Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TRANSPORTASI DALAM

MENYONGSONG ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


(Tugas Harian)

Oleh

FAHRIZAL
1715011036

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

Secara garis besar alat transportasi dapat kita kelompokkan menjadi tiga yaitu
transportasi darat, air dan udara.

1. Transportasi darat
Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi yang masih
sederhana. Sebelum ditemukan mesin, alat transportasi seperti pedati, delman,
dan kuda merupakan alat transportasi andalan. Teknologi transportasi tersebut
masih menggunakan tenaga hewan dan manusia. Kemampuan jelajahnya juga
masih sangat terbatas dan memerlukan waktu yang lama. Sekarang orang
masih menggunakan alat transportasi tersebut namun tidak menjadi alat
utama. Seringkali kuda dan delman digunakan sebagai sarana rekreasi saja.
Sejak ditemukan mesin uap, berkembang pula kendaraan bermesin lainnya.
Alat transportasi bermesin seperti sepeda motor, mobil, kereta api merupakan
alat transportasi yang modern. Dengan alat transportasi tersebut, jarak jauh
dapat ditempuh dalam waktu yang singkat.

2. Transportasi air
Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi air seperti perahu
dayung, rakit, dan perahu layar. Perahu dayung dan rakit digerakkan oleh
kekuatan tenaga manusia. Sedangkan perahu layar digerakkan oleh tenaga
angin dan tenaga manusia. Seiring dengan ditemukannya mesin bermotor,
masyarakat kini menggunakan perahu bermotor dan kapal sebagai alat
transportasi air. Kapal-kapal modern dapat mengangkut barang berton-ton
serta dapat menempuh jarak yang sangat jauh. Bahkan kini sebuah kapal
besar dapat digunakan sebagai landasan pesawat tempur. Kapal ini
dinamakan kapal induk.
3. Transportasi udara
Kamu tentu pernah melihat pesawat terbang, baik secara langsung maupun
lewat televisi. Pesawat terbang merupakan angkutan udara yang sangat
canggih. Perjalanan pesawat terbang lebih cepat dibandingkan dengan
angkutan darat atau angkutan laut. Sekarang terdapat berbagai jenis alat
angkutan udara antara lain helikopter, pesawat tempur serta pesawat
penumpang. Bahkan kini manusia dapat menjelajah luar angkasa dengan
menggunakan pesawat luar angkasa.
II. PEMBAHASAN

Demam Industry 4.0 di Indonesia


Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu telah meresmikan roadmap strategi
Indonesia menghadapi era revolusi Industru 4.0 tersebut. Beberapa negara-negara
maju masih awal mengembangkan industri 4.0 ini seperti Jerman baru 3 tahun,
Amerika baru mulai. ASEAN baru Thailand, Singapura, dan Malaysia yang
menyiapkan, sehingga dengan Indonesia punya roadmap diharapkan dapat
mengejar ketertinggalan tersebut.
Mengutip laporan lembaga riset McKinsey pada 2015, dampak revolusi industri
4.0 akan tiga ribu kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad ke-19.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan roadmap Making
Indonesia 4.0 disusun dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai
dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi,
maupun lembaga riset dan pendidikan. Keterlibatan banyak pihak ini diharapkan
dapat memuluskan jalannya implementasi industri 4.0 di Indonesia yang sudah
dirancang sejak dua tahun lalu.
Dalam Making Indonesia 4.0, terdapat 10 inisiatif nasional yang bersifat lintas
sektoral untuk mempercepat perkembangan industri manufaktur. Airlangga
mengatakan di dalamnya terdapat perbaikan alur distribusi barang dan material,
membangun peta jalan zona industri komprehensif dan lintas industri,
mengakomodasi standar berkelanjutan, serta memberdayakan industri kecil dan
menengah.
Pemerintah juga merancang strategi pembangunan infrastruktur digital nasional,
menarik minat investasi asing, peningkatan sumber daya manusia, dan
pembangunan ekosistem inovasi. Selain itu ada rancangan insentif untuk investasi
teknologi dan harmonisasi aturan.
Industri 4.0 di Indonesia akan dimulai dengan pengembangan lima sektor
manufaktur yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian,
industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronik. Airlangga menuturkan
sektor tersebut dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria
kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi
dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar

The Hidden Effects


Tentunya sebagai warga negara yang baik, kita harus optimis dan berkhusnudzon
dengan konsep roadmap Industri 4.0 yang akan dijalankan pemerintah tersebut.
Betapa nantinya Indonesia bisa lebih baik dan bersaing dengan negara – negara
maju lainnya.
Namun, tentunya disisi lain kita perlu memikirkan pula effects yang secara tak
langsung akan muncul ditengah – tengah masyarakat kita ketika implementasi dari
roadmap ini benar – benar dijalankan sehari – hari diruang kehidupan social
mereka yang mostly masih bersifat “konvensional”.
Ya, kenapa saya katakan demikian ? Karena perlu ditinjau dari beberapa aspek
khususnya demografis dan psikologis. Jika berbicara aspek demografis, maka
perlu diingat bahwa Indonesia itu tidak hanya wilayah Jawa saja ( yang notabene
jumlah penduduk, dan sarana prasarana lebih baik dari wilayah timur Indonesia).
Pun dari aspek psikologis, seperti yang dikatakan dalam hasil riset McKinsey
bahwa dampak perubahan ini akan lebih besar ribuan kali dari revolusi industry
sebelumnya. Apakah masyarakat Indonesia sudah siap dengan segala sesuatu yang
serba automatic ? Bagaimana pola pikir dan sikap masyarakat jika dihadapkan
dengan masalah “maintenance” dari canggihnya teknologi yang dinikmati nanti ?
Sebagai contoh saja, yang saat ini lagi ramai pula diributkan dan masih belum
menemukan titik temu antar stakeholdersnya adalah masalah aplikasi transportasi
online ( sejenis Go-Jek dan lainnya). Bagaimana “heboh”nya mereka penyedia
jasa transportasi local yang masih menggunakan system konvensional ketika
dihadapkan dengan persaingan bisnis transportasi yang sudah serba online.
Bayangkan jika suatu saat ini, beberapa sector bisnis yang masih bertahan dengan
system konvensional/ tradisionalnya harus bersaing dengan bisnis tetangga
sebelah yang sudah serba online.
Untuk itu tugas berat pemerintah dengan pemangku kepentingan terkait untuk
mendesain dengan komprehensif dan detail dampak kedepan ketika era Industri
4.0 ini telah berjalan ditengah – tengah masyarakat Indonesia. Pentingnya Grand
Design lintas sectoral untuk dapat mengurangi dampak negative dari ego sectoral
tersebut nantinya.
III. PUNUTUP

 Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand)


akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya.
 Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang
peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah
satu dengan daerah yang lain.
 Kebanyakan dari negara maju menganggap pembangunan transportasi
merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian. Ada baiknya
pemerintah memperhatikan hal tersebut.

 
DAFTAR PUSTAKA

L. N. Kusuma , Tri Wijaya, Journal of System & Management Industry (JSMI),


Malang ; Ncu Taiwan

rief, Abbas. 1993. Manajenen Transportasi, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.

Kamaludin, Rustian. 1986. Ekonomi Transportasi, Jakarta; Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai