ANALISA LOGGING
127
128
460+t o . F Rmf
SSP=−K log
537 Rw ………………………………....… (4-
1)
dimana :
SSP = Statik Spontaneous potensial, mv
K = konstanta lithologi batuan ( = 70,7 pada 77 oF )
t oF = temperatur formasi, oF
Rmf = tahanan filtrat air lumpur, ohm-meter
Rw = tahanan air formasi, ohm-m
Gambaran defleksi log SP dapat dilihat pada Gambar 4.4.
132
limestone dan sandstone yang walaupun bebas dari mineral clay, namun memiliki
pembacaan radiasi yang tinggi. Hal ini terkadang menyulitkan pembedaan
interpretasi formasi batuan tersebut dengan shalestone.
Terdapat metode lanjutan dari Gamma Ray log yang disebut Spectral
Gamma ray. Spectral Gamma ray memiliki prinsip kerja yang sama dengan
Gamma Ray log. Hanya saja, Spectral Gamma Ray merekam radiasi yang
terpancar dari formasi batuan secara terpisah menurut jenis unsurnya (potassium,
thorium, dan uranium). Tujuan dari penggunaan Spectral Gamma Ray adalah
untuk mengetahui kontribusi masing-masing unsur radioaktif terhadap hasil
perekaman pada log sheet.
Spectral Gamma Ray dapat diaplikasikan untuk merekam kandungan
Thorium dan Potassium dari formasi batuan tanpa memperhitungkan unsur
Uranium. Unsur Uranium tidak perlu diperhitungkan karena Uranium dapat
terlalutkan dalam cairan serta dapat dipindahkan bersamaan dengan cairan dimana
Uranium tersebut terlarut.
Gambar 4.4. menunjukkan perbandingan antara Gamma Ray log dan
Spectral Gamma Ray. Pada bagian atas dan bawah zona Buda Limestone, terdapat
dua lapisan shale yang dapat diketahui dari pembacaan Gamma Ray log. Namun,
kedua shale tersebut mempunyai pancaran radioaktif yang berbeda. Pada zona
atas terdapat unsur uranium yang sangat tinggi, sedangkan intensitas unsur
thorium dan potassium tidak terlalu menonjol. Hal ini mengindikasikan bahwa
lapisan tersebut adalah formasi shaly carbonate dan bukan merupakan shale.
Uranium yang terdapat pada formasi shaly limestone tersebut merupakan akibat
dari migrasi unsur uranium yang terlarut dalam air formai. Shale yang sebenarnya
ditunjukkan pada zona di bawah Buda Limestone, dimana formasi tersebut
mempunyai intensitas unsur potassium dan thorium yang tinggi, namun
mempunyai kada unsur uranium yang rendah. Respon tiap mineral pada batuan
terhadap unsur thorium dan potassium ditunjukkan pada Gambar 4.5.
135
Gambar 4.5. Respon Mineral Clay Dan Mineral Lainnya Terhadap Thorium
Dan Potassium
136
= konstanta ( = 3,14 )
Normal log device terdiri dari dua kurva defleksi, yaitu :
1. Short normal device , dengan jarak spacing 16”. Digunakan untuk
mengukur tahanan formasi terinvasi air filtrat ( Rxo ).
2. Long normal device, dengan jarak spacing 64”. Digunakan untuk
mengukur tahanan formasi tidak terinvasi lumpur ( Rt ).
R .i 1 1
V=
[ −
4 π AM AN ] ............................................................
... (4-4)
Gambar 4.10. Skema Rangkaian Dasar Lateral Device
(Dewan, J.T., Modern Open-Hole Log Interpretation, 1985)
Persamaan (4-4) diturunkan dengan anggapan bahwa formasi bersifat
homogen dan lapisannya cukup tebal. Secara praktis, harga tahanan formasi yang
dicatat conventional resistivity log adalah tahanan semu ( Ra ), bukan tahanan
formasi yang sebenarnya ( Rt ), hal ini karena dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut : diameter lubang bor (d), ketebalan lapisan (h), tahanan lumpur
(Rm), diameter infasi filtrat lumpur (Di), tahanan zona invaded (Ri) dan uninvaded
(Rt), serta tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya (Rs). Untuk mendapatkan
harga Rt maka perlu dilakukan penyesuaian dengan beberapa aturan pemboran
baik untuk kurva normal maupun lateral log.
