Anda di halaman 1dari 59

181

BAB VI
PERKIRAAN OOIP DAN PRODUKTIVITAS FORMASI

Pada dasarnya tujuan utama dari kegiatan pengumpulan dan pengolahan


data dalam studi reservoir adalah untuk mengetahui kondisi dari suatu reservoir
yang ditemukan. Data-data yang telah dianggap representatif tersebut untuk
selanjutnya digunakan sebagai penentuan perkiraan parameter-parameter
reservoir.
Sebagai informasi awal yang penting untuk diketahui dalam perkiraan
reservoir yaitu menentukan besarnya OOIP dan cadangan hidrokarbon yang ada.
Dari perkiraan OOIP dan cadangan yang akan diperoleh tersebut maka kita akan
mengetahui pula produktivitas dari formasi di mana reservoir berada. Sejalan
dengan diproduksikannya sumur tersebut, maka akan diperoleh informasi
mengenai perilaku reservoir. Dalam bab ini akan dibahas mengenai perkiraan
reservoir yang meliputi perkiraan cadangan dan produktivitas reservoir minyak.

6.1. Perkiraan OOIP dan Cadangan


Untuk industri migas, cadangan (reserves) didefinisikan sebagai jumlah
hidrokarbon (crude oil dan natural gas) yang diperkirakan dapat diproduksikan ke
permukaan secara komersial pada waktu mendatang dari akumulasi hidrokarbon
yang telah diketahui. Reserves memiliki pengertian yang berbeda dengan
resources dimana resources adalah jumlah keseluruhan minyak, gas dan zat ikutan
(related substances) yang diperkirakan dari suatu reservoir pada waktu tertentu,
telah dapat diproduksikan ditambah dengan perkiraan cadangan yang akan datang
(future initial volumes in place).
Cadangan diklasifikasikan berdasarkan derajat kepastiannya untuk bisa
diperoleh di permukaan secara komersial yang bertitik tolak pada hasil evaluasi
data geologi dan geofisik, keteknikan (engineering), keekonomian, serta ditunjang
data sumuran yang meliputi data produksi, tekanan, sifat fisik batuan, logging,
dan sebagainya. Dalam perhitungan jumlah minyak mula-mula di tempat dan
cadangan atau reserves, sebaiknya menggunakan atau mengikuti istilah dan
definisi tertentu yang berlaku di industri perminyakan. Definisi dan klasifikasi
182

cadangan yang banyak diterima dan diikuti pada saat ini adalah definisi dan
klasifikasi cadangan yang dibuat oleh Society of Petroleum Engineers (SPE) dan
World Petroleum Congresses (WPC). Menurut SPE atau WPC, cadangan minyak
atau gas dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Cadangan Terbukti (Proved Reserves).
2. Cadangan Potensial (Unproved Reserves):
a. Cadangan Mungkin (Probable).
b. Cadangan Harapan (Possible).

1. Cadangan Terbukti (Proved Reserves)


Proved reserves adalah jumlah hidrokarbon, yang berdasarkan analisis data
geologi dan/atau keteknikan, dapat diperkirakan dengan tingkat kepastian tinggi,
akan dapat diperoleh secara ekonomis pada saat mendatang dengan kondisi
ekonomi, metode operasi, maupun peraturan pemerintah yang ada. Cadangan ini
memiliki tingkat kepastian minimal 90 % dari jumlah cadangan terbukti yang bisa
diperoleh di permukaan (bisa diproduksikan).
Kriteria dari jenis cadangan ini yaitu : telah memiliki data test sumur (DST)
dan/atau data performance hasil produksi yang telah dikorelasi dengan log data.
Daerah reservoir yang dikategorikan sebagai terbukti (proved) meliputi: daerah
yang telah dideliniasi dan telah didefinisikan dengan kontak fluida hidrokarbon
dengan air, daerah-daerah reservoir yang belum dibor tetapi dapat ditentukan
sebagai daerah komersial untuk diproduksikan, berdasarkan data geologi dan
keteknikan.
Perkiraan besar cadangan dapat mengalami perubahan dengan pertambahan
waktu (semakin bertambahnya data ), antara lain disebabkan oleh :
a. Perubahan status suatu lapangan, dengan telah dimulainya produksi
pada lapangan tersebut.
b. Adanya perhitungan ulang dengan adanya pengeboran-pengeboran baru,
ataupun oleh adanya data penunjang baru yang lain.
c. Diketemukannya lapangan-lapangan baru/lapangan-lapangan yang baru
dilaporkan.
183

d. Adanya studi-studi atau analisa-analisa baru yang dilakukan.


2. Cadangan Potensial (Unproved Reserves)
Unproved reserves adalah jumlah hidrokarbon (minyak dan/atau gas) yang
berdasarkan pada data geologi dan keteknikan, jumlahnya masih harus
dibuktikan dengan pemboran dan pengujian lebih lanjut. Dengan demikian
Cadangan Potensial ini mempunyai derajat kepastian yang relatif rendah.
Cadangan potensial ini terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Cadangan Mungkin (Probable Reserves)
Probable reserves adalah Jumlah hidrokarbon (minyak dan/gas) yang
terdapat didalam reservoir yang mungkin dapat diproduksikan. Tingkat kepastian
dari cadangan ini minimal 50 % dari jumlah cadangan terbukti ditambah cadangan
mungkin bisa diperoleh di permukaan (bisa diproduksikan).
Kriteria dari cadangan jenis ini yaitu hanya memiliki data sumur dan log
tetapi belum pernah ada test sumur (DST) dan/atau data perfomance hasil
produksi. Cadangan mungkin bisa berupa:
 Cadangan di mana data sub-surface tidak mencukupi untuk
mengklasifikasikan cadangan ini sebagai cadangan terbukti , tetapi bisa
menjadi terbukti (proved) bila dilakukan ”step-out drilling” normal.
 Cadangan yang terdapat pada formasi yang mungkin produktif
berdasarkan data log tetapi belum ada data core ataupun uji sumur.
 Tambahan cadangan yang mungkin bisa diperoleh dari infill-drilling
(bisa menjadi cadangan terbukti bila spasi sumur dibuat lebih rapat).
b. Cadangan Harapan (Possible Reserves)
Possible reserves adalah jumlah hidrokarbon (minyak dan/gas) yang
terdapat didalam reservoir yang diharapkan dapat diproduksikan. Tingkat
kepastian dari cadangan ini minimal 10 % dari jumlah cadangan terbukti ditambah
cadangan mungkin ditambah cadangan harapan yang bisa diperoleh di permukaan
(bisa diproduksikan).
Kriteria dari cadangan jenis ini yaitu: zona reservoir penghasil hidrokarbon
yang diperoleh dari korelasi geologi dan geofisika dan/atau di luar daerah
investigasi uji sumur (DST = drillstem test). Cadangan mungkin bisa berupa:
184

 Cadangan yang berdasarkan interpretasi geologi bisa jadi terdapat di


luar daerah yang dikilasifikasikan sebagai daerah mungkin.
 Cadangan yang terdapat pada formasi yang memperlihatkan tanda
sebagai ”petroleum bearing” berdasarkan analisis core dan log tetapi
tidak bisa diproduksikan pada laju produksi komersial.
 Tambahan cadangan yang mungkin bisa diperoleh dari infill-drilling
tetapi masih mengandung ketidak-pastian.
Beberapa pengertian istilah dalam industri perminyakan yang berhubungan
dengan OOIP dan cadangan reservoir, sebagai berikut :
1. Original Oil In Place (OOIP), adalah jumlah total minyak mula-mula yang
menempati suatu reservoir sebelum reservoir tersebut diproduksikan yang
mana tidak ada kaitannya dengan kelakuan dari reservoir tersebut.
2. Ultimate Recovery, yaitu maksimum Cadangan Hidrokarbon (minyak dan atau
gas) yang dapat diambil secara komersial pada tahap produksi primer
(primary recovery), yaitu tahap produksi dengan menggunakan tenaga alamiah
reservoir.
3. Cumulatif Recovery, adalah jumlah perolehan minyak dan gas yang diproduksi
di permukaan sampai saat ini.
4. Remaining Reserve, yaitu sisa jumlah minyak dan gas yang tertinggal didalam
reservoir dan masih dapat diproduksikan atau dengan kata lain selisih antara
Ultimate Recovery dengan Produksi Kumulatif (Cumulative Production)
sampai dengan saat ini.
5. Recovery Factor (RF), yaitu perbandingan antara Ultimate Recovery dengan
Original Oil In Place atau Initial Gas In Place.
6. Current Recovery Factor (CRF), yaitu perbandingan antara Produksi
Kumulatif sampai saat ini dengan Original Oil In Place atau Initial Gas In
Place.
Oil reserve atau cadangan minyak adalah jumlah minyak yang ada yang
dapat dihasilkan atau diproduksikan ke permukaan secara komersial untuk harga
minyak dan biaya operasi sesuai dengan teknologi yang ada pada saat ini.
Besarnya reserve pada tahap permulaan adalah sama dengan ultimate recovery,
185

tetapi setelah berlangsungnya proses produksi hingga suatu saat maka besarnya
oil reserve adalah sama dengan ultimate recovery dikurangi kumulatif produksi
hingga saat tersebut. Perkiraan ultimate recovery dapat berubah–ubah berdasarkan
evaluasi terbaru tergantung pada kelengkapan dan kemajuan teknologi.
Terdapat beberapa metode perhitungan cadangan antara lain:
1. Metode Analogi, di mana lapangan belum ada data sama sekali. Data
berdasarkan lapangan-lapangan di sekitarnya.
2. Metode Volumetrik, dapat digunakan sebelum maupun sesudah reservoir
diproduksikan.
3. Metode Material Balance (Kesetimbangan Materi), digunakan setelah
resevoir diproduksikan dan sudah ada penurunan tekanan reservoir.
4. Metode Decline Curve (Kurva Penurunan Produksi), digunakan setelah
resevoir diproduksikan dan sudah ada penurunan laju produksi maupun
tekanan reservoir.
5. Metode Simulasi Reservoir, perkiraan cadangan dengan memodelkan kondisi
reservoir secara matematik dengan mengintegrasikan berbagai data yang ada
menggunakan simulator.
Pada bab ini akan dibahas perhitungan cadangan menggunakan metode
volumetrik, material balance, dan metode decline curve.

