97
98
Diamond coring
3.1.1.1.1 Conventional Coring
Pengambilan core pada conventional coring dilakukan dengan
menggunakan bit jenis tertentu, seperti Gambar 3.1. Pada waktu bit berputar dan
bergerak ke bawah maka core akan masuk ke dalam inner core barrel dan core
ini tidak dapat keluar dari tempatnya karena core barrel mempunyai roll dan
ball bearings. Bagian atas barrel ini ditutup dengan check valve yang bekerja
berdasarkan aliran fluida.
Gambar 3.3.
Peralatan Wireline Coring
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960.)
Gambar 3.4.
Peralatan Sidewall Coring
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960.)
3.2. Analisa Core
Analisa core adalah suatu kegiatan untuk mengambil data-data dari
formasi yang bersangkutan. Analisa yang dilakukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu
basic measurement, special core analysis, dan supplemental analysis. Ketiga
analisa tersebut memiliki perbedaan dalam data yang dapat diambil dari suatu
sampel core.
Kualitas dari data yang didapatkan pada suatu analisa core, sangat
bergantung pada prosedur pengambilan sampel dan penanganan serta pengawetan
sampel core yang benar. Adapun metode-metode pengawetan sampel core adalah:
a. Pembungkusan dengan aluminum foil dan ditutup dengan low melting
point paraffin.
b. Pembungkusan ganda dengan material pembungkus berbahan dasar
plastik.
c. Pembekuan secara cepat.
Data yang dapat dieroleh dari Routine Analysis yang dilakukan pada
sampel core adalah porositas, permeabilitas absolut, dan fluid saturation.
3.2.1.1. Pengukuran Porositas
Porositas dari sampel core dapat ditentukan dengan menggunakan 2 (dua)
dari 3 (tiga) parameter yang ada. Parameter-paramater tersebut adalah volume
bulk (Vb), volume matriks (Vm), dan volume pori (Vp). Persamaan dari
paramater-parameter tersebut mempunyai hubungan sebagaimana ditunjukkan
Persamaan 3-1.
Vp
ϕ= .....................................................................................................(3-1)
Vb
Vb = Vp + Vm........................................................................................(3-2)
Keterangan:
Vp = Volume pori
Vb = Volume bulk
Vm = Volume matriks
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan volume
bulk suatu sampel core. Metode tersebut adalah:
a. Boyle’s Law Method
Metode Boyle’s Law memerlukan sebuah rangkaian peralatan yang
disebut Boyle’s Law Porosimeter seperti yang ditunjukkan Gambar 3.5. Prinsip
kerja alat tersebut adalah mengukur volume matriks dengan membandingkan
perbedaan volume gas yang terukur. Volume gas yang pertama didapatkan dengan
mengalirkan gas (umumnya Helium) ke dalam steel bomb dengan tekanan yang
terukur. Kemudian volume gas dibaca pada buret yang berisi merkuri. Sedangkan
volume gas kedua didapatkan dengan menaruh sampel core di dalam steel bomb,
kemudian mengalirkan gas ke dalam steel bomb tersebut dengan tekanan yang
terukur. Perbedaan kedua volume gas tersebut menunjukkan volume matriks dari
sampel core. Sedangkan volume pori dapat ditentukan dengan mengeliminasi
volume dead gas yang terdapat pada ruang di antara core dan dinding bagian
dalam pada steel bomb. Jenis porositas yang didapatkan dari metode ini adalah
porositas efektif.
103
W saturated −W dry
Vp= ..............................................................................(3-3)
ρCairan
Keterangan:
Vp = Volume pori
WSaturated = Berat sampel core yang sudah terjenuhi
Wdry = Berat sampel core kering
ρcairan = Densitas cairan
Jenis porositas yang didapatkan dari metode ini adalah porositas efektif.
Metode ini hanya bisa dilakukan pada sampel yang dapat diukur beratnya pada
saat tersaturasi. Sampel yang memiliki lubang di permukaan tidak dapat diukur
104
Gambar 3.6.
