Anda di halaman 1dari 18

RESUME

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Oleh :
KHOIROTUN MAULIDA
NIM.151911913014

Dosen Mata Kuliah :


Ilkafah S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
Pada era globalisasi saat ini, Indonesia dihadapkan pada perubahan-perubahan di
segala bidang yang bertujuan untuk menciptakan keadaan negara yang lebih baik. Salah satu
dampak perubahan tersebut dapat terjadi dalam dunia kesehatan khusunya bidang
keperawatan. Keperawatan adalah salah satu bentuk layanan atau asuhan yang profesional
memiliki sifat humanistis, memakai pendekatan yang menyeluruh, dilaksanakan berdasarkan
pengetahuan dan ilmu keperawatan serta berorientasi pada kebutuhan nyata dari pasien,
meninjau langsung pada standar profesional keperawatan dan menjadikan etika keperawatan
sebagai landasan utama tuntutan kerja (Nursalam, 2015). Pemberian layanan keperawatan
adalah salah satu bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit mempunyai
tanggungjawab untuk memberi pelayanan optimal melalui tenaga keperawatan yang memiliki
tugas dalam mencapai dan mempertahankan mutu selama 24 jam, dengan berkesinambungan
yang dipimpin oleh pemimpin keperawatan sebagai salah satu dari ujung tombak rumah sakit,
dimana memerlukan sebuah sistem dalam melakukan tindakan keperawatan (Asriani et al.,
2012).

Pada abad 21 sekarang ini, dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. dalam
sebuah forum para pakar ekonomi dunia menyebutkan revolusi industri 4.0 adalah revolusi
berbasis cyber physical system (World Economic Forum, 2016). Di era revolusi 4.0 teknologi
informasi telah menjadi basis utama dalam kehidupan manusia. Kemajuan ini memungkinkan
terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Teknologi dengan pendekatan baru yang
menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola
hidup dan interaksi manusia dengan pekerjaannya (Tjandrawinata, 2016).

Seluruh bentuk kecakapan dan keterampilan di abad 21 dan era industri 4.0 yang
dibutuhkan oleh perawat harus diintegrasikan ke dalam elemen peran dan fungsi sebagai
perawat professional yang telah di tuangkan dalam Undang-Undang Keperawatan No 38
Tahun 2014, seperti; pemberi asuhan keperawatan, sebagai penyuluh dan kolnselor bagi
klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang, dan pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan.

Tantangan revolusi 4.0 juga akan mempengaruhi pelayanan sektor kesehatan hal ini
dapat menjadi peluang bagi setiap para profesi kesehatan dalam hal ini tenaga perawat yang
berkeja di pelayanan kesehatan untuk meng-upgrade kemampuan mereka dalam beradaptasi
dengan perubahan zaman. Adaptasi dengan perubahan era revolusi 4.0 dapat dilakukan
dengan meningkatan skil kemampuan karakter peran perawat yang akan berpengaruh
terhadap setiap lini dalam pelayanan kesehatan modern saat ini.

Adanya fenomena bahwa pencatatan tindakan keperawatan yang tidak lengkap


disebabkan karena pendokumentasian dengan cara menuliskan diatas kertas dirasa
menghabiskan waktu dan membuat jenuh, perlu dilakukan pemecahan masalah dengan
menerapkan software yang bisa membantu perawat dalam mendokumentasikan tindakan
keperawatan. Komputer dapat dinyatakan sebagai sebuah benda yang terdiri atas “Hardware”
dan “Sofware”, dimana penggunaannya saat ini tidak terbatas pada penggunaan di kantor atau
tempat kerja tapi juga di rumah (Capron & Johnson,2002). 3 karakteristik dasar umum
komputer , yaitu: Cepat, mampu menyajikan dan menampilkan data yang diperlukan secara
cepat, Dapat diandalkan karena ketika kita membutuhkan suatu data kita hanya tinggal
menekan tombol dan seluruh data yang dibutuhkan akan muncul, Kemampuan menyimpan
data dalam jumlah besar dimana data bisa dimunculkan secara efisien. Pengembangan
kompetensi perawat adalah investasi memfasilitasi keselamatan, kualitas dan efektivitas
perawatan pasien dan perawat (Coventry et al, 2015 dalam Lunden, 2017)

Penelitian Egbert N et al (2018) mengatakan bahwa ketika perawat melek digital pada
berbagai domain pada tingkat mahir akan membantu untuk lebih mudah memperoleh
keterampilan dan kompetensi lainnya dalam kehidupan. Pelayanan keperawatan akan
mengalami efisiensi dan efektifitas dengan percepatan yang tinggi mencapai tujuan pelayanan
ketika perawat terliterasi dan melek digitalisasi.

Dalam sebuah laporan artikel Dalam sebuah laporan artikel Aungsuroc Aungsuroch &
Gunawan (2019) yang berjudul Gunawan (2019) yang berjudul “Viewpoint: Nurses
Preparation in The Era of the Fourth Industrial Revolution” terdapat beberapa contoh model
pemberian layanan kesehatan yang didorong oleh perubahan teknologi saat ini bahan
teknologi saat ini dapat dilihat dari dapat dilihat dari implementasi sistem informasi yang
menggunakan konsultasi kesehatan online untuk para profesional layanan kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan (Milton, 2018).

Namun pada nyatanya masih banyak profesional perawat masih belum paham betul
tentang bagaimana menggunakan teknologi dalam tugasnya memberi asuhan keperawatan
yang diberikannya sehari – sehari (Oberty, 2012). Hal ini kemungkinan dapat disebabkan
oleh kurang terpaparnya perawat dalam penggunaan teknologi dalam memberikan asuhan.
Pemberian motivasi kepada perawat juga perlu, misalnya seorang pemimpin memotivasi tim
keperawatannya untuk tidak malas belajar suatu hal yang baru, mungkin dirasa sulit namun
teknologi memungkinkan membantu pekerjaan perawat dilapangan untuk pemberian asuhan
keperawatan. Pasien juga berharap dari sebuah pelayanan kesehatan akan diberikan
pelayanan yang memiliki service yang cepat dan nyaman (Tantos, 2015). Hariyati (2006)
juga menggungkapkan bahwa masih adanya kesenjangan sumber daya tenaga kesehatan
untuk mempelajari teknologI

Tenaga keperawatan asing yang menyiapkan diri dan mempunyai kemampuan untuk
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sudah, sedang dan akan terus datang
bekerja di Indonesia. Siapkah perawat Indonesia menghadapi hal tersebut sehingga tenaga
keperawatan Indonesia masih bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri dalam melakukan
praktik keperawatan kepada masyarakat? Harapan kita bahwa setiap individu perawat
Indonesia telah mempunyai kompetensi yang memadai dan terbarukan serta teradaptasi
dengan era digitalisasi dalam industri 4.0.

Dalam Forum ekonomi dunia melansir, struktur keterampilan abad pada 21 akan
mengalami perubahan. Pada tahun 2020 struktur kompetensi bagi para pekerja harus dapat
memiliki kemampuan :
1) pemecahan masalah yang kompleks
2) berpikir kritis
3) kreativitas
4) manajemen orang
5) kerjasama dengan orang lain
6) kecerdasan emosional
7) penilaian dan pengambilan keputusan
8) orientasi layanan
9) negosiasi
10) fleksibilitas kognitif osiasi (Irianto, . (Irianto, 2017
Seluruh bentuk kecakapan dan keterampilan di abad 21 dan era industri 4.0 yang
dibutuhkan oleh perawat harus diintegrasikan ke dalam elemen peran dan fungsi sebagai
perawat professional, dan kemampuan tambahan seperti; perawat peka dalam penguasaan
perangkat teknologi informasi; mempunyai sikap critical thinking; mempunyai ide yang
inovativ dalam mengembangkan pelayanan keperawatan; adaptif terhadap perubahan era;
komunikatif; kemudian lisensi kemudian lisensi kompetensi.
Banyak model tekonologi yang sudah dikembangkan dalam dunia keperawatan :

Banyak penyedia layanan kesehatan mengeksplorasi potensi TELEMEDICINE,


yaitu suatu pemantauan dan pengobatan pasien dari jarak jauh melalui sensor yang
tersambung ke internet. Diharapkan bahwa telemedicine akan terbukti sangat berharga dalam
pengobatan penyakit kronis yang banyak dialami oleh lansia. Kedepannya, adalah sangat
dimungkinkan bahwa warga senior menerima cek-up medis dengan kenyamanan bahkan di
rumah mereka sendiri. Telemedicine juga dapat membawa perawatan medis kepada
masyarakat di lokasi terpencil. Di masa depan, beberapa aplikasi medis yang sangat hebat
muncul dari kombinasi teknologi fisika, digital dan biologi termasuk pil yang
menggabungkan sensor digital untuk mengatur pelepasan obat; anggota badan robot yang
menanggapi pikiran pasien; serta psikoterapi secara virtual reality. Secara global, semua
teknologi ini diharapkan oleh banyak pihak untuk dapat berdampak besar bagi kesehatan,
seperti halnya ketika penggunaan ilmu statistik diterapkan pada semua bidang ilmu lainnya di
akhir abad ke-19.

