Oleh :
NIM. 40220006
NIM : 40220006
Kediri, ………………………
Mengetahui
…………………………………... …………………………………...
TUMOR OTAK
A. Definisi
Tumor otak primer adalah tumor yang tumbuhlangsung dari jaringan intrakranial,
baik dari otak itu sendiri, central nervus system, maupun selaput pembungkus otak
(selaput meningen). (American Brain Tumor Association (ABTA), 2012).
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang, ( lesi/ bekas organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya, sehingga
organ tersebut mengalami gangguan) jinak maupun ganas yang tumbuh di otak meningen
dan tengkorak (Ariani,2012)
Tumor adalah satu pertumbuhan abnormal di jaringan otak yang bersifat jinak
(benign) ataupun ganas (malignant), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intrakranial) atau disusun tulang belakang (medulla spinalis). Apabila sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ
lain disebut sebagai (metastasis) seperti kankerparu, kanker payudara, dan kanker
prostate disebut sebagai tumor otak sekunder (Harsono, 2015).
B. Etiologi
Penyebab dari tumor otak belum dapat diketahui secara pasti, namunada faktor
risiko yang dapat meningkatkan kejadian penyakit tersebut. Menurut (Herbert B.
Newton, 2016).
1. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
Meningioma, Astrocytoma dan Neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Struge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manisfestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan
adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi .
3. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan oleh edema dan
peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh lokasi anatomi tertentu.
1. Perubahan Status Mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat kesadaran
atau sensoris dapat ditemukan. Perubahan status emosional dan mental, seperti letargi
dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta perubahan kepribadian dapat
ditemukan.
2. Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga
sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.
Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral
pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor
pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya intermiten dengan durasi
meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau mengejan. Sakit kepala
parah dan berulang pada klien yang sebelumnya bebas sakit kepala atau sakit kepala
berulang di pagi hari yang frekuensi dan keparahannya meningkat dapat menandakan
suatu tumor intrakranial dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut.
3. Mual dan Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena tekanan pada
medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering mengeluhkan sakit kepala parah
setelah berbaring di ranjang. Saat sakit kepala makin nyeri, klien juga dapat
mengalami mual atau muntah yang spontan. Selama episode muntah biasanya nyeri
kepala akan berkurang.
4. Papiledema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat menyebabkan
papiledema. Mekanisme patofisiologis yang mendasari hal ini masih belum
diapahami. Peningkatan tekanan intrakranial mengganggu aliran balik vena dari mata
dan menumpuk darah di vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked disc”,
papiledema umum pada klien dengan tumor intrakranial dan mungkin merupakan
manifestasi awal dari peningkatan tekanan intrakranial. Papiledema awal tidak
menyebabkan perubahan ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah dapat bermanifestasi sebagai penurunan
tajam penglihatan.
5. Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor intrakranial,
terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat parsial atau menyeluruh. Kejang
parsial biasanya membantu membatasi lokasi tumor.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan pembedahan
merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor primer maligna, atau
sekunder biasanya sulit disembuhkan. Pembedahan tumor biasanya harus melalui
diagnosis yang histologis terlebih dahulu.
2. Terapi Medikamentosa
a. Antikonvulsan untuk epilepsi
b. Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan intrakranial. Steroid
juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati
edema otak
c. Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan
pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik neuro onkologi.
3. Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan akselerator linier.
Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000 Gy yang diberikan lima
kali seminggu selama 6 minggu. Untuk klien dengan tumor metastasis, dosis standar
radiasi kurang lebih 3.000 Gy. Dosis pasti akan bergantung pada karakteristik tumor,
volume jaringan yang harus diradiasi biasanya diberikan dalam periode yang lebih
pendek untuk melindungi jaringan normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi
radiasi, walaupun tidak dianggap konvensional dan belum tersedia luas, adalah terapi
radiasi partikel berat, radioterapi neutron cepat, terapi fotodinamik, dan terapi
tangkapan neutron boron. Walaupun penggunaannya luas, terapi radiasi bukan tanpa
konsekuensi
G. WOC
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam merawat
pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap berbagai perubahan
yang kadang samar dalam kondisi pasien yang mungkin menunjukkan perburukan
kondisi.
1. Anamnesa
a. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan durasinya makin
meningkat
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat meningkat dengan
aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan mental seperti disorientasi, letargi,
papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau
penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor kepala.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per
system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing),
B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan sesak napas
terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi dan kompresi medulla
oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien normal, tidak menunjukkan batuk,
adanya retraksi otot bantu napas, dan biasanya memerlukan alat bantu pernapasan
dengan kadar oksigen 2 LPM.
b. Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu terjadi
ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan bradikardi. Klien tidak mengeluhkan
nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat, nadi bradikardi.
c. Persyarafan B3 (Brain)
1) Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
2) Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
3) Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
4) Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
5) Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau
kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
6) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tendon.
7) GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah
pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a) Eye (respon membuka mata)
(4):Spontan
(3):Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2):Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan
kuku jari)
(1): Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)
(6):Mengikuti perintah
(5):Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4):Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3):Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2):Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1):Tidak ada respon
d. Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat kelamin normal,
uretra normal, produksi urin normal
e. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sehingga
menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya akan
diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien. Kondisi mulut bersih dan
mukosa lembab
f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan kelumpuhan.
Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh kelelahan.
B. Diagnosa Keperawatan
N TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
O KRITERIA HASIL
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas
efektif tindakan keperawatan Observasi: Observasi :
berhubungan selama 3 hari, maka 1. Monitor pola nafas ( frekuensi, 1. Mengetahui pola, frekuensi,
pola nafas membaik kedalaman, usaha nafas ) kedalaman agar dapat menentukan
dengan gangguan
dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas tambahan ( mis, intervensi selanjutnya
neurologis a) Ventilasi semenit grugling, mengi, whezing, ronkhi, 2. Mengetahui bunyi nafas tambahan
( gangguan kejang meningkat kering ) agar dapat menentukan intervensi
) ditandai dengan b) Kapasitas vital 3. Monitor sputum (jumlah, warna, selanjutnya
adanya frekuensi meningkat aroma) 3. Mengetetahui karakteristik sputum
RR meningkat, c) Diameter thorak Terapeutik :
pola nafas tidak meningkat Terapeutik 1.
d) Tekanan ekspirasi 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas nafas
teratur, terdapat
meningkat dengan head lift dan chin lift 2.
retraksi costae e) Tekanan inspirasi 2. Posisikan semi fowler atau fowler 3.
meningkat 3. Berikan minum hanyat 4.
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 5.
5. Lakukan penghisapan lendir kurang 6.
dari 15detik 7.
6. Keluarkan sumbatan benda padat dalam tubuh
dengan forsep McGill Edukasi :
7. Berikan oksigen jika perlu 1.
dalam tubuh
Edukasi 2.
Kolaborasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2l per hari, jika 1.
tidak ada kontraindikasi memperlancar jalan nafas
2. Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1.
ekspetoran,mukolitik, jika perlu
3 Resiko cidera Setelah dilakukan Manajemen kejang Manajemen kejang
behubungan tindakan keperawatan Observasi Observasi
dengan selama 3 hari, maka 1. 1.
resiko cidera menurun 2. 2.
perubahan
dengan kriteria hasil : aktifitas motorik dan progresi kejang aktifitas motorik dan progresi
fungsi a) Toleransi aktifitas 3. kejang
psikomotor meningkat 4. 3.
ditandai dengan b) Nafsu makan Terapeutik 4.
kejang meningkat 1. Terapeutik
c) Gangguan 2. 1. agar pasien tidak terjatuh
mobilitas membaik memungkinkan 2. melindungi paseien ketika kejang
d) Gangguan kognitif 3. 3. untuk mempertahankankepatenan
membaik 4. jalan nafas
5. 4. membuka jalan nafas
6. 5. untuk menjaga pasien saat kejang
7. 6. mengamankan pasien
8. 7. sebagai dokumentasi keperawatan
9. 8. Reorientasi setelah periode kejang
10. 9. Dokumentasi periode terjadinya
11. kejang
Edukasi 10. Untuk mempermudah pemberian
1. antikoavulsan
memasukkan apaun kedalam mulut 11. Untuk mempertahankan oksigen
pasien saat kejang Edukasi
2. 1. Menghindari tersedak pada pasien
melakukan kekerasan untuk menahan 2. Untuk membuat pasien tetap aman
gerakan pasien Kolaborasi
Kolaborasi 1. Untuk menghentikan kejang
1.