6.1.1. Metode Volumetrik


Penentuan jumlah minyak mula-mula (OOIP) di reservoir dengan
menggunakan metode volumetrik dapat dilakukan setelah didapat dari berbagai
analisa metode penilaian formasi yaitu: analisa core, analisa logging, well testing
dan PVT analisis. Adapun parameter yang dibutuhkan :
1. Volume bulk (Vb), diperoleh dari peta net pay isopach dimana harus
ditentukan terlebih dahulu luas area (A) yang didapat dari peta kontur
struktur dengan menggunakan alat planimeter. Sedangkan ketebalan
lapisan (h) merupakan interval antara garis isopach atas dan garis
isopach bawah.
2. Porositas batuan (�), diperoleh dari analisa core dan analisa logging.
186

3. Saturasi air initial (Swi), diperoleh dari analisa core dan analisa logging
dengan menggunakan rumus dasar Archie.
4. Faktor volume formasi minyak (Bo), diperoleh dari PVT analisis.

6.1.1.1. Penentuan Volume Bulk


Penentuan volume bulk (Vb) dapat dilakukan dengan cara analitis dan
grafik.
6.1.1.1.1. Penentuan Vb Secara Analitis
Untuk perhitungan cadangan menggunakan metode volumetrik secara
analitis diperlukan peta isopach, yaitu peta yang menggambarkan ketebalan
lapisan yang sama (Gambar 5.1.). Peta ini digunakan untuk menentukan volume
batuan total (bulk volume).

Gambar 5.1.
Penampang Melintang Peta Isopach
(Craft, B.C., dan Hawkins, M.F., "Applied Petroleum Reservoir Engineering",
Second Edition, 1991)

Luas daerah setiap garis isopach pada peta tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan planimeter dan diplot pada kertas, yaitu luas lapisan produktif
versus kedalaman. Selanjutnya perhitungan volume bulk dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan :
187

A. Persamaan Pyramidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan luas kontur yang berurutan

kurang dari 0,5 atau

..............................(5-1)

Sehingga,

.................................................................. (5-2)

dimana :
Vb = volume bulk batuan, acre-ft
Ai = luas yang dibatasi oleh garis isopach terendah, acre
Ai+1 = luas yang dibatasi oleh garis isopach diatasnya, acre
h = interval antar garis isopach, ft.
B. Persamaan Trapezoidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan luas kontur yang berurutan

lebih dari 0,5 atau

.....................................................(5-3)

Volume puncak dapat dihitung melalui persamaan berikut ;

..................................................................(5-4)

sehingga akan didapat volume bulk reservoir :

.....................................(5-5)

dimana :
 Vb = volume bulk per-segmen, acre-feet
An = luas area dari suatu isopach, feet
188

h = interval antara garis isopach, feet.

C. Persamaan Simpson
Metode ini digunakan jika interval kontur dan isopach tidak sama (tidak
teratur). Hasilnya akan lebih teliti jika dibandingkan metode trapezoidal. Secara
matematis dituliskan :

.........(5-6)

6.1.1.1.2. Penentuan Volume Bulk Secara Grafis


Terdapat dua jenis metode grafis yang dapat dilakukan untuk menentukan
volume bulk (Vb) :
1. Vb ditentukan dengan cara membuat plot antara ketebalan yang ditunjukkan
oleh tiap-tiap garis kontur isopach terhadap luas daerahnya masing-masing,
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.2. Dari Gambar 5.2. terlihat bahwa
volume bulk merupakan luas daerah yang berada di bawah kurva.

Gambar 5.2.
189

Tipe Grafik Volume untuk Menentukan Bulk Volume


Reservoir dari Peta isopach
(Amyx, J.W., et al., “Petroleum Reservoir Engineering-Physical properties”, 1960)

2. Vb ditentukan dengan cara membuat plot antara kedalaman yang ditunjukkan


oleh tiap garis kontur struktur dengan luas daerah yang dibatasi oleh masing-
masing garis kontur sebelah atas dan bawah. Luas daerah antara batas air-
minyak dan batas gas-minyak menunjukkan volume total (gross) reservoar
yang mengandung hidrokarbon. Lihat pada Gambar 5.3.

Ket: Penulisan bilangan ribuan menggunakan tanda koma (,)

Gambar 5.3.
Grafik Volume Ideal untuk Menghitung Gross Volume Batuan
(Amyx, J.W., et al., “Petroleum Reservoir Engineering-Physical properties”, 1960)

6.1.1.2. Penentuan Original Oil In Place (OOIP)


Tujuan utama metode volumetrik adalah memperkirakan besarnya OOIP
dengan menggunakan persamaan berikut :

...........................................................(5-7)
Di mana :
N = volume minyak mula-mula di reservoar (OOIP), (STB)
190

7758 = konversi acre-ft ke barrel (acre-ft/bbl)


Vb = volume bulk, dihitung berdasarkan peta isopach (acre-ft)
� = porositas batuan, (fraksi)
Swi = saturasi air mula-mula, (fraksi)
Boi = faktor volume formasi minyak mula-mula, (Bbl/STB).

6.1.1.3. Ultimate Recovery ( UR )


Ultimate recovery merupakan jumlah maksimum hidrokarbon yang
diperoleh dari reservoir dengan mekanisme pendorong alamiahnya. Ultimate
recovery biasanya dinyatakan dengan parameter unit recovery (UR), yang
merupakan hasil bagi antara ultimate recovery terhadap volume bulk batuan yang
dapat diproduksi oleh beberapa pengaruh mekanisme pendorong sampai saat
abandonment. Untuk mengetahui besarnya ultimate recovery (UR) harus
diketahui data – data seperti mekanisme pendorong yang dominan, saturasi fluida
mula – mula dan akhir dari masa produksi (tekanan abandonment) serta faktor
volume formasi minyak sebagai fungsi tekanan. Ultimate recovery dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut :

UR = N x RF..............................................................................(5-8)
di mana :
N = Original Oil in place, satuan volume
RF = Recovery Faktor, fraksi.
Secara volumetris, ultimate recovery dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :

.................................................(5-9)

di mana :
Sor = Saturasi minyak sisa, fraksi
Boa = Faktor volume formasi minyak abandonment, bbl/stb.
Unit recovery untuk depletion drive reservoir adalah :
191

.......................(5-10)
di mana :
Sgr = Saturasi gas sisa, fraksi.

Unit recovery untuk water drive reservoir :

............................................(5-11)

6.1.1.4. Recovery Factor (RF)


Ultimate recovery tergantung pada mekanisme pendorong dari reservoir,
mobilitas dari fluida reservoir, permeabilitas dan variasi permeabilitas, secara arah
vertikal dan luasan, inklinasi dan stratigrafi lapisan, strategi dan metode dari
pengembangan lapangan dan proses eksploitasi. Pada tahap eksplorasi dan tahap
awal eksploitasi, hanya menggunakan metode analogy dan statistik di mana
metode ini dapat menghitung besarnya Ultimate recovery dan metode ini hanya
dapat digunakan dalam melakukan perhitungan reservoir dalam satu daerah saja.
Persamaan Arps, et, al., digunakan dalam melakukan perhitungan di lapangan
minyak dengan tenaga pendorong depletion drive dan water drive. Metode ini
telah dipublikasikan oleh American Petroleum Institute (API). Persamaan yang
digunakan adalah:
a. RF untuk depletion drive atau gas cap drive :

........(5-12)
b. RF untuk Water drive atau Gravity drive :

.....(5-13)

di mana :
Pi = Tekanan initial, psi
Pa = Tekanan abandonment, psi
Pb = Tekanan buble point, psi.
192

Untuk jumlah cadangan yang dapat diperoleh di permukaan, maka terlebih


dahulu perlu diketahui harga recovery faktor (RF) yaitu perbandingan antara
Cadangan (reserve) dengan initial oil in place (fraksi), atau dapat ditulis dengan
persamaan sebagai berikut :

.............................................................. (5-14)

dan dapat pula dinyatakan dalam persamaan :

(5-15)

6.1.2. Metode Material Balance


Metode material balance digunakan untuk memperkirakan besarnya
cadangan reservoir pada suatu lapangan migas yang telah dikembangkan, dimana
data-data produksi yang diperoleh sudah cukup banyak. Metode ini merupakan
cara yang umum untuk mengkonfirmasi hasil perkiraan dengan metode
volumetrik.
Persamaan material balance umum, pertama kali dikemukakan oleh
Schilthuis pada tahun 1941 (Dake, L.P.,1978) dengan mendasarkan pada hukum
kekekalan massa dalam bentuk volume balance, yaitu kesetimbangan volume
antara produksi kumulatif fluida (minyak, gas dan air), yang dinyatakan sebagai
underground withdrawal, dengan pengembangan fluida dan penyusutan volume
pori di dalam reservoir akibat penurunan tekanan reservoir yang dinyatakan
sebagai berikut:
Underground withdrawl (rb) = ekspansi minyak (rb) + ekspansi gas terlarut (rb) +
ekspansi gas cap (rb) + pengurangan HCPV yang
disebabkan oleh ekspansi connate water dan
penyusutan volume pori (rb)
Situasi di atas, dilukiskan pada Gambar 5.4. yang menjelaskan hal-hal berikut:
193

a. Gambar (a) mewakili volume fluida pada tekanan initial (Pi) didalam
reservoir yang mempunyai gas cap. Total volume fluida merupakan
volume pori yang terisi hydrocarbon (Hydrocarbon Pore Volume - HCPV)
b. Gambar (b) melukiskan pengaruh dari penurunan tekanan sebesar Δp yang
membuat volume fluida berekspansi (mengembang) didalam reservoir.
Penambahan sebesar volume A disebabkan oleh ekspansi minyak dan gas
yang terlarut dalam minyak, sementara itu penambahan sebesar volume B
disebabkan oleh ekspansi tudung gas (gas cap). Kenaikan volume sebesar
Volume C karena berkurangnya HCPV yang disebabkan oleh ekspansi dari
air konat (connate water) dan penyusutan volume pori.
c. Underground withdrawal = Volume minyak dan gas terproduksi (dalam
kondisi reservoir) yaitu volume A+B+C.