Widiyanto (2016) dalam jurnalnya tentang inovasi TEKNOLOGI INFUS PINTAR


dimana teknologi ini membantu untuk mengurangi kesalahan dalam pemberian infus.
Teknologi infus pintar ini adalah gabungan system mekanik dengan software yang berisi
database tentang obat, sehingga pada saat system ini berjalan maka akan melakukan analisis
terhadap program yang di jalankan apakah sesuai dengan data master yang ada dalam catalog
yang telah di input dalam profil. Sebagai contoh, dalam catalog dopamine mungkin memiliki
tiga konsentrasi (400 mg/250ml;800 mg/250 ml dan 1600 mg/250 ml) dengan batas dosis
pemberian misalnya 20 atau 22 mcg/kg/min pada pasien dewasa di ruang ICU. Bila
pemrograman yang di berikan pada pasien melebihi dari dosis yang dipakai sebagai rujukan
maka alat ini akan mengeluarkan alarm. Alat ini merekan pemrograman yang dilakukan dan
pemrograman ulangan yang memiliki batas penyimpatan data antara 2 samapi 6 bulan yang
dapat dianalisis dalam pengelompokan data per are keperawatan, per hari, per obat.
Kecanggihan alat ini menuntut operator atau programmer alat yaitu baik perawat maupun
dokter yang harus menguasai perintah pemrogramanya.

Triana (2016) dalam penelitiannya membahas tentang PROGRAM SELF-


MANAGEMENT BERBASIS WEBSITE yaitu program I can cope with pain yang
befungsi sebagai petalaksaan nyeri kronis pada remaja. Triana (2016) dalam hasil kajian
jurnalnya mengatakan bahwa system aplikasi I can cope with pain mampu membantu
seseorang dapat melakukan penatalaksaan nyeri yang dialami dengan penggunaan aplikasi.
Aplikasi ini memiliki 5 komponen dimana komponen yang pertama adalah self - monitoring
dimana para pengguna aplikasi dapat melaporkan gejala nyeri yang dialami, sehingga
nantinya pengguna mampu mengenali pola nyeri yang dirasakan. Komponen kedua dalah
pada smart goal – setting, dalam komponen ini pengguna dapat menentukan tujuan apa yang
dicapai selanjutnya terkait kondisi yang dialaminya. Yang ketiga adalah komponen pain
coping strategy yang bertujuan agar pengguna mampu mempraktikan self – management
dalam pengelolaan nyeri. Komponen keempat adalah peer – based social support yang
bertujuan agar pengguna dapat mendiskusikan nyeri yang dialami dengan teman – temannya.
Komponen yang terakhir adalah edukasi mengenai detail nyeri yang dilakukan, strategi
dengan tetap beraktivitas fisik, strategi menurunkan stress dan kecemasan yang dapat
diberikan melalui video, animasi ataupun audio yang dipaparkan lengkap melalui website.

Kusumadewi (2009) juga memaparkan jenis APLIKASI INFORAMTIKA


TENTANG PENATALAKSAAN DIABETES MELLITUS pada penelitian Kusumadewi
(2009) mengatakan bahwa aplikasi informatika medis untuk penatalaksanaan DM secara
terpadu dapat memaksimalkam unsur – unsur ICT seperti pemograman web, desktop, SMS
gateaway dan pemograman PC. Sistem yang dibangun dengan basis data yang terpusat ini
memungkinkan perawat dalam mempermudah melakukan penatalaksaan meskipun dibangun
dari platform yang berbeda dengan system ini pelayanan tetap dapat dilakukan secara efisien
melalui online dan mempermudah petalaksaan. Sistem penatalaksanaan DM terpadu ini dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak :
a. Layanan kesehatan (khususnya yang terkait dengan DM) dapat dilakukan tanpa
terbatas pada jarak dan waktu (telemedicine)
b. Masyarakat umum dapat menentukan tingkat resiko DM secara akurat melalui web
atau pocket PC.
c. Dokter akan lebih terbantu dalam mendiagnosis DM dan komplikasinya, karena
sistem tersebut disertai dengan fitur dukungan keputusan untuk diagnosis DM dan
komplikasinya.
d. Ahli gizi akan lebih terbantu dalam menentukan menu harian dan latihan jasmani bagi
penyandang DM.
e. Para penyandang DM lebih terbantu dengan adanya SMS reminder untuk pengingat
agenda terapi
Oberty (2012) mengungkapkan salah satu tekonologi yang harus menjadi
pengetahuan perawat adalah SIM (SISTEM INFORMASI MANAJEMEN) dimana
perangkat prosedur ini sudah terorganisasi apabila dijalankan akan memberikan dampak yang
baik. SIM menjadi penunjang operasional manajemen pelayanan dan fungsi – fungsi dalam
pengambilan keputusan didalam sebuah organisasi yang berdasarkan sebuah database. Sistem
Informasi Manajemen (SIM) adalah perangkat prosedur yang terorganisasi apabila dijalankan
akan memberikan umpan balik dan informasi kepada manajemen tentang masukan, proses,
dan keluaran dari suatu siklus manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pengendalian. SIM merupakan sebuah sistem mesin pemakai yang terintegrasi yang
menyediakan informasi untuk menunjang operasi manajemen dan fungsi-fungsi pengambilan
keputusan di dalam sebuah organisasi. Sistem tersebut memanfaatkan perangkat keras dan
lunak komputer, dan prosedur-prosedur manual;model-model untuk analisis, perencanaan,
pengawasan, dan pengambilan keputusan; dan suatu “database” (Gordon B.Davis dan
Margareth H.Olson, 1984).

