BAB VI
PERKIRAAN OOIP DAN PRODUKTIVITAS FORMASI
cadangan yang banyak diterima dan diikuti pada saat ini adalah definisi dan
klasifikasi cadangan yang dibuat oleh Society of Petroleum Engineers (SPE) dan
World Petroleum Congresses (WPC). Menurut SPE atau WPC, cadangan minyak
atau gas dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Cadangan Terbukti (Proved Reserves).
2. Cadangan Potensial (Unproved Reserves):
a. Cadangan Mungkin (Probable).
b. Cadangan Harapan (Possible).
tetapi setelah berlangsungnya proses produksi hingga suatu saat maka besarnya
oil reserve adalah sama dengan ultimate recovery dikurangi kumulatif produksi
hingga saat tersebut. Perkiraan ultimate recovery dapat berubah–ubah berdasarkan
evaluasi terbaru tergantung pada kelengkapan dan kemajuan teknologi.
Terdapat beberapa metode perhitungan cadangan antara lain:
1. Metode Analogi, di mana lapangan belum ada data sama sekali. Data
berdasarkan lapangan-lapangan di sekitarnya.
2. Metode Volumetrik, dapat digunakan sebelum maupun sesudah reservoir
diproduksikan.
3. Metode Material Balance (Kesetimbangan Materi), digunakan setelah
resevoir diproduksikan dan sudah ada penurunan tekanan reservoir.
4. Metode Decline Curve (Kurva Penurunan Produksi), digunakan setelah
resevoir diproduksikan dan sudah ada penurunan laju produksi maupun
tekanan reservoir.
5. Metode Simulasi Reservoir, perkiraan cadangan dengan memodelkan kondisi
reservoir secara matematik dengan mengintegrasikan berbagai data yang ada
menggunakan simulator.
Pada bab ini akan dibahas perhitungan cadangan menggunakan metode
volumetrik, material balance, dan metode decline curve.
3. Saturasi air initial (Swi), diperoleh dari analisa core dan analisa logging
dengan menggunakan rumus dasar Archie.
4. Faktor volume formasi minyak (Bo), diperoleh dari PVT analisis.
Gambar 5.1.
Penampang Melintang Peta Isopach
(Craft, B.C., dan Hawkins, M.F., "Applied Petroleum Reservoir Engineering",
Second Edition, 1991)
Luas daerah setiap garis isopach pada peta tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan planimeter dan diplot pada kertas, yaitu luas lapisan produktif
versus kedalaman. Selanjutnya perhitungan volume bulk dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan :
187
A. Persamaan Pyramidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan luas kontur yang berurutan
..............................(5-1)
Sehingga,
.................................................................. (5-2)
dimana :
Vb = volume bulk batuan, acre-ft
Ai = luas yang dibatasi oleh garis isopach terendah, acre
Ai+1 = luas yang dibatasi oleh garis isopach diatasnya, acre
h = interval antar garis isopach, ft.
B. Persamaan Trapezoidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan luas kontur yang berurutan
.....................................................(5-3)
..................................................................(5-4)
.....................................(5-5)
dimana :
Vb = volume bulk per-segmen, acre-feet
An = luas area dari suatu isopach, feet
188
C. Persamaan Simpson
Metode ini digunakan jika interval kontur dan isopach tidak sama (tidak
teratur). Hasilnya akan lebih teliti jika dibandingkan metode trapezoidal. Secara
matematis dituliskan :
.........(5-6)
Gambar 5.2.
189
Gambar 5.3.
Grafik Volume Ideal untuk Menghitung Gross Volume Batuan
(Amyx, J.W., et al., “Petroleum Reservoir Engineering-Physical properties”, 1960)
...........................................................(5-7)
Di mana :
N = volume minyak mula-mula di reservoar (OOIP), (STB)
190
UR = N x RF..............................................................................(5-8)
di mana :
N = Original Oil in place, satuan volume
RF = Recovery Faktor, fraksi.
Secara volumetris, ultimate recovery dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
.................................................(5-9)
di mana :
Sor = Saturasi minyak sisa, fraksi
Boa = Faktor volume formasi minyak abandonment, bbl/stb.
Unit recovery untuk depletion drive reservoir adalah :
191
.......................(5-10)
di mana :
Sgr = Saturasi gas sisa, fraksi.
............................................(5-11)
........(5-12)
b. RF untuk Water drive atau Gravity drive :
.....(5-13)
di mana :
Pi = Tekanan initial, psi
Pa = Tekanan abandonment, psi
Pb = Tekanan buble point, psi.