Gambar 5.4.
Perubahan Volume Di Reservoir Akibat Penurunan Tekanan (∆P)
(Dake, L.P., , “Fundamentals Of Reservoir Engineering, 1978)

Asumsi-Asumsi Metode Material Balance yaitu:


1. Reservoir merupakan satu kesatuan sehingga perhitungannya tidak tergantung
pada jumlah sumur produksi
2. Proses produksi dianggap proses isothermal
3. Kesetimbangan antara semua fasa adalah sempurna
4. Hubungan antara tekanan dan volume tidak tergantung pada masing-masing
fluida reservoir
5. Reservoir dianggap sebagai suatu wadah (tangki) dengan volume yang
konstan dan homogen
194

6. Tidak terjadi reaksi antara fluida hidrokarbon dengan batuan


7. Kesetimbangan tekanan terdapat pada seluruh bagian reservoir sehingga tidak
terdapat gradient tekanan yang besar pada reservoir
8. Pengaruh gravitasi diabaikan
9. Saturasi, porositas, dan permeabilitas efektif batuan terdistribusi merata di
seluruh bagian reservoir.

6.1.2.1. Penentuan Original Oil In Place (OOIP)


Dengan mengetahui data produksi, data PVT, ukuran tudung gas dan water
influx, maka secara matematis persamaan umum material balance dapat ditulis
sebagai berikut :
a. Untuk Pi < Pb (Saturated Reservoir) maupun Pi ≥ Pb (Undersaturated
Reservoir)

(5-16)

b. Untuk Pi ≥ Pb (Undersaturated Reservoir)

(5-17)

dimana :
N = banyaknya minyak mula-mula yang ada dalam reservoar, STB
Np = produksi kumulatif minyak, STB

Rp =

Rsi = kelarutan gas mula-mula, SCF/STB


Rs = kelarutan gas, SCF/STB
195

Boi = faktor volume formasi minyak mula-mula, cuft/STB


Bgi = faktor volume formasi gas mula-mula, cuft/STB
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bg = faktor volume formasi gas, cuft/STB
Bt = faktor volume formasi total, bbl/STB
= Bo + (Rsi - Rs)Bg
Bti = Faktor volume formasi total mula-mula, bbl/STB
= Boi
m = perbandingan antara volume tudung gas reservoar awal dengan volume
reservoir minyak awal
We = water influx kumulatif, bbl
Wp = produksi kumulatif air, bbl
Bw = Faktor volume formasi air, bbl /STB
Swi = Saturasi air mula-mula, fraksi
Cw = Kompresibilitas air, Psi-1
Cf = Kompresibilitas formasi, Psi-1
∆P = (Pi-P), Psia.

6.1.2.1.1. Revervoir Tak Jenuh (Undersaturated Reservoir), Pi > Pb


Bila P reservoir di atas Pb, maka dalam reservoir belum terbentuk gas bebas
dan tidak memiliki tudung gas awal, sehingga R s = Rsi = Rp dan m = 0. Persamaan
Material Balance pada reservoir tak jenuh (undersaturated) untuk beberapa
kondisi reservoir diuraikan sebagai berikut :
1. Jika ekspansi air konat dan penyusutan pori diabaikan dan tidak ada
perembesan maupun produksi air, sehingga We = 0 dan Wp = 0, maka
persamaan (5-17) akan menjadi:

......................................................................................(5-18)
2. Jika ekspansi air konat dan penyusutan pori diabaikan tetapi ada perembesan
air ke dalam reservoir dan ada produksi air di permukaan (We ≠ 0, Wp ≠ 0)
maka persamaan (5-17) dapat ditulis menjadi:
196

..................................................................(5-19)
3. Jika volume pori dianggap tidak mengalami perubahan tetapi We ≠ 0, Wp ≠ 0,
maka persamaan (5-17) dapat juga ditulis sebagai berikut:

..................................................................(5-20)
di mana :

...............................................................................(5-21)
4. Jika ada ekspansi air konat, volume pori mengalami perubahan dan We ≠ 0,
Wp ≠ 0, maka persamaan (5-17) dapat diuraikan sebagai berikut :

..................................................................(5-22)
di mana :

.....................................................................(5-23)

6.1.2.1.2. Reservoir Jenuh (Saturated Reservoir), Pi < Pb


Karena untuk saturated reservoir, kompressibilitas formasi dan connate
water dapat diabaikan, maka persamaan (5-16) bisa disederhanakan menjadi :

............................(5-24)
atau

............................(5-25)

6.1.2.1.3. Metode Garis Lurus Havlena-Odeh


Biasanya, dalam menggunakan pers. Material Balance, setiap pasangan data
tekanan dan data produksi diperlakukan sebagai titik yang terpisah dari titik
pasangan data yang lain. Pada setiap titik pasangan data, perhitungan terhadap
197

dependent variabel (variabel terikat) dilakukan. Kemudian, hasil perhitungan dari


masing-masing titik dirata-rata. Pada metode Havlena-Odeh, semua titik data
digunakan, kemudian dari titik-titik itu dicari solusi terhadap persamaan Material
Balance secara linier untuk memperoleh harga-harga independent variable
(variabel bebas).
Metode Garis Lurus Havlena-Odeh didasarkan pada persamaan Material
Balance :

.........................................................................................................................(5-26)

Havlena-Odeh mendefinisikan term-term berikut dan menulis Persamaan


(5-26) menjadi persamaan (5-27) sebagai berikut:
a. F adalah net production dari reservoir (minyak, gas dan air).
F  Np  Bo  Bg  Rp  Rs    WpBw .............................................(5-27)
b. Anggap Eo adalah unit ekspansi dari volume minyak dan gas terlarut.
Eo   Bo  Boi   Bg  Rsi  Rs  ......................................................(5-28)

c. Ec atau Efw adalah persamaan kompresi yaitu ekspansi formasi dan air.

.......................................................(5-29)
d. Eg adalah merupakan ekspansi dari tudung gas awal (initial gas cap)
 Bg 
Eg  Boi   1 ..........................................................................(5-30)
 Bgi 
Dengan melakukan substitusi persamaan (5-27) sampai persaman (5-30) ke
dalam persaman (5-26) di atas, persamaan material balance tersebut dapat
disederhanakan menjadi :
F = N [Eo + mEg + Ec]+We.................................................................(5-31)
198

Persamaan (4-30) dapat diubah menjadi suatu persamaan garis lurus sesuai
dengan tenaga pendorong yang aktif pada reservoir tersebut. Untuk reservoir
minyak, metode Havlena-Odeh memiliki empat kriteria kemungkinan yaitu :
a. Closed Undersaturated-Oil Reservoirs
b. Volumetric Saturated-Oil Reservoirs
c. Gas Cap-Drive Reservoirs
d. Water-Drive Reservoirs.

A. Closed Undersaturated-Oil Reservoirs


Untuk reservoir minyak tak jenuh (undersaturated) dan tertutup, maka akan
terjadi kondisi di mana We = 0, m = 0, dan Rs = Rsi = Rp sehingga, persamaan
Garis Lurus Havlena-Odeh (persamaan 5-31) menjadi :
F = N (Eo + Ec) + 0................................................................................(5-32)
di mana :
F = Np Bo + Bw Wp , (RB)
Eo = (Bo - Boi), (RB/STB)

, (RB/STB)

Plot antara F vs Eo + Ec (Efw) untuk menentukan nilai N dapat dilihat pada


Gambar 5.5.
199

Gambar 5.5.
Plot F vs Eo + Efw
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
B. Volumetric Saturated-Oil Reservoirs
Untuk reservoir minyak jenuh dan tertutup ini, mekanisme pendorong yang
dominan adalah solution gas drive, sedangkan apabila ekspansi air dan batuan
diabaikan karena memiliki nilai yang jauh lebih kecil dibanding ekspansi gas, dan
We = 0, maka persamaan 5-31 menjadi:
F = N Eo .................................................................................................(5-33)
di mana :
F  Np  Bo  Bg  Rp  Rs    WpBw
Eo   Bo  Boi   Bg  Rsi  Rs 

C. Gas Cap-Drive Reservoir


Untuk reservoir dimana mekanisme pendorong yang dominan adalah
ekspansi dari gas-cap dan diasumsikan We = 0, pengaruh kompresibilitas air dan
batuan juga diabaikan, maka persamaan 5-31 menjadi:
F = N [Eo + mEg]................................................................................(5-34)
Dari persamaan di atas maka ada tiga kemungkinan parameter tidak
diketahui, yaitu :
a. N tidak diketahui, m diketahui
b. N diketahui, m tidak diketahui
c. N dan m tidak diketahui.

a. N tidak diketahui, m diketahui


Dari persamaan (4-33) plot F versus (E o + m Eg) pada skala kartesian, akan
menghasilkan garis lurus dengan slope N (Gambar 5.6). Jadi, slope = N.
b. N diketahui, m tidak diketahui
Dari persamaan (5-34) dapat di tulis persamaan sebagai berikut :

...............................................................................(5-35)
200

Plot (F/N − Eo) versus Eg, akan menghasilkan garis lurus dengan slope = m
(Gambar 5.7.). Jadi, slope = m.

Gambar 5.6.
Plot F vs Eo + m Eg
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)

(F /
201

Gambar 5.7.
Plot (F/N- Eo) vs Eg
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)
c. N dan m tidak diketahui
Jika harga N dan m tidak diketahui, maka persamaan (5-34) dapat ditulis
menjadi :

..............................................................................(5-36)

Plot F/Eo versus Eg/Eo akan berbentuk linier dengan intercept N and slope
mN (Gambar 5.8.). Jadi, N = intercept, mN = slope, dan m = slope/intercept.

