TRIDARA FEBRUALUKI
NPM 09180000069
JAKARTA
2021-2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER
A. Pengertian
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan
suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan
arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran
darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan
oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang
berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak
permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct).
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan
penyebab utama kematian di USA. Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan
angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan
upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-
sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genesis (Kaplan & Stamler, 1991).
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu
kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan
berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan &
Stamler, 1991).
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan
ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada. Berbagai faktor resiko yang ada
antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler,
1991).
Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari miokardium
yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen. Oksigen
di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di
bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen
yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2),
yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan
tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-
sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak
dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian
dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi
kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai
predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu
fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi
hipokinetik. Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac
output, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri
semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris,
penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi
permanen pada arteri koronari. Ateroma pada arteri koronaria menyebabkan stenosis, yang dapat
Penel Itian menunjukkan bahwa stenosis sebesar 60% atau lebih menyebabkan iskemia
miokard , yang oleh penderita dirasakan sebagai nyeri khas yang disebut angina pektoris.
Nyeri angina pektoris yang khas adalah nyeri retrosternal seperti ditekan, yang sering menjalar
kearah lengan kiri dan leher kiri ke rahang dan telinga kiri.
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12
bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit
arterosklerosis dan arteriosklerosis sehingga ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahun lebih
cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan
tekanan darah yang mengakibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekanan
dalam beberapa cara terlibat langsung. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah
kerusakan vaskular.
E. Diagnostik
3. Pemeriksaan fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian
menunjukkan bahwa banyak terdapat hasil yang positif palsu maupun negatif palsu.
5. Dalam hal – hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan – bahan radio aktif
6. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit
jantung koroner.
7. Pemeriksaan rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna
untuk menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang.
1. Menghentikan , atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara
- Tidak merokok
- Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
- Aritmia
- Gagal jantung
4. pengobatan revaskularisasi
bila dengan penggunaan obat – obatan keluhan penderita tak dapat diatasi sehingga mengganggu
kualitas hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa terdiri dari
- Angioplasti koroner
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nafas sesak dan nyeri dada
Alasan MRS Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh sesak dan
nyeri dada, sesak bertambah jika aktifitas, keadaan lemah dan nafsu makana menurun
Keluhan waktu didata Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan bisa visus
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyakit vaskuler : HT, penyakit metabolik :DM
g. Sirkulasi
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya
capilary refill time, disritmia. Suara jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin
ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart
rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal
jantung.
h. Eliminasi
i. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan
j. Hygiene perseorangan
mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi mandi, kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut,
kuku dan pakaian dan kemampuan serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri.
k. Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien akan penyakitnya
l. Data Sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaimana peran klien dirumah dan dirumah
sakit.
m. Data Spiritual
Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan agama yang dianut
n. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara umum, focus pada dada, jantung, paru, integument dan visus
o. Studi diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T
inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan
adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai
puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau
akut.
arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/
aktivitas.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada
arteri koronaria.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan
rasa nyeri dada, menunjukan adanya penurunan tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
6. Kolaborasi dalam:
- Pemberian oksigen.
kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak
adanya angina.
Rencana:
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas.
c. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama,
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Rencana:
1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan
7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.
d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah,
hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Rencana:
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
e. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Rencana:
5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.
Kaplan, Norman M., 1991, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai penerbit
buku kedokteran EGC.