(Tanioka et al., 2017) di Jepang dalam laporannya tentang inovasi “HUMANOID


NURSE ROBOTS AS CARING” beliau telah mengembangkan berbagai jenis robot
keperawatan humanoid untuk memberikan asuhan keperawatan. Robot keperawatan
humanoid (HNR) mengasumsikan mereka sebagai perawat robot yang berfungsi penuh yang
dapat melakukan pekerjaan yang sama sebagai perawat manusia seperti yang dibahas di
bagian selanjutnya tentang asuhan keperawatan yang benar dan asli untuk manusia.
Kemampuan HNR untuk mengingat / merespons situasi kritis dalam manajemen perawatan
pasien sangat penting. Dalam situasi seperti ini, penting untuk berbagi pengalaman pasien.
Fungsionalitas HNR untuk memproses bahasa dan memelihara percakapan serta untuk
membaca dan menyampaikan emosi merupakan bagian integral dari keberhasilan hubungan
HNR dengan dan di antara perawat dan pasien. Teori Kompetensi Teknologi sebagai Caring
in Nursing didasarkan pada asumsi-asumsi yang memberi struktur dan makna pada teori
tersebut. Asumsi teoritis dari teori (Locsin, 2005), Locsin, 2016a), Locsin, 2017), Locsin &
Ito, 2018) mendefinisikan konfigurasi elemen yang memandu desain dan pengembangan
HNR yang diperlukan dalam menjadi dan menjadi entitas yang peduli.
 Orang-orang peduli karena kemanusiaan mereka ( Boykin & Schoenhofer, 2001)
Sebagai orang yang peduli, ekspresi kemanusiaan merupakan hal mendasar dalam
hubungan manusia-manusia. Dalam kasus hubungan manusia-mesin, harapan ini juga
bisa valid, yang dimanifestasikan sebagai ekspresi kepedulian. Karena kemanusiaan
adalah ekspresi dari orang yang peduli, maka hubungan yang berbeda dari orang yang
peduli menjadi nyata. Ini adalah elemen dari domain caring yang mempengaruhi
ontologi keperawatan, sehingga memungkinkan caring dikenal dalam HNR
berdasarkan ekspresi dan manifestasi manusia dalam praktik keperawatan Locsin &
Ito, 2018).
 Cita-cita keutuhan adalah perspektif keutuhan ( Locsin & Ito, 2018)
Orang dihargai sebagai makhluk utuh tanpa mengacu pada komposisi bagian. HNR
yang mampu merawat menunjukkan keutuhan sebagai manifestasi keberadaan,
misalnya, kesatuan keterlibatan perawat dalam pengasuhan antara, dan kesatuan
dalam kebersamaan terkait.
 Mengenal orang adalah proses multidimensi ( Locsin, 2005)
Menerangi proses di mana perawat dan mesin dapat 'secara transaktif' berhubungan
satu sama lain melibatkan proses penegasan di mana 'orang' yang peduli terlibat
dalam desain bersama sambil mengenali yang lain sebagai peserta aktif dalam
perawatan mereka (Locsin & Ito, 2018)
 Teknologi kesehatan dan keperawatan adalah elemen kepedulian ( Locsin, 2005).
Melalui teknologi kesehatan dan keperawatan, orang dikenal lebih utuh sebagai kaki
tangan yang utuh dan aktif dalam perawatan mereka, bukan hanya sebagai objek
perawatan (Locsin & Ito, 2018)
 Keperawatan sebagai disiplin dan praktik profesional ( Boykin & Schoenhofer, 2001).
Sebagai komitmen mendasar dalam praktik keperawatan ilmiah yang didasarkan pada
kepedulian dalam keperawatan, memajukan keperawatan sebagai suatu disiplin adalah
menyadari bahwa ia memiliki pengetahuan uniknya sendiri sebagai dasar praktiknya
yang merupakan bagian integral dari kesehatan manusia dan perawatan manusia.

