154
155
Gambar 4.1.
Conventional Rotary Drill Core Bit
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960.)
Untuk memotong core ini dari formasi dilakukan dengan cara mengurangi
beban diatas pahat (WOB) dan mempercepat rotary speed dan hal ini dilakukan
hanya dalam beberapa menit saja. Core yang dibawa ke permukaan tetap dalam
keadaan terlindung. Hasil core yang didapat mempunyai ukuran diameter 23/8"
sampai 3 9/16" dan panjangnya maksimum 20 feet harus dilakukan "round trip"
lagi.
156
Gambar 4.2.
Diamond Core Bit
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960.)
4.1.1.1.4. Wireline Coring
Alat coring diturunkan bersama dengan over shot dengan menggunakan
wireline dan core yang masuk ke dalam core barrel ditarik lagi keatas, sehingga
metoda ini dapat digunakan untuk coring secara berturut-turut. Core yang
diperoleh akan masuk ke dalam inner barrel yang kemudian ditarik ke
permuakaan tanpa harus mencabut rangkaian pipa bor. Peralatan wire line coring
dpat dilihat pada Gambar 4.4. Core yang diperoleh mempunyai diameter 1
sampai 23/16 inch dan panjangnya 10 sampai 20 ft.
157
Gambar 4.4.
Peralatan Wireline Coring
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960.)
4.1.1.2. Side Wall Coring
Pengambilan core dengan teknik sidewall coring dilakukan pada dinding
dari lubang bor. Peralatan sidewall coring dapat dilihat pada Gambar 4.4. Alat
ini diturunkan kedalam lubang bor dengan kabel logging dan mempunyai sifat
self potensial elektrode. Gun body dapat ditembakkan secara sendiri-sendiri ke
dinding lubang bor melalui mesiu yang dijalankan secara elektris ke permukaan.
Dengan menembusnya gun body pada dinding lubang bor maka core akan
terpotong dan lepas dari formasi yang ditest. Dengan adanya kabel baja yang
berhubungan dengan gun body maka alat sidewall beserta core nya dapat
diangkat ke permukaan. Ukuran core yang diperoleh berdiameter 3/4 sampai 13/16
inch dan panjangnya 2¼ inch. Core yang diperoleh sering rusak dan jika
dibandingkan hasil analisa core dari cara sidewall coring dengan cara
conventional coring akan berbeda, walaupun corenya diambil pada kedalaman
yang sama. Misalnya harga saturasi air dari core yang diambil secara sidewall
coring akan lebih besar daripada hasil conventional coring, apabila lumpur bor
yang digunakan adalah jenis water base mud.
158
Gambar 4.4.
Peralatan Sidewall Coring
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960.)
3.1. Analisa Core
Analisa core adalah suatu kegiatan untuk mengambil data-data dari
formasi yang bersangkutan. Analisa yang dilakukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu
basic measurement, special core analysis, dan supplemental analysis. Ketiga
analisa tersebut memiliki perbedaan dalam data yang dapat diambil dari suatu
sampel core.
Kualitas dari data yang didapatkan pada suatu analisa core, sangat
bergantung pada prosedur pengambilan sampel dan penanganan serta pengawetan
sampel core yang benar. Adapun metode-metode pengawetan sampel core adalah:
a. Pembungkusan dengan aluminum foil dan ditutup dengan low melting
point paraffin.
b. Pembungkusan ganda dengan material pembungkus berbahan dasar
plastik.
c. Pembekuan secara cepat.
Data yang dapat dieroleh dari Routine Analysis yang dilakukan pada
sampel core adalah porositas, permeabilitas absolut, dan residual fluid saturation.
Bagaimanapun, penentuan porositas dan permeabilitas tidak dapat dilakukan tanpa
menghilangkan residual fluid yang terdapat di dalam sampel core. Karena hal
inilah, hal pertama yang perlu dilakukan pertama kali pada basic measurement
sampel core adalah penentuan residual fluid saturation.
4.2.1.1. Pengukuran Porositas
Porositas dari sampel core dapat ditentukan dengan menggunakan 2 (dua)
dari 3 (tiga) parameter yang ada. Parameter-paramater tersebut adalah volume
bulk (Vb), volume matriks (Vm), dan volume pori (Vp). Persamaan dari
paramater-parameter tersebut mempunyai hubungan sebagaimana ditunjukkan
Persamaan 4-2.
Vp Vp Vb−Vm
ϕ= = = ...................................................................(4-2)
Vb Vm+ Vp Vb
Keterangan:
Vp = Volume pori
Vb = Volume bulk
Vm = Volume matriks
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan volume
bulk suatu sampel core. Metode tersebut adalah:
a. Pengukuran secara geometris
b. Pengukuran displacement of non-wetting fluid (merkuri)
c. Aplikasi dari prinsip Archimedes
d. Penjumlahan langsung dari pengukuran volume matriks dan volume pori.
Gambar 4.2
Boyle’s Law Porosimeter(8)
b. Gravimetric Method
Metode ini menggunakan perbedaan berat antara berat sampel core yang
sudah dibersihakan dan diekstraksi dengan berat sampel core yang telah dijenuhi
sepenuhnya oleh cairan yang diketahui densitasnya, dapat digunakan air maupun
hidrokarbon. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui volume pori sampel
core yang diuji ditunjukkan pada Persamaan 4-4.
161
W saturated −W dry
Vp= ..............................................................................(4-3)
ρCairan
Keterangan:
Vp = Volume pori
WSaturated = Berat sampel core yang sudah terjenuhi
Wdry = Berat sampel core kering
ρcairan = Densitas cairan
Jenis porositas yang didapatkan dari metode ini adalah porositas efektif.
Metode ini hanya bisa dilakukan pada sampel yang dapat diukur beratnya pada
saat tersaturasi. Sampel yang memiliki lubang di permukaan tidak dapat diukur
porositasnya menggunakan metode ini.
c. Grain density
Pada metode ini, sampel yang sudah bersih ditimbang. Kemudian dilapisi
dengan parafin dan ditimbang kembali. Volume bulk sampel tersebut didapatkan
dari berat air (densitas diketahui) yang dipindahkan dari dalam piknometer.
Piknometer ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.3
Liquid Pycnometer(8)
Langkah selanjutnya adalah melepas parafin dari sampel core kemudian
menggerus sampel hingga butir-butirnya saling terlepas. Sampel yang telah
digerus kemudian dimasukkan ke dalam piknometer kemudian ditimbang.
162
Volume matriks dapat diketahui dari berat air yang dipindahkan. Sehingga
porositas sampel core dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan 4-3 di
bawah ini:
ρm−ρ b
ϕ= .............................................................................................(4-4)
ρb
Keterangan:
ρm = Densitas matriks
ρb = Densitas bulk
Jenis porositas yang didapatkan dari metode ini adalah porositas absolut.
Gambar 4.8.
Skema Retort Apparatus
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960)
Vo
So = ………………………………………………… (3-5)
Vp
dimana :
Sw = saturasi air, %
So = saturasi minyak, %
Vw = volume air yang didapat dari kondesasi, cc
Vo = volume minyak yang didapat dari kondesasi, cc
Vp = volume pori-pori batuan, cc
Kelemahan dari metode ini adalah pada temperatur tinggi, bukan hanya air
yang keluar tetapi juga hidrat dan kristal yang akan mengembun dalam tabung
164
b. Metode Destilasi
Metode pengukuran ini dilakukan menggunakan alat Dean & stark
apparatus, seperti pada Gambar 4.9. Cara kerja alat sebagai berikut:
1. Mengambil fresh core atau core yang telah dijenuhi air dan minyak.
2. Menimbang core tersebut, misal beratnya = a gr.
3. Memasukkan core tersebut kedalam labu Dean and Stark yang telah diisi
dengan toluena. Lengkapi dengan water trap dan reflux condensor.
4. Memanaskan selama + 2 jam hingga air tidak tampak lagi.
5. Mendinginkan dan baca air yang tertampung di water trap, misalnya = b
cc = b gram.
6. Mengeringkan sampel dalam oven + 15 menit ( pada suhu 110 0C ).
Mendinginkan dalam exicator + 15 menit, kemudian timbang core kering
tersebut, misalnya = c gram.
7. Hitung berat minyak = a - ( b - c ) gram = d gram.
8. Hitung volume minyak :
d
BJ min yak = e cc
9. Hitung saturasi minyak dan air :
e b
So = Vp ; Sw = Vp
165
Gambar 4.9.
Skema Stark Dean Destilation Appartus
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960)
Kg Ka 1 b
Pm ……………………………………………. (3-2)
dimana :
Kg = permeabilitas batuan terhadap udara yang diukur pada Pm, md.
Ka = permeabilitas absolut batuan, atau dikenal sebagai eqivalen liquid
permeability, md.
b = konstanta yang tergantung pada ukuran pori.
Pm = tekanan rata-rata pada saat tekanan test, atm.