Gambar 5.8.
Plot F/ Eo vs Eg/ Eo
(Ahmed, Tarek, “Reservoir Engineering Handbook”, Second Edition, 2001)

D. Water-Drive Reservoirs
Untuk reservoir bertenaga dorong water-drive tanpa gas cap,
kompresibilitas air konat dan pori diabaikan, maka persamaan (5-31) bisa ditulis
menjadi:
202

...................................................................................(5-37)

Beberapa model water influx antara lain adalah:


 Pot-aquifer model
 Schilthuis steady-state method
 Van Everdingen-Hurst unsteadystate model.
Plot F/Eo terhadap We/Eo, dimana We dihitung dng menggunakan model aquifer
tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9.
Metode Trial and Error Untuk Menentukan Model Akuifer Yang Tepat
(Dake, L.P., “Fundamentals Of Reservoir Engineering”, 1978)

6.1.2.2. Penentuan Water Influx (We)


Pada persamaan umum material balance ada 2 parameter yang tidak
diketahui berupa We dan N. Water influx dapat dihitung dengan pendekatan
model fisik aquifer (aliran rejim) dikarenakan sifat fisik dari aquifer sulit
diketahui dengan pasti maka diperlukan model yang mendekati sifat-sifat aquifer
sebenarnya, pendekatan ini dapat di bagi menjadi dua yaitu:
1. Model Steady state (Schilthuis)
203

Asumsi yang digunakan pada model ini yaitu :


 Laju perembesan sama dengan laju pengosongan reservoir sehingga pada
laju produksi tetap tekanan reservoir akan tetap.
 Ukuran akuifer sangat besar (bisa 1000x) jika dibanding dengan ukuran
reservoir. Sehingga, dianggap tekanan di dalam akuifer selalu konstan
yaitu sebesar Pi (mula-mula).
Schilthuis memberikan persamaan perembesan air sebagai berikut :

......................................................................... (5-
38)

Di mana :
We = Kumulatif Water Influx, bbl
Cs = Konstanta water influx steady state, bbl/day/psi
Pi = Tekanan reservoir awal, psia
P = Tekanan reservoir saat kondisi t, psia
t = Waktu, hari.
Untuk mencari harga Cs digunakan persamaan Material Balance Havlena Odeh
dengan water influx dan tanpa ada gas cap di mana :

...................................................................................(5-39)
Dengan menggabungkan persamaan (5-38) dan persamaan (5-39), maka
didapatkan persamaan sebagai berikut :

................................................................. (5-40)

Memplot vs , sehingga hasil dari plotting di atas akan membentuk

garis straight line dengan N merupakan intercept (perpanjangan garis hingga


204

memotong sumbu y dengan x = 0) dan slope merupakan konstanta water influx


steady state (Cs) seperti pada Gambar 5.10.

Gambar 5.10.
Penentuan Ni dan C (Cs)
(Ahmed, Tarek and McKinney Paul D., “Advanced Reservoir Engineering”, 2005)

2. Model Unsteady-state (Van everdingen - Hurst).


Penurunan tekanan di setiap tangki aquifer tidaklah sama tapi tergantung
dari waktu dan cara memproduksi fluida. Secara teoritis, unsteady-state hanya
berlaku untuk reservoir bulat yang dibatasi aquifer horizontal atau tak terhingga
205

(infinite) dan ketebalan aquifer, porositas, permeabilitas dan kompressibilitas air


efektif konstan. Van everdingen dan Hurst memberikan persamaan dibawah :
We = B Σ Δp WeD .................................................................................(5-41)
Di mana :

B = 1,119 x � x Ct x re2 x h x 
360 ........................................................(5-42)

Van Everdingen and Hurst menghadirkan dimensionless water influx (WeD)


sebagai sebuah fungsi dari dimensionless time (tD) dan dimensionless radius (rD),
untuk harga WeD dapat ditentukan dengan grafik plot antara rD dan tD yang
diberikan pada Gambar 5.11 dan persamaan tD dan rD dapat dijelaskan pada
persamaan dibawah :
kt
td = 6,238.10-3   w Ct re ....................................................................(5-43)
2

ra
rd = ..................................................................................................(5-44)
re
Ct = Cw + Cf ............................................................................................(5-45)

Di mana :
t = Waktu, hari
k = Permeabilitas dari aquifer, md.
� = Porositas dari aquifer, fraksi
μw = Viskositas dari air dalam aquifer, cp
ra = Radius dari aquifer, ft
re = Radius dari reservoir, ft
cw = Compressibilitas dari air, psi-1
C
f = Compressibilitas dari fluida, psi-1
B = Water influx konstan, bbl/psi
Δp = Perbedaan tekanan, psi
WeD = dimensionless water influx
θ = Lingkaran penuh θ = 360° dan semi lingkaran dengan ada patahan =180°.
206
207

Gambar 5.11.
Harga Dimensionless Water Influx Untuk beberapa nilai rD
(Dake, L.P., “Fundamentals Of Reservoir Engineering”, 1978)
6.1.2.3. Ultimate Recovery ( UR )
Ultimate Recovery merupakan hasil kali antara Recovery Factor (RF)
dengan OOIP (mengacu pada persamaan 5-8), di mana nilai RF dapat ditentukan
dengan beberapa metode, salah satunya metode JJ Arps (mengacu pada
persamaan 5-12 dan persamaan 5-13).

6.1.3. Metode Decline Curve


Decline Curve (kurva penurunan produksi) merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk:
a. Menghitung cadangan sisa minyak atau gas dari suatu reservoir yang
telah mengalami penurunan produksi dan tidak mengalami perubahan
metode produksinya.
b. Memperkirakan besarnya laju produksi dan produksi kumulatif sumur,
reservoir , atau lapangan pada waktu tertentu.
c. Sebagai cara analisis pengembangan lapangan.
Penggunaan metode Decline Curve memerlukan data produksi, baik data
produksi per sumur ataupun data produksi kumulatif per reservoir, sepanjang
masa produksi sumur atau reservoir tersebut.
Karakteristik decline curve ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Geologi: lithofacies batuan reservoir.
b. Reservoir: dimensi, mekanisme pendorong, heterogenitas reservoir.
c. Batuan dan fluida reservoir: porositas, permeabilitas, saturasi fluida,
sifat fisik fluida.
d. Kondisi sumur: diameter sumur, interval komplesi, kerusakan formasi,
ketinggian fluida, ukuran choke.
208

e. Fasilitas dan mekanisme pengangkatan.


Syarat penggunaan metode decline curve yaitu:
a. Kondisi-kondisi mekanis dan drainage reservoir konstan,
b. Jumlah sumur yang aktif konstan, dan
c. Sumur-sumur diproduksi pada kapasitasnya.
d. Tidak ada pengaruh dari faktor-faktor seperti:
 kerusakan formasi (formation damage),
 perubahan kondisi operasi produksi, dan
 kegagalan atau kerusakan peralatan.
Pada prinsipnya peramalan jumlah cadangan sisa minyak atau gas dengan
metode decline curve adalah memperkirakan hasil ekstrapolasi (perpanjangan
garis) yang diperoleh dari suatu grafik (kurva) yang dibuat berdasarkan plot antara
laju produksi terhadap produksi kumulatif atau laju produksi terhadap waktu
produksinya. Sedangkan, untuk peramalan cadangan dan produksi minyak atau
gas pada waktu yang akan datang dapat menggunakan beberapa macam tipe
grafik, yaitu:
 Rate produksi vs waktu,
 Rate produksi vs produksi kumulatif,
 Persen minyak vs produksi kumulatif,
 Produksi kumulatif gas vs produksi kumulatif minyak,
 Persen air vs produksi kumulatif,
 Tekanan reservoir vs produksi kumulatif minyak.
Beberapa parameter yang perlu diketahui dalam analisis decline curve
adalah: decline rate (D), loss ratio(a), dan eksponen decline (b).
 Decline rate (kecepatan penurunan produksi) adalah fraksi perubahan laju
produksi terhadap waktu.

...............................................................................
(5-46)

di mana:
209

D = decline rate, (/hari, bulan, tahun)


Q = laju produksi, (STB/hari, bulan, tahun)
t = waktu, (hari, bulan, tahun).

 Loss ratio (a) adalah fungsi dari decline rate.

...............................................................................
(5-47)

 Eksponen decline (b) adalah fungsi turunan pertama dari loss ratio.

............................................................................................. (5-48)

di mana:
b = eksponen decline (kadang ditulis “n”)
a = loss ratio, /bulan.

6.1.3.1. Jenis-Jenis Decline Curve


Ada 3 jenis (tipe) kurva penurunan produksi yaitu :
a. Hyperbolic Decline : Tidak ada plot pada skala cartesian, semi log, atau
log-log yang akan menghasilkan hubungan berbentuk garis lurus.
210

Hyperbolic decline mengindikasikan kondisi unsteady-state atau respon


tekanan dari reservoir yang memiliki permeabilitas bervariasi.
b. Exponential Decline (Constant Percentage Decline) : Hubungan q vs t
yang diplot pada skala semi log, dan q vs Np yang diplot pada skala
Cartesian membentuk garis lurus. Exponential decline mengindikasikan
suatu reservoir yang homogen dimana respon tekanan telah dipengaruhi
oleh batas reservoir paling luar.
c. Harmonic Decline : Hubungan q vs Np membentuk garis lurus pada
skala semi log.
Gambar 5.12. menunjukkan jenis-jenis Decline Curve.

Gambar 5.12.
Tipe Dasar Dari Decline Curve
(Smith, C.R., Tracy, G., Farrar, R.L., “Applied Reservoir Engineering”, 1992)

6.1.3.1.1. Hyperbolic Decline Curve


Kurva hiperbolik (hyperbolic decline) memiliki harga b antara 0 sampai 1,
sehingga berlaku persamaan:
211

............................................ (5-49)

Untuk kondisi mula-mula berlaku:

............................................................................................. (5-
50)
dimana:
Di = nominal decline rate
K = konstanta
qi = laju produksi mula-mula.
Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :

...........................................................................(5-51)

dan

.......................................................................(5-52)

Lama waktu untuk mencapai economic limit rate (qa) adalah:

...............................................................................(5-53)

Di disebut sebagai initial nominal decline rate, yang bisa dihitung berdasarkan
persamaan

...............................................................................(5-54)

Adapun parameter decline rate lain yang disebut effective decline rate:
212

.......................................................................................(5-55)

Initial nominal decline rate sebagai fungsi effective decline rate dan sebaliknya:

................................................................(5-56)

dan

.....................................................................(4-56)

6.1.3.1.2. Exponential Decline Curve


Exponential decline sering disebut sebagai constant percentage decline atau
geometric decline, atau semilog decline. Harga decline rate (D) tidak berubah
terhadap waktu sehingga berlaku persamaan:
............................................
... (5-58)

di mana:
b = 0 sehingga Kqb = K
K = konstanta
qi = laju produksi mula-mula
qt = laju produksi pada waktu t.
Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
.........................................................................................(5-59)

.................................................................................... (5-60)

Lama waktu untuk mencapai economic limit rate (qa) adalah:

..............................................................................
... (5-61)
213

dimana:
ta = lama waktu produksi sampai abandonment, (hari, bulan, tahun)
qa = laju produksi abandonment /economic limit, (STB/hari, bulan, tahun)
D = nominal decline rate, (/hari, bulan, tahun).
Hubungan antara nominal decline rate (D) dengan effective decline rate (De)
adalah sebagai berikut:

Misalnya untuk t = 1 tahun, maka

Sehingga :

................................................................................(5-62)

atau

..................................................................................(5-63)

6.1.3.1.3. Harmonic Decline Curve


Kurva harmonik (harmonic decline) merupakan bentuk khusus dari kurva
hiperbolik dimana memiliki harga eksponen decline b = 1, sehingga:

..................................................................... (5-64)

Untuk kondisi mula-mula :

............................................................................................. (5-65)

Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
..............................................................................
.. (5-66)
214

dan

........................................................................................(5-67)

Lama waktu produksi sampai abandonment yaitu:

............................................................................... (5-68)

di mana:
ta = lama waktu produksi sampai abandonment, (hari, bulan, tahun)
qa = laju produksi abandonment/economic limit, (STB/hari, bulan, tahun)
Di = initial nominal decline rate, (/hari, bulan, tahun).