4.1.2.2. Laterolog
143
A. Laterolog 7
Alat ini terdiri dari elektroda yang ditempatkan di tengah-tengah sonde
diantara 3 pasang elektrode lainnya, masing-masing M1 dan M2, M1’ dan M2’, dan
A1 dan A2. Ketiga pasangan elektroda tersebut dipasang secara simetris terhadap
elektroda tengah A0.
Prinsip kerja laterolog ini adalah dengan cara mengirimkan arus yang konstan
Io mendekati elektroda Ao, dan elektroda A1 dan A2 diatur arus sedemikian rupa
agar potensial M1 dan M2, M1’ dan M2’ adalah sama. Karena perbedaan potensial
ini dipertahankan sama dengan nol, tidak ada arus yang mengalir dari A o pada
lubang antara M1 dan M1’, M2 dan M2’.
Dengan demikian arus dari Ao akan terfokuskan dan masuk jauh ke dalam
formasi secara horizontal. Oleh karena ketebalan Io digunakan 32”, maka alat ini
lebih baik untuk merekam lapisan yang tipis, dibandingkan dengan log listrik
normal device.
B. Laterolog 3
Alat ini merupakan pengembangan dari Laterolog 7. Prinsip pengukurannya
sama dengan Laterolog 7, tapi pada Laterolog 3 menggunakan elektrode yang
besar, Ao dan dua elektrode panjang (5 ft) ditempatkan secara simetris terhadap A o
tersebut.
144
Gambar 4.11. Skematis Dari Elektrode Yang Difokuskan Untuk LL-7 Dan
LL-3
(Dewan, J.T., Modern Open-Hole Log Interpretation, 1985)
kompensasi pengaruh kerak lumpur dalam lubang bor (lihat skema FDC pada
Gambar 4.19.).
Densitas yang terbaca oleh tiap detektor adalah tidak sama, jika kerak
lumpur lebih berat daripada formasi maka akan terbaca densitas yang lebih tinggi,
dan sebaliknya untuk kerak lumpur yang lebih rendah. Perbedaan antara densitas
sumbu panjang dan sumbu pendek memberikan besarnya koreksi yang harus
ditambahkan atau dikurangkan kepada detektor sumbu panjang. Koreksi
dikerjakan secara otomatis dan kedua kurva ditampilkan. Adapun contoh rekaman
log FDC dapat dilihat pada Gambar 4.20.
Hubungan porositas dan density log untuk formasi bersih (clean formation),
didapat persamaan :
ρb =φ . ρf + ( 1−φ ) . ρ ma ................................................. (4-6)
dimana :
ρb =ρ a
156
ρb =φ . [ S xo . ρ mf + ( 1−S xo ) . ρ h ] + ( 1−φ ) . ρ ma
........................
. (4-7)
dimana :
Sxo = saturasi fluida pada flushed zone, fraksi
mf = densitas mud filtrat, gr/cc
h = densitas hidrokarbon, gr/cc
............. (4-8)
dimana :
Shr = (1 – Sxo), fraksi
158
P = ppm/106
Adanya mineral clay dalam formasi akan mempengaruhi pembacaan densitas,
oleh karena itu dalam pembacaan b perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat
ditulis sbb. :
dimana :
clay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %
Pe ρa Uma
Dolomite 4.14 2.98 9.00
Gamping 5.08 2.71 14.77
Pasir 1.08 2.65 4.79
Mineral
Anhydrit 5.05 2.96 14.95
Gypsum 4.99 2.35 14.56
Halite 4.65 2.04 10.34
Chlorit (basah) 6.30 2.76 21.20
Chlorit (kering) 6.33 2.79 21.20
Ilit (basah) 4.45 2.52 10.00
Ilit (kering) 4.55 2.63 10.30
Kaulonit (wet) 1.83 2.41 5.40
Lempung Kaulonit (dry) 1.84 2.44 5.43
Montmorillonit (basah) 2.04 2.12 5.84
Montmorillonit (kering) 2.30 2.52 6.53
Campuran 4.75 2.50 15.40
Glauconit (basah) 5.32 4.52 16.00
Glauconit (kering) 5.53 2.67 16.46
Muscovite 2.40 2.85 7.39
Mika Biotit 6.3 4.10 20.40
Felldspar (kering) 2.86 2.6 7.46
anthracite 0.161 1.683
Batubara
bituminous 0.180 1.383
Barit 267 4.09 1092
Hematit 21.48 5.15 107
Pyrit 16.97 5.00 85
Mineral
Siderit 14.97 4.89 57.1
Berat
Magnesit 0.83 2.98 2.47
Sylvit 8.51 1.862 16.3
Zicron 69.10 4.392 296
Air Tawar 0.358 1.00
Fluida Air Garam 200kppm 1.2 1.146
Hydrocarbon < 0.125 < 0.1
160
2.Ne
ρe =
N ......................................................................... (4-10)
Z
N e=N . ρb .