( Isabel Najera Rico 2007 ) Berdasarkan penelitian yang dilakukannya menyatakan


bahwa penggunaan APLIKASI DOKUMENTASI PDA berbasis keperawatan telah
menunjukkan banyak keuntungan dalam penggunaannya dan praktis bagi perawat. Hal ini
memungkinkan bagi perawat untuk mengakses secara nyata informasi yang telah
diperbaharui pada catatan keperawatan pasien. Menurut Isabel bahwa pemanfaatan teknologi
ini dapat mengurangi waktu perawat dalam mencatat kondisi pasien, meningkatkan kinerja,
mengurangi terjadinya medication error, serta menghemat waktu dalam pendokumentasian.
Jelas terlihatbahwa dari hasil penelitian Isabel, bahwa penggunaan PDA dalam memberikan
pelayanan keperawatan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Pekerjaan yang
dilakukan perawat menjadi cepat, tepat dan lebih efisien, serta pasien diuntungkan karena
kemungkinan untuk kesalahan dalam pengobatan menjadi berkurang atau malah tidak ada
sama sekali. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Greenfield (2007) pada siswa
perawat di New York, menemukan data bahwa siswa perawat yang menggunakan PDA
dalam menghitung dosis obat lebih cepat dan akurat dibandingkan siswa lain yang
menggunakan buku teks. Penelitian ini ditujukan apakah teknologi PDA dapat mengurangi
kesalahan pengobatan dan memungkinkan pelayanan keperawatan yang diberikan lebih
efektif. Hasil untuk akurasi dan kecepatan yang baik secara signifikan lebih tinggi pada
kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol. Personal Digital
Assistant (PDA) memiliki kemampuan untuk membuat informasi berbasis bukti yang tersedia
untuk perawat kapan dan di mana saja mereka membutuhkannya. PDA memiliki potensi
untuk mengurangi kesalahan dalam pengobatan dengan menyediakan sumber referensi
portabel dan nyaman bagi penyedia layanan kesehatan. Penelitian terhadap etiologi kesalahan
pengobatan telah menunjukkan bahwa sebagian besar kesalahan terjadi karena kurangnya
pengetahuan tentang status kesehatan pasien dan / atau kurangnya pengetahuan tentang obat
yang diresepkan (Leape et al., 1995).

Manfaat dan tantangan dalam penggunaan Personal Digital Assistant (PDA) diKeperawatan:

1. Dapat digunakan di mana saja / kapan saja


2. Memungkinkan akses mudah ke sejumlah besar data sehingga mengurangi
kejadian medicationerror
3. Meningkatkan komunikasi antar perawat dan antara perawat dengan anggota tim
kesehatan lainnya.
4. Meningkatkan efisiensi dan akurasi dokumentasi keperawatan
5. Sangat berguna untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan data
pasien (Doran & Mylopoulos, 2008).
6. Mengurangi penggunaan kertas melalui transmisi nirkabel.

