Oleh :
Arifatus Sa’diyah
40220003
2. KLASIFIASI
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain :
a. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab :
1) Luka Bakar Termal
Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas, kontak dengan
benda padat panas seperti lilin atau rokok, kontak dengan zat kimia dan
aliran listrik (WHO, 2008).
2) Luka Bakar Inhalasi
Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan
panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna
(WHO, 2008).
b. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
1) Derajat I (superficial partial-thickness)
Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit. Luka bakar
derajat I sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat
remodeling (Barbara et al., 2013).
2) Derajat II (deep partial-thickness)
Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan sebagian
dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edema dan
nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh
dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan parut (Barbara et
al., 2013).
3) Derajat III (full thickness)
Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk
tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan
mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang
beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak seperti arang.
Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf pada
dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya
membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).
c. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
Luas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya:
1) Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10%
2) Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat II dengan luas 10-15%
3) Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat III dengan luas >20%
5. PATOFISIOLOGIS
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat
mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan
berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang
bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks
yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas
miokardium tidak mengalami gangguan.
Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah
meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang
pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka
maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam
12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume
darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat
hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma
lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran
plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.
Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi
mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus
dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara
maksimal.
Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin
serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering
didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran
plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.
Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi
mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus
dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara
maksimal.
6. WOC
7. KOMPLIKASI
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Notoatmodjo, 2010).
a. Infeksi luka bakar
Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.
Sistem integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam melawan
infeksi. Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap
patogen di udara seperti bakteri dan jamur. Infeksi juga dapat terjadi akibat
penggunaan tabung dan kateter. Kateter urin dapat menyebabkan infeksi traktus
urinarius, sedangkan tabung pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi
seperti pneumonia.
b. Terganggunya suplai darah atau sirkulasi
Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan
kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar
berat lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal
ini akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring
mampu mengganggu sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi
darah di vena yang kemudian akan membentuk sumbatan darah.
c. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada
luka bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi secara berat dan
menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi. Hal
ini terjadi ketika kulit yang mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik
bersama. Akibarnya, pasien memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu,
pasien dengan trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca
trauma atau post traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas
merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar
yaitu :
a. Laboratorium
1) Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5) Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6) Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7) Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8) Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
9) BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10) Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
11) EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain
adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan
obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak
untuk mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme
dan mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat
dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang
sering kali masih menjadi penyebab kematian pasien.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencederan fisik
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis
c. Perfusi jaringan tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan atau vena
d. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal
e. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit.
f. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d luka bakar
3. Intervensi Keperawatan
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. S Penanggung jawab Biaya : Umum
2. Umur : 25 th Nama : Ny. T
1. Suku/ Bangsa : Indonesia Alamat : Desa
2. Agama : Islam Bulur Kec. Kras Kab. Kediri
3. Pendidikan : S1
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Desa Bulur Kec. Kras Kab. Kediri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menurut Wong Baker
9. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid ya tidak
Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak
Hipoglikemia ya tidak
Hiperglikemia ya tidak
Luka gangren ya tidak
Lain-lain: tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
Lain-lain: tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan Makan
