LP Irama Yang Mengancam Jiwa
LP Irama Yang Mengancam Jiwa
Oleh :
KHOIROTUN MAULIDA
151911913014
4A GRESIK
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Aritmia atau disritmia adalah gangguan irama jantung yang disebabkan
karena kegagalan dari sistem konduksi jantung baik pacemaker sebagai
pembentuk impuls maupun hantarannya.
Aritmia dapat digolongkan menjadi :
a. Gangguan pembentukan impuls
SA Node ( Nodus Sinus Bradikardia Sinus (SB)
Atrial) Takikardia Sinus (ST)
Sinus Aritmia
Sinus Arest
Atrium Ekstrasistol Atrial (AES/PAC)
Takikardia Atrial
Atrial Flutter
Fibrilasi Atrial
AV Node (Nodus Irama junctional
Atrioventrikular) Ekstrasistol junctional
Takikardia junctional
Supraventrikular Ekstrasistol Supraventikular (SVES)
Takikardia Supraventrikular (SVT)
Ventrikel Irama Idioventrikular
Ekstrasistol Ventrikular (VES)
Takikardia Ventrikular (VT)
Ventrikular Fibrilasi (VF)
Keterangan :
Kelainan Kriteria Gambaran EKG
Bradikardia - Irama teratur
Sinus - HR < 60x/menit
- Gelombang P, normal diikuti
gelombang QRS & T
- PR interval = 0.12 – 0.20 detik
- Gelombang QRS = 0.06 – 0.12
detik
Trigemini
2. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)
3. Faktor Risiko
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung
atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
a. Ketidakseimbangan elektrolit
Beberapa elektrolit seperti natrium, kalium, magnesium, dan kalsium
terlibat dalam kontraksi dan relaksasi jantung. Konduksi impuls saraf jantung
dimulai saat kanal ion kalsium terbuka. Saat kanal terbuka, kalium keluar dari
sel dan natrium masuk ke dalam sel secara cepat dan menyebabkan jantung
kontraksi. Hampir sama cepatnya, ion magnesium memicu kalium untuk
kembali ke dalam sel yang akan mendorong natrium keluar sel dan
menyebabkan jantung menjadi relaksasi.
Ketidakseimbangan kalium merupakan penyebab aritmia jantung
paling sering yang berhubungan dengan elektrolit paling sering. Kalium yang
memainkan peran penting bada konduksi saraf dan kemampuan jantung untuk
mengirimkan impuls listrik. Kadar kalium darah rendah mampu menyebabkan
aritmia yang relatif stabil sedangkan kadar kalium tinggi bisa menyebabkan
secara cepat pada aritmia yang letal atau mematikan.
Natrium, magnesium dan kalsium yang tidak seimbang juga bisa
menyebabkan jantung aritmia namun menurut penelitian aritmia akan terjadi
ketika kadar natrium, magnesium, dan kalsium sangat rendah atau tinggi
dalam kondisi ekstrim yang pada umumnya tidak mampu membuat manusia
berfungsi yang menyebabkan kematian. Kadar normal serum kalium ialah 3,5-
5,0 mEq/L. Kadar normal serum natrium ialah 135-145 mEq/L. Kadar normal
serum kalsium ialah 8,4-10,2 mEq/L. Kadar normal serum magnesium ialah
1,5-2,0 mEq/L. Kadar tersebut berbeda tergantung laboratorium.
b. Perubahan struktur jantung
Perubahan struktur jantung sangat bisa sekali menyebabkan aritmia,
sebagai contoh ialah kardiomiopati. Kardiomiopati merupakan penyakit otot
jantung. Pada kardiomiopati, otot jantung membesar, menebal atau kaku. Pada
kasus langka jaringan otot digantikan oleh jaringan parut. Ketika
kardiomiopati menjadi lebih parah, jantung menjadi lebih lemah. Ini
mengakibatkan jantung memompa darah lebih sedikit ke seluruh tubuh dan
lebih sulit menjaga ritme elektrik jantung. Akibatnya bisa terjadi gagal jantung
atau aritmia.
