Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GERIATRI DECOMPENSASI CORDIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen pengampu :

Disusun oleh :

1. Putu Bagus Darma Putra (010116A064)


2. Rara Dwi Vega P.S (010116A066)
3. Widyakusuma (010116A088)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,


Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
karunianya makalah ini dapat diselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
dengan judul makalah “ Asuhan Keperawatan Geriatri Decompensasi Cordis“.
Makalah ini merupakan salah satu pendukung untuk memenuhi kebutuhan Mahasiswa
dan Mahasiswi yang aktif, terampil, berani menyampaikan pendapat dan mampu bekerja sama
dengan rekan-rekannya. Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama kepada Dosen Pembimbing.
Semoga makalah ini bermanfaat, member motivasi serta semangat dalam hal
pembelajaran dari berbagai pihak.

Ungaran, 26 Maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan suatu organ kompleks yang fungsi utamanya adalah memompa darah
melalui sirkulasi paru dan sistemik (Ganong, 2010). Hal ini dilakukan dengan baik bila
kemampuan otot jantung untuk memompa, sistem katub serta pemompaan dalam keadaan
baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada fungsi jantung maka mempengaruhi efisiensi
pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan dalam memompa darah
(Hudak & Gallo, 2002). Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler yang salah satunya adalah
Decompensasi Cordis masih menduduki peringkat yang cukup tinggi, ini dibuktikan data dari
WHO (World Health Organisation) yang menunjukkan bahwa insiden penyakit dengan
sistem kardiovaskuler terutama kasus gagal jantung memiliki prevalensi yang cukup tinggi
yaitu sekitar 3.000 penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung dan setiap tahunnya
bertambah 550 orang penderita. Data dari American Heart Association (AHA) tahun 2004
menunjukkan gagal jantung sebagai penyebab menurunnya kualitas hidup penderita dan
penyebab jumlah kematian bertambah. Di Indonesia, data dari Departemen Kesehatan RI
tahun 2008 menunjukkan pasien yang diopname dengan diagnosis gagal jantung mencapai
14.449 pasien. Sedangkan pada tahun 2005 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita gagal
jantung yang pada umumnya adalah lanjut usia. Prevalensi gagal jantung di negara
berkembang masih cukup tinggi dan jumlahnya semakin meningkat, setengah dari pasien
yang terdiagnosa gagal jantung masih mempunyai harapan hidup 5 tahun (Rahmawati dalam
Harjani, 2012)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masalah kesehatan pada anak usia sekolah?
2. Bagaimana bahaya mengkonsumsi jajanan sembarangan?
3. Apa saja indicator kesehatan pada anak usia sekolah?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi pola makan?
5. Bagaiamana pelaksanaan keperawatan komunitas pada anak usia sekolah ?
6. Apa saja ruang lingkup asuhan keperawatan anak usia sekolah?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan komunitas pada anak usia sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada anak usia sekolah
2. Untuk mengetahui bahaya mengkonsumsi jajanan sembarangan
3. Untuk mengetahui indicator kesehatan anak usia sekolah
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola makan
5. Untuk mengetahui pelaksanaan keperawatan komunitas pada kelompok usia anak
sekolah
6. Untuk mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan anak usia sekolah
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas anak usia sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Lanjut Usia


1. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum,
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan Usia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia sebagai
berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia. d.
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80
tahun) (Efendi, 2009).
3. Perubahan-Perubahan pada Lansia
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan
kognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan
integumen.
o Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-lean body mass
ratio dan berkuranya cairan tubuh.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis karena
menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik
hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel yang
memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, pada
wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis atau botak dan warna
rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai
proteksi sudah menurun
1) Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.
2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan otot akibat
menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac output, berkurangnya heart rate
terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertaTn. Sanjang
dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah tebal, fibrosis.
4) Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50
%, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurang mampu mempekatkan urin, BJ urin menurun, proteinuria, BUN meningkat,
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun 200
ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih
sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran prostat
(75% usia di atas 65 tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya
renal blood flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun,
kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal menurun.
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas
cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlah
berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya maximal
oxygen uptake, berkurangnya reflek batuk.
6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik melemah
sehingga dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, produksi
saliva menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.
7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap), berkurangnya
atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang (berkurangnya luas
pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya daya
membedakan warna hijau atau biru pada skala dan depth perception).
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran timpani menjadi
atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen sehingga mengeras karena
meningkatnya keratin, perubahan degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba
eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.
10) Sistem syaraf
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikol, reaksi menjadi
lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas sel T, hantaran
neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.
11) Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH, TSH, FSH dan LH,
menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal metabolisme menurun, menurunnya
produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon gonads yaitu progesteron, estrogen
dan aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormon.
12) Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan uterus, atropi
payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya penurunan berangsur-
angsur dan dorongan seks menetap sampai di atas usia 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat menopause.
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega, asam, setelah
usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Dari
segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan
cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau
takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi. Faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi
mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja mendadak
diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan
bijaksana, mempersiapkan diri untuk pensiun dengan menciptakan minat untuk
memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun memberikan kesempatan untuk menikmati sisa
hidupnya. Tetapi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman
yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain
adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri lingkungan
sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan
fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan
dan tugas tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila tidak
ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: universalizing, perkembangan
yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.

