya pengotoran udara yang
disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya tatapi dalam
keadaan murni sangat bersih, Sehingga untuk menjadikan air hujan sebagai sumber
air minum hendaknya tidak menampung air hujan pada saat hujan baru turun,
karena masih mengandung banyak kotoran..
3. Air permukaan : Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling
tercemar, baik karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Air
permukaan meliputi:
a. Air Sungai
Air sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi sekali. Hal ini
karena selama pengalirannnya mendapat pengotoran, misalnya oleh lumpur,
batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh
karena itu dalam penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami
suatu pengolahan yang sempurna.

Page 2
b. Air Rawa
Kebanyakan air rawa berwarna kuning coklat yang disebabkan oleh
adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang
larut dalam air. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis yang tinggi
tersebut, maka umumnya kadar mangan (Mn) akan tinggi pula dan dalam
keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur mangan
(Mn) ini akan larut.
4. Air tanah : pengertian air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai
permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah.
Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa
lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air.

C. Syarat Air Bersih


Berdasarkan standar peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih terdiri dari:

1. Persyaratan Fisik: Kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya
semata-mata dengan pertimbangan dari segi kesehatan saja akan tetapi juga
menyangkut keamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pengguna air dan
mungkin pula menyangkut segi estetika. Secara fisik dapat kita lihat bahwa:
a. Air harus bersih dan tidak keruh.
b. Tidak berwarna Apapun.
c. Tidak Berasa Apapun.
d. Tidak berbau apapun.
e. Suhu antara 10 – 25 c
f. Tidak Meninggalkan endapan.

2. Persyaran Kimiawi : Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar
dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau
mahluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman, atau tidak membahayakan kesehatan
pada penggunaannya dalam industri serta tidak minumbulkan kerusakan-kerusakan
pada instalasi sistem penyediaan air minumnya sendiri. Secara kimiawi antara lain:

Page 3
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
c. Cukup Yodium.
d. pH air antara 6,5 – 9,2.

3. Persyaratan Bakteriologi : Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah


bakteri pada umumnya dan khususnya bakteri penyebab penyakit (ekoli). Parameter
air bersih secara radiologi:

a. Konduktifitas atau daya hantar.


b. Pesistifitas.
c. PTT atau TDS (kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)

D. Pengolahan Air baku

Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia adalah

sebagai berikut :

1. Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)

Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari

sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini

terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-

benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon,

dsb.

2. Bak Prasedimentasi (optional)

Bak ini digunakan bagi sumber air yang karakteristik turbiditasnya tinggi

(kekeruhan yang menyebabkan air berwarna coklat). Bentuknya hanya berupa bak

sederhana, fungsinya untuk pengendapan partikel-partikel diskrit dan berat seperti

pasir, dll. Selanjutnya air dipompa ke bangunan utama pengolahan air bersih

yakni WTP.
Page 4
3. WTP (Water Treatment Plant)

Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini

beberapa bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.

a. Koagulasi

Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini dilakukan proses

destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air kotor

biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung

didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk memisahkan air dengan

pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya seperti memisahkan air pada

susu kedelai. Pada unit ini terjadi rapid mixing (pengadukan cepat) agar

koagulan dapat terlarut merata dalam waktu singkat. Bentuk alat

pengaduknya dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat menggunakan

hidrolis (hydrolic jump atau terjunan) atau mekanis (menggunakan batang

pengaduk).

b. Flokulasi

Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah untuk

membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Di sini

dibutuhkan lokasi yang alirannya tenang namun tetap ada pengadukan

lambat (slow mixing) supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan

efisiensi, biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat

flok-flok tersebut.

c. Sedimentasi

Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang

sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip

berat jenis. Berat jenis partikel kolid (biasanya berupa lumpur) akan lebih

Page 5
besar daripada berat jenis air. Pada masa kini, unit koagulasi, flokulasi dan

sedimentasi telah ada yang dibuat tergabung yang disebut unit aselator.

d. Filtrasi

Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring dengan media

butiran. Media butiran ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica dan

kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Cara ini dilakukan dengan metode

gravitasi.

e. Desinfeksi

Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada kuman dan

bakteri yang hidup, sehingga ditambahkanlah senyawa kimia yang dapat

mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV,

pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yakni

reservoir.

f. Reservoir

Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih

sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi. Karena

kebanyakan distribusi di Indonesia menggunakan konsep gravitasi, maka

reservoir biasanya diletakkan di tempat dengan posisi lebih tinggi daripada

tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi, bisa diatas bukit atau

gunung.

Page 6
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. 4 buah ember
b. 4 buah kuda-kuda / penyanggah
c. PVC 1” dan ½”
d. Knee
e. Tap Kran
f. Stop Kran
g. Becker glass
h. Spatula
i. Timbangan analitik
j. Turbidimeter
k. Tong
l. Kertas cokelat
m. Kertas label
n. Sendok
o. Mortal
p. Sok drat luar
q. Socket
r. Palu
s. Paku
t. Jar test

2. Bahan
a. Air Kolam
b. Tawas
c. Kaporit
d. Kapur
e. Aquades
f. Kayu
g. Arang
Page 7
h. Pasir
i. Kerikil
j. Ijuk

B. Prosdedur Kerja
1. Pembuatan Saringan
a. Lubangi sisi atas dan bawah ember untuk outlet dan inlet
b. Cuci pasir, arang, kerikil, dan ijuk hingga bersih
c. Masukan komponen-komponen saringan ke dalam ember dengan susunan :
- Krikil 10 cm
- Ijuk 2 cm
- Arang 5 cm
- Pasir 20 cm
- Ijuk 2 m
- Kerikil 10 cm
d. Buat kuda-kuda atau penyangga saringan dan tong
e. Rangkai pipa pada ember produksi hingga ember distribusi