192
.............................................................. (5-14)
(5-15)
a. Gambar (a) mewakili volume fluida pada tekanan initial (Pi) didalam
reservoir yang mempunyai gas cap. Total volume fluida merupakan
volume pori yang terisi hydrocarbon (Hydrocarbon Pore Volume - HCPV)
b. Gambar (b) melukiskan pengaruh dari penurunan tekanan sebesar Δp yang
membuat volume fluida berekspansi (mengembang) didalam reservoir.
Penambahan sebesar volume A disebabkan oleh ekspansi minyak dan gas
yang terlarut dalam minyak, sementara itu penambahan sebesar volume B
disebabkan oleh ekspansi tudung gas (gas cap). Kenaikan volume sebesar
Volume C karena berkurangnya HCPV yang disebabkan oleh ekspansi dari
air konat (connate water) dan penyusutan volume pori.
c. Underground withdrawal = Volume minyak dan gas terproduksi (dalam
kondisi reservoir) yaitu volume A+B+C.
Gambar 5.4.
Perubahan Volume Di Reservoir Akibat Penurunan Tekanan (∆P)
(Dake, L.P., , “Fundamentals Of Reservoir Engineering, 1978)
(5-16)
(5-17)
dimana :
N = banyaknya minyak mula-mula yang ada dalam reservoar, STB
Np = produksi kumulatif minyak, STB
Rp =
......................................................................................(5-18)
2. Jika ekspansi air konat dan penyusutan pori diabaikan tetapi ada perembesan
air ke dalam reservoir dan ada produksi air di permukaan (We ≠ 0, Wp ≠ 0)
maka persamaan (5-17) dapat ditulis menjadi:
196
..................................................................(5-19)
3. Jika volume pori dianggap tidak mengalami perubahan tetapi We ≠ 0, Wp ≠ 0,
maka persamaan (5-17) dapat juga ditulis sebagai berikut:
..................................................................(5-20)
di mana :
...............................................................................(5-21)
4. Jika ada ekspansi air konat, volume pori mengalami perubahan dan We ≠ 0,
Wp ≠ 0, maka persamaan (5-17) dapat diuraikan sebagai berikut :
..................................................................(5-22)
di mana :
.....................................................................(5-23)
............................(5-24)
atau
............................(5-25)
.........................................................................................................................(5-26)
c. Ec atau Efw adalah persamaan kompresi yaitu ekspansi formasi dan air.
.......................................................(5-29)
d. Eg adalah merupakan ekspansi dari tudung gas awal (initial gas cap)
Bg
Eg Boi 1 ..........................................................................(5-30)
Bgi
Dengan melakukan substitusi persamaan (5-27) sampai persaman (5-30) ke
dalam persaman (5-26) di atas, persamaan material balance tersebut dapat
disederhanakan menjadi :
F = N [Eo + mEg + Ec]+We.................................................................(5-31)
198
Persamaan (4-30) dapat diubah menjadi suatu persamaan garis lurus sesuai
dengan tenaga pendorong yang aktif pada reservoir tersebut. Untuk reservoir
minyak, metode Havlena-Odeh memiliki empat kriteria kemungkinan yaitu :
a. Closed Undersaturated-Oil Reservoirs
b. Volumetric Saturated-Oil Reservoirs
c. Gas Cap-Drive Reservoirs
d. Water-Drive Reservoirs.
, (RB/STB)
Gambar 5.5.
Plot F vs Eo + Efw
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
B. Volumetric Saturated-Oil Reservoirs
Untuk reservoir minyak jenuh dan tertutup ini, mekanisme pendorong yang
dominan adalah solution gas drive, sedangkan apabila ekspansi air dan batuan
diabaikan karena memiliki nilai yang jauh lebih kecil dibanding ekspansi gas, dan
We = 0, maka persamaan 5-31 menjadi:
F = N Eo .................................................................................................(5-33)
di mana :
F Np Bo Bg Rp Rs WpBw
Eo Bo Boi Bg Rsi Rs
...............................................................................(5-35)
200
Plot (F/N − Eo) versus Eg, akan menghasilkan garis lurus dengan slope = m
(Gambar 5.7.). Jadi, slope = m.
Gambar 5.6.
Plot F vs Eo + m Eg
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
(F /
201
Gambar 5.7.
Plot (F/N- Eo) vs Eg
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
c. N dan m tidak diketahui
Jika harga N dan m tidak diketahui, maka persamaan (5-34) dapat ditulis
menjadi :
..............................................................................(5-36)
Plot F/Eo versus Eg/Eo akan berbentuk linier dengan intercept N and slope
mN (Gambar 5.8.). Jadi, N = intercept, mN = slope, dan m = slope/intercept.
Gambar 5.8.
Plot F/ Eo vs Eg/ Eo
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
D. Water-Drive Reservoirs
Untuk reservoir bertenaga dorong water-drive tanpa gas cap,
kompresibilitas air konat dan pori diabaikan, maka persamaan (5-31) bisa ditulis
menjadi:
202
...................................................................................(5-37)
Gambar 5.9.
Metode Trial and Error Untuk Menentukan Model Akuifer Yang Tepat
(Dake, L.P., “Fundamentals Of Reservoir Engineering”, 1978)
......................................................................... (5-
38)
Di mana :
We = Kumulatif Water Influx, bbl
Cs = Konstanta water influx steady state, bbl/day/psi
Pi = Tekanan reservoir awal, psia
P = Tekanan reservoir saat kondisi t, psia
t = Waktu, hari.
Untuk mencari harga Cs digunakan persamaan Material Balance Havlena Odeh
dengan water influx dan tanpa ada gas cap di mana :
...................................................................................(5-39)
Dengan menggabungkan persamaan (5-38) dan persamaan (5-39), maka
didapatkan persamaan sebagai berikut :
................................................................. (5-40)
Gambar 5.10.
Penentuan Ni dan C (Cs)
(Ahmed, Tarek and McKinney Paul D., “Advanced Reservoir Engineering”, 2005)
B = 1,119 x � x Ct x re2 x h x
360 ........................................................(5-42)
ra
rd = ..................................................................................................(5-44)
re
Ct = Cw + Cf ............................................................................................(5-45)
Di mana :
t = Waktu, hari
k = Permeabilitas dari aquifer, md.
� = Porositas dari aquifer, fraksi
μw = Viskositas dari air dalam aquifer, cp
ra = Radius dari aquifer, ft
re = Radius dari reservoir, ft
cw = Compressibilitas dari air, psi-1
C
f = Compressibilitas dari fluida, psi-1
B = Water influx konstan, bbl/psi
Δp = Perbedaan tekanan, psi
WeD = dimensionless water influx
θ = Lingkaran penuh θ = 360° dan semi lingkaran dengan ada patahan =180°.
206
207
Gambar 5.11.
Harga Dimensionless Water Influx Untuk beberapa nilai rD
(Dake, L.P., “Fundamentals Of Reservoir Engineering”, 1978)
6.1.2.3. Ultimate Recovery ( UR )
Ultimate Recovery merupakan hasil kali antara Recovery Factor (RF)
dengan OOIP (mengacu pada persamaan 5-8), di mana nilai RF dapat ditentukan
dengan beberapa metode, salah satunya metode JJ Arps (mengacu pada
persamaan 5-12 dan persamaan 5-13).
...............................................................................
(5-46)
di mana:
209
...............................................................................
(5-47)
Eksponen decline (b) adalah fungsi turunan pertama dari loss ratio.
............................................................................................. (5-48)
di mana:
b = eksponen decline (kadang ditulis “n”)
a = loss ratio, /bulan.
Gambar 5.12.
Tipe Dasar Dari Decline Curve
(Smith, C.R., Tracy, G., Farrar, R.L., “Applied Reservoir Engineering”, 1992)
............................................ (5-49)
............................................................................................. (5-
50)
dimana:
Di = nominal decline rate
K = konstanta
qi = laju produksi mula-mula.
Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
...........................................................................(5-51)
dan
.......................................................................(5-52)
...............................................................................(5-53)
Di disebut sebagai initial nominal decline rate, yang bisa dihitung berdasarkan
persamaan
...............................................................................(5-54)
Adapun parameter decline rate lain yang disebut effective decline rate:
212
.......................................................................................(5-55)
Initial nominal decline rate sebagai fungsi effective decline rate dan sebaliknya:
................................................................(5-56)
dan
.....................................................................(4-56)
di mana:
b = 0 sehingga Kqb = K
K = konstanta
qi = laju produksi mula-mula
qt = laju produksi pada waktu t.
Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
.........................................................................................(5-59)
.................................................................................... (5-60)
..............................................................................
... (5-61)
213
dimana:
ta = lama waktu produksi sampai abandonment, (hari, bulan, tahun)
qa = laju produksi abandonment /economic limit, (STB/hari, bulan, tahun)
D = nominal decline rate, (/hari, bulan, tahun).
Hubungan antara nominal decline rate (D) dengan effective decline rate (De)
adalah sebagai berikut:
Sehingga :
................................................................................(5-62)
atau
..................................................................................(5-63)
..................................................................... (5-64)
............................................................................................. (5-65)
Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
..............................................................................