B. Dekompensasi Cordis
1. Pengertian Decompensasi Cordis

Decompensasi cordis atau gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena normal
(Muttaqin, 2012). Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk
mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994) .
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi
kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung ( Tabrani, 1998; Price ,
1995). Decompensasi Cordis adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan darah
dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme danoksigen.
(Nugroho, 2011: 269) Dari beberapa definisi diatas dapat dsimpulkan bahwa Decompensasi
Cordis adalah ketidakmampuan jantung memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi
metabolisme tubuh, sehingga terjadi defisit penyaluran O2 ke organ-organ tubuh lainya.

2. Klasifikasi Decompensasi Cordis

Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New
York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas, yaitu:

1. Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.


2. Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari
tanpa keluhan.
3. Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
4. Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus tirah
baring.

3. Penyebab Dekompensasi Cordis


1) Dekompensasi Cordis Kiri
Decompensasi Cordis kiri terjadi karena gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri
sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan pada akhir diastolik dalam ventrikel
kiri meningkat. Hal ini menjadi beban atrium kiri dalam kerjanya mengisi ventrikel kiri saat
diastolik, akibatnya terjadi kenaikan rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan atrium kiri yang
meninggi menyebabkan hambatan pada aliran masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila
terus bertambah akan merangsang ventrikel kanan untuk berkompensasi dengan melakukan
hipertrofi dan dilatasi sampai batas kemampuan, bila beban tetap tinggi dimana suatu saat tak
teratasi lagi terjadilah gagal jantung kanan sehingga pada akhirnya terjadilah gagal jantung kiri
dan kanan.
2) Dekompensasi Cordis Kanan
Decompensasi Cordis kanan terjadi karena hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga
isi sekuncupnya menurun tanpa didahului adanya gagal jantung kiri. Akibat tekanan dan volume
akhir diastolik ventrikel kanan akan meningkat dan menjadi beban bagi atrium dalam mengisi
ventrikel kanan saat diastolik yang berakibat naiknya tekanan atrium kanan dan dapat
menyebabkan hambatan pada aliran masuk darah dari vena kava superior dan inferior ke jantung
pada akhirnya menyebabkan bendungan pada vena – vena tersebut (vena jugularrs dan vena
porta) bila berlanjut terus maka terjadi bendungan sitemik yang lebih berat dengan timbulnya
edema tumit dan tungkai bawah serta asites.
3) Dekompensasi Cordis Kongestif
Decompensasi Cordis congestif terjadi bila gangguan jantung kiri dan kanan terjadi bersamaan
dengan ditandai adanya bendungan paru dan bendungan sistemik pada saat yang sama.

4. Patofisiologi Dekompensasi Cordis


Bila kekuatan jantung untuk menapung stres tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh, jantung akan gagal untuk melakukan tugasnya sebagai organ
pemompa, sehingga terjala yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal, disfungsi komponen
pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah dan
kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting. Semua respon
ini menunjukan upaya tubuh untuk mempertahankan perfungsi organ vital normal. Sebagai
respon tehadap gagal jantung, ada tiga mekanisme respon primer, yaitu meningkatnya aktivitas.
Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal. Berdasarkan
hubungan antara aktivitas tubuh dengan keluhan dekompensasi dapat dibagi berdasarkan
klisifikasi sebagai berikut:
a. Pasien dengan Penyakit Jantung tetapi tidak memiliki keluhan pd kegiatan sehari-hari
b. Pasien dengan penyakit jantung yang menimbulkan hambatan aktivitas hanya sedikit,
akan tetapi jika ada kegiatan berlebih akan menimbulkan capek, berdebar, sesak serta
angina
c. Pasien dengan penyakit jantung dimana aktivitas jasmani sangat terbatas dan hanya
merasa sehat jika beristirahat.
d. Pasien dengan penyakit jantung yang sedikit saja bergerak langsung menimbulkan sesak
nafas atau istirahat juga menimbulkan sesak nafas.