Saturation method apparatus untuk perhitungan volume pori
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960)
3.2.1.2. Pengukuran Saturasi Fluida
Pengukuran saturasi fluida dari core sample dapat dilakukan dengan dua
cara antara lain :
a. Metode Retord
b. Metode Destilasi
a. Metoda Retort
Dalam metoda ini prosedur yang dilakukan antara lain:
1. Core sample diletakkan pada retort dan dipanaskan pada 400 °F selama
satu jam.
2. Fluida yang menguap dikondensasikan, minyak dan air yang didapat
dipisahkan dengan centrifuge.
3. Kemudian temperatur terus dinaikkan sampai 1200 °F, sampai minyak
berat dan air kristal teruapkan dan hasil kondensasi dicatat. Air kristal
105
Gambar 3.7.
Skema Retort Apparatus
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960)
Vo
So = ………………………………………………… (3-5)
Vp
dimana :
Sw = saturasi air, %
So = saturasi minyak, %
Vw = volume air yang didapat dari kondesasi, cc
Vo = volume minyak yang didapat dari kondesasi, cc
106
Gambar 3.8.
Skema Stark Dean Destilation Appartus
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960)
μ.V.L
k= A. P. t ........................................................................(3-3)
Dimana :
K = Permeabilitas dari sampel, Darcy
µ = Viskositas dari cairan test, cp
V = Volume cairan yang dialirkan melalui sampel, cm3
L = Panjang dari sampel, cm
P = Tekanan, (atm) dibaca dari pressure gauge
t = Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan cairan melalui
sampel (50cc, 10cc, atau 5 cc), detik.
Fluida yang digunakan pada pengukuran sampel core ini adalah gas. Gas
dipilih karena gas tidak menyebabkan perubahan kimiawi ataupun secara fisik
pada sampel core yang diuji, seperti terjadinya swelling mineral clay pada saat
penggunaan fresh water sebagai fluida alir.
109
Koreksi nilai permeabilitas pada saat penggunaan gas sebagai fluida alir perlu
dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya turbulensi ada saat diunakan gas sebagai
pengukuran sehingga diperlukam koreksi Klikenberg saat pengukuran sampel
core dilakukan menggunakan fluida berupa gas. Koreksi Klikenberg memerlukan
dua atau lebih tes permeabilitas pada sampel core pada tekanan rata-rata yang
berbeda. Kemudian permeabilitas diplot dengan tekanan rata-rata (reciprocal
mean pressure) dan diinterpolasikan ke nilai 0 pada skala tekanan rata-rata.
Koreksi Klikenberg terhadapa beberapa variasi tekanan rata-rata pdengan
menggunakan gas berupa nitrogen, hidrogen, dan CO 2 tersebut ditunjukkan pada
Gambar 3.10.
Gambar 3.10
Koreksi Klikenberg Untuk Gas Slippage
(Amyx, J.W. Bass, D.M.,Jr.,Whitting,R.L: 1960)
……………………………………. (3-2)
m
b = K
L
dimana :
Kg = permeabilitas batuan terhadap gas, md.
110
terjadi ketika volume yang masuk dan keluar adalah sama. Salah satu saturasi
yang baik yaitu secara gravimetri dengan memindahkan dan membebani sampel,
atau secara elektrik dengan pengukuran resistivity. Lalu, aliran minyak akan
berkurang sedangkan gas atau air akan naik. Ulangi prosedur ini secukupnya
hingga perhitungan menjadi sama sampai langkah terkecil yaitu permeabilitas
dari berbagai fasa dengan saturasi yang beragam. Saturasi tentu dihitung pada
tahap selanjutnya. Porositas dan permeabilitas absolut core diukur pada awal
pengujian.
Gambar 3.12.
Modified Penn State Permeability Apparatus
(Gatlin, C. ,”Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960)
Gambar 3.13.