Hubungan antara nominal decline rate (D) dengan effective decline rate (De)
adalah sebagai berikut:

Misalnya untuk t = 1 tahun, maka:

atau

Sehingga :

................................................................................. (5-69)

................................................................................. (5-70)
215

Tabel V-1, meringkas pengembangan hubungan untuk tiga tipe dari kurva
decline yang telah didiskusikan.
Tabel V-1.
Persamaan Decline Curve
(Smith, C.R., Tracy, G., Farrar, R.L., “Applied Reservoir Engineering”, 1992)

Tipe Decline

Exponential Hyperbolic Harmonic


Characteristics Decline is constant Decline varies with instantaneous Decline is directly
rate raised to power “b” proportional to the
instantaneous rate.

Exponent b=0 b  0, b  1 b =1

q  qi .e  ai .t 1
Rate time q  q i (1  bai t ) b q  qi (1  ai t ) 1
relationship (q  q)
Np  i
ai
b
qi 1 b q q 
Rate Np  (qi  q 1b ) N p  i ln i 
cumulative
q 
(1  b)ai ai  q 
Relationship ai t  ln i 
q   qi 
   1 q 
q ai t   i   1
Dimensionless 1
ai t   
q 
q  b
Time, tD 1   i 
Np q

qi t q  b 1 q 
ln i  q  ln i 
1   i  Np q
q Np
 q   b    
Dimensionless   qi t  qi 
1 b 
b
Production,qD qi t  qi     1
   1
q 
q

dimana:
a = decline sebagai fraksi dari rate produksi (slope)
ai = initial rate produksi
b = eksponen decline
e = bilangan logaritma
Np = produksi kumulatif, STB
q = laju produksi pada waktu t, STB/D
216

qi = laju produksi pada saat awal terjadi decline, STB/D


t = waktu, day.

6.1.3.2. Penentuan Type Decline


Tipe decline curve ditentukan sebelum melakukan perkiraan jumlah
cadangan sisa dan umur dari reservoir yang dikaji berproduksi sampai q limit.
Berdasarkan nilai b (eksponen decline), penentuan tipe decline curve dapat
menggunakan beberapa metode. Pada Subbab ini akan dibahas tentang metode
Trial Error and χ2-Chisquare Test.
Metode Trial Error and χ2-Chisquare Test yaitu memperkirakan harga q pada
asumsi berbagai macam harga b, dan kemudian menentukan selisih terkecil dari
qactual dengan qforecast yang sudah dihitung sebelumnya. Prosedur perhitungan
metode ini adalah sebagai berikut :
1. Buat tabulasi waktu (t), laju produksi aktual (q ac), laju produksi forecast
(qfc) dengan berbagai harga b.
2. Asumsikan harga b mulai 0 sampai dengan 1 (b = 0 untuk eksponential,
0<b<1 untuk hyperbolic, dan b = 1 untuk harmonic).
3. Dari data produksi diambil dua titik data (ti=0 untuk qi dan tt untuk qt).
4. Hitung Di dengan perumpamaan:
 b = 0, hitung Di dengan persamaan (5-58)
 b = 0,1 sd 0,9, hitung Di dengan persamaan (5-54)
 b = 1, hitung Di dengan persamaan :
............................................................. (5-71)

5. Hitu ng laju produksi (q) mulai dari t=1 untuk


berbagai harga b:
 Untuk b = 0 dengan persamaan (4-58)
 Untuk 0 < b<1 dengan persamaan (4-50)
 Untuk b = 1 dengan persamaan (4-65).
6. Hitung selisih q actual dengan q forecast dan (χ2) untuk masing-masing t
dengan menggunakan persamaan Chi-Square Test, sebagai berikut :
217

....................................................... (5-72)

di mana:
qa = data observasi (actual)
qfc = data perkiraan (forecast).
7. Pilih harga b yang memberikan harga Σχ2 paling kecil dimana
menunjukkan kurva yang paling fit untuk mewakili titik-titik data yang
sedang dianalisis.
6.1.3.3. Penentuan Decline Rate (D)
Setelah mendapatkan nilai b dan jenis kurva decline, langkah selanjutnya
adalah menghitung nilai D (Decline rate), menggunakan persamaan yang sesuai
dengan jenis Decline Curve-nya. Apabila nilai b=0 maka persamaan yang
digunakan adalah persamaan 5-58, apabila nilai b di antara 0-1 maka persamaan
yang digunakan ialah persamaan 5-54 dan apabila nilai b=1 maka persamaan yang
digunakan yaitu persamaan 5-66.
6.1.3.4. Penentuan Economic Limit Rate (qL)
Economic Limit Rate (qL) adalah batas di mana laju produksi minyak yang
dihasilkan akan memberikan penghasilan bersih yang besarnya sama dengan
biaya operasional yang dikeluarkan untuk segala keperluan sumur atau lapangan
yang bersangkutan. Menurut Robert S. Thompson (1985) , qL dapat dirumuskan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
.............................................
(5-73)

Di mana:
OPC = Monthly operating cost, $/month.
PTR = Production Tax Rate, fraksi.
SP = Sales Price, $/bbL.
WI = Working Interest, fraksi.
NRI = Net Revenue Interest, fraksi.
218

= Working Interest – (1-Royalty Interest), (fraction share of revenue).


RI = Royalty Interest, fraksi,
30,4 = Konversi satuan waktu dari bulan ke hari.
Biaya Operasi (Operating Cost) merupakan biaya yang dikeluarkan baik
sehubungan dengan adanya operasi produksi (variable cost) maupun biaya yang
pasti dikeluarkan oleh perusahaan berupa administrasi umum yang tidak
berpengaruh terhadap besar kecilnya produksi (fixed cost). Contoh biaya operasi
yang termasuk dalam variable cost adalah lifting cost, HSE, production tools dan
equipment maintenance, gaji pegawai non staf dan sebagainya. Contoh biaya
operasi yang termasuk dalam fixed cost adalah general administration, meliputi :
 Finance dan administration : audit, perpajakan, sewa kantor
 Technical services : pengadaan dan servis alat telekomunikasi &
komputer;
 Transportation cost : pengadaan, servis dan bahan bakar mobil kantor;
 Salary & personal expenditure : gaji pegawai (staf), biaya training dan
menyekolahkan pegawai;
 Community development : pembangunan fasilitas umum.
Production Tax Rate (PTR) adalah pajak yang diberikan kepada pemerintah.
Pajak adalah salah satu sumber pendapatan pemerintah. Pemerintah mengambil
bagiannya dari hasil produksi minyak dan gas bumi melalui pajak yang dikenakan
terhadap semua pemasukan kontraktor yang didapat dari usahanya tersebut.
Sistem perpajakan yang dibuat oleh pemerintah dimaksudkan untuk
memaksimalkan pendapatan pemerintah.
Harga minyak mentah (sales price) Indonesia tergantung dari harga pasar
minyak mentah dunia. Harga tersebut merupakan harga penjualan dengan sistem
FOB (free on board), yang berarti harga minyak sesuai dengan harga minyak yang
masuk ke Tanker. Harga ini akan naik apabila menggunakan sistem penjualan CIF
(cost in freight) yang berarti minyak sampai di negara pembeli dan harganya
menyesuaikan dengan regulasi yang berlaku atau kesepakatan antara kedua belah
pihak. Harga minyak mentah dipengaruhi oleh oAPI, semakin besar harga oAPI
219

suatu minyak maka menunjukkan minyak tersebut semakin ringan dan harganya
semakin mahal.
Apabila kepemilikan perusahaan dimiliki oleh satu orang/pihak maka harga
WI = 1 (100 %), bila kepememilikan bersama maka harga WI tergantung dari
kepemilikan yang besarnya berdasarkan kesepakatan dari perusahaan.
Net Revenue Interest (NRI) didefinisikan sebagai selisih antara working
interest dan royalty interest.
Royalty Interest diberikan kepada pemerintah berdasarkan peraturan
perundangan sebagai pemilik lahan atau area yang digunakan. Penyewa lahan
membayar suatu persentase tertentu dari uang yang diterima dari penjualan
hidrokarbon. Pemilik lahan tidak harus membayar biaya pengeboran dan
peralatan-peralatan pemboran. Pemilik lahan tidak juga membayar untuk biaya
treatment hidrokarbon kecuali dalam kondisi tertentu (biasanya kompresi,
perawatan, atau pengiriman gas).
6.1.3.5. Prediksi Laju Produksi Forecast (qo) dan Kumulatif Produksi
Forecast (Npt→limit)
Setelah harga b, Di, dan type decline-nya diketahui, maka prediksi laju
produksi minyak (qo) dan kumulatif produksi forecast (Np t→limit) dapat dilakukan.
Selanjutnya akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini :
6.1.3.5.1. Prediksi Laju Produksi Forecast (qo)
Prediksi laju produksi minyak forecast (qo) dapat dilakukan dengan
memasukkan harga t yang diinginkan ke dalam persamaan decline curve yang
sesuai dengan type decline-nya sehingga harga qt dapat dicari. Persamaan untuk
menentukan laju produksi minyak (qo) yaitu :
 Apabila type decline-nya adalah hyperbolic decline curve maka
digunakan persamaan 5-51
 Apabila type decline-nya adalah exponential decline curve maka
digunakan persamaan 5-59
 Apabila type decline-nya adalah harmonic decline curve maka
digunakan persamaan 5-66.
6.1.3.5.2. Kumulatif Produktif Forecast (Npt→limit)
Prediksi kumulatif produksi forecast (Npt→limit) sampai batas ekonomisnya
dapat dilakukan dengan persamaan:
220