.. (5-66)
214
dan
........................................................................................(5-67)
............................................................................... (5-68)
di mana:
ta = lama waktu produksi sampai abandonment, (hari, bulan, tahun)
qa = laju produksi abandonment/economic limit, (STB/hari, bulan, tahun)
Di = initial nominal decline rate, (/hari, bulan, tahun).
Hubungan antara nominal decline rate (D) dengan effective decline rate (De)
adalah sebagai berikut:
atau
Sehingga :
................................................................................. (5-69)
................................................................................. (5-70)
215
Tabel V-1, meringkas pengembangan hubungan untuk tiga tipe dari kurva
decline yang telah didiskusikan.
Tabel V-1.
Persamaan Decline Curve
(Smith, C.R., Tracy, G., Farrar, R.L., “Applied Reservoir Engineering”, 1992)
Tipe Decline
Exponent b=0 b 0, b 1 b =1
q qi .e ai .t 1
Rate time q q i (1 bai t ) b q qi (1 ai t ) 1
relationship (q q)
Np i
ai
b
qi 1 b q q
Rate Np (qi q 1b ) N p i ln i
cumulative
q
(1 b)ai ai q
Relationship ai t ln i
q qi
1 q
q ai t i 1
Dimensionless 1
ai t
q
q b
Time, tD 1 i
Np q
qi t q b 1 q
ln i q ln i
1 i Np q
q Np
q b
Dimensionless qi t qi
1 b
b
Production,qD qi t qi 1
1
q
q
dimana:
a = decline sebagai fraksi dari rate produksi (slope)
ai = initial rate produksi
b = eksponen decline
e = bilangan logaritma
Np = produksi kumulatif, STB
q = laju produksi pada waktu t, STB/D
216
....................................................... (5-72)
di mana:
qa = data observasi (actual)
qfc = data perkiraan (forecast).
7. Pilih harga b yang memberikan harga Σχ2 paling kecil dimana
menunjukkan kurva yang paling fit untuk mewakili titik-titik data yang
sedang dianalisis.
6.1.3.3. Penentuan Decline Rate (D)
Setelah mendapatkan nilai b dan jenis kurva decline, langkah selanjutnya
adalah menghitung nilai D (Decline rate), menggunakan persamaan yang sesuai
dengan jenis Decline Curve-nya. Apabila nilai b=0 maka persamaan yang
digunakan adalah persamaan 5-58, apabila nilai b di antara 0-1 maka persamaan
yang digunakan ialah persamaan 5-54 dan apabila nilai b=1 maka persamaan yang
digunakan yaitu persamaan 5-66.
6.1.3.4. Penentuan Economic Limit Rate (qL)
Economic Limit Rate (qL) adalah batas di mana laju produksi minyak yang
dihasilkan akan memberikan penghasilan bersih yang besarnya sama dengan
biaya operasional yang dikeluarkan untuk segala keperluan sumur atau lapangan
yang bersangkutan. Menurut Robert S. Thompson (1985) , qL dapat dirumuskan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
.............................................
(5-73)
Di mana:
OPC = Monthly operating cost, $/month.
PTR = Production Tax Rate, fraksi.
SP = Sales Price, $/bbL.
WI = Working Interest, fraksi.
NRI = Net Revenue Interest, fraksi.
218
suatu minyak maka menunjukkan minyak tersebut semakin ringan dan harganya
semakin mahal.
Apabila kepemilikan perusahaan dimiliki oleh satu orang/pihak maka harga
WI = 1 (100 %), bila kepememilikan bersama maka harga WI tergantung dari
kepemilikan yang besarnya berdasarkan kesepakatan dari perusahaan.
Net Revenue Interest (NRI) didefinisikan sebagai selisih antara working
interest dan royalty interest.
Royalty Interest diberikan kepada pemerintah berdasarkan peraturan
perundangan sebagai pemilik lahan atau area yang digunakan. Penyewa lahan
membayar suatu persentase tertentu dari uang yang diterima dari penjualan
hidrokarbon. Pemilik lahan tidak harus membayar biaya pengeboran dan
peralatan-peralatan pemboran. Pemilik lahan tidak juga membayar untuk biaya
treatment hidrokarbon kecuali dalam kondisi tertentu (biasanya kompresi,
perawatan, atau pengiriman gas).
6.1.3.5. Prediksi Laju Produksi Forecast (qo) dan Kumulatif Produksi
Forecast (Npt→limit)
Setelah harga b, Di, dan type decline-nya diketahui, maka prediksi laju
produksi minyak (qo) dan kumulatif produksi forecast (Np t→limit) dapat dilakukan.