c. Coronary Artery Disease
Coronary artery disease menghasilkan iskemi atapun infark yang
mengakibatkan sel jantung kekurangan oksigen. Hal ini menyebabkan mereka
depolarisasi yang menyebabkan berubahnya formasi impuls dan/atau
berubahnya kondusi impuls. Perubahan konduksi impuls mampu
menyebabkan aritmia pada jantung.
d. Tekanan darah tinggi
Pada hipertensi, beberapa mekanisme menurunkan stabilitas elektrik
myokardium dan mempercepat ventricular arrhythmia. Pada tahap awal
hipertensi, perubahan elektrofisiologi seperti durasi depolarisasi yang
memanjang umumnya terjadi karena perubahan penanganan kalsium dan
pertukaran natrium dan kalsium. Kehilangan connexin dan pelambatan
konduksi tidak terjadi pada tahap awal.
Hipertensi menurunkan variabilitas denyut jantung dan mengurangi
sensitivitas baroreflex. Apoptosis kardiomiosit terjadi pada tahap akhir
hipertensi dan semakin memburuknya sifat elekrik myokardium. Kurangnya
aliran darah balik mampu menyebabkan iskemi ketika aktivitas fisik atau
bradikardia. Meningkatkan aktivitas simpatetik jantung akan meningkatkan
resiko aritmia dengan meningkatkan jumlah prematur denyut ventrikular.
e. Masalah pada tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung
menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial
fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak
cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi
(bradycardia).
f. Konsumsi kafein atau nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap risiko aritmia jantung
yang lebih serius.
g. Obat-obatan
Terdapat beberapa obat-obatan yang mampu menyebabkan aritmia.
Sebagai contoh obat anti alergi seperti diphenhydramine, obat flu seperti
pseudoephedrine, obat asma seperti theophylline, obat anti malaria
chloroquine, bahkan beberapa obat anti aritmia pun bisa memperparah
keadaan aritmia seperti propanolol, amiodaron, digoxin. Oleh karena itu dalam
penggunaan obat, terutama yang bisa dibeli dengan mudah dibaca efek
samping yang mungkin terjadi untuk mencegah atau menghindari hal yang
tidak diinginkan.
h. Diabetes
Diabetes mampu menyebabkan kardiomiopati diabetika. Hal ini
mampu menyebabkan aritmia. Selain itu kondisi hipoglikemi parah ketika
mengontrol kadar gula darah diasosiasikan dengan kejadian aritmia. Hal ini
diperkirakan menjadi penyebab kematian di tempat tidur, karena malam hari
merupakan saat dimana kadar gula darah menjadi sangat rendah yang
diasosiasikan dengan aritmia.
i. Tidur apnea
Tidur apnea merupakan gangguan tidur umum dimana terdapat episode
jeda dari bernafas ketika tidur. Jeda yang terjadi bisa beberapa detik sampai
beberapa menit. Bisa terjadi 30 kali atau lebih dalam sejam. Umumnya setelah
itu bernafas kembali normal, kadang diikuti dengan dengkuran yang kuat.
Terdapat banyak penelitian yang mengatakan tidur apnea berhubungan dengan
aritmia terutama atrial fibrilasi dan sick sinus sindrom. Dipercaya orang yang
mengalami tidur apnea cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Selain itu
tidur apnea mampu memicu keadaan kurang oksigen, perubahan kadar karbon
dioksida, efek langsung pada jantung karena perubahan tekanan, dan
peningkatan kadar marker inflamasi yang meningkatkan resiko aritmia.
j. Genetik
Terdapat beberapa kondisi genetik yang mampu menyebabkan aritmia
seperti congenital abnormality of heart’s electrical system dimana seseorang
mengalami abnormal serabut otot yang menghubungkan ruangan atas dan
bawah jantung. Kehadiran serabut ekstra ini bisa mengarah ke paroxysmal
supraventricular tachycardia (PSVT) di kemudian hari.
Selain itu juga ada kondisi genetik seperti arrhythmogenic right ventricular
dysplasia (ARVD) yang dimana kondisi seseorang mendapatkan jantung normal
ketika lahir, namun seiringnya waktu otot jantung digantikan oleh lemah dan
jaringan parut yang menyebabkan aritmia.