2. Jar Test
a. Mengambil sampel air baku ( dari berbagai sumber ) kemudian ukur kekeruhan
dan PH.
b. Membuat lautan tawas 1% dengan dilarutkan kedalam 100 ml aquades pada
becer glass.
c. Mengisi becer glass dengan air sampel sebanyak 1000 ml kemudian masing-
masing becer glass diberi label jari I-VI.
d. Dimasukan pada flokulator secara berurutan .
e. Masukan larutan tawas pada masing-masing jar yaitu Jar I: 1 ml, Jar II: 3 ml, Jar
III: 5 ml, Jar IV: 7 ml, Jar V: 9 ml, Jar VI: 11 ml.
f. Menghidupkan flokulator dengan cara menekan tombol power on
g. Mengatur kecepatan putaran (stiriming ) dengan cara memutar secara perlahan
tombol stiring.
h. Melakukan pengadukan cepat ( Rapid Mixing ) dengan kecepatan 100 RPM
selama 3 menit dilanjutkan dengan pengadukan lambat ( Slow Mixing ) dengan
kecepatan 50 RPM selama 5 menit.
Page 8
i. Diamkan selama 15-30 menit sambil melakukan pengamatan terhadap proses
pembentukan dan pengendapan folc dan mencatat hailnya.
j. Menentukan atau memilih jar mana diantara jar I-VI yang paling memungkinkan
dengan mempertimbangkan aspek efesiensi, efektivitas, dan ekonomis.
k. Kemudian hitung contoh :
- Dik Jar I - Dik Jar II
Dossing 1 ml larutan tawas Dossing 3 ml larutan tawas
Dit : Dosis optimum Dit : Dosis optimum
Jawab : 1000 mg x 1% = 10 mg jawab : 3000 mg x 1% = 30

- Dik Jar III - Dik Jar IV


Dossing 5 ml larutan tawas Dossing 7 ml larutan taswas
Dit : Dosis Optimum Dit : Dosis optimum
Jawab : 5000 mg x 1 % = 50 mg Jawab : 7000 mg x 1% = 70 mg

- Dik Jar V - Dik Jar VI


Dossing 9 ml larutan tawas Dossing 11 ml larutan taswas
Dit : Dosis Optimum Dit : Dosis optimum
Jawab : 9000 mg x 1 % = 50 mg Jawab : 11000 mg x 1% = 110 mg

3. Proses Penyaringan
a. Masukan tawas sbanyak 6,1 gram tawas, 6.1 gram kapur, dan 0,061 gram kaporit
ke dalam bak/ember koagulasi.
b. Masukan kembali tawas sebanyak 6.1 gram ke dalam bak flokulasi.
c. Buka stop kran agar air mengalir dari bak produksi ke bak koagulan dan flokulasi
hingga sampai ke bak filtrasi dan distribusi.
d. Analisis endapan dan kekeruhan air apakah air baku tersebut sudah jernih atau
belum.
e. Hitung debit air.
f. Periksa bakteriologis air di laboratorium.

Page 9
C. Hasil Praktek ( Perhitungan )

1. Tawas, Kaporit dan Kapur

Dik : 1000 L air baku = 10 gr kaporit, 100 gr tawas, 10 kapur


Air baku = 74 L
Penyelesaian :
- Tawas : 74 L/ 10 gr = 7,4 gr/L
- Kaporit : 61 L/ 10 gr = 6,1 gr/L

2. Volume Bak Flokulasi, Bak Koagulasi, Bak Pengolahan, Dan Bak Distribusi

a. Volume Bak Flokulasi dan Koagulasi

Dik : h = 55 cm
r = 20,75
Penyelesaian :
Rumus : V = π. r2. h
V = 3,14 x (20,75)2 x 55 cm
= 3,14 x 430,56 x 55
= 74357,712 cm3
= 74 Liter

b. Bak Pengolahan Sarigan / Filtrasi


Dik : h = 55 cm
r = 20,75
Penyelesaian :
Rumus : V = π. r2. h
Susunan Komponen Dalam Bak : 10 + 2 + 5 + 20 + 2 + 10 = 49 cm
Ket : ( Tinggi bak – susunan komponen dalam bak )
: 55 cm – 49 cm = 6 cm2
V = 3,14 x (20,75)2 x 6 cm2
= 3,14 x 430,56 x 6 cm2
= 8111,75 cm3
= 8 Liter

Page 10
c. Volume Bak Distribusi ( Debit Air )

Dik : h = 43 cm
r = 42,5
Penyelesaian :
Rumus : V = π. r2. h
V = 3,14 x (42,5)2 x 43 cm
= 3,14 x 1806, 25 x 43 cm
= 243879,88 cm3
= 24 Liter

1 Hari = 24 jam = 1440 menit


= 1440 menit x 24 L
= 34560 L/hari
Kebutuhan air/org/hri = 150 l/orang/hari
34560/150 = 230,4 l/orang/hari
1 Rumah = 5 orang
230,4 /5 = 46,08 rumah

Page 11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penyaringan yang kami lakukan, air dari sumur bor yang kami

olah menjadi air bersih sepenuhnya jernih. Air tersebut belum mencapai tingkat

kejernihan yang baik.

B. Saran

Dihapkan pada seluruh mahasiswa yang mengikuti praktek, agar dapat

mengerjakan praktek sesuai dengan prosedur pengajaran. Serta diharapkan adanya

kerjasama antara kelompok demi kelancaran praktek.

Page 12

Anda mungkin juga menyukai