SOFTWARE ASUHAN KEPERAWATAN


Software adalah sistem yang beroperasi didalam sebuah komputer dimana terdapat hubungan
antara software dan hardware melalui apa yang disebut dengan sistem operasi. Sofware
banyak digunakan sebagai program yang akan dipakai didalam komputer sebagai software
komersial. Software asuhan keperawatan adalah software yang mengandung sebuah program
dengan menggunakan “database management” berisi data-data pengkajian kesehatan seorang
pasien yang kemudian data-data tadi akan dikelompokkan dan dianalisa untuk dapat
memunculkan diagnosa keperawatan. Selanjutnya dari diagnosa keperawatan akan muncul
perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan oleh perawat. Didalam
mendokumentasikan tindakan keperawatan, perawat cukup mengacu pada intervensi yang
telah tersedia, sehingga ketika pemberian tindakan selesai dilakukan perawat dapat
melakukan evaluasi terhadap diagnosa yang ada. Software asuhan keperawatan akan
menggunakan sistem ”Data Base Management” yang diawali dengan format pengkajian
kesehatan bagi setiap pasien yang masuk. Perawat akan memasukkan seluruh data dari hasil
pengkajian yang dilkaukan kedalam format pengkajian yang ada didalam komputer.
Selanjutnya dengan data yang masuk, akan teranalisa seluruh diagnosa yang muncul beserta
perencanaan tindakan keperawatan. Ketika perawat melakukan tindakan keperawatan, maka
perawat akan mendokumentasikan tindakan keperawatan didalam komputer sehingga semua
tindakan akan tercatat dengan baik (Capron & Johnson, 2002). Sebuah survey yang dilakukan
oleh Vassar,Lin dan Planchock (1999) menggambarkan bahwa perawat yang telah
menggunakan sistem pendokumentasian yang terkomputerisasi mendapatkan kepuasan dalam
hal peningkatan kualitas pelayanan mereka karena dengan sistem ini mereka lebih mudah
melihat perkembangan asuhan keperawatan. Selanjutnya, para perawat dan manajer ruang
rawat merasakan bahwa sistem ini akan menghemat waktu perawat, kertas kerja yang
terpakai, serta pendokumentasian menjadi lebih lengkap dan akurat ( Bowies, 1997) Menurut
Allan dan Englebright (2000) dengan sistem pendokumentasian dengan komputer, efektifitas
pendokumentasian bisa dipertahankan dimana perawat mampu melakukan analisa terhadap
asuhan keperawatan yang telah diberikan karena mereka dengan mudah bisa menentukan
status diagnosa atau masalah keperawatan pada pasien. Selain itu, dengan menggunakan
komputer seluruh asuhan keperawatan bisa tersimpan dengan baik, maka perawat bisa
melakukan pengukuran terhadap intervensi keperawatan yang telah mereka berikan. Program
ini dirancang agar perawat bisa memasukan data-data dari hasil pengkajian dan masalah
keperawatan lengkap dengan intervensi keperawatan akan muncul, sehingga perawat bisa
menentukan bentuk implementasi yang dilakukan dan evaluasi keadaan pasien. Program ini
diinstalkan kedalam perangkat komputer yang tersedia didalam ruang rawat, sehingga setiap
perawat dapat mengakses program pendokumentasian ini yang juga dilengkapi dengan
printer, sehingga dalam mempertahankan aspek legal sebuah pendokumentasian keperawatan,
perawat tinggal memprint dan membubuhkan tanda tangan dikolom evaluasi.
TELENURSING
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dari perawat ke pasien, atau dari perawat ke perawat lain dari jarak
jauh. Telenursing menunjukkan penggunaan teknologi komunikasi oleh perawat untuk
meningkatkan perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire,
radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga
didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optik antara
manusia dan atau komputer. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Telenursing bagian integral
dari telemedicine atau telehealth.
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1) Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek, ruang gawat darurat, rumah sakit dan
nursing home).
2) Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
3) Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah
sakit.
4) Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring
yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan
pelayanan untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan
teknologi.
5) Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses
untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan
keperawatan ( model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan.Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,
pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning
TELEMEDICINE
Telemedicine adalah pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan medis jarak-jauh. Aplikasi telemedicine saat ini, menggunakan dua negara
teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan dan
memakai peralatan video conference. Dapat kita pahami bahwa cakupan telemedicine cukup
luas, meliputi penyediaan pelayanan kesehatan (termasuk klinis, pendidikan dan
pelayanan administrasi) jarak jauh, melalui transfer informasi (audio, video, grafik), dengan
menggunakan perangkat-perangkat telekomunikasi (audio-video interaktif dua arah,
komputer, dan telemetri) dengan melibatkan dokter, pasien dan pihak-pihak lain. Secara
sederhana, telemedicine sesungguhnya telah diaplikasikan ketika terjadi diskusi antara dua
dokter membicarakan masalah pasien lewat telepon.
a) Manfaat Telemedicine
Manfaat telemedicine mencakup kedalam 3 aspek yang saling terkait satu sama lain yaitu
pasien, dokter dan rumah sakit. Manfaat langsung bagi pasien adalah:
1) Mempercepat akses pasien ke pusat-pusat rujukan.
2) Mudah mendapatkan pertolongan sambil menunggu pertolongan langsung dari
dokter-dokter pribadi.
3) Pasien merasakan tetap dekat dengan rumah dimana keluarga dan sahabat dapat
memberikan dukungan langsung.
4) Menurunkan stres mental atau ketegangan yang dirasakan di tempat kerja.
5) Menseleksi antara pasien-pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit dan pasien
yang tidak perlu perawatan di rumah sakit akan tetap tinggal di rumah.
b) Aplikasi Telemedicine
1) Skala Mikro
Dilaksanakan oleh salah satu intansi layanan kesehatan dalam skala terbatas.
2) Skala Makro
a) Aplikasi Sektoral
Terbatas untuk satu subdisiplin ilmu kedokteran/ bidang layanan kesehatan.
b) Aplikasi Regional
Mencakup keseluruhan bidang layanan kesehatan terbatas pada wilayah tertentu
dalam satu negara.
c) Aplikasi Nasional
Mencakup seluruh bidang layanan kesehatan di seluruh wilayah suatu Negara.

TELEHEALTH
e.Health adalah memanfaatkan internet untuk transmisi informasi kesehatan.
Telemedicine adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk
pertukaran informasi kesehatan.
Jadi Telehealth adalah hasil dari pertukaran tersebut. Berdasarkan definisi
tersebut, telehealth mencakup pula pengertian terpisahnya jarak dan/atau waktu antara
pesien dan dokter yang mendiagnosis atau mengobati.
Teknologi telehealth umumnya dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, antara lain:
1) Mengirim pelayan kesehatan ke pasien yang berjarak jauh
2) Mendidik provider, admisnistrator, pasien, dan keluarganya
3) Untuk mengakumulasi data atau memonitor insidensi penyakit sebagai bagian dari
kesehatan masyarakat, epidemiologik, atau biodefense network.
Teknologi telehealth memiliki potensi untuk memperbaiki akses pelayanan kesehatan,
meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi kesalahan medis, mengurangi biaya
kesehatan, dan lebih mendistribusikan informasi kesehatan.
Istilah seperti telehealth atau telemedicine, digunakan secara bergantian untuk merujuk
pada pelayanan menggunakan tehnologi elektronik pada pasien dalam keterbatasan jarak.
Pada dunia keperawatan dikenal telehealth dalam keperawatan atau telenursing.
Telenursing adalah penggunaan tekhnologi dalam keperawatan untuk meningkatkan
perawatan bagi pasien (Skiba, 1998) Telenursing menggunakan tehnologi komunikasi
dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Teknologi berupa
saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan
signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai
komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau
komputer.
Aplikasi telehealth bisa dilakukan di Rumah sakit , klinik, rumah dan mobile center.
Aplikasi telehealth berupa telepon triage dan home care adalah yang paling banyak
dikembangkan secara luas untuk saat ini (Russo, 2001).
a) Tekhnologi dalam Telehealth
Pada telehealth secara umum ada dua tekhnologi yang dalam pelayanan: store
forward dan real time teknologi.
Teknologi simpan dan sampaikan (store and forward)misalnya : gambar yang didapatkan
dari elektonik seperti teknologi x ray, dapat dikirimkan pada spesialis untuk
diinterpretasi. Gambar tersebut saja yang berpindah pindah.Radiologi, dermatologi,
patologi adalah contoh spesialisasi yang sangat kelihatan menggunakan tekhnologi ini.
b) Contoh Telehealth
Pelayanan kesehatan semakin bergeser dari Rumah sakit menuju Rumah dan
komunitas. Banyak rentang petugas kesehatan (ahli gizi, pekerja social, perawat) sebagai
bagian dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pelayanan terapeutik dengan
telehealth.
Salah satu contoh program tlehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan
audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di rumah dan telehealth
perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik dan menganalisanya,
kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan kunjungan ke pasien.

Karakter yang diperlukan perawat di Era Revolusi In Era Revolusi Industri 4.0
1. Perawat Peka dengan Teknologi Informasi
Pelayanan kesehatan sekarang telah memasuki era revolusi industri keempat yang
ditandai dengan perpaduan teknologi seperti sistem fisik cyber, teknologi cloud,
komputasi kognitif, proses robot, kecerdasan buatan, dan Internet of Things, yang
berdampak pada setiap industri perawatan kesehatan. (Gunawan, 2016). Singkatnya,
untuk mempercepat laju perubahan di era saat ini, perawat perlu menemukan
pendekatan yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan
menyatukan semua perspektif yang berbeda untuk mengintegrasikan diri ke dalam
penyediaan perawatan dan pengambilan keputusan untuk melayani pasien yang
didukung oleh teknologi yang canggih dan fondasi yang kuat dalam filosofi filosofi
keperawata keperawatan. Perawat belakangan turut memiliki tantangan tersendiri di
tengah globalisasi dan era digital atau industri 4.0. Perawat saat ini harus bisa
mengimbangi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang berbasis teknologi.
Perawat harus melek harus melek terhadap teknologi informas terhadap teknologi
informasi dan mengutamakan keselamatan pasien untuk peningkatan mutu layanan
terhadap pasien. Di era revolusi industri 4.0 ini, kompetensi ini wajib dimiliki oleh
tenaga medis, khususnya perawat.
2. Ide inovatif
Inovasi berarti suatu proses menerjemahkan ide atau penemuan yang menciptakan
pasar baru dengan menerapkan serangkaian nilai yang berbeda (Pitts, 2012). Perawat
perlu menyadari bahwa teknologi adalah pendorong utama untuk inovasi yang
mengganggu dalam pendidikan dan praktik keperawatan, yang karena itu mereka
pertama-tama perlu memahami seperti apa kehidupan digital sekarang, dibandingkan
dengan apa yang tampak seperti sebelumnya. Dalam pendidikan keperawatan,
perubahan tersebut terlihat dari pendidikan berbasis kertas menjadi pendidikan online,
berbasis kertas menjadi pendidikan online, yang men yang mencakup inovasi E-
learning, pembelajaran cakup inovasi E-learning, pembelajaran jarak ja jarak jauh,
platform uh, platform mobile, pem mobile, pembelajaran belajaran virtual, media
virtual, media sosial, k sosial, konferensi video, onferensi video, dan metode lainnya.
Dalam praktik lainnya. Dalam praktik keperawatan, pengembanga keperawatan,
pengembangan teknologi dapat mencaku teknologi dapat mencakup telenursing, p
telenursing, perawatan rangkap tiga dengan menghubungkan dari jarak jauh dengan
klien melalui rak jauh dengan klien melalui kamera, kamera, stetoskop digital dan
bluetooth, monitor chip, dan metode lainnya. Namun, untuk mendukung inovasi
tersebut, perawat harus memiliki sikap yang baik dan keterampilan yang tinggi dalam
teknologi, yang dianggap sebagai tantangan bagi mereka perawat yang tidak terbiasa
dengan sistem informatika. Oleh karena itu, untuk menghadiri pelatihan dan
pengembangan sistem informatika diperlukan untuk menggunakan atau menerapkan
teknologi baru secara menerapkan teknologi baru secara cerdas. cerdas.
3. Critical Thingking
Perawat juga harus mempunyai sikap critical thingking menghadapi semua elemen,
baik itu pasien dan itu pasien dan tenaga medis lainnya. Untuk itu, p tenaga medis
lainnya. Untuk itu, perlu ditekankan b erlu ditekankan bahwa peran perawat tidak
ahwa peran perawat tidak hanya sebatas memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas bai rkualitas baik. Melainkan juga wajib k. Melainkan juga wajib memiliki
keahlian konseling untuk menyampaikan edukasi bagi pasien terkait tindakan
preventif dan promosi preventif dan promosi kesehatan bagi masyarak kesehatan bagi
masyarakat.
4. Memiliki Kompetensi
Di tengah era digital saat ini, perawat harus memiliki kompetensi untuk meningkatkan
mutu layanan keperawatan terhadap pasien, karena perawat memiliki peran yang
sangat penting dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standar kompetensinya
sebagai perawat profesional. para profesi perawat memiliki kompetensi untuk
mengakses informasi terkait penelitian-penelitian terbaru dalam bidang keperawatan
untuk dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumadewi, S. (2009). Aplikasi Informatika Medis Untuk Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Secara Terpadu. Diakses dari
https://journal.uii.ac.id/Snati/article/view/1175