4. Patofisiologi Aritmia
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus
SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50
kali per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut
purkinje. Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan
sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dalam keadaan tertentu,
sentrum yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
a. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
b. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel
HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obt.
Aritmia terjadi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal
atau gngguan konduksi). Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat
otonom atau karena suatu penyakit di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia
a. Trigger automatisasi
Dasar mekanisme trigger automatisasi ialah adanya early dan delayed
after-depolarisation yaitu suatu voltase kecil yang timbul sesudah sebuah
potensial aksi, Apabila suatu ketika terjadi peningkatan tonus simpatis
misalnya pada gagal jantung atau terjadi penghambatan aktivitas sodium-
potassium-ATP-ase misalnya pada penggunaan digitalis, hipokalemia atau
hipomagnesemia atau terjadi reperfusi jaringan miokard yang iskemik
misalnya pada pemberian trombolitik maka keadaan-keadaan tersebut akan
mnegubah voltase kecil ini mencapai nilai ambang potensial sehingga
terbentuk sebuah potensial aksi prematur yang dinamakan “trigger impuls”
Trigger impuls yang pertama dapat mencetuskan sebuah trigger impuls yang
kedua kemudian yang ketiga dan seterusnya samapai terjadi suatu iramam
takikardai.
b. Gangguan konduksi
1) Re-entry
Bilamana konduksi di dalah satu jalur tergaggu sebagai akibat
iskemia atau masa refrakter, maka gelombang depolarisasi yang berjalan
pada jalur tersebut akan berhenti, sedangkan gelombang pada jalur B tetap
berjalan seperti semula bahkan dapat berjalan secara retrograd masuk dan
terhalang di jalur A. Apabila beberapa saat kemudian terjadi penyembuhan
pada jalur A atau masa refrakter sudah lewat maka gelombang depolarisasi
dari jalur B akan menembus rintangan jalur A dan kembali mengaktifkan
jalur B sehingga terbentuk sebuah gerakan sirkuler atau reentri loop.
Gelombang depolarisasi yang berjalan melingkar ini bertindak sebagai
generator yang secara terus-menerus mencetuskan impuls. Reentri loop ini
dapat berupa lingkaran besar melalui jalur tambahan yang disebut
macroentrant atau microentrant.
2) Concealed conduction (konduksi yang tersembunyi)
Impuls-impuls kecil pada jantung kadang-kadang dapat
menghambat dan menganggu konduksi impuls utama. Keadaan ini disebut
concealed conduction. Contoh concealed conduction ini ialah pada fibrilasi
atrium, pada ekstrasistol ventrikel yang dikonduksi secara retrograd.
Biasanya gangguan konduksi jantung ini tidak memiliki arti klinis yang
penting.
c. Blok
Blok dapat terjadi di berbagai tempat pada sistem konduksi sehingga
dapat dibagi menjadi blok SA (apabila hambatan konduksi pada perinodal
zpne di nodus SA); blok AV (jika hambatan konduksi terjadi di jalur antara
nodus SA sampai berkas His); blok cabang berkas (bundle branch
block=BBB) yang dapat terjadi di right bundle branch block atau left bundle
branch block.
Pathway
(Terlampir)
6. Penatalaksanaan Aritmia
a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
Kelas 1 A 1. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flutter.
2. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial
fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
3. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b. Terapi mekanis
1) Kardioversi
Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi
Kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel :
Suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel
yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi
ventrikel.
4) Terapi pacemaker
Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot
jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana
disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
c. Foto dada
Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia
Menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi
konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan
Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
disritmia.
f. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan
interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi
Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis
sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
8. Komplikasi
a. Stroke
Ketika jantung tidak dapat memompa darah secara efektif, darah akan
melambat. Hal ini dapat menyebabkan gumpalan darah terbentuk. Jika
bekuan darah terbawa dalam aliran darah dan dalam perjalannya menghalangi
arteri otak, maka akan menyebabkan stroke. Ini dapat merusak otak dan
menyebabkan kematian.
b. Gagal jantung
Gagal jantung dapat terjadi karena jantung memompa tidak efektif dalam
waktu lama karena bradikardi atau takikardi. Gagal jantung juga menyebabkan
kelebihan cairan yang terkumpul pada kaki dan paru-paru.