Selanjutnya akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini :
6.1.3.5.1. Prediksi Laju Produksi Forecast (qo)
Prediksi laju produksi minyak forecast (qo) dapat dilakukan dengan
memasukkan harga t yang diinginkan ke dalam persamaan decline curve yang
sesuai dengan type decline-nya sehingga harga qt dapat dicari. Persamaan untuk
menentukan laju produksi minyak (qo) yaitu :
Apabila type decline-nya adalah hyperbolic decline curve maka
digunakan persamaan 5-51
Apabila type decline-nya adalah exponential decline curve maka
digunakan persamaan 5-59
Apabila type decline-nya adalah harmonic decline curve maka
digunakan persamaan 5-66.
6.1.3.5.2. Kumulatif Produktif Forecast (Npt→limit)
Prediksi kumulatif produksi forecast (Npt→limit) sampai batas ekonomisnya
dapat dilakukan dengan persamaan:
220
Di mana :
EUR = Estimated Ultimate Recovery, STB
Npt = Kumulatif produksi minyak yang sudah diperoleh, STB
Npt→limit = Kumulatif produksi minyak sampai t limit, STB.
6.1.3.7. Penentuan Umur Produksi Lapisan (t)
Penentuan umur produksi lapisan (t) sampai batas ekonomisnya, dapat
dilakukan setelah diketahui tipe decline curve dari reservoir yang dikaji. maka
penentuan umur produksi dapat dihitung dengan persamaan dari tiap-tiap tipe
decline curve sebagai berikut:
Apabila type decline-nya adalah hyperbolic decline curve maka
digunakan persamaan 5-53
Apabila type decline-nya adalah exponential decline curve maka
digunakan persamaan 5-61
Apabila type decline-nya adalah harmonic decline curve maka
digunakan persamaan 5-68.
6.1.3.8. Estimated Remaining Reserve (ERR)
221
Di mana :
RF = Recovery factor, %
EUR = Estimated ultimate recovery, STB
Ni = Original oil in place, STB.
di mana :
Ps = Tekanan statik, Psia
224
Persamaan (5-79) hanya dapat digunakan untuk aliran fluida satu fasa,
sehingga tidak dapat dipenuhi apabila dalam aliran fluida terdapat air formasi,
tetapi dalam praktek keadaan semacam ini masih dianggap berfasa satu, sehingga
Persamaan (5-67) dapat diperluas dengan memasukkan laju alir ke dalam
persamaan tersebut yaitu :
qo qw
PI ................................................................................... (5-81)
Ps Pwf
.........................................................(5-82)
di mana :
PI = productivity index, bbl/hari/psi
qw = laju aliran air dipermukaan, STB/D
k = permeabilitas batuan, mD
kw = permeabilitas efektif air, mD
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
o = viscositas minyak, cp
w = viscositas air, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bw = foktar volume formasi air, bbl/STB
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft.
225
Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu
lapangan terutama bila tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan
Specific Productivity Index (SPI) yang merupakan perbandingan antara
Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis dapat
dituliskan :
........................................................................(5-83)
Di mana :
SPI = Spesific Productivity Index, bbl/day/psi/ft
h = ketebalan formasi produktif, ft.
Faktor – faktor yang mempengaruhi harga Productivity Index yaitu :
A. Karakteristik Batuan Reservoar
a. Permeabilitas
Dengan turunnya permeabilitas, maka fluida akan lebih sukar mengalir
sehingga harga PI akan turun.
b. Saturasi
Dalam proses produksi saturasi minyak berkurang dengan naiknya
produksi kumulatif minyak dan kekosongan tersebut diganti oleh air atau
gas bebas. Disamping itu, proses produksi berlangsung terus dengan
penurunan tekanan sehingga timbul fasa gas yang mengakibatkan saturasi
gas betambah dan saturasi minyak berkurang. Hal ini akan mengurangi
permeabilitas efektif minyak sehingga PI akan turun.
B. Karakteristik Fluida Reservoar
1. Kelarutan gas dalam minyak
Untuk tekanan reservoir yang lebih besar dari tekanan gelembung (bubble
point pressure), adanya drawdown pressure tidak mengakibatkan
perubahan terhadap permeabilitas karena fluida yang mengalir masih
terdiri dari satu fasa. Apabila tekanan reservoir lebih kecil dari tekanan
gelembung (bubble point pressure), maka adanya drawdown pressure
dapat mengakibatkan permeabilitas berkurang karena hadirnya saturasi gas
yang dapat menghambat aliran minyak ke permukaan. Dengan kata lain
226
bahwa adanya perubahan fasa dalam reservoir yaitu timbulnya fasa gas
dalam bentuk gelembung yang akan mengisi ruang pori-pori batuan akan
menghalangi aliran minyak sehingga harga PI akan turun.