A ........................................................................
. (4-11)
ρe =( 2AZ ) . ρ b
.......................................................................
. (4-12)
2Z
=1
e = b jika A
dimana :
e = densitas elektron, gr/cc
N = bilangan Avogadro (N = 6,02 x 1023)
Ne = jumlah elektron per cc
Z = nomor atom (jumlah proton dalam inti atom, atau jumlah
elektron dalam satu atom stabil)
A = berat atom (berat satu atom dari unsur)
161
Untuk sebagian besar formasi, densitas yang terbaca oleh LDT apparent
density (a) adalah ekivalen dengan densitas yang sebenarnya (lihat Tabel IV-1).
Bila densitas formasi (b) telah ditentukan, maka dapat dihitung
porositasnya. Ketika LDT mengukur densitas formasi, nilai dari densitas yang
diukur tersebut tergantung pada densitas batuan, jumlah ruang pori matrik, dan
densitas dari cairan pengisi ruang pori. Hubungan densitas dengan porositas yang
dinyatakan dalam suatu persamaan adalah sama dengan yang digunakan untuk
FDC.
sebagai porosity tool pada batuan dengan porositas rendah sampai sedang, dan
dapat juga digunakan untuk korelasi batuan. Variasi ukuran lubang bor dan
casing, serta semen di belakang casing akan mengurangi ketelitian pengukuran
neutron log.
dimana :
Nlog = porositas kurva neutron log
N = porositas neutron yang sebenarnya
Vclay = kandungan clay dalam batuan formasi
Nclay = pembacaan kurva neutron log pada formasi shale 100%
4.1.4.2.1. Gamma Neutron Tool (GNT)
GNT merupakan jenis porosity tool tidak langsung, yaitu hasil dari log GNT
tidak menunjukkan porositas secara langsung (Gambar 4.20.), selain itu hasil log
GNT juga banyak dipengaruhi oleh kondisi lubang bor. Alat GNT menggunakan
sebuah detektor yang sensitif dan berenergi tinggi untuk menangkap radiasi
gamma ray dan thermal neutron, dan alat ini dapat diturunkan pada cased hole
maupun uncased hole.
Porositas yang didapatkan dari pengukuran sumur cased hole hasilnya kurang
tepat, hal ini disebabkan oleh faktor berat dan posisi casing, kondisi semen di
belakang casing, dan banyak faktor lainnya. Untuk mengurangi efek dari lubang
bor, alat GNT diturunkan dengan posisi yang tepat yaitu di tengah-tengah lubang
bor.
164
GNT merupakan tipe alat yang didisain untuk kondisi khusus yaitu lubang
bor dengan temperatur tinggi dan berdiameter relatif kecil, yaitu 1 11/16, 2 5/8,
dan 3 5/8 in. Jarak detektor dengan sumbernya (spacing) biasanya 15,5 in atau
19,5 in.
Alat CNT dapat digunakan pada kondisi lubang bor berisi fluida (liquid-filled
hole) baik pada cased hole maupun open hole, serta untuk lubang sumur
berdiameter 1 11/16 dan 3 3/8 in.
Persamaan yang digunakan untuk merespon neutron pada formasi yang
mengandung hidrokarbon adalah sebagai berikut :
dimana :
N = porositas neutron, fraksi
A = koefisien fraksi (= 1)
Shr = saturasi hidrokarbon, fraksi
ppm
P = 106 (= 0)
h = densitas hidrokarbon (h 0,7), gr/cc
mf = densitas mud filtrat (lumpur), gr/cc
Sedangkan persamaan yang digunakan dengan adanya pengaruh clay adalah sbb. :
c. Kandungan air
Adanya kandungan air dalam batuan menyebabkan t cenderung membesar.
d. Kandungan minyak
Air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara yang lebih baik
dibanding dengan minyak, sehingga adanya minyak dalam batuan akan
memperkecil harga t.
e. Kandungan gas
Gas merupakan penghantar suara yang kurang baik, sehingga pantulan suara
akan lambat diterima oleh receiver. Dengan demikian, adanya gas akan
memperkecil harga t.