 Apabila type decline-nya adalah hyperbolic decline curve maka


digunakan persamaan 5-52
 Apabila type decline-nya adalah exponential decline curve maka
digunakan persamaan 5-60
 Apabila type decline-nya adalah harmonic decline curve maka
digunakan persamaan 5-67.
6.1.3.6. Estimated Ultimate Recovery (EUR)
Estimated Ultimate recovery adalah jumlah keseluruhan (kumulatif) minyak
yang akan dapat diproduksikan sampai batas ekonomisnya. Dengan demikian
ultimate recovery merupakan jumlah antara kumulatif produksi minyak yang

sudah diperoleh ( Np t ) dengan kumulatif produksi minyak yang akan datang

sampai batas ekonomisnya  Np t limit  . Besarnya ultimate recovery dapat


ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Estimated Ultimate Recovery (EUR) = Np t + Np t limit
................................(5-74)

Di mana :
EUR = Estimated Ultimate Recovery, STB
Npt = Kumulatif produksi minyak yang sudah diperoleh, STB
Npt→limit = Kumulatif produksi minyak sampai t limit, STB.
6.1.3.7. Penentuan Umur Produksi Lapisan (t)
Penentuan umur produksi lapisan (t) sampai batas ekonomisnya, dapat
dilakukan setelah diketahui tipe decline curve dari reservoir yang dikaji. maka
penentuan umur produksi dapat dihitung dengan persamaan dari tiap-tiap tipe
decline curve sebagai berikut:
 Apabila type decline-nya adalah hyperbolic decline curve maka
digunakan persamaan 5-53
 Apabila type decline-nya adalah exponential decline curve maka
digunakan persamaan 5-61
 Apabila type decline-nya adalah harmonic decline curve maka
digunakan persamaan 5-68.
6.1.3.8. Estimated Remaining Reserve (ERR)
221

Estimated Remaining Reserve (ERR) adalah jumlah cadangan minyak yang


masih tertinggal di dalam reservoir yang masih dapat diproduksikan ke
permukaan dengan teknologi yang ada. Perhitungan ERR dapat memakai
persamaan yaitu:
ERR = EUR – Npt ...........................................................................................(5-75)
Di mana :
ERR = Estimated Remaining Reserve, STB
EUR = Estimated Ultimate Recovery, STB
Npt = Produksi kumulatif minyak yang sudah diperoleh, STB.
6.1.3.9. Recovery factor (RF)
Recovery Factor adalah angka perbandingan antara hidrokarbon yang
dapat diproduksikan (EUR) dengan jumlah minyak mula-mula ditempat dalam
suatu reservoir (Ni), atau dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
EUR
RF  x100% ......................................................................................(5-76)
Ni

Di mana :
RF = Recovery factor, %
EUR = Estimated ultimate recovery, STB
Ni = Original oil in place, STB.

6.2. Perkiraan Produktivitas Formasi


Produktivitas formasi adalah kemampuan suatu formasi untuk mengalirkan
fluida dari reservoir ke dalam sumur-sumur produksinya. Produktivitas formasi
dapat dinilai berdasarkan besaran Productivity Index (PI). Secara definisi,
Productivity Index adalah perbandingan antara laju alir minyak terhadap pressure
drawdown (Ps-Pwf). Harga Productivity Index (PI) dapat ditunjukkan secara
grafis yang disebut dengan Inflow Performance Relationship (IPR).
Berikut ini akan dibicarakan hal – hal yang berhubungan dengan
produktivitas formasi, yaitu aliran fluida dalam media berpori, Productivity Index
(PI) dan kurva Inflow Performance Relationship (IPR).
222

6.2.1. Aliran Fluida dalam Media Berpori


Beberapa faktor yang memepengaruhi kelakuan aliran fluida reservoar dari
formasi produktif masuk ke dasar lubang sumur, adalah:
1. Jumlah fasa yang mengalir
2. Sifat fisik batuan reservoar
3. Sifat fisik fluida reservoar
4. Konfigurasi disekitar lubang bor, yaitu adanya:
a. lubang perforasi
b. skin / kerusakan formasi
c. gravel pack
d. rekahan hasil perekahan hidrolik
5. Kemiringan lubang sumur di formasi produktif (vertikal, miring, atau
horizontal)
6. Bentuk daerah pengurasan.
Mengenai aliran fluida dalam media berpori telah dipelajari oleh Henry
Darcy (1865) yang mengemukakan suatu hubungan empiris dalam bentuk
differential, yaitu:
q k P
v  ...............................................................................(5-77)
A  L
di mana :
v = Kecepatan aliran fluida, cm/sec
q = Laju aliran fluida, cc/sec
A = Luas media penampang media berpori, cm2
µ = viskositas fluida, cp
k = Permeabilitas, Darcy
P/L = Gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm.
Tanda negatif pada Persamaan (5-77) menunjukkan bahwa bila terdapat
penambahan tekanan dalam satu arah, akan mempunyai arah aliran yang
berlawanan dengan arah penambahan tekanan tersebut.
Pemakaian persamaan Darcy mempunyai beberapa asumsi, yaitu :
 Aliran mantap (steady state)
223

 Fluida yang mengalir satu fasa dan incompressible


 Viscositas fluida yang mengalir konstan
 Kondisi aliran isothermal
 Formasi homogen dan arah alirannya horizontal.
Persamaan (5-77) dapat dikembangkan untuk kondisi aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur, yang merupakan aliran radial, yaitu :
k o .h ( Pe  Pwf )
qo  0,00708 ...........................................................(5-78)
 o .Bo ln(re / rw)
dimana :
qo = laju aliran minyak dipermukaan, STB/D
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
h = ketebalan lapisan produktif, ft
o = viscositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, Bbl/STB
Pe = Tekanan reservoir pada jari-jari re, psia
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft.
6.2.2. Productivity Index
Productivity index (PI) atau biasa disebut “J” merupakan index yang
digunakan untuk menyatakan kemampuan suatu sumur untuk berproduksi pada
suatu kondisi tertentu. Secara definisi, PI merupakan perbandingan antara laju
produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan alir dasar
sumur tertentu dengan perbedaan antara tekanan dasar sumur pada keadaan statik
(Ps) dan tekanan dasar sumur pada saat terjadi aliran (P wf), yang secara matematis
dapat dituliskan :
q
PI  , bbl/D/Psi...............................................................(5-79)
Ps  Pwf

di mana :
Ps = Tekanan statik, Psia
224

Pwf = Tekanan alir dasar sumur, Psia.

Dengan mensubstitusikan Persamaan (5-79), maka PI dapat ditentukan


berdasarkan sifat fisik batuan dan fluida serta geometri reservoir, yaitu :
0,00708.k o .h
PI  .......................................................................(5-80)
 o .Bo . ln(re / rw)

Persamaan (5-79) hanya dapat digunakan untuk aliran fluida satu fasa,
sehingga tidak dapat dipenuhi apabila dalam aliran fluida terdapat air formasi,
tetapi dalam praktek keadaan semacam ini masih dianggap berfasa satu, sehingga
Persamaan (5-67) dapat diperluas dengan memasukkan laju alir ke dalam
persamaan tersebut yaitu :
qo  qw
PI  ................................................................................... (5-81)
Ps  Pwf

Dengan mensubstitusikan Persamaan (5-80), maka PI dapat ditentukan


berdasarkan sifat fisik batuan dan fluida serta geometri reservoir, yaitu :

.........................................................(5-82)

di mana :
PI = productivity index, bbl/hari/psi
qw = laju aliran air dipermukaan, STB/D
k = permeabilitas batuan, mD
kw = permeabilitas efektif air, mD
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
o = viscositas minyak, cp
w = viscositas air, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bw = foktar volume formasi air, bbl/STB
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft.
225

Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu
lapangan terutama bila tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan
Specific Productivity Index (SPI) yang merupakan perbandingan antara
Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis dapat
dituliskan :

........................................................................(5-83)
Di mana :
SPI = Spesific Productivity Index, bbl/day/psi/ft
h = ketebalan formasi produktif, ft.
Faktor – faktor yang mempengaruhi harga Productivity Index yaitu :
A. Karakteristik Batuan Reservoar
a. Permeabilitas
Dengan turunnya permeabilitas, maka fluida akan lebih sukar mengalir
sehingga harga PI akan turun.
b. Saturasi
Dalam proses produksi saturasi minyak berkurang dengan naiknya
produksi kumulatif minyak dan kekosongan tersebut diganti oleh air atau
gas bebas. Disamping itu, proses produksi berlangsung terus dengan
penurunan tekanan sehingga timbul fasa gas yang mengakibatkan saturasi
gas betambah dan saturasi minyak berkurang. Hal ini akan mengurangi
permeabilitas efektif minyak sehingga PI akan turun.
B. Karakteristik Fluida Reservoar
1. Kelarutan gas dalam minyak
Untuk tekanan reservoir yang lebih besar dari tekanan gelembung (bubble
point pressure), adanya drawdown pressure tidak mengakibatkan
perubahan terhadap permeabilitas karena fluida yang mengalir masih
terdiri dari satu fasa. Apabila tekanan reservoir lebih kecil dari tekanan
gelembung (bubble point pressure), maka adanya drawdown pressure
dapat mengakibatkan permeabilitas berkurang karena hadirnya saturasi gas
yang dapat menghambat aliran minyak ke permukaan. Dengan kata lain
226

bahwa adanya perubahan fasa dalam reservoir yaitu timbulnya fasa gas
dalam bentuk gelembung yang akan mengisi ruang pori-pori batuan akan
menghalangi aliran minyak sehingga harga PI akan turun.
2. Faktor volume formasi minyak
Di atas tekanan saturasi, penurunan tekanan menyebabkan naiknya harga
faktor volume formasi minyak akibat pengembangan minyak. Di bawah
tekanan saturasi, faktor volume formasi minyak turun dengan cepat karena
terbebaskannya gas yang terlarut.
3. Viskositas
Bila tekanan reservoar sudah di bawah tekanan saturasi akan
mengakibatkan bertambahnya gas yang dibebaskan dari larutan, sehingga
viscositas akan naik yang akan menghambat proses produksi dan harga PI
akan turun.
C. Drawdown
Dari persamaan (4-78) terlihat bahwa drawdown (Ps-Pwf) berbanding
terbalik dengan harga PI, di mana semakin besar harga drawdown (Ps-Pwf) maka
semakin kecil harga PI-nya.
D. Ketebalan Lapisan
Makin tebal lapisan zona produktif, makin besar pula harga PI yang berarti
laju produksi juga akan naik. Tetapi bila lapisan tersebut diselingi oleh lapisan
tipis dari air atau gas, maka laju produksi minyak akan berkurang.
E. Mekanisme Pendorong
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat
dipengaruhi oleh jenis mekanisme pendorong yang dimiliki.
1. Solution Gas Drive
Semakin turun tekanannya semakin banyak gas yang dibebaskan dari
larutan, sehingga saturasi gas naik dan saturasi minyak turun yang
menyebabkan permebilitas efektif minyak (ko) turun, sehingga PI turun.
Bila tekanan masih berada di atas tekanan saturasi maka PI konstan,
karena belum ada gas yang dibebaskan .
2. Gas Cap Drive
227