2. Faktor volume formasi minyak
Di atas tekanan saturasi, penurunan tekanan menyebabkan naiknya harga
faktor volume formasi minyak akibat pengembangan minyak. Di bawah
tekanan saturasi, faktor volume formasi minyak turun dengan cepat karena
terbebaskannya gas yang terlarut.
3. Viskositas
Bila tekanan reservoar sudah di bawah tekanan saturasi akan
mengakibatkan bertambahnya gas yang dibebaskan dari larutan, sehingga
viscositas akan naik yang akan menghambat proses produksi dan harga PI
akan turun.
C. Drawdown
Dari persamaan (4-78) terlihat bahwa drawdown (Ps-Pwf) berbanding
terbalik dengan harga PI, di mana semakin besar harga drawdown (Ps-Pwf) maka
semakin kecil harga PI-nya.
D. Ketebalan Lapisan
Makin tebal lapisan zona produktif, makin besar pula harga PI yang berarti
laju produksi juga akan naik. Tetapi bila lapisan tersebut diselingi oleh lapisan
tipis dari air atau gas, maka laju produksi minyak akan berkurang.
E. Mekanisme Pendorong
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat
dipengaruhi oleh jenis mekanisme pendorong yang dimiliki.
1. Solution Gas Drive
Semakin turun tekanannya semakin banyak gas yang dibebaskan dari
larutan, sehingga saturasi gas naik dan saturasi minyak turun yang
menyebabkan permebilitas efektif minyak (ko) turun, sehingga PI turun.
Bila tekanan masih berada di atas tekanan saturasi maka PI konstan,
karena belum ada gas yang dibebaskan .
2. Gas Cap Drive
227
- Persamaan Vogel
b. Dengan pengaruh skin
- Persamaan Standing
- Persamaan Couto
- Persamaan Harrison
- Persamaan Pudjo Sukarno
1. Aliran Tiga Fasa (Gas, Minyak dan Air)
a. Tanpa pengaruh skin
- Persamaan Petrobras
- Persamaan Pudjo Sukarno
6.2.3.1. Kurva IPR Satu Fasa
Berdasarkan definisi PI pada persamaan (5-79), untuk suatu saat tertentu di
mana Ps dan PI konstan serta aliran fluidanya satu fasa, maka variabelnya adalah
laju produksi minyak (qo) dan tekanan aliran di dasar sumur (Pwf). Persamaan
(5-79) dapat diubah menjadi:
qo = PI (Ps-Pwf).....................................................................................(5-84)
Penentuan IPR untuk aliran fluida satu fasa ditentukan berdasarkan prosedur
sebagai berikut:
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf dan qo serta
data-data sifat fisik batuan, sifat fisik fluida dan geometri geometri
reservoir jika kita ingin melakukan perhitungan menggunakan
persamaan Darcy.
2. Hitung PI dengan menggunakan persamaan (5-79)
3. Pilih tekanan aliran dasar sumur (Pwf)
4. Hitung laju aliran minyak (qo) untuk Pwf tersebut dengan menggunakan
persamaan (5-84) atau bisa juga menggunakan persamaan (5-78)
5. Kembali ke langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot q terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas
grafis kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar (sumbu X) dan Pwf
sebagai sumbu tegak (sumbu Y).
229
Untuk grafik IPR satu fasa dapat dilihat pada Gambar 5.13. Dari gambar
tersebut dijelaskan bahwa titik A adalah harga P wf pada saat q = 0 dan titik B
adalah harga q pada Pwf = 0, dimana harga q ini merupakan laju produksi
maksimum.
Harga PI merupakan kemiringan dari garis IPR yaitu :
...................................................................................
(5-85)
Gambar 5.13.
Kurva IPR Linear (Satu Fasa)
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)
secara kontinyu untuk setiap harga Pwf. Berdasarkan pada kondisi tekanannya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tekanan di atas bubble point (Pb) dan tekanan
di bawah Pb seperti pada Gambar 5.14. Kurva di atas Pb merupakan kurva IPR
satu fasa dengan harga J yang konstan, sedangkan kurva di bawah Pb merupakan
kurva IPR dua fasa.
Gambar 5.14.
Kurva IPR Dua Fasa
(Brown, Kermit E., “The Technology of Artificial Lift Methods”, Volume 4, 1984)
Di bawah ini akan dijelaskan persamaan kurva IPR dua fasa tanpa pengaruh
faktor skin dan dengan pengaruh faktor skin.
.......................................................(5-86)
Dari data uji produksi diperoleh laju produksi dan tekanan alir dasar sumur (Pwf)
sedangkan dari data uji tekanan diperoleh tekanan statik sumur (Ps).