170
Tabel IV-4.
Tabel Vma Dan T Untuk Berbagai Lithologi
(Harsono, Adi,. "Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log", 1997)
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat
sebagai identitas lithologi, korelasi, dan sebagai identitas adanya formasi tekanan
abnormal. Contoh hasil rekaman log sonic dapat dilihat pada Gambar 4.29.
172
a. Spud Mud/Natural Mud, lumpur ini merupakan lumpur yang biasa digunakan
pada permulaan pemboran (pemasangan casing conductor), sehingga tidak akan
berpengaruh pada logging.
maka invasi filtrat lumpur akan jauh, tapi jika porositas besar dan walaupun
permeabilitas juga besar maka invasi filtrat lumpur akan dangkal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi diameter filtrat lumpur atau diameter
zona yang terinvasi antara lain :
1. Jenis lumpur.
2. Perbedaan tekanan antara lumpur dan formasi.
3. Permeabilitas batuan.
4. Porositas batuan.
5. Proses pemboran.
Jenis Lumpur
Jumlah air filtrat yang terinvasi ke dalam formasi tergantung kepada
additive dan tipe material yang digunakan untuk membuat lumpur. Setiap jenis
lunpur akan mempengaruhi diameter invasi, terganung kepada sifat water loss
dari lumpur tersebut.
Perbedaan Tekanan antara Lumpur dan Formasi
Perbedaan tekanan yang ada antara kolom lumpur dan formasi, dimana
tekanan kolom lumpur lebih besar dari tekanan formasi dengan maksud untuk
mencegah terjadinya kick dan akan menyebabkan air filtrat lumpur masuk ke
dalam formasi yang permeabel. Gambaran rata-rata beda tekanan yang bagus
adalah kurang lebih 100 psi.
Permeabilitas Batuan
Mud filtrat akan masuk ke dalam formasi yang permeabel, sehingga
permeabilitas batuan yang besar akan mendukung masuknya mud filtrat mencapai
kedalaman invasi yang cukup jauh. Tetapi dengan bertambahnya waktu,
kemudahan masuknya mud filtrat ke dalam formasi semakin menurun seiring
dengan terbentuknya mud cake.
Porositas Batuan
Mud filtrat akan masuk ke formasi yang porous, sehingga porositas batuan
merupakan faktor penentu kedalaman invasi. Porositas batuan besar maka
kedalaman invasi semakin menurun, karena formasi yang mempunyai volume
pori per foot yang besar, kapasitas penyimpanan mud filtrat akan besar pula. Mud
179
filtrat yang masuk ke dalam formasi yang memilki porositas batuan besar akan
memenuhi pori batuan terlebih dahulu sebelum invasi lebih jauh. Sehingga
kedalaman invasinya lebih dangkal bila dibandingkan dengan formasi yang
memilki porositas batuan kecil.
Diameter invasi mud filtrat merupakan fungsi dari porositas dan secara
umum dapat dikelompokkan menjadi :
ϕ > 20 %, Di = 2d
20 % > ϕ > 15 %, Di = 3d
15 % > ϕ > 10 %, Di = 4d
10 % > ϕ > 5 %, Di = 10d
Keterangan :
Di = diameter invasi mud filtrat, ft
d = diameter lubang bor, ft
ϕ = porositas, %
Proses Pemboran
Proses pemboran juga berpengaruh terhadap kedalaman invasi mud filtrat,
karena selama proses pemboran memungkinkan mud cake yang sebelumnya
sudah terbentuk pada dinding sumur mengalami kerusakan (terkikis sebagian atau
total). Kerusakan dari mud cake ini mengakibatkan proses invasi terulang lagi
untuk membentuk mud cake baru, sehingga mud filtrat semakin bertambah dan
invasinya semakin dalam.