Kurva Permeabilitas Relatif untuk Sistem Minyak dan Air
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan pada kurva permeabilitas relatif
untuk sistem minyak dan air, yaitu :
1. Pada region A turunnya kro dengan cepat sebagai akibat
naiknya Sw, menunjukkan bahwa adanya sedikit air akan mempersulit aliran
minyak dalam batuan tersebut, demikian pula sebaliknya.
2. Pada region B terdapat aliran 2 fasa hingga sampai waktu
tertentu karena hal ini terbentuk disebabkan oleh produksi mengalami
penurunan sampai batas Swc dan Soc.
3. Pada region C turunnya kro tidak sampai batas nol, dimana
sementara masih terdapat saturasi minyak dalam batuan, dengan kata lain di
bawah saturasi minimum tertentu minyak dalam batuan tidak akan bergerak
114
lagi. Saturasi minimum ini disebut dengan Residual Oil Saturation (Sor),
demikian juga untuk air yaitu Swr (region A).
Sedangkan hubungan antara permeabilitas efektif gas dan minyak di dalam
media berpori ditunjukkan dalam Gambar 3.14.
Gambar 3.14.
Hubungan Permeabilitas Efektif Minyak dan Gas
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
Suatu zone minyak ditemukan dengan saturasi gas bebas sama dengan nol.
Pada kondisi awal, sejumlah gas bebas di dalam reservoir berada di atas zone
minyak sebagai tudung gas (gas cap). Saat diproduksikan, tekanan reservoir dalam
zone minyak akan turun. Jika tekanan turun cukup rendah (di bawah tekanan
bubble point), gas mulai membebaskan diri dari minyak. Dengan turunnya
tekanan di bawah tekanan bubble point, Sg (saturasi gas) bertambah di dalam zone
minyak.
Kesetimbangan saturasi gas, Sgc (juga disebut saturasi gas kritis),
menggambarkan saturasi pada saat permeabilitas pertama untuk gas tercapai.
Demikian pula, hilangnya permeabilitas fasa minyak terjadi ketika saturasi
115
minyak berkurang sampai harga residualnya, Sor . Apabila harga saturasi minyak
kurang dari Sor, maka perolehan minyak tidak dapat dilakukan secara primary dan
secondary recovery.
3.2.2.2. Pengukuran Kompresibilitas
Kompresibilitas batuan merupakan perubahan volume terhadap perubahan
tekanan, artinya dalam keadaan statis (diam) gaya-gaya yang bekerja dalam pori-
pori batuan dan pada butiran adalah seimbang. Gaya-gaya ini meliputi gaya
overburden (ke bawah) dan gaya dari dalam formasi (gaya dari fluida
disekitarnya).
Jika dilakukan pengembilan minyak, akan menyebabkan formasi
berkurang sehingga kesetimbangan gaya tadi berkurang pula. Akibatnya
kemudian adalah penyusutan volume pori batuan resrvoir.
Dengan kata lain kompresibilitas batuan dapat didifinisikan sebagai
kemampuan batuan untuk menyusutkan volumenya terhadap perubahan tekanan.
Data kompresibilitas digunakan untuk menghitung penurunan volume pori
selama penurunan tekanan reservoir (deplition).
Hal-hal ini perlu diperhatikan dalam studi kompresibilitas adalah :
a. Yang menyebabkan perubahan volume pori adalah tekana overburden,
yaitu suatu tekanan efektif (net overburden pressure). Net overburden
pressure merupakan selisih antar overburden pressure dengan tekanan
reservoir.
b. Akibat fluiada dikeluarkan dari pori-pori batuan (diproduksikan), maka
tekanan dalam formasi berkurang sedangkan tekanan effektif adalah
besar, sehingga memperkecil harga volume pori dan mengakibatkan
menurunnya porositas.