Prosedur perhitungan kurva IPR untuk aliran dua fasa berdasarkan metode Vogel
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan data uji tekanan dan produksi, hitung harga Pwf/Ps
2. Substitusikan harga Pwf/Ps dari langkah pertama dan harga laju produksi
(qo) dari data uji produksi, dan menghitung harga qmax dengan
menggunakan persamaan:
3. Untuk membuat kurva IPR anggap beberapa harga Pwf dan hitung harga qo
dengan persamaan:
4. Plot qo terhadap Pwf pada kertas linear. Kurva yang diperoleh adalah
kurva kinerja aliran minyak dari formasi ke lubang sumur (Gambar
5.15.).
Apabila keadaan di mana tekanan reservoar lebih besar daripada tekanan
saturasi maka persamaan Vogel dimodifikasi dan kurva IPR terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian kurva yang linier (untuk harga Pwf diatas tekanan saturasi)
dan kurva yang tidak linier (untuk harga Pwf dibawah tekanan saturasi). Untuk
bagian yang linier, kurva IPR mengikuti hubungan qo dan dan Pwf yang linier,
yaitu:
232
di mana :
qb = laju alir minyak saat Pb, bbl/day
Pb = tekanan saturasi, Psia
Qmax = qb + (J Pb/1,8), bbl/day.
Kurva IPR gabungan antara persamaan Vogel dengan PI konstan akibat
tekanan reservoir lebih besar dari Pb dapat dilihat pada Gambar 5.14.
Gambar 5.15.
Kurva IPR Dua Fasa Tanpa Pengaruh Faktor Skin
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)
Untuk membuat kurva IPR pada kondisi tersebut, beberapa persamaan telah
dikembangkan, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Persamaan-persamaan tersebut meliputi:
a. Persamaan Standing
b. Persamaan Couto
c. Persamaan Harrison
d. Persamaan Pudjo Sukarno.
A. Persamaan Standing
Persamaan Standing merupakan modifikasi persamaan Vogel, sesuai dengan
kenyataan bahwa banyak sumur yang mengalami kerusakan formasi disekitar
lubang sumur. Hubungan antara tekanan alir dasar sumur ideal, Pwf’ dan tekanan
alir dasar sumur yang dipengaruhi faktor skin adalah:
Pwf’ = Pr – FE (Pr – Pwf) ....................................................................(5-89)
Keterangan :
FE = efisiensi aliran, yang merupakan perbandingan antara Indeks
Produktivitas sebenarnya dengan Indeks Produktivitas ideal.
FE < 1 apabila sumur mengalami kerusakan
FE > 1 apabila sumur mengalami perbaikan sebagai hasil operasi
stimulasi
Pwf’ = tekanan alir dasar sumur ideal, tidak dipengaruhi oleh adanya
faktor skin, Psia
Pwf = tekanan dasar sumur sebenarnya yang dipengaruhi oleh faktor
skin, Psia.
Dengan menggunakan hubungan tersebut, maka harga Pwf sebenarnya
(yang dipengaruhi oleh faktor skin) dapat diubah menjadi Pwf ideal, dengan
demikian dapat dimasukkan kedalam persamaan Vogel. Prosedur perhitungan
kurva IPR untuk kondisi sumur yang mempunyai faktor skin, sama seperti
pemakaian persamaan Vogel yang telah diuraikan sebelumnya, hanya saja perlu
ditambah perhitungan mengubah tekanan alir dasar sumur sebenarnya (Pwf)
menjadi tekanan alir dasar sumur ideal (Pwf’). Harga FE yang diperlukan dalam
perhitungan ini dapat diperoleh dari hasil analisa uji build up atau draw down.
234
Gambar 5.16.
Kelemahan Pertama Metode Standing
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)
235
Gambar 5.17.
Kelemahan Kedua Metode Standing
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)
B. Persamaan Couto
Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur, dengan cara menggabungkan definisi indeks
produktivitas. Persamaan yang dihasilkannya adalah sebagai berikut :
qo =
h k o
0,00419 Pr (FE ) (1 R )(1,8 0,8(FE )(1 R ))
ln(0,472 re / rw ) o Bo
(5-90)
di mana :
R = Pwf / Pr.
Dengan mengetahui sifat fisika batuan (ko) dan sifat fisika fluida (minyak),
maka dapat dibuat kurva IPR berdasarkan satu uji tekanan.
Persamaan Couto ini mempunyai kelemahan, yaitu diperlukannya sifat
fisika batuan dan fluida reservoar (minyak), yang agak sulit untuk diperoleh di
lapangan dengan berjalannya produksi. Disarankan persamaan Couto ini
digunakan di awal sumur berproduksi (setelah completion), dengan demikian
harga ko, o , dan Bo diperoleh dengan mudah dan teliti.