5. Manifestasi Klinik
Menurut Ardiansyah (2012:28), manifestasi klinis dari Decompensasi Cordis meliputi :
a. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
b. pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat ataupun beraktivitas
c. Orthopnea, yaitu kesulitan bernafas saat penderita berbaring.
d. Proximal, yaitu nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi saat pasien duduk lama
dengan posisi kaki atau tangan dibawah atau setelah pergi berbaring ditempat tidur.
e. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan daha atau lendir.
f. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang sehingga
menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen.
g. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan.
6. Komplikasi
a. shock kardiogenik
Shock kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri. Dampaknya
adalah terjadi gangguan berat pada fungsi jaringan dan penhantaran oksigen ke jaringan.
Gejala ini merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus shock kardiogenik yang
disebabkan oleh infark miokardium akut. Gangguan ini disebabkan oleh kehilangan 40%
atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel, karena
ketidak seimbangan antara kebutuhan dan persendian oksigen miokardium
b. Edema paru-paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul di bagian tubuh
mana saja, termasuk factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paruparu
meningkat dari batas negatif menjadi batas positif. (Ardiansyah, 2012: 30).

7.
8. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit decompensasi cordis adalah sbb:
a. Perbaikan suplai oksigen /mengurangi kongesti : pengobatan dengan oksigen, pengaturan
posisi pasien deni kebcaran nafas , peningkatan kontraktilitas myocardial (obat-obatan
inotropis positif), penurunan preload (pembatan sodium, diuretik, obatobatan, dilitasi
vena) , penurunan afterload (obat0obatan dilatasi arteri, obat dilatasi arterivena, inhibitor
ACE
b. Meningkatkan oksigen dengan pemberian oksigen dan menurunkan kosumsi O2 melalui
istirahat/ pembatasan aktivitas
c. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
d. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia.
e. Digitalisasi, dosis Digitalisi :Digoksin oral untuk Digitalisasi cepat 0,5-2mg dalam 4-6
dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari. Digoksin iv 0,75-1mg
dalam 4 dosis selama 24 jam dan Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam. Dosis penunjang
untuk gagal jantung dengan dogoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien usia lanjut dan gagal
ginjal dosis disesuaikan. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat (Arif,
2000: 435)

C. Asuhan Keperawatan Gerontik


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Status kesehatan saat ini
c. Riwayat kesehatan
d. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
Pengumpulan data dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksanaan dilakukan dengan cara
inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran
adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya ingatan
menurun atau melemah,
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak. Pupil:
kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses pemenuaan,
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di bersihkan, apakah
ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi
denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah ada
keluhan pusing, edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,
kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan rongga mulut,
auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon,
apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil,
kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan sosial
yang mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan
luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut,
keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah
atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
e. Perubahan Psikologis
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4) mengatasi stres yang di alami
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
f. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
3) Dengan siapa dia tinggal
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi
8) Seberapa besar ketergantungannya,
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada
g. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya,
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
h. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
i. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg
j. Pengkajian status kognitif lansia
1) Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumla Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
h baru, semua secara menurun

Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat.
2) MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2016
b. Musim : Hujan
c. Tanggal: 07
d. Hari : Senin
e. Bulan : November
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang?
2 Registras 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1
i detik dan mengatakan asing-masing obyek.
a. Meja, Kursi, Bunga.
*Klien mampu menyebutkan kembali
obyek yang di perintahkan
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:
kalkulasi (93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung pertanyaan
semuanya.
4. Menging 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
at pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point
masing-masing obyek.
*Klien mampu mengulang obyek yang
disebutkan

5 Bahasa 9 8 Tunjukkan pada klien suatu benda dan


tanyakan nama pada klien
a. Missal jam tangan
b. Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut:
“tidak ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar
nilai satu poin
a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada,
tetapi
Minta klien untuk menuruti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah.
“ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai”
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
*Klien bisa menyebutkan benda yang
ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa
mengambil kertas, melipat jadi dua, dan
menaruh di bawah sesuai perintah. klien dapat
menulis satu kalimat.