4.2.1.4. Kondisi Lubang Bor
Adanya kondisi lubang bor yang kurang baik dapat mempengaruhi
pembacaan parameter-parameter reservoir. Kombinasi logging dipengaruhi oleh
adanya selubung lubang bor atau casing. Tidak semua alat logging dapat
menembus casing. Data-data pemboran yang didapat untuk mengetahui kondisi
lubang bor antara lain : diameter lubang bor, diameter bit yang mendeteksi
terjadinya guguran pada dinding lubang bor, dan kedalaman lubang bor.
4.2.1.5. Ketebalan Lapisan Porous
Setiap jenis log akan mengukur karakteristik formasi porous dengan akurat
apabila ketebalan lapisan yang diukur lebih besar dari jarak (spasi) antar
180
elektrodanya. Maka data ketebalan lapisan akan menjadi acuan dalam pemilihan
setiap jenis log, khususnya jenis log resistivity. Sebagai contoh, jka ketebalan
lapisan porous tipis – tipis disarankan menggunakan jenis alat log yang
mempunyai sistem difokuskan ( microspherical focus log, laterolog, induksi log ).
4.2.1.6. Distribusi Porositas dan Resistivitas
Pada dasarnya semua logging dirancang dengan batasan pengukuran
tertentu. Oleh karena itu, memilih porosity tool maupun resistivity tool yang
sesuai perlu memperhatikan distribusi porositas dan resistivitas batuannya.
Dengan mengetahui variasi harga ini, maka dapat ditentukan porosity tool dan
resistivity tool yang sesuai.
Batuan unconsolidated untuk formasi yang bersih dari clay (clean sands)
porositasnya lebih besar dari 25%, sedangkan untuk shaly sand mempunyai
porositas lebih dari 20%, biasanya mempunyai tahanan batuan antara kecil sampai
menengah (low resistivity-moderate resistivity). Moderately consolidated
memiliki porositas antara 15% - 20% , biasanya mempunyai tahanan formasi
batuan sedang (intermediate resistivity). Batuan yang tight mempunyai porositas
batuan yang kecil atau dibawah 15%, sehingga mempunyai tahanan batuan sangat
tinggi (high resistivity).
Untuk mengetahui distribusi porositas dan resistivitas batuan, dapat
dilakukan pendekatan dengan mengolah data porositas dan resistivitas hasil
pengukuran logging dari sumur eksplorasi dengan metode statistik. Hasil analisa
stastistik ini biasanya disajikan dalam bentuk grafik frekuensi, seperti grafik
histogram dan grafik polygon.
4.4. Interpretasi Logging
Hasil rekaman sifat-sifat batuan dapat diinterpretasikan baik interpretasi
secara kualitatif maupun kuantitatif. Interpretasi kualitatif log didasarkan atas
bentuk (defleksi) kurva dari log yang tergambar dalam slip log, yang umumnya
dipengaruhi oleh jenis lithologi, kandungan fluida dan mineralnya. Dari
interpretasi ini dapat ditentukan lapisan porous permeabel, pada kedalaman berapa
lapisan tersebut berada, batas-batas dan ketebalan lapisan, serta kandungan dalam
batuan formasi. Setelah dilakukan interpretasi kualitatif, langkah selanjutnya
181
- Dari LDL diketahui nilai shear dan compessional travel time (ts dan tc). apabila
ts/tc = 1,9 maka jenis batuannya adalah limestone.
4.4.1.4. Identifikasi Minyak, Gas dan Air
Identifikasi minyak, gas dan air dapat dilakukan dengan mengamati
resistivity log dengan mendasarkan kepada sifat air, minyak dan gas. Karena
minyak mempunyai sifat resistivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air,
maka pada kurva log menunjukkan harga yang tinggi dibandingkan dengan air.
Gas dan minyak dibedakan dengan ketajaman kurva, dimana gas akan lebih tajam
kurvanya dikarenakan sifatnya yang lebih resistif daripada minyak. Sedangkan
batas minyak dan air ditentukan oleh perubahan resistivitas dari besar ke kecil.
Hasil pengamatan dari resistivity log dibandingkan terhadap hasil
pengukuran log FDC-CNL. Air dan minyak mempunyai indeks hidrogen yang
tinggi, sehingga pada kurva log akan menunjukkan harga yang rendah. Sedangkan
gas menunjukkan indeks hidrogen tinggi pada kurva neutron, tetapi densitas gas
lebih kecil daripada air dan minyak. Adanya gas, minyak dan air bisa ditandai
dengan adanya separasi antara kurva neutron dan density. Gas teridentifikasikan
dengan separasi yang lebih besar daripada minyak dan air, dimana kurva neutron
berada disebelah kanan kurva density. Dengan pengamatan sifat-sifat tersebut,
maka dapat diperkirakan kandungan fluida formasi.