Pengukuran kompressibilitas batuan dengan menggunakan alat Hydrostatic
pore volume compressibility. Untuk mengukur kompressibilitas terhadap volume
pori, alat ini dapat mengalirkan tekanan internal (tekanan fluida dalam inti
batuan) dan tekanan eksternal (tekanan hidrostatik) sebagai tekanan overburden.
Sebuah tabung kapiler yang kecil digunakan untuk mengukur perubahan volume
116
pori yang diukur dari volume fluida yang keluar dari ruang pori. Cara pengukuran
kompressibilitas sebagai berikut:
1. Core terlebih dahulu dibersihkan, dikeringkan kemudian ditimbang.
Dicatat sebagai volume batuan, misalkan = a gram
2. Kemudian core dijenuhi fluida minyak lalu ditimbang, misalkan = b gram.
3. Hitung berat minyak = (b – a ) gram = c gram.
c
4. Hitung volume minyak =
ρo = d cc.
Volume minyak ini sebagai volume pori batuan.
5. Kemudian memasukkan core yang telah dijenuhi minyak kedalam
peralatan tersebut. Lalu diberi tekanan hidrostatik (tekanan eksternal) yang
dijaga konstan. Bersamaan dengan itu tekanan internal (laju air formasi
yang dimasukkan kedalam core) diturunkan, ini sebagai fungsi (dP) psi,
kemudian perubahan tekanan ini dicatat. Dengan tekanan diturunkan akan
mempengaruhi volume fluida minyak yang keluar akibat terdorong dari air
formasi sehingga menuju outlet, ini sebagai fungsi (dVp) cc.
6. Volume fluida minyak yang keluar ditampung pada tabung kapiler,
volume cairan ini dicatat.
7. Sehingga kompressibilitas pori dapat dihitung dengan persamaan :
1 dV p
[ ]
Cp = - V p dP , psi-1.
Skema peralatan alat untuk mengukur kompresibilitas pori batuan dapat
dilihat pada Gambar 3.15. Grafik hubungan antara kompresibilitas batuan dengan
porositas dapat dilihat pada gambar 3.16.
117
Gambar 3.15.
Hydrostatic pore volume compressibility aparatus
(Amyx, J.W. Bass, D.M.,Jr.,Whitting,R.L: 1960)
Gambar 3.16.
Hubungan antara Kompresibilitas vs Porositas batuan
(Amyx, J.W. Bass, D.M.,Jr.,Whitting,R.L: 1960)
118
Ilustrasi dari Ro, Rw, dan Rt dapat dilihat pada Gambar 3.17.
Gambar 3.17.
Ilustrasi Resistivitas
(Dewan, J.T. : “Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, 1983)
119
terbentuk.
Faktor turtuosity berhubungan dengan hubungan antar butir dari partikel
sedimen diantaranya ukuran butir, variasi kompaksi dan struktur pori. Skema
faktor turtuosity pada batan dapat dilihat pada Gambar 3.18.
Gambar 3.18.
Faktor turtuosity (a)
(Richard M. Bateman, 1985)
Harga faktor sementasi dan faktor turtuosity dapat diketahui dari analisa
sampel core yang ingin diketahui dan analisa tersebut merupakan analisa core
spesial. Selain itu faktor sementasi (m) dan faktor turtuosity (a) dibutuhkan dalam
rumus archie yang digunakan untuk interpretasi logging.
Faktor sementasi dan faktor turtuosity ini juga berhubungan dengan Faktor
formasi, yaitu dalam bentuk persamaan :
a
F=
∅m
Φ = porositas, fraksi
a = konstanta yang tergantung pada lithologi (faktor turtuosity)
m = faktor semetasi
Dari persamaan tersebut kemudian diubah menjadi bentuk persamaan log
untuk membuat grafik plot antara F danψberdasarkan persamaan berikut :
log F=log a−m logψ ...............................................................