Total 29
Nilai

k. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)


PERTANYAAN JAWABAN SKOR
YA/ TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat Ya 1
atau kesenangan anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0
Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya 0
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya 0
Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi Ya 1
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Tidak 0
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya 0
menyenangkan?
Apakah anda merasa berharga? Ya 1
Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada Tidak 0
anda?
Jumlah 3

Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi

l. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus


Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas penuh Sangat terbatas Agak Terbatas Tidak terbatas
Kelembapan Lembab Sangat lembab Kadang lembab Jarang Lembab
konstan
Aktifitas Di tempat tidur Dikursi Kadang jalan Jalan Keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat terbatas Kadang terbatas Tidak Terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Adekuat Sempurna
Gerakan/ Masalah Masalah Resiko Tidak Ada Sempurna
cubitan Masalah
Total skor = 22
Keterangan :
Paisien dengan total nilai :
a. <16 mempunyai risiko terkena dekubitus
b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. <13 risiko tinggi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, peningkatan
afterload dan konduksi elektrikal.
b. Ketidakefetifan pola nafas b.d pengembangan paru tidak optimal, dan edema
paru.
c. Kelebiham volume cairan b.d retensi natrium dan air, serta penurunan perfusi
renal.
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke otak dan
jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
e. Gangguan pertukaran gas b.d edema pulmonal
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
nutrisi, mual, muntah dan anoreksia.
g. Ansietas b.d penurunan status kesehatan dan sesak nafas.
h. Gangguan pemenuhan istirahat tidur b.d batuk, penumpukan sekret.

3. Intervensi Keperawatan
NANDA NOC NIC
00026 0601 Keseimbangan Cairan 4120 Manajeman Cairan
Kelebihan asupan cairan Definisi : Definisi :
berhubungan dengan Keseimbangan cairan di dalam Meningkatkan keseimbangan cairan
penurunan keluaran urine, ruang intraselular dan ekstraselular dan pencegahan komplikasi yang
diet berlebihan, dan retensi tubuh dihasilkan dari tingkat cairan tidak
cairan dan natrium Setelah dilakukan tindakan normal atau tidak diinginkan.
Definisi : keperawatan selama 3x24jam Aktivitas-aktivitas :
Peningkatan cairan isotonic diharapkan status kesehatan pasien -
Batasan karakteristik : membaik dengan kriteria hasil : status pasien
- Dispnea - Tekanan darah membaik -
- Edema dari skala 3 ke skala 5 dan catat output pasien
- Ketidakseimbangan - Denyut nadi membaik -
elektrolit dari skala 3 ke skala 5 -
- Kongesti pulmonal - Keseimbangan intake -
- dan output dalam 24jam -
dari skala 3 ke skala 5 -
- Berat badan stabil dari -
skala 3 ke skala 5 pasien sebelum dan sesudah
- Turgor kulit membaik dialysis
dari skala 3 ke skala 5 -
- Edema perifer membaik dikonsumsi
dari skala 3 ke skala 5 -
-
0602 Hidrasi
-
Definisi :
pengenceran hiponatremia
(ketersediaan) air yang cukup
dalam kompartemen intraseluler 4130 Monitor Cairan
dan eksraseluler tubuh. Definisi :
Setelah dilakukan tindakan Pengumpulan dan analisis data pasien
keperawatan selama 3x24jam dalam pengakuratan keseimbangan
diharapkan status cairan pasien cairan
membaik dengan kriteria hasil : Akivitas-aktivitas :
- Turgor kulit membaik - Tentuka
dari skala 3 ke skala 5 n jumlah dan jenis intake/asupan
- Membrane mukosa cairan serta kebiasaan eliminasi
lembab dari skala 3 ke - Tentuka
skala 5 n factor resiko ketidakseimbangan
- Intake cairan membaik cairan
dari skala 3 ke skala 5 - Tentuka
- Perfusi jaringan n apakah pasien mengalami
membaik dari skala 3 ke kehausan atau gejalan perubahan
skala 5 cairan
- Fungsi kognisi membaik - Periksa
dari skala 3 ke skala 5 isi ulang kapiler
- Haus hilang dari skala 3 - Periksa
ke skala 5 turgor kulit
- Warna urin keruh hilang - Monitor
dari skala 3 ke skala 5 berat badan
- Monitor
asupan dan pengeluaran
- Monitor
nilai kadar serum albumin dan
protein local
- Monitor
kadar serum dan osmolalitas urine
- Monitor
tekanan darah, denyut jantug dan
status pernafasan.
- Monitor
membrane mukosa, turgor kulit
dan respon haus
- Monitor
distensi vena leher, ronki di paru-
paru, edema perifer dan
penambahan berat badan

Anda mungkin juga menyukai