Locsin, C Rozzano (2018). Humanoid Nurse Robots as Caring Entities: A Revolutionary


Probability. International Journal of Studies in Nursing; Vol. 3, No. 2.

Oberty, E. (2012). Efektifitas Dalam Penerapan Teknologi PDA (Personal Digital Assistant)
di Pelayanan Keperawatan. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/elvi.oberty/551a13d5a333119e1eb65924/efektif
itasdalam-penerapan-teknologi-pda-personal-digital-assistant-di-
pelayanankeperawatan

Triana, K.Y. (2016). Pemanfaatan I can cope with Pain Sebagai Program Self-Management
Berbasis Web Dan Mobile-Smartphone Untuk Penatalaksaan Nyeri Kronis
Pada Remaja. Diakses dari
https://www.neliti.com/id/publications/77011/pemanfaatanicancope-with-
paintm-sebagai-program-self-management-berbasis-web-da

Telaumbanua, hariesty talenta narwastu. 2019. Peran Pemimpin Keperawatan Dalam


Pemanfaatan Teknologi Keperawatan untuk Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Pada Era 4.0. Medan :

Tanioka, T., Osaka, K., Locsin, R., Yasuhara, Y. and Ito, H. (2017) Recommended Design
and Direction of Development for Humanoid Nursing Robots Perspective from
Nursing Researchers. Intelligent Control and Automation, 8, 96-110.

Widyanto, P. (2016).Teknologi Infus Pintar untuk Peningkatan Keselamatan Pasien. Diakses


dari https://www.yumpu.com/id/document/view/48973610/teknologiinfus-
pintar-untuk-peningkatan-keselamatan-pasien-fik-ui

Tjandrawinata, Raymond R. (2016). Industri 4.0: revolusi industri abad ini dan pengaruhnya
pada bidang kesehatan dan bioteknologi. Dexa Medica. Diakses dari
file:///C:/Users/User/Downloads/Industri4_GS.pdf
Sari, Ratna.(2019). E-Health untuk pelyanan si era 4.0. Diakses dari
file:///C:/Users/User/Downloads/Pemanfaatankomputer.pdf

Jason, (2006), Aplikasi Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Nanda NOC dan NIC
Dalam Sistem informasi Manajemen Keperawatan Di Banyumas

Mashitoh,Amy Rosiana. 2010. Aplikasi Software Asuhan Keperawatan.


http://pkko.fik.ui.ac.id/files/UTS%20SIM%20ANNY%20ROSIANA%20(PD
F).pdf (Diakses 10 Maret 2021 )

Anda mungkin juga menyukai