4.4.1.5. Evaluasi Shaliness
Pada shale 100% Gamma-Ray Log dapat mendeteksi adanya tingkatan
radioaktif alam yang tinggi, sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan
gambaran adanya shale. Pada reservoar bersih biasanya mempunyai tingkatan
radioaktif yang rendah atau dapat disebut 0% shale. Dalam batuan reservoar shaly
tingkatan radioaktif tergantung dari kandungan shale.
Pada kurva SP adanya shale defleksi SP akan menurun (kekanan) mulai
dari defleksi SP pada formasi bersih pada formasi air (air asin).
Ada beberapa cara untuk menentukan adanya kandungan clay (Vclay) secara
kwantitatif, sebagai berikut :
1. Vclay SP Log.
Harga Vclay dari SP log ini dapat diturunkan dengan rumus sebagai berikut
185
SP log
V clay SP = 1 −
SSP ………………………………......................(4-20)
dimana :
SP log = pembacaan kurva SP pada formasi
SSP = harga pembacaan kurva SP maksimum
Vclay SP akan menjadi tinggi pada lapisan yang mengandung hidrokarbon,
karena defleksi SP tidak sebesar pada lapisan air asin. Oleh karena itu rumus
tersebut diturunkan dalam lapisan pasir yang berisi air dan mempunyai
tahanan batuan rendah sampai menengah serta baik untuk laminated shale.
2. Vclay Rt (resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif, quartz
serta tidak dijumpainya adanya porositas adalah tergantung dari tahanan clay
dan isi didalam clay itu sendiri. Kondisi ini dapat dinyatakan dalam rumus
Archie, sebagai berikut :
Rt = Rclay / (Vclay)b
Jika formasi yang ada porositas kecil dan berisi air akan menurunkan tahanan
batuan, sehingga :
(Vclay)Rt = (Rclay/Rt)1/b Vclay ………………………………......(4-21 )
dari penelitian diperoleh hasil bahwa :
- jika harga Rclay/Rt = 0,5 – 1, harga b = 1
- jika harga Rclay/Rt < 0,5 harga b = 2
186
dimana :
Rclay = tahanan lapisan clay yang berdekatan dengan lapisan prospek
Rt = tahanan batuan pada pengamatan.
Rlim = tahanan tertinggi pada lapisan hidrokarbon
3. Vclay GR (Gamma-Ray)
Bila tingkatan radioaktifitas clay konstan dan tidak ada mineral yang
radioaktif maka pembacaan gamma ray setelah dikoreksi terhadap kondisi
lubang bor dapat dinyatakan sebagai fungsi linear.
GR = A + B . Vclay …………………………………......(4-23)
Yang mana harga Vclay dapat ditulis :
GR − GR 1
V clay =
GR 2 − GR 1 ……………………………… ........
….(4-24 )
dimana :
GR1 = pambacaan gamma ray yang bersih dari clay
GR2 = pembacaan gamma ray pada material clay
187
Gambar 4.36.
Penentuan Porositas dari Density Log
(Dewan, J.T. : “Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, 1983)
ΦN f − ΦN
N=
ρb − ρ f
………………………………………………..(4-30)
Keterangan :
Δt = beda waktu interval dari log
ρf = densitas fluida (1.0 fresh mud dan 1.1 salt mud)
ρb = bulk density dari log
Фnf = porositas neutron fluida
Фn = porositas neutron dari log, porositas neutron ini dapat ditentukan
dari log CNL atau log Sidewall Neutron Porosity (SNP)
Pengalian 0,01 dimaksudkan supaya harga M dapat mempermudah
pemakain skala, Ф N dinyatakan dalam unit porositas limestone. Untuk fresh mud
(lumpur air tawar) diberikan harga Δt f = 189, f – 1,0 dan ФN f = 1,0. Metode M-N
plot didasarkan atas harga parameter matriks (Δtmax, ρma, ФNma) dan parameter
fluida. Untuk lebih jelasnya lihat gambar M-N plot.