Penurunan tekanan agak lambat dibandingkan dengan solution gas drive.


Hal ini disebabkan karena tenaga pendorong selain dari pengembangan
gas juga oleh pendesakan dari gas cap drive. Akibatnya penurunan PI
tidak secepat pada solution gas drive.
3. Water Drive
Selama minyak terproduksi diimbangi dengan water influx sehingga PI
akan relatif konstan, akan tetapi apabila water drive sangat lemah maka PI
akan turun secara perlahan-lahan.
6.2.3. Inflow Performance Relationship (IPR)
Productivity index (PI) yang diperoleh dari hasil test atau perkiraan, hanya
merupakan gambaran secara kualitatif mengenai kemampuan sumur untuk
berproduksi. Dalam kaitan dengan perencanaan suatu sumur untuk berproduksi,
maka harga PI dapat dinyatakan secara grafis yang disebut Inflow Performance
Relationship (IPR).
Umumnya grafik Inflow Performance Relationship (IPR) ini dibuat untuk
melihat kelakuan formasi produktif terhadap penurunan tekanan reservoir, yang
dibuat dalam bentuk hubungan (plot) antar laju produksi dengan perubahan
tekanan reservoirnya. Grafik IPR ini sangat penting untuk mengetahui
produktivitas formasi karena dapat digunakan untuk menentukan ukuran tubing
dan choke serta dapat menentukan pula laju produksi optimum yang dapat
diperoleh. Dalam membuat grafik IPR harus diperhatikan aliran fluida dalam
media berpori apakah aliran tersebut satu fasa, dua fasa atau tiga fasa.
Terdapat beberapa metoda yang digunakan dalam menggambarkan kurva
IPR. Metoda- metoda tersebut pada umumnya didasarkan pada jumlah fasa yang
mengalir dan pengaruh faktor skin. Pengelompokan metoda tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Aliran satu fasa (minyak)
a. Tanpa pengaruh skin
- Persamaan Darcy
2. Aliran dua fasa (minyak dan gas)
a. Tanpa pengaruh skin
228

- Persamaan Vogel
b. Dengan pengaruh skin
- Persamaan Standing
- Persamaan Couto
- Persamaan Harrison
- Persamaan Pudjo Sukarno
1. Aliran Tiga Fasa (Gas, Minyak dan Air)
a. Tanpa pengaruh skin
- Persamaan Petrobras
- Persamaan Pudjo Sukarno
6.2.3.1. Kurva IPR Satu Fasa
Berdasarkan definisi PI pada persamaan (5-79), untuk suatu saat tertentu di
mana Ps dan PI konstan serta aliran fluidanya satu fasa, maka variabelnya adalah
laju produksi minyak (qo) dan tekanan aliran di dasar sumur (Pwf). Persamaan
(5-79) dapat diubah menjadi:
qo = PI (Ps-Pwf).....................................................................................(5-84)
Penentuan IPR untuk aliran fluida satu fasa ditentukan berdasarkan prosedur
sebagai berikut:
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf dan qo serta
data-data sifat fisik batuan, sifat fisik fluida dan geometri geometri
reservoir jika kita ingin melakukan perhitungan menggunakan
persamaan Darcy.
2. Hitung PI dengan menggunakan persamaan (5-79)
3. Pilih tekanan aliran dasar sumur (Pwf)
4. Hitung laju aliran minyak (qo) untuk Pwf tersebut dengan menggunakan
persamaan (5-84) atau bisa juga menggunakan persamaan (5-78)
5. Kembali ke langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot q terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas
grafis kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar (sumbu X) dan Pwf
sebagai sumbu tegak (sumbu Y).
229

Untuk grafik IPR satu fasa dapat dilihat pada Gambar 5.13. Dari gambar
tersebut dijelaskan bahwa titik A adalah harga P wf pada saat q = 0 dan titik B
adalah harga q pada Pwf = 0, dimana harga q ini merupakan laju produksi
maksimum.
Harga PI merupakan kemiringan dari garis IPR yaitu :
...................................................................................
(5-85)

Gambar 5.13.
Kurva IPR Linear (Satu Fasa)
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)

6.2.3.2. Kurva IPR Dua Fasa


Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa persyaratan yang sulit
untuk dipenuhi adalah persyaratan fluida yang mengalir berfasa tunggal. Muskat
menyatakan apabila yang mengalir adalah fluida dua fasa (minyak dan gas), maka
bentuk kurva IPR membentuk kelengkungan seperti Gambar 5.14., dan harga J
tidak lagi merupakan harga yang konstan, karena kemiringan IPR akan berubah
230

secara kontinyu untuk setiap harga Pwf. Berdasarkan pada kondisi tekanannya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tekanan di atas bubble point (Pb) dan tekanan
di bawah Pb seperti pada Gambar 5.14. Kurva di atas Pb merupakan kurva IPR
satu fasa dengan harga J yang konstan, sedangkan kurva di bawah Pb merupakan
kurva IPR dua fasa.

Gambar 5.14.
Kurva IPR Dua Fasa
(Brown, Kermit E., “The Technology of Artificial Lift Methods”, Volume 4, 1984)

Di bawah ini akan dijelaskan persamaan kurva IPR dua fasa tanpa pengaruh
faktor skin dan dengan pengaruh faktor skin.

6.2.3.2.1. Kurva IPR Dua Fasa Tanpa Pengaruh Faktor Skin


Untuk memudahkan perhitungan kelakuan aliran fluida dua fasa dari
formasi ke lubang sumur, Vogel mengembangkan persamaan berdasarkan analisa
terhadap grafik-grafik IPR yang dihasilkan dari model reservoar yang
disimulasikan dengan tenaga dorong gas terlarut. Dalam pengembangan simulator
dilakukan anggapan bahwa:
231

1. Reservoar bertenaga dorong gas terlarut


2. Harga skin disekitar lubang bor sama dengan nol
3. Tekanan reservoir di bawah tekanan saturasi (Pb).
Vogel memperoleh persamaan yang digunakan untuk membuat grafik
kelakuan aliran fluida dari formasi ke lubang sumur berdasarkan data uji produksi
dan tekanan, sebagai berikut :

.......................................................(5-86)

Dari data uji produksi diperoleh laju produksi dan tekanan alir dasar sumur (Pwf)
sedangkan dari data uji tekanan diperoleh tekanan statik sumur (Ps).
Prosedur perhitungan kurva IPR untuk aliran dua fasa berdasarkan metode Vogel
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan data uji tekanan dan produksi, hitung harga Pwf/Ps
2. Substitusikan harga Pwf/Ps dari langkah pertama dan harga laju produksi
(qo) dari data uji produksi, dan menghitung harga qmax dengan
menggunakan persamaan:

3. Untuk membuat kurva IPR anggap beberapa harga Pwf dan hitung harga qo
dengan persamaan:

4. Plot qo terhadap Pwf pada kertas linear. Kurva yang diperoleh adalah
kurva kinerja aliran minyak dari formasi ke lubang sumur (Gambar
5.15.).
Apabila keadaan di mana tekanan reservoar lebih besar daripada tekanan
saturasi maka persamaan Vogel dimodifikasi dan kurva IPR terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian kurva yang linier (untuk harga Pwf diatas tekanan saturasi)
dan kurva yang tidak linier (untuk harga Pwf dibawah tekanan saturasi). Untuk
bagian yang linier, kurva IPR mengikuti hubungan qo dan dan Pwf yang linier,
yaitu:
232

qo = J (Ps – Pwf) ..................................................................................(5-87)


di mana:
J = indeks produktivitas, bbl/day/Psi.
Sedangkan, untuk bagian yang tidak linier, persamaan kurva IPR adalah sebagai
berikut :
  Pwf   Pwf  
2

q  qb   Qmax  qb  1,0  0,2   0,8   ...............................(5-88)


  Pb   Pb  

di mana :
qb = laju alir minyak saat Pb, bbl/day
Pb = tekanan saturasi, Psia
Qmax = qb + (J Pb/1,8), bbl/day.
Kurva IPR gabungan antara persamaan Vogel dengan PI konstan akibat
tekanan reservoir lebih besar dari Pb dapat dilihat pada Gambar 5.14.