Berdasarkan hasil yang didapat plot antara harga Kg terhadap 1/pm akan
memberikan harga K absolut dengan cara ekstrapolasi.
Pengukuran permeabilitas absolut batuan dengan menganalisa core di
laboratorium dapat menggunakan alat Liquid Permeameter, seperti pada Gambar
4.7. dari alat ini data dapat diperoleh dengan menginjekkan media gas atau liquid
pada aliran yang mantap (steady state). Cara kerja alat ini yaitu :
1. Masukan core ke dalam core holder
2. Mengisi burette dengan test liquid (air)
3. Membuka core holder valve dan burette akan diisi
4. Jika burette sudah terisi melalui batas atas, tutup cut off valve
5. Mengatur tekanan yang diinginkan pada pressure gauge dengan mengatur
regulator
6. Mengembalikan discharge fill valve ke discharge
7. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida dari batas atas
hingga batas bawah burette
8. Perhitungan :
μ.V.L
k= A. P. t ...................................................................................(3-3)
167
Dimana :
K = Permeabilitas dari sampel, Darcy
µ = Viskositas dari cairan test, cp
V = Volume cairan yang dialirkan melalui sampel, cm3
L = Panjang dari sampel, cm
P = Tekanan, (atm) dibaca dari pressure gauge
t = Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan cairan melalui sampel (50cc,
10cc, atau 5 cc), detik.
168
Gambar 4.7.
Rangkaian Liquid Permeameter
(Laboratorium Analisa Inti Batuan, Program Studi Teknik Perminyakan, UPN
”Veteran” Yogyakarta, 2011)
4.2.2. Special Core Analysis
169
Kesamaan dari tiga core tersebut yaitu bertujuan untuk mengurangi efek tekanan
kapiler pada akhir (terutama pada akhir downstream)dari sampel uji. Ini menjadi
bukti bahwa saturasi dari berbagai macam distribusi fluida akan seragam selama
aliran steady state masih berjalan. Katup hilir juga digunakan sebagai campuran
utama dari injeksi fluida. Saturasi awal dilakukan pada core dengan fluida yang
didesak, biasanya minyak, dan berat pengujian dicatat. Aliran minyak yang
konstan membuktikan bahwa tekanan akan turun secara mendadak. Aliran
minyak kemudian didesak tiba-tiba dan fluida pendesak (gas atau air)
menstimulasi injeksi dengan cukup untuk menjaga tekanan turun. Keseimbangan
terjadi ketika volume yang masuk dan keluar adalah sama. Salah satu saturasi
yang baik yaitu secara gravimetri dengan memindahkan dan membebani sampel,
atau secara elektrik dengan pengukuran resistivity. Lalu, aliran minyak akan
berkurang sedangkan gas atau air akan naik. Ulangi prosedur ini secukupnya
hingga perhitungan menjadi sama sampai langkah terkecil yaitu permeabilitas
dari berbagai fasa dengan saturasi yang beragam. Saturasi tentu dihitung pada
tahap selanjutnya. Porositas dan permeabilitas absolut core diukur pada awal
pengujian.
171
Gambar 4.14.
Modifikasi Penn State Permeabilitas Apparatus
(Gatlin, C. ,”Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960)
terdorong dari air formasi sehingga menuju outlet, ini sebagai fungsi (dVp)
cc.
6. Volume fluida minyak yang keluar ditampung pada tabung kapiler,
volume cairan ini dicatat.
7. Sehingga kompressibilitas pori dapat dihitung dengan persamaan :
1 dV p
[ ]
Cp = - V p dP , psi-1.
Gambar 4.10.
Pengukuran kompressibilitas volume pori
(Pinczewski, W. Val,” Applied Reservoir Engineering”, 2004)
4.2.2.4. Pengukuran Wettabilitas
Studi wettabilitas dilakukan untuk mengontrol distribusi fluida dan
pengaruhnya terhadap tekanan kapiler, dan berguna pula pada proyek-proyek
injeksi air dan perencanaan metode produksi tahap lanjut. Setiap cairan
mempunyai kemampuan membasahi benda yang mana harganya berbeda satu
sama lain. Tingkat kemampuan membasahi permukaan benda padat oleh suatu
cairan disebut tingkat kebasahan yang secara kwantitatif dinyatakan dengan
besarnya sudur kontak (θ).
174
V osp
5.3.3. δw = V ot
5.4.3. Sehingga I ( indeks wettabilitas ) = δw - δo
Dimana : jika 0 < I < 1 water wet
175
Gambar 4.14.