Tabel IV-4. Harga Konstanta M* dan N*, Dihitung Berdasarkan Beberapa
Mineral
(Buku Panduan Praktikum Penilaian Formasi-UPN)
Salt Mud
Fresh Mud (ρ = 1)
(ρ = 1,1)
M N M N
Sandstone (1) (Vma = 18.000) Ø > 10% 0,810 0,628 0,835 0,669
Sandstone (1) (Vma = 18.000) Ø > 10% 0,835 0,628 0,862 0,669
Limestone 0,827 0,585 0,854 0,621
Dolomite (1) (Ø=5,5 hinga 30%) 0,778 0,516 0,800 0,544
Dolomite (2) (Ø=1,5% – 5,5% &
0,778 0,524 0,800 0,554
>30%)
Dolomite (2) (Ø=0,0 – 1,5) 0,778 0,532 0,800 0,561
Anhydrite 0,778 0,532 0,800 0,532
Gypsum 1,015 0,378 1,064 0,408
Salt 1,269 1,032
196
Gambar 4.40.
M-N Plot untuk Identifikasi Mineral
(Dewan, J.T. : “Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, 1983)
197
b. MID Plot
Metode cross-plot yang kedua untuk mengidentifikasi lithologi dan
porositas sekunder adalah MID (matrix identification) plot. Seperti M-N plot,
MID plot memerlukan : log neutron, log densitas dan log sonic. Langkah pertama
yaitu membuat sebuah MID plot untuk menentukan besarnya parameter batuan
nyata (ρma) dan (Δtma)a menggunakan grafik neutron-density dan sonic-density
yang sesuai. Besarnya densitas batuan nyata (ρma) dan beda waktu interval nyata
(Δtma)a kemudian diplot ke dalam grafik MID plot (Gambar 4.41)
Banyaknya kelompok pada segitiga tersebut dijelaskan oleh anggota akhir
kalsit, dolomite dan anhydrite menunjukkan bahwa lithologinya adalah anhydritic
limey dolomite (Gambar 4.41). Data-data menunjukkan bahwa titik-titik yang
terdapat diluar garis antara dolomite dan limestone adalah porositas sekunder.
198
- Menentukan Rmfc :
Rmfc =0 .85 xRmf ......................................(4-34)
c. Vclay GR (Gamma-Ray)
202
Bila tingkatan radioaktifitas clay konstan dan tidak ada mineral yang
radioaktif maka pembacaan gamma ray setelah dikoreksi terhadap kondisi lubang
bor dapat dinyatakan sebagai fungsi linear.
GR = A + B . Vclay…………………………………………...(4-41)
Yang mana harga Vclay dapat ditulis :
GR − GR 1
V clay =
GR 2 − GR 1 …………………………………………..(4-
42) Keterangan :
GR1 = pambacaan gamma ray yang bersih dari clay
GR2 = pembacaan gamma ray pada material clay
GR = pambacaan gamma ray pada material prospek
Bila ada material lain (selain clay) yang mengandung radioaktif, maka
harga Vclay akan menjadi besar.
GR − GR 1
V clay =
GR 2 − GR 1 ≥ Vclay ……………………………...(4-43)
d. Vclay N (Neutron)
Indeks Ф neutron dapat dinyatakan sebagai :
Ф N = Ф . Ф Nf + Ф Nclay . Vclay ………………………………………..(4-44)
Harga Vclay N dapat dicari dengan menggunakan :
(Vclay) N = Ф N / Ф Nclay ≥ Vclay ………………………………………..(4-45)
Keterangan :
ФN = harga Ф neutron pada pengamatan
Ф Nclay = harga Ф neutron dari lapisan clay yang berdekatan
4.4.2.5.Saturasi
a. Formasi Clean Sand/Carbonates
a . Rw
Sw =n
√ ∅m . Rt
................................................................................(4-46)
Keterangan :
Rw : resistivity air, ohm-m
203
√ 0 .8 x
c
−
m
2
Rmf ] xS
xo 2
n
…………………………..(4-
47)
Menentukan saturasi hidrokarbon sisa (Shr) :
S hr =1−S xo ………………………………….....................(4-48)
√ R clay
V clay
2 )
+
Φ
√ 0 .8 x
−
c
m
2
Rw ] xS
w2
n
1
2 φ3
k =250
S wi ……………................…………...........(4-
52)
2. Rumus Timur :
1
2 φ 2. 25
k =100
S wi ………..............………………............(4-
53)