Gambar 5.15.
Kurva IPR Dua Fasa Tanpa Pengaruh Faktor Skin
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)

6.2.3.2.2. Kurva IPR Dua Fasa Dengan Pengaruh Faktor Skin


Umumnya keadaan di sekitar lubang sumur ditemui formasi yang “rusak”,
baik sebagai akibat invasi lumpur pemboran ataupun sebagai akibat peningkatan
saturasi gas ataupun air di sekitar lubang bor. Kerusakan formasi ataupun
peningkatan saturasi gas di sekitar lubang bor, akan menyebabkan hambatan dan
akan terjadi penambahan kehilangan tekanan.
233

Untuk membuat kurva IPR pada kondisi tersebut, beberapa persamaan telah
dikembangkan, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Persamaan-persamaan tersebut meliputi:
a. Persamaan Standing
b. Persamaan Couto
c. Persamaan Harrison
d. Persamaan Pudjo Sukarno.
A. Persamaan Standing
Persamaan Standing merupakan modifikasi persamaan Vogel, sesuai dengan
kenyataan bahwa banyak sumur yang mengalami kerusakan formasi disekitar
lubang sumur. Hubungan antara tekanan alir dasar sumur ideal, Pwf’ dan tekanan
alir dasar sumur yang dipengaruhi faktor skin adalah:
Pwf’ = Pr – FE (Pr – Pwf) ....................................................................(5-89)
Keterangan :
FE = efisiensi aliran, yang merupakan perbandingan antara Indeks
Produktivitas sebenarnya dengan Indeks Produktivitas ideal.
FE < 1 apabila sumur mengalami kerusakan
FE > 1 apabila sumur mengalami perbaikan sebagai hasil operasi
stimulasi
Pwf’ = tekanan alir dasar sumur ideal, tidak dipengaruhi oleh adanya
faktor skin, Psia
Pwf = tekanan dasar sumur sebenarnya yang dipengaruhi oleh faktor
skin, Psia.
Dengan menggunakan hubungan tersebut, maka harga Pwf sebenarnya
(yang dipengaruhi oleh faktor skin) dapat diubah menjadi Pwf ideal, dengan
demikian dapat dimasukkan kedalam persamaan Vogel. Prosedur perhitungan
kurva IPR untuk kondisi sumur yang mempunyai faktor skin, sama seperti
pemakaian persamaan Vogel yang telah diuraikan sebelumnya, hanya saja perlu
ditambah perhitungan mengubah tekanan alir dasar sumur sebenarnya (Pwf)
menjadi tekanan alir dasar sumur ideal (Pwf’). Harga FE yang diperlukan dalam
perhitungan ini dapat diperoleh dari hasil analisa uji build up atau draw down.
234

Harga laju produksi maksimum yang dihasilkan dalam perhitungan adalah


harga laju produksi maksimum pada harga skin sama dengan nol, bukan laju
produksi pada harga FE yang dimaksud. Untuk menghitung harga laju produksi
maksimum pada harga FE yang dimaksud, maka harga Pwf (tekanan alir dasar
sumur pada kondisi sebenarnya) yang berharga sama dengan nol diubah menjadi
Pwf’ (tekanan alir dasar sumur pada kondisi ideal). Selanjutnya dihitung laju
produksinya.
Kelemahan dari persamaan Standing adalah dihasilkan kurva IPR, yang:
1. Hampir lurus, untuk harga FE << 1, meskipun kondisi aliran dua fasa.
2. Berlawanan dengan definisi kelakuan aliran fluida dari formasi kelubang
sumur.
Kedua hal tersebut diatas disebabkan penggabungan antara dua persamaan
yang tidak selaras, yaitu persamaan Vogel dikembangkan untuk kondisi aliran dua
fasa sedangkan FE (efisiensi aliran) didefinisikan untuk kondisi satu fasa.
Dengan demikian perlu disadari tentang hal tersebut diatas apabila
persamaan Standing ini akan digunakan.

Gambar 5.16.
Kelemahan Pertama Metode Standing
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)
235

Gambar 5.17.
Kelemahan Kedua Metode Standing
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)

B. Persamaan Couto
Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur, dengan cara menggabungkan definisi indeks
produktivitas. Persamaan yang dihasilkannya adalah sebagai berikut :
qo =

 h  k o 
0,00419  Pr  (FE )  (1  R )(1,8  0,8(FE )(1  R ))
 ln(0,472 re / rw )   o Bo 
(5-90)
di mana :
R = Pwf / Pr.
Dengan mengetahui sifat fisika batuan (ko) dan sifat fisika fluida (minyak),
maka dapat dibuat kurva IPR berdasarkan satu uji tekanan.
Persamaan Couto ini mempunyai kelemahan, yaitu diperlukannya sifat
fisika batuan dan fluida reservoar (minyak), yang agak sulit untuk diperoleh di
lapangan dengan berjalannya produksi. Disarankan persamaan Couto ini
digunakan di awal sumur berproduksi (setelah completion), dengan demikian
harga ko, o , dan Bo diperoleh dengan mudah dan teliti.

C. Persamaan Harrison
Harrison menurunkan persamaan kurva IPR, dengan tujuan menghilangkan
bentuk kurva IPR yang tidak semestinya, seperti yang diperoleh dengan metoda
236

Standing. Persamaan ini bersifat empiris, dan tetap menggunakan definisi efisiensi
aliran (FE) untuk kondisi aliran satu fasa. Persamaan Harrison tersebut adalah
sebagai berikut :
 
qo 
 Pwf 
 1,2  0,2 Exp 1,791759  ............................................(5-91)
Qo max   Pr 
  
Di mana Pwf' dihitung dengan menggunakan persamaan (4-88).
Pemakaian definisi FE yang tidak sesuai dengan kondisi persamaan dasar, maka
ketelitian dari metoda ini, juga diragukan.
D. Persamaan Pudjo Sukarno
Persamaan ini dikembangkan dengan menggunakan simulasi reservoar
hipotesis seperti persamaan Vogel, tetapi pengaruh skin diperhitungkan. Harga
faktor skin berkisar antara –4 sampai dengan 10. Hasil analisa regresi
menghasilkan persamaan untuk menghitung kurva IPR sebagai berikut:
.....................................................
(5-92)

Keterangan :
PD = Pwf / Pr
a1sampai a5 adalah konstanta persamaan yang merupakan fungsi dari faktor
skin, dan dicari dengan persamaan berikut:
an = c1 exp (c2S) + c3 exp (c4S) ..............................................................(5-93)
Di mana:
n = 1, 2, 3, 4 dan 5
S = faktor skin
Harga c1 sampai dengan c4 ditentukan dari Tabel V-2.

Tabel V-2.
Konstanta c1, c2, c3, dan c4
(Santoso, Anas Puji, Ir.MT., “Teknik Produksi I”, 1998)
237

an c1 c2 c3 c4
a1 0,182922 -0,364438 0,814541 -0,55873
a2 -1,476950 -0,456632 1,646246 -0,442306
a3 -2,149274 -0,195976 2,289242 -0,220333
a4 -0,021783 -0,0088286 -0,260385 -0,210801
a5 -0,552447 0,032449 -0,583242 -0,306962

Prosedur perhitungannya kurva IPR dengan metode Pudjo Sukarno adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil uji build up atau drawdown, tentukan faktor skin (S)
2. Dengan menggunakan persamaan (5-93), hitung konstanta a1 sampai
dengan a5, di mana konstanta c1 sampai dengan c4 untuk masing-masing an
dapat dilihat di Tabel V-2.
3. Hitung harga Pwf/Pr kemudian substitusikan ke dalam persamaan (5-92)
untuk menghitung harga qomax@S=0.
4. Kurva IPR dapat dihitung dengan menganggap beberapa harga P wf dan
dihitung harga qo dengan menggunakan persamaan (5-92) dan harga
qomax@S=0.
5. Plot antara qo dan Pwf pada kertas grafik linear adalah kurva IPR sumur
yang bersangkutan.
6.2.3.3. Kurva IPR Tiga Fasa
Metode untuk menentukan kenerja aliran gas, minyak dan air formasi ke
lubang sumur telah dikembangkan oleh :
1. Petrobras
2. Pudjo Sukarno
Dalam tulisan ini yang akan dibahas hanya metoda Pudjo Sukarno, karena metoda
ini lebih sederhana dibandingkan dengan metoda Petrobras.

6.2.3.3.1. Persamaan Pudjo Sukarno


238

Metoda ini dikembangkan dengan menggunakan simulator, yang juga


digunakan untuk mengembangkan kurva IPR gas-minyak. Anggapan yang
dilakukan pada waktu pengembangan persamaan ini adalah :
a. Faktor skin sama dengan nol
b. Gas, minyak dan air berada dalam satu lapisan dan mengalir bersama-
sama, secara radial dari reservoir menuju lubang sumur.
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan parameter
water cut, yaitu prebandingan laju produksi air terhadap laju produksi cairan total.
Parameter ini merupakan parameter tambahan dalam persamaan kurva IPR yang
dikembangkan .
Selain itu, hasil simulasi menunjukkan bahwa pada suatu harga tekanan
reservoir tertentu, harga water cut berubah sesuai dengan perubahan tekanan alir
dasar sumur, yaitu makin rendah tekanan alir dasar sumur, makin tinggi harga
water cut. Dengan demikian perubahan water cut sebagai fungsi dari tekanan alir
dasar sumur perlu ditentukan.
Dalam pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dari formasi ke lubang
sumur, dengan menggunakan analisis regresi yang terbaik menghasilkan
persaman:

.................................................. (5-94)

di mana :
An, (n = 0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan, yang harganya berbeda
untuk water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan
water cut ditentukan pula dengan analisisis regresi, dan diperoleh
persamaan berikut :
A n  C o  C1  WC   C 2  WC  ...........................................................(5-95)
2

dimana :
Cn (n = 0, 1 dan 2) untuk masing-masing harga An ditunjukkan dalam
Tabel V-3.
239

Tabel V-3.
Konstanta Cn untuk Masing-masing An
(Santoso, Anas Puji, Ir.MT., “Teknik Produksi I”, 1998)

An Co C1 C2
A0 0,980321 -0,115661 x 10-1 0,179050 x 10-4
A1 -0,414360 0,392799 x 10-2 0,237075 x 10-5
A2 -0,564870 0,762080 x 10-2 -0,202079 x 10-4

Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut

dapat dinyatakan sebagai Pwf/Pr terhadap WC  WC@Pwf  Pr  dimana

WC  WC@Pwf  Pr  telah ditentukan dengan analisa regresi yang menghasilkan

persamaan berikut :
WC
 P1 Exp P2 .Pwf /Pr  ................................................ (5-96)
WC@Pwf  Pr

Di mana :
P1 = 1,606207-0,130447 ln (WC)
P2 = -0,517792+0,110604 ln (WC)
WC (Water Cut) dinyatakan dalam persen (%).

Anda mungkin juga menyukai