Analisa sampel core untuk perhitungan harga m dan a membutuhkan data
nilai Rw, Ro dan porositas batuan dari beberapa sampel core. Langkah pertama
adalah menghitung nilai Rw terlebih dahulu. Kemudian menghitung harga
porositas, Ro dan Faktor Formasi pada setiap sampel core yang ingin dianalisa.
121
Data-data yang dibutuhkan dari beberapa sampel tersebut disajikan dalam Tabel
III-1.
Tabel III-1
Data-data yang dibutuhkan untuk Perhitungan nilai m dan a
Dari data tersebut maka akan didapatkan grafik plot antara ψvs F seperti
ditunjukkan Gambar 3.19. Nilai m merupakan slope dari grafik tersebut. Dari
grafik tersebut maka akan didapatkan nilai m yaitu slope dari grafik tersebut.
Sedangkan nilai a adalah intercept pada nilai porositas = 1.
Gambar 3.19.
Grafik Log porositas vs Log F untuk penentuan nilai m dan a
(Richard M. Bateman, 1985)
lithologi. Untuk formasi pasir, rumus Humble sering digunakan yaitu sebagai
berikut :
0 , 62
F=
φ2 ,15
- Untuk formasi konsolidasi digunakan rumus :
1
F=
φ2
-
- Untuk formasi tidak keras (soft) :
0 , 81
F=
φ2
Berdasarkan hasil analisa, hubungan antara Faktor Formasi, Faktor
Sementasi dan Faktor Turtuosity untuk beberapa Lithologi dapat dilihat pada
Tabel III-2.
Tabel III-2.
Hubungan Faktor Formasi, Faktor Sementasi dan Faktor Turtuosity untuk
beberapa Lithologi
(Auqsith and Gibson, 1982)
123
Saturasi
Sampel Ro Rt I= Ro/Rw
air
Sampel 1 Sw1 Ro1 Rt1 I1 = Ro1/ Rt1
Sampel 2 Sw 2 Ro2 Rt2 I2 = Ro2/ Rt2
Sampel 3 Sw 3 Ro3 Rt3 I3 = Ro3/ Rt3
Sampel 4 Sw 4 Ro4 Rt4 I4 = Ro4/ Rt4
Sampel 5 Sw 5 Ro5 Rt5 I5 = Ro5/ Rt5
Sampel 6 Sw 6 Ro6 Rt6 I6 = Ro6/ Rt6
Sampel 7 Sw 7 Ro7 Rt7 I7 = Ro7/ Rt7
Sampel 8 Sw 8 Ro8 Rt8 I8 = Ro8/ Rt8
Gambar 3.20.
Grafik Penentuan Nilai Eksponen Saturasi (n)
(Richard M. Bateman, 1985 )
3.2.2.6. Pengukuran Tekanan Kapiler
Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, Definisi Tekanan kapiler (Pc)
adalah perbedaan tekanan yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak
tercampur dimana keduanya dalam keadaan statis di dalam sistem kapiler
Beberapa peralatan yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan
125
kapiler adalah metoda Porous capilary pressure apparatus dan Dynamic capilary
pressure apparatus. Peralatan ini dapat dilihat pada Gambar 3.21. dan Gambar
3.22.
Gambar 3.21.
Skema Peralatan Porous capilary pressure apparatus
(Amyx, J.W. Bass, D.M.,Jr.,Whitting,R.L: 1960)
Gambar 3.22.
Skema Peralatan Dynamic capilary pressure apparatus
(Amyx, J.W. Bass, D.M.,Jr.,Whitting,R.L: 1960)
Tekanan kapiler mempunyai dua pengaruh penting dalam reservoir
minyak atau gas, yaitu mengontrol distribusi fluida di dalam reservoir dan
126
mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau mengalir melalui
ruang pori-pori reservoir sampai mencapai batuan yang impermeabel. Pada
Gambar 3.23, menyatakan bahwa h akan bertambah jika perbedaan densitas
fluida berkurang, sementara faktor lainnya tetap.