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
dan Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
Makan: 1x Makan: 1x
Minum: 2-3x Minum: 2-3x
Siang Siang
Makan: 1x Makan: 1x
Minum: 2-3x Minum: 3-4x
Malam Malam
Makan: 1x Makan: 1x
Minum: 2-3x Minum: 3-4x
2 Jenis Nasi : putih Nasi : putih
Lauk :ayam, tahu, Lauk : telur
tempe, daging Sayur : sop
Sayur : sayur bening Minum / Infus : air putih
Minum : air putih, es / infus NaCl 500ml
3 Pantangan / Alergi Tidak ada Tidak ada
4 Kesulitan makan dan
Tidak ada Tidak ada
minum
5 Usaha untuk
Tidak ada Tidak ada
mengatasi masalah
b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Eliminasi BAB /
BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : BAK: 1x BAB: 1x Pagi : BAK: 1 BAB : 1x
Siang : BAK: 1x Siang : BAK: 1x
Malam : BAK: 1x Malam : BAK: 1x
2 Warna BAB : kuning kecoklatan BAB : kuning kecoklatan
BAK : kuning jernih BAK : kuning jernih
3 Bau BAB : busuk BAB : busuk
BAK : khas amoniak BAK : khas amoniak
4 Konsistensi BAB : lembek BAB : lembek
BAK : jernih BAK : jernih
5 Masalah
Tidak ada Tidak ada
eliminasi
6 Cara mengatasi
Tidak ada Tidak ada
masalah
c. Pola Istirahat Tidur
Pemenuhan Istirahat
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi : tidak tidur Pagi : 30 menit
Siang : 1 jam Siang : 2 jam
Malam : 6-8 jam Malam : 6-8 jam
2 Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
3 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
masalah gangguan tidur
4 Hal yang Tidak ada Tidak ada
mempermudah tidur
5 Hal yang Tidak ada Tidak ada
mempermudah bangun
e. Merokok ya tidak
f. Alkohol ya tidak
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
Leukosit :......................... ( N : 3.500 - 10.000 mL )
Eritrosit :......................... ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit :......................... ( N : 150.000 – 350.000 / mL )
Hemoglobin :..........................( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :..........................( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )
C. Analisa elektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
(Arifatus Sa’diyah)
ANALISA DATA
Dehidrasi
Resiko
ketidakseimbangan
cairan
RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi :
pencederan fisik 3x24 jam, maka tingkat nyeri px menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
ditandai dengan px kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
mengeluh nyeri, a. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
tampak meringis, b.Meringis menurun (5) 4. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
bersikap protektif, c. Sikap protektif menurun (5) 5. Monitor efek samping penggunaan analgetik
gelisah. d.Gelisah skala menurun (5) Terapeutik :
e. Tekanan darah membaik (5) 6. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik relaksasi nafas
dalam)
7. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
8. Fasilitasi istirahat dan tidur
9. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
10. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
11. Jelaskan strategi meredakan nyeri
12. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
13. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
14. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :
15. Kolaborasi pemberian analgetik.
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Observasi :
integritas jam, maka integritas kulit dan jaringan meningkat 1. Identifikasi penyebab luka bakar
kulit/jaringan b.d dengan kriteria hasil : 2. Identikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat penanganan luka sebelumnya
faktor mekanis di 1. Elastisitas meningkat (5) 3. Monitor kondisi luka (presentase ukuran luka, derajat luka, perdarahan, warna
tandai dengan kulit 2. Kerusakan jaringan menurun (5) dasar luka, kondisi tepi luka)
tampak kemerahan, 3. Kerusakan lapisan kulit menurun (5) Terapeutik :
tampak luka bakar 4. Nyeri menurun (5) 4. Gunakan teknik aseptik selama merawat luka
di area lengan kiri 5. Nekrosis menurun (5) 5. Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri dan perdarahan
bagian depan dan 6. Tekstur membaik (5) 6. Rendam denga air steril jika balutan lengket dengan luka
belakang, tampak 7. Bersihkan luka dengan cairan steril (mis. NaCl 0,9%)
luka bakar area 8. Lakukan terpi relaksasi untuk mengurangi nyeri
dada dan perut, 9. Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya infeksi,
tampak luka masih jumlah eksudat, jenis blutan yang di gunakan.
basah 10. Gunakan modern dressing sesuai dengan kondisi luka
11. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.
Edukasi :
12. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
13. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
14. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
15. Kolaborasi pemberian antibiotik.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Observasi :
mobilitas fisik b.d jam, maka gerakan fisik meningkat dengan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
nyeri di tandai kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerkan
dengan lengan 1. Pergerakan ekstremitas meningkat (5) 3. Monitir kondisi umum selama melakukan mobilisasi.
tampak kaku, 2. Nyeri menurun (5) Terapeutik :
tampak gerakan 3. Kecemasan menurun (5) 4. Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat bantu.
terbatas, pasien 4. Gerakan terbatas menurun (5) 5. Fasilitasi melakukan pergerkan, jika perlu
tampak cemas 5. Kecemasan menurun (5) 6. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan.
Edukasi :
7. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
8. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
9. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempt tidur ke kursi)
4. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Observasi :
ketidakadekuatan jam, maka tingkat infeksi menurun dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
pertahanan tubuh kriteria hasil : 2. Monitor karakteristik luka, (mis. drainase,warna, ukuran, bau)
primer ditandai 1. Kemerahan menurun (5) Terapeutik :
dengan tangan 2. Nyeri menurun (5) 3. Lepas balutan dan plester dengan perlahan
lengan kiri tampak 3. Kultur area luka membaik (5) 4. Bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
kemerahan, tampak 4. Kadar kultur sel darah putih membaik (5) 5. Bersihkan jaringan nekrotik
kultur area luka 5. Kerusakan jaringan menurun (5) 6. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
cukup memburuk, 6. Kerusakan lapisan kulit menurun 95) 7. Pasang balutan sesuai jenis luka
adanya nekrosis, 7. Nekrosis menurun(5) 8. Pertahankan teknik steri saat melakukan perawatan luka.
adanya kerusakan Edukasi :
kulit/jaringan 9. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
10. Anjurkan cara memeriksa luka atau luka operasi.
11. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
12. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.
5. Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Observasi :
ketidakseimbangan jam, maka volume cairan meningkat dengan 1. Monitor hidrasi (mis. Frekuensi nai, kekuatan nadi, akral)
cairan b.d luka kriteria hasil : 2. Monitor elastisitas atau turgor kulit
bakar ditandai 1. Dehidrasi menurun (5) 3. Monitor hasil pemeriksan laboratorim (mis. Hematokrit,Na, k, Cl, bert jenis urin,
dengan adanya 2. Tekanan darah membaik (5) BUN)
peradangan, 3. Denyut nadi radial membaik (5) 4. Monitor status hemodinamika (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP, jika tersedia)
dehidrasi, adanya 4. Peradangan luka menurun (5) Terapeutik :
nekrosis. 5. Nekrosis menurun (5) 5. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
6. Berikan cairn intravena, jika perlu
7. Batasi jumlah pengujung
Edukasi :
8. Anjurkan meningkatkan nutrisi
9. Anjurkan meningkatkan cairan.
IMPLEMETASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S No. RM : 28796
Umur : 25 th Alamat : bulur-kras-kediri
Hari Rawat ke : 1-3 hari Dx Medis : Luka bakar
NO
. HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
DX
1. Sabtu/10-10-2020 07.30 Observasi : 13.00 WIB
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
kualitas, intensitas nyeri - Pasien mengeluh nyeri
= P : Luka bakar - Pasien mengatakan faktor yang
Q : Rasanya terbakar memperberat nyeri ketika area luka bakt
R : Di lengan kiri bagian depan belakang dan dada perut di gunakan untuk bergerak
S : skala nyeri 4 - Pasien mengatakan menerapkan terapi
07.32 T : Nyeri terus-menerus relaksasi nafas dalam dapat
2. Mengidentifikasi skala nyeri membuatnya tenang.
= skala nyeri 4 - Pasien mengatakan yang memperberat
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan rasa nyeri adalah suara bising
memperingan nyeri P : Luka bakar
07.34 = suara bising Q : Rasanya terbakar
4. Memonitor keberhasilan terapi relaksasi yang sudah R : Di lengan kiri bagian depan belakang
diberikan dan dada perut
= teknik relaksasi nafas dalam S : nyeri berat (skala 8)
07.35 5. Memonitor efek samping penggunaan analgetik T : Nyeri terus-menerus
= rasa nyeri berkurang O:
Terapeutik : - TD : 110/70mmHg
1. Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi - S : 374
nyeri - N: 82x/m
= teknik relaksasi nafas dalam - RR : 24x/m
2. Menggontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri - BB : 60
= suara bising - Keluhan nyeri berkurang
Edukasi : - Meringis berkurang
1. Menjelaskan strategi meredakan nyeri - Sikap protektif berkurang
= mengulagi teknik relaksasi nafas dalam - Gelisah berkurang
Kolaborasi : A:
1. Kolaborasi pemberian analgetik. Nyeri akut
= ketorolac iv 30mg Masalah teratasi sebagian
- Keluhan nyeri cukup mengingkat (2)
- Meringis cukup mengingkat (2)
- Sikap protektif cukup mengingkat (2)
- Gelisah skala cukup meningkat (2)
- Tekanan darah cukup membaik (4)
P:
Intervensi dilanjutkan
Observasi 1-5
Terapeutik 1
Kolaborasi 1
Minggu/11-10-2020 07.15 Observasi : 13.00 WIB
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
kualitas, intensitas nyeri - Pasien mengatakan nyeri berkurang
= P : Luka bakar ketika melakukan teknik relaksasi nafas
Q : Rasanya terbakar dalam
R : Di lengan kiri bagian depan belakang dan dada perut - Pasien mengatakan nyeri berkurang
S : skala nyeri 4 setelah diberikan obat.