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
American Brain Tumor Association. 2012. brain tumor. Chicago: American Brain Tumor
Association. Tersedia di: http://www.abta.org/brain-tumor-information/types-of
tumors/braintumor.html diakses pada tanggal 12 oktober 2020
Ariani, April T. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika
Harsono. (2015). Buku Ajar Neurologi Klinis (6th ed.). Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
M. Taylor, Cynthia. 2011. Diagnossis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta : EGC.
National Cancer Institute, 2014. Classification of Adult Brain Tumors United States of America:
National Cancer Institute. Tersedia di
/lhttp://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/adultbrain/HealthProfess
ional/page2. Diakses pada tanggal 12 oktober 2020
KASUS
Ny. M usia 55 tahun, dengan diagnosa medis tumor otak, dirawat diruang
penyakit dalam. Saat ini pasien mengeluh sakit kepala hebat. Riwayat penyakit saat ini pasien
mengeluh sakit kepala sudah 3 bulan ini kadang sampai merasa mual dan muntah, pernah
kejang 1x saat di rumah. Pemeriksaan fisik didapatkan : GSC 4,4,5 dan KU lemah. Pasien
tampak pucat dan akaral teraba hangat. Frekuensi nafas 30 x/menit dengan suara nafas ada
ronchi, pola nafas tidak teratur tampak retraksi costae, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu
37,5 oC, nadi 80 x/mnt. Pemeriksaan lab, Hb 11,5 g/dl. Pasien mendapat terapi cairan infus
RL 20 Tpm, Piracetam 4x3 gr/iv, citicolin 2x500 mg/iv, mecobalamin 1x500 mg/iv,
ranitidine 2x50mg/iv dan diazepam 1x10 mg/iv pelan bila ada kejang.
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
IDENTITAS
1. Keluhan Utama :
a. Saat Masuk Rumah Sakit
px mengatakan nyeri kepala hebat sejak 3 bulan
b. Saat Pengkajian
px mengatakan nyeri kepala sejak 3 bulan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada bulan September Ny.M di diagnosa tumor otak, pada tanggal 15 oktober
Ny.M diantar oleh suami ke RS dengan keluhan nyeri kepala hebat sudah 3 bulan,
pasien sempat kejang 1x saat dirumah, nyeri kepala tidak tertahan terkadang hingga
mual dan muntah. Pasien terlihat pucat dan nafas tersengal sengal, dari pemeriksaan
awal di dapatkan hasil Frekuensi nafas 30 x/menit dengan suara nafas ada ronchi,
pola nafas tidak teratur tampak retraksi costae, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu
37,5 oC, nadi 80 x/mnt.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Riwayat operasi
Ya tidak
kapan : -
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
ya tidak
Jenis penyakit :
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Tanda tanda vital
TD : 100/70 mmHg
ND : 80x/m
SH : 37,5°c
RR : 30 x/m
BB : 78 kg
TB : 160 cm
Kesadaran :
Darah
Secret :- Konsistensi :-
Warna :- Bau:-
Cheyne Stokes
Bentuk dada Simetris Asimetris
Bentuk thorax Pigeon chest Normal chest
Lpm :
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama /
tidak sama), lebih bergetar pada sisi -
Perkusi
Auskultasi
Suara nafas :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ya Tidak
b. Irama jantung
Reguler Ireguler
S1/S2 tunggal
Ya Tidak
c. CRT : < 2 detik
d. Akral
Ya Tidak
5. Sistem Persyarafan
a. GCS
Eye (Buka mata) : 4
Verbal : 4
Motorik : 5
b. Refleks fisiologis Patella Triceps Biceps
c. Refleks patologis babinsky budzinsky kering
d. Keluhan pusing Ya Tidak
Fraktur Ya Tidak
Oedem Ya Tidak
Hiperpigmentasi Ya tidak
9. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid Ya Tidak
Pembesaran Kelenjar getah
ya tidak
bening
Hipoglikemia ya tidak
Hiperglikemia ya tidak
Luka gangren ya tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan tuhan Hukuman Lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam Gelisah Tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi
Kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri
Ya Tidak
Lain- lain:
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan
Siang : 1x Siang : 1x
Malam : 1x Malam : 1x
b. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
Siang : 1x Siang : 1x
Malam : 1x Malam : 1x
Pemenuhan
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Istirahat Tidur
Pemenuhan
No Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :..........................( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )
C. Analisa elektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
........................................................................................................................................
Peningkatan TIK
Invasi jaringan
Kerusakan jaringan
neuron
Gangguan neurologis
fokal
kejang
INTERVENSI KEPERAWATAN
N TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI
O KRITERIA HASIL
Edukasi Kemoterapi
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuanmenerima edukasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatansesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan bertanya
Edukasi
1. Jelaskan efek obat obatan anti
neoplasma padapada sel sel
malignan
2. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai efek terapi pada
sumsum tulang, folikel rambut,
funfsi seksual, dan toksisitas
organ
3. Ajarkan pasien cara cuci tangan
untuk mencegah infeksi
4. Anjurkan melaporkan gejala
demam, menggigil, mimisan,
lebam warna tinja
5. Anjurkan menghindari
penggunaan produk aspirin
Waktu
NO
Hari/ jam Implementasi Evaluasi
DX
Tanggal