Spontaneous Imbibition
(Pinczewski, W. Val,” Applied Reservoir Engineering”, 2004)
pertambahan air pada suatu tekanan yang diberikan. Cara kerja dari metode ini
adalah:
1. Menjenuhi core dengan air yang telah diketahui porositas dan
permeabilitasnya. Core yang telah terjenuhi diletakkan pada membran
yang bersifat water wet, yaitu membran yang hanya dapat dilalui oleh
fluida yang sifatnya membasahi ( wetting ).
2. Kemudian fluida non wetting seperti udara, nitrogen, minyak dan
sebagainya dipompakan perlahan-lahan kedalam cell, tekanan
pemompaan ( Pc ) dipertahankan konstan sampai interval waktu tertentu.
3. Fluida non wetting (udara) ini akan masuk semua kepori-pori batuan
sehingga air akan keluar dari cell melalui membran. Tekanan dari udara
dan air yang keluar diukur dan dicatat sampai tidak ada pertambahan air
pada suatu tekanan yang diberikan.
4. Proses yang berikut serupa dilakukan untuk tekanan yang lebih besar,
sampai kenaikan tekanan tidak lagi memberikan penambahan volume air.
Saturasi air pada keadaan ini adalah saturasi air residual.
Gambar 4.11.
Skema Peralatan Restored State
(Dewan, J.T. : “Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, 1983)
177
Gambar 4.12.
Kurva Tekanan Kapiler Versus Saturasi
(Gatlin, C. ;” Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, 1960)
Φ = porositas, fraksi
a = konstanta yang tergantung pada lithologi (faktor turtuosity)
m = faktor semetasi
Rumus saturasi air yang telah digabungkan dengan rumus diatas pula bisa
dituliskan dengan rumus
a Rw
Swn=
∅ m Rt
Nilai a dan m memiliki variasi nilai dimana nilai tersebut berdasarkan dari
variasi ukran butir, pemilihan butir, dan tekstur batuan. Nilai a untuk sandstone
adalah 0,62 sedangkan nilai a untuk limestone adalah 1.
Ketika Φ = 1 (all water no matrix), Ro sama dengan Rw. Dan ketika Φ = 0
(no pore water, solid matrix), Ro menjadi tidak terbatas.
Tahanan batuan formasi akan dipengaruhi oleh adanya jumlah fluida
dalam ruang pori-pori. Oleh karena itu porositas batuan formasi akan mengontrol
jumlah fluida didalamnya, sedangkan sementasi dan distribusi ukuran butir dapat
mengontrol pori-pori batuan yang berhubungan. Sehingga terdapat hubungan
antara tahanan formasi, porositas dan sementasi.
Dari persamaan Archie tersebut nampak bahwa batuan yang mempunyai
porositas besar akan menghasilkan harga faktor sementasi yang kecil, sebaliknya
bila porositas kecil harga faktor sementasinya besar.
sedimen diantaranya ukuran butir, variasi kompaksi dan struktur pori. Faktor
turtuosity dibutuhkan dalam rumus archie yang digunakan untuk interpretasi
logging.
Nilai a dan m memiliki variasi nilai dimana nilai tersebut berdasarkan dari variasi
ukran butir, pemilihan butir, dan tekstur batuan. Nilai a untuk sandstone adalah
0,62 sedangkan nilai a untuk limestone adalah 1. Sehingga tahanan formasi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
- Untuk limestone :
1
F=
φ2 ............................................................................(2-25)
- Untuk Unconsolidated Sandstone
0 , 62
F=
φ2 ,15 ..................................................................................(2-26)
- Untuk Consolidated Sandstone
0 , 81
F=
φ2
Hubungan antara Faktor Formasi, Faktor Sementasi dan Faktor Turtuosity untuk
beberapa Lithologi dapat dilihat pada tabel
Tabel II-9.
Hubungan Faktor Formasi, Faktor Sementasi dan Faktor Turtuosity untuk
beberapa Lithologi
(Auqsith and Gibson, 1982)
181
a . Rw
Sw =
√ ∅m . R t
Eksponen saturasi (n) adalah salah satu parameter yang memainkan peran
penting sekali dalam pengestimasian saturasi air dengan menggunakan data log
sumur. Dengan melakukan plot antara Sw (Saturasi air) vs F (Faktor Formasi)
182
pada skala log lalu membuat trendline dimana harus berpotongan di Sw bernilai 1
maka dapat ditentukan nilai eksponen saturasi dari nilai slopenya.