C. Persamaan Harrison
Harrison menurunkan persamaan kurva IPR, dengan tujuan menghilangkan
bentuk kurva IPR yang tidak semestinya, seperti yang diperoleh dengan metoda
236
Standing. Persamaan ini bersifat empiris, dan tetap menggunakan definisi efisiensi
aliran (FE) untuk kondisi aliran satu fasa. Persamaan Harrison tersebut adalah
sebagai berikut :
qo
Pwf
1,2 0,2 Exp 1,791759 ............................................(5-91)
Qo max Pr
Di mana Pwf' dihitung dengan menggunakan persamaan (4-88).
Pemakaian definisi FE yang tidak sesuai dengan kondisi persamaan dasar, maka
ketelitian dari metoda ini, juga diragukan.
D. Persamaan Pudjo Sukarno
Persamaan ini dikembangkan dengan menggunakan simulasi reservoar
hipotesis seperti persamaan Vogel, tetapi pengaruh skin diperhitungkan. Harga
faktor skin berkisar antara –4 sampai dengan 10. Hasil analisa regresi
menghasilkan persamaan untuk menghitung kurva IPR sebagai berikut:
.....................................................
(5-92)
Keterangan :
PD = Pwf / Pr
a1sampai a5 adalah konstanta persamaan yang merupakan fungsi dari faktor
skin, dan dicari dengan persamaan berikut:
an = c1 exp (c2S) + c3 exp (c4S) ..............................................................(5-93)
Di mana:
n = 1, 2, 3, 4 dan 5
S = faktor skin
Harga c1 sampai dengan c4 ditentukan dari Tabel V-2.
Tabel V-2.
Konstanta c1, c2, c3, dan c4
(Santoso, Anas Puji, Ir.MT., “Teknik Produksi I”, 1998)
237
an c1 c2 c3 c4
a1 0,182922 -0,364438 0,814541 -0,55873
a2 -1,476950 -0,456632 1,646246 -0,442306
a3 -2,149274 -0,195976 2,289242 -0,220333
a4 -0,021783 -0,0088286 -0,260385 -0,210801
a5 -0,552447 0,032449 -0,583242 -0,306962
Prosedur perhitungannya kurva IPR dengan metode Pudjo Sukarno adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil uji build up atau drawdown, tentukan faktor skin (S)
2. Dengan menggunakan persamaan (5-93), hitung konstanta a1 sampai
dengan a5, di mana konstanta c1 sampai dengan c4 untuk masing-masing an
dapat dilihat di Tabel V-2.
3. Hitung harga Pwf/Pr kemudian substitusikan ke dalam persamaan (5-92)
untuk menghitung harga qomax@S=0.
4. Kurva IPR dapat dihitung dengan menganggap beberapa harga P wf dan
dihitung harga qo dengan menggunakan persamaan (5-92) dan harga
qomax@S=0.
5. Plot antara qo dan Pwf pada kertas grafik linear adalah kurva IPR sumur
yang bersangkutan.
6.2.3.3. Kurva IPR Tiga Fasa
Metode untuk menentukan kenerja aliran gas, minyak dan air formasi ke
lubang sumur telah dikembangkan oleh :
1. Petrobras
2. Pudjo Sukarno
Dalam tulisan ini yang akan dibahas hanya metoda Pudjo Sukarno, karena metoda
ini lebih sederhana dibandingkan dengan metoda Petrobras.
.................................................. (5-94)
di mana :
An, (n = 0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan, yang harganya berbeda
untuk water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan
water cut ditentukan pula dengan analisisis regresi, dan diperoleh
persamaan berikut :
A n C o C1 WC C 2 WC ...........................................................(5-95)
2
dimana :
Cn (n = 0, 1 dan 2) untuk masing-masing harga An ditunjukkan dalam
Tabel V-3.
239
Tabel V-3.
Konstanta Cn untuk Masing-masing An
(Santoso, Anas Puji, Ir.MT., “Teknik Produksi I”, 1998)
An Co C1 C2
A0 0,980321 -0,115661 x 10-1 0,179050 x 10-4
A1 -0,414360 0,392799 x 10-2 0,237075 x 10-5
A2 -0,564870 0,762080 x 10-2 -0,202079 x 10-4
Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut
persamaan berikut :
WC
P1 Exp P2 .Pwf /Pr ................................................ (5-96)
WC@Pwf Pr
Di mana :
P1 = 1,606207-0,130447 ln (WC)
P2 = -0,517792+0,110604 ln (WC)
WC (Water Cut) dinyatakan dalam persen (%).