T : Nyeri terus-menerus P : Luka bakar
08.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri Q : Rasanya terbakar
= skala nyeri 6 R : Di lengan kiri bagian depan belakang
3. Memonitor keberhasilan terapi relaksasi yang sudah dan dada perut
diberikan S : skala nyeri 6
= teknik relaksasi nafas dalam T : Nyeri terus-menerus
4. Memonitor efek samping penggunaan analgetik -
= rasa nyeri berkurang O:
Terapeutik - TD : 110/70mmHg
1. memonitor keberhasilan terapi relaksasi yang sudah - S : 368
diberikan - N: 80x/m
= terapi relaksasi nafas dalam - RR : 22x/m
Kolaborasi - BB : 60
1. Kolaborasi pemberian analgetik. - Keluhan nyeri berkurang
= iv ketorolac 30mg sebagai analgetik dan anti inflamasi - Meringis berkurang
- Sikap protektif berkurang
- Gelisah berkurang
A:
Nyeri akut
Masalah teratasi sebagian
- Keluhan nyeri sedang (3)
- Meringis sedang (3)
- Sikap protektif sedang (3)
- Gelisah sedang (3)
- Tekanan darah cukup membaik (4)
P:
Intervensi dilanjutkan
Observasi : 1-5
Terapetik : 1
Kolaborasi : 1
Senin/12-10-2020 14.05 Observasi : 19.00
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S:
kualitas, intensitas nyeri - Pasien mengatakan nyeri berkurang
= P : Luka bakar P : Luka bakar
Q : Rasanya terbakar Q : Rasanya terbakar
R : Di lengan kiri bagian depan belakang dan dada perut R : Di lengan kiri bagian depan belakang
S : skala nyeri 4 dan dada perut
T : Nyeri terus-menerus S : skala nyeri 4
18.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri T : Nyeri terus-menerus
= skala nyeri 4 O:
3. Memonitor keberhasilan terapi relaksasi yang sudah - TD : 120/80mmHg
diberikan - S : 367
= teknik relaksasi nafas dalam - N: 82x/m
4. Memonitor efek samping penggunaan analgetik - RR : 24x/m
= rasa nyeri berkurang - BB : 60
Terapeutik - Keluhan nyeri berkurang
5. memonitor keberhasilan terapi relaksasi yang sudah - Meringis berkurang
diberikan - Sikap protektif berkurang
6. = terapi relaksasi nafas dalam - Gelisah berkurang
Kolaborasi A:
7. Kolaborasi pemberian analgetik. Nyeri akut
8. = iv ketorolac 30mg sebagai analgetik dan anti inflamasi Masalah teratasi sebagian
- Keluhan nyeri cukup menurun (4)
- Meringis cukup menurun (4)
- Sikap protektif cukup menurun (4)
- Gelisah cukup menurun (4)
- Tekanan darah membaik (5)
P:
Intervensi dilanjutkan 2,11,12 oleh perawat
ruangan. Perawat yang merawat pindah
ruangan.
A. Tujuan
B. Strategi Penyuluhan
C. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
a) Ceramah
b) Tanya jawab
D. Media
Leaflet
E. Evaluasi
1. Prosedur
a) Audiens mampu menjawab beberapa pertanyaan dari Penyaji
mengajukan secara langsung kepada audiens tentang materi penyuluhan
yang akan dijelaskan.
b) Bila audiens dapat menjawab 60% dari pertanyaan yang diajukan, maka
dikategorikan pengetahuan baik.
2. Jenis Evaluasi
Tes Lisan
3. Pertanyaan
1. Apa pengertian dari Luka Bakar?
2. Apa saja tanda dan gejala Luka Bakar ?
3. Apa pencegahan Luka Bakar?
4. Apa saja pengobatan dari Luka Bakar ?
Materi Luka Bakar
Lampiran 4
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP) RELAKSASI NAFAS DALAM
PENGERTIAN Relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami nyeri kronis.
Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa
jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi
nyeri
TUJUAN Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
ALAT - Buku dokumentasi
- Bolpoin
PROSEDUR Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya, bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam teraupetik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
3. Menanyakan kesiapan pasien
Tahap Kerja
1. Menjaga pivasi pasien.
2. Atur posisi pasien agar rileks.
3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga
paru berisi udara
4. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara
membiarkanya keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada
waktu bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatian
betapa nikmatnya rasanya.
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat ( 1-2 menit )
6. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam, kemudian
menghembuskan secara perlahan dan merasakan saat ini udara
mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru kemudian
udara dan rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan
tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-
ujung jari tangan dan kai dan rasakan kehangatanya
8. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa
bila rasa nyeri kembali lagi
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri.
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
3. Berpmitan dengan pasien
4. Cuci tangan
5. Melakukan dokumentasi (catat waktu tindakan, catat respon
pasien)
Daftar pustaka
Barbara, K et all. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan.
Praktik edisi VII Volume I. Jakarta : EGC
Moenadjat Y. 2010. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. 4th ed. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Rudall N, Green A. Burns. 2010. Clinical Features And Prognosis. Pharmaceutical
Journal; 2:245-248.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan.
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
WHO. 2008. WHO report on the Global Tobacco Epidemic.WHO. Available from:
http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full 2008.pdf.
Yapa KS. 2009. Management of Burns in the community. Wounds. United
Kingdom ; 5: p.8-48.