Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantar manusia dari alam
kegelapan ke alam terang benderang.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kami, untuk itu salam terima kasih kami
ucapkan untuk dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam membuat makalah ini.
Dan tidak lupa juga terima kasih untuk teman- teman yang telah ikut memberi semangat pada
kami.
Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini benar- benar bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat
umumnya. Amin ya robbal Alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Negara ...................................................................................................5
B. Pengertian Konstitusi...............................................................................................6
C. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia...................................................7
D. Sistem Ketatanegaraan Indonesia............................................................................14
BAB III
PENUTUP ..................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.............................................................................................................16
B. Saran.......................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat
dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum
dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi
sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan Negara
konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai Negara konstitusional
maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme.
Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme
sendiri merupakan suatu ide, gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan
konstitusi pada bab ini terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai
Konstitusi Negara Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar belakangnya. Mula-
mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan dan wilayah tempat
tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi
bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan
tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para ahli untuk mewujudkan
suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna
dan pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam
bahasa inggris). Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.
B. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian Negara?
2) Apa saja pengertian Konstitusi?
3) Bagaimanakah UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia?
4) Mengapa sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi Konstitusi Republik Indonesia?
1
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui penertian konstitusi.
2) Untuk mengetahui pengertian Negara.
3) Untuk mengetahui UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia.
4) Untuk mengetahui sistem ketatanegaraan Indonesia sebagai Konstitusi Republik
Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian negara
secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.M., merumuskan negara dalam
bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis. Yang pada saat itu asih dipahami negara
masih dalam suatu wilayah yang dipahami negara masih dalam suatu wilayah yang kecil. Dalam
pengertian itu negara disebut sebagai negara hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah warga
negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu menurut Aristoteles
keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggarannya negara yang baik, demi terwujudnya
cita-cita seluruh warganya.
Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang merupakan tokoh
Katolik. Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civitas Dei yang artinya negara Tuhan,
dan Civites Terrena atau civites Diaboli yang artinya negara duniawi. Civites Tarrena ini ditolak
Oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara Tuhan atau Civies Dei. Negara
Tuhan bukanlah negara dari dunia ini. Melainkan jiwanya yang memiliki oleh sebagian atau
beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah
Gereja yang mewakili negara Tuhan bukanlah negara dari dunia ini. Melainkan jiwanya yang
dimiliki oleh sebagian atau beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang
melaksanakan negara adalah Gereja yang mewakili negara Tuhan. Meskipun demikian bukan
berarti apa yang diluar gereja itu terasing sama seklai dari Civites Dei (Kusnardi, 1995).
Berbeda dengan konsep penelitian Negara menurut kedua tokoh pemikir negara tersebut,
Nicollo Machiavelli (1469-1527), yang merumuskan Negara sebagai negara kekuasaan, dalam
bukunya ‘II Prin ciple’ yang dahulu merupakan 3buku referensi pada raja. Machiavelli
memandang negara daru sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada sesuatu yang
dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan nengara
3
tidak mungkin hanya mengandalkan kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau kesusilaan.
Kekacauan timbul dalam suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara. Bahkan yang lebih
terkenal lagi ajaran Machiavelli. Tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara. Akibat
ajaran ini muncullah berbagai praktek pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh
dari nilai-nilai moral. Berikut ini konsep pengertian negara modern : Roger H. Soultou,
mengemukakan bahwa negara adalah alat-alat agency atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
B. Pengertian Konstitusi
Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara adalah sebuah
norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan
sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus
bentukan negara, kontitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah
ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar
politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentuk struktur, prosedur, wewenang dan
kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi merujuk umumnya merujuk pada
pinjaman hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh
hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan peraturan baik tertulis
maupuntidak tretulis yang mengatur secara mengikat mengenai cara penyelenggaraan suatu
pemerintahan. Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa kumpulanm peraturan yang membentuk,
mengatur atau memenuhi negara. Peraturan perundang-undangan tersebut ada yang tretulis
4
sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan
dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa
ini dapat menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempat tertinggi.
Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok Negara yang
berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah
berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode, yaitu sebagai berikut:
5
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945
terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan
paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS
terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146
pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.
Kasus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut sebenarnya merupakan
hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan
tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya BPUPKI berupa rancangan pembukaaan hukum
dasar dari BPUPKI itulah yang selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah
mengalami perubahan seperlunya oleh PPKI.
Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3 keputusan
penting, yaitu sebagai berikut.
1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar Sebagai
UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membentuk
presiden.
6
Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar ini berlangsung sangat singkat
yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan keinginan untuk segera
membentuk konstitusi Negara maka penetepan UUD 1945 berjalan dengan lancar.
Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah yang mendasar.
Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan hukum dasar yang dihasilkan oleh
BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara lain:
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI dilakukan
dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4 Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia terdiri atas
16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan tambahan.
Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang terdiri atas dua
bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya. Adapun bagian
penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dibuat dalam Berita Republik
Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946. Berdasarkan hal itu maka Naskah Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II No. 7 Tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas:
a. Pembukaan
b. Batang tubuh, dan
c. Penjelasan.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya berlaku dalam
waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949. Sejak 27
7
Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru disebut kontitusi Republik Indonesia
Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua yang berlaku diindonesia adalah Konstitusi Republi
Indonesia Serikat disingkat KRIS atau UUD RIS. Dan UUD Negara Republik Indonesia 18
Agustus 1945 tetap berlaku tetapi hanya disalah satu Negara bagian RIS yaitu Negara Republik
Indonesia (RI) yang beribu kota di Yogyakarta. Kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS)
atau UUD RIS 1949 berlaku dari tanggal 27 Desember 1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950,
bangsa Indonesia kembali kebentuk Negara kesatuan. Dengan demikian, UUD RIS 1949 tidak
diberlakukan lagi. Priode berlakunya UUD RIS 1949 daei tanggal 27 Desember 1949 sampai 17
Agustus 1950, oleh Moh. Yamin disebut konstitusi II.
Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai pengganti dari UUD RIS 1949 setelah
Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan yang dituangkan dalam Undang-Undang Federal
No.7 Tahun 1950 tentang perubahan konstitusi RepublikIndonesia Serikat menjadi Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang menyusun UndangUndang
Dasar yang bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:
8
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Situasi ini
kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai berikut :
a. Amandemen konstitusi
b. Pembaruhan konstitusi
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum atau
sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian yang
diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaruhi konstitusi
negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip negara demokrasi. Dengan adanya
amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita diharapkan semakin baik dan lengkap
meyesuikan dengan tuntutan perkembangan dan kehidupan dan kenegaraan yang demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia juga haus
mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu dilakukan perubahan
terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa pemerintahan presiden soeharto belum
pernah dilakukan perubahan.
Tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai berikut:
9
1) Unsur perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidam majelis
permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota majelis permusyawaratan.
2) Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan
jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3) Untuk mengubah asal-asar UUD, sidang majelis permusyawaratan rakyat diadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota majelis permusyawaratan rakyat.
4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota majelis permusyawaratan
rakyat.
5) Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republik indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan pertama kali oleh MPR pada sidang umum
MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober 1999. Amandemen atas UUD 1945
dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian UUD 1945 telah mengalami 4 kali
perubahan yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999, disahkan 19 oktober
1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.
c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november 2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10 agustus 2002.
Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal serta 3 pasal aturan
peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya beberapa
ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku adalah ketentuan-
ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari UUD
negara Republik indonesia tahun 1945. Dengan demikian, naskah UUD 1945 terdiri atas:
10
3. Naskah perubahan kedua UUD 1945
4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945
5. Naskah perubahan keempat UUD 1945
Naskah UUD 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat tersebut tertuang dalam
putusan MPR tentang UUD 1945 dan perubahannya. Putusan MPR tersebut tidak menggunakan
nomor putusan majelis. Hal inin berbeda dengan jenis putusan majelis lainnya, yaitu ketetapan
majelis dan keputusan majelis yag menggunakan nomor keputusan majelis.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD 1945 menjadi lebih
lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah keseluruhan pasal yang diubah dari
perubahan perama sampai keempat ada 73 pasal. Namun jumlah nomor pasal tetap yaitu 37 tidak
termasuk aturan peralihan dan aturan tambahan. Perubahan diakukan dengan cara menambahkan
huruf A, B, C, dan seterusnya setelah nomor pasal (angkanya). Misalnya pasal 28, kemudian
pasal 28A, pasal 28B dan seterusnya.
UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pembukaan dan bagian
pasal-pasal. Bagian pembukaan pada umumnya berisi pernyataan luhur dan cita-cita dari bangsa
yang bersangkutan. Namun tidak semua konstitusi negara meiliki bagian pembukaan ini.
Konstitusi Malaysia, Singapura, dan Australia tidak memiliki bagian pembukaan. Contoh
konstitusi negara yang memiliki bagian pembukaan adalah konstitusi Jepang, India, dan Amerika
Serikat.
Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi negara indonesi.
Pembukaa UUD 1945 berisi empat alinie sebagai pernyataan luhur bangsa indonesia. Selain
berisi pernyataan, ia juga berisi cita-cita dan keinginan bangsa indonesia, dalam bernegara yaitu
mencapai masyarakat merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Setiap alenia pembukaan
UUD 1945 memiliki makna dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan.
Alenia pertama berbunyi “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.
11
Alenia kedua berbunyi “Dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, yang merdeka bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur”.
Alenia ketiga berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”.
Alenia keempat sebagai berikut “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
dara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD
1945 negara Indonesia, yang terbentuk dalam susunan negara republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh ikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Undang-undang dasar 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan Negara Indonesia adalah
kesatuan bukan serikat atau federal. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD
1945 yang menyatakan “ Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”.
12
b. Bentuk Pemerintahan Republik
UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintah Indonesia adalah Republik bukan Monarki
atau Kerajaan. Yang tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Berdasarkan pasal tersebut dapat
diketahui bahwa “ Kesatuan” adalah bentuk Negara, sedang “Republik” adalah bentuk
pemerintah.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian negara
secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.M., merumuskan negara dalam
bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis. Konstitusi atau undang-undang dasar
(bahasa latin : constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum
ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang
menajdi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945
yang untuk pertama kali disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
tanggal 18 Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945
menempati tempat tertinggi. Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan.
Perubahan yang dilakukan merupakan ada atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang
asli tetap berlaku. Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari
konstitusinya.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang makalah dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih dipertanggung jawabkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa, Bandung: PT Refika
Aditama, 2015. Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi , Yogyakarta:
Paradigma, 2016. Lubis Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: AKASHA
SAKTI, 2018. Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007. 1
15