Disusun Oleh :
- Kristin Patadungan
- Utami Naafi’u Rahmah
- Widya Lestari
Makalah seminar kasus ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim
penguji Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Kebidanan
Prodi DIII Kebidanan Balikpapan
Pada tanggal 08 Mei 2021
Pembimbing
Eli Rahmawati,
NIP. 198012052002122001 (...............................................)
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi DIII Kebidanan Balikpapan
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................iii
Kata Pengantar...................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan Umum.........................................................................................................2
C. Tujuan Khusus........................................................................................................2
D. Rumusan Masalah...................................................................................................2
BAB II Dasar Teori............................................................................................................2
1. Konsep Dasar Teori Nifas......................................................................................3
2. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir.....................................................................7
BAB III Asuhan Kebidanan..............................................................................................14
BAB IV Pembahasan.........................................................................................................31
BAB V Kesimpulan dan Saran..........................................................................................33
Lampiran............................................................................................................................35
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul Refleksi Kasus Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Hemorragic Post Partum Sekunder
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Ibu bersalin merupakan seorang yang sedang berjuang, bila karena suatu hal
tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa meninggal selama proses persalinan
berlangsung. Lebih dari separuh jumlah kematian ibu terjadi dalam waktu 24
jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan
darah. Perdarahan hebat adalah penyebab yang paling utama dari kematian
ibu di seluruh dunia. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup
setelah mengalami perdarahan postpartum, namun akan menderita akibat
kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan.Perdarahan postpartum sekunder adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama sampai dengan 6 minggu,
penyebab utama perdarahan post partum sekuder adalah sisa plasenta dan
robekan jalan lahir. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk
menentukan jumlah perdarahan sekunder yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah,
limbung berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik
<90mmHg, denyut nadi>100x/menit, kadar Hb<8g/dL(Sarwono,2011).
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam
kehamilan dan persalinan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan
mengalami perdarahan sampai meninggal.Perdarahan pasca persalinan
terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang paling
banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum sekunder yaitu
perdarahan pasca persalinan yang terjadi setelah 24 jam kelahiran (Nugroho,
2010).
Perdarahan post partum sekunder apabila tidak ditangani dengan baik
akan mengakibatkanmengalami anemia berkepanjangan. Selain itu juga akan
1
mengakibatkan syok hipovelemik atau syok hemorrhagic serta mudah terjadi
komplikasi infeksi terutama akibat dari trauma jalan lahir. Beberapa
pencegahan dapat dilakukan dengan deteksi secara dini komplikasi dan
penyulit persalinan dan nifas (fadlun,2011).
Berdasarkan Uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan Studi kasus
dengan Hemorragic Post Partum Sekunder, maka penulis mengambil judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Hemorragic Post Partum
Sekunder Di RSUD kota Balikpapan”.
B. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan.
C. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas
2. Menentukan diagnosa kebidanan
3. Menentukan masalah dan kebutuhan
4. Melakukan perencanaan asuhan Kebidanan pada masa nifas
5. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
6. Melakukan pendokumentasikan asuhan kebidanan dengan metode Helen
Varney dan SOAP
D. Rumusan Masalah
1. Apa itu masa nifas?
2. Bagaimana perubahan fisiologi masa nifas?
3. Bagaimana perubahan psikologi masa nifas?
4. Seperti apa tahapan pada masa nifas?
5. Apa saja tanda bahaya masa nifas?
6. Apa saja asuhan yang diberikan bidan pada masa nifas?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definsi Nifas
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi
(Maritalia,2012).
Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar
60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini. Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan
dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup
(Maritalia,2012).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu (Nugroho,dkk,2014).
3
b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Perubahan Fisiologis Pada Ibu
Nifas
Prolaktin Konstipasi
meningkat
Produksi ASI
4
1) Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan serta
menjalankan aktivitasnya layaknya wanita normal lainnya.
2) Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
5
f. Asuhan Bidan Pada Masa Nifas
6
Kunjungan Waktu Tujuan
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit pada bagian
payudara ibu
4. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari
3 2 minggu 1. Memastikan involusi uterus
setelah berjalan normal, uterus
persalinan berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, cairan dan
istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari
4 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang
7
Kunjungan Waktu Tujuan
setelah penyulit yang ia atau bayi alami
persalinan 2. Memberikan konseling untuk
menggunakan KB secara dini.
8
Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut (Joseph dan
Nugroho,2011:165) , (Harry dan William, 2010:461) dan (Prawirohardjo,
2009:523).
1) Retensio sisa plasenta
a) Pengertian
Sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian
plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan
perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau
perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage)
yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Plasenta
harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan banyak perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio
karsinoma.
b) Tanda dan gejalanya
Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang
timbul adalah uterus berkontraksi baik yang ditandai dengan perut
di bagian fundus teraba keras dan ibu merasakan mules pada
bagian perut tersebut tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang.
c) Penanganan
Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan bila serviks
terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah/jaringan. Bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan dilatasi dan kuretase(dilakukan oleh dokter obsgyn).
2) Inversio uteri
9
a) Pengertian
Inversio uteri adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum,
yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
b) Tanda dan gejala
Syok karena kesakitan, perdarahan banyak bergumpal, di vulva
tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang
masih melekat, bila baru terjadi maka prognosis cukup baik akan
tetapi bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang
mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis dan
infeksi.
c) Penanganan
(1) Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk
cairan/darah pengganti dan pemberian obat-obatan.
(2) Beberapa serter memberikan tokolitik /MgSO4 untuk
melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan
reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas
masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai
tangan masuk kedalam uterus pada posisi normalnya. Hal
ini dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas atau
belum terlepas.
(3) Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila
berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan
uterotonika lewat infus atau IM (intra muskular), tangan
tetap dipertahankan untuk konfigurasi uterus kembali
normal dan tangan operator baru dilepaskan.
(4) Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan
kebutuhannya.
(5) Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang
keras menyebabkan manuver diatas tidak bisa dikerjakan,
maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau
10
terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah
mengalami infeksi dan nekrosis.
3) Endometritis
1) Pengertian
Endometritis adalah radang pada endometrium, kuman- kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insertio
plasenta dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa
patogen, radang terbatas pada endometrium.
2) Tanda dan gejala
Tanda dan gejala tergantung pada virulensi kuman, daya tahan
penderita dan derajat trauma jalan lahir. Kadang lokhia tertahan
oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban, keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu
yang segera hilang setelah diatasi. Tanda yang sering muncul
adalah uterus agak membesar, nyeri pada perabaan, uterus
lembek, pada endometritis tidak meluas pada hari pertama
penderita merasa kurang sehat, nyeri perut, mulai hari ke-3 suhu
meningkat, nadi cepat, lokia kadang-kadang berbau.
3) Penanganan
Jika bidan menemukan kasus di tempat praktek lakukan
kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan rujukan yang paling
penting stabilkan dulu kondisi ibu dengan pemberian cairan jika
kondisi tidak terlalu parah beri minum lewat mulut kemudian
lakukan pemasangan infus sebelum dirujuk ke rumah sakit. Di
rumah sakit setelah kolaborasi dengan dokter segera siapkan
transfusi darah jika ada perdarahan, berikan antibiotik kombinasi
sampai ibu bebas demam selama 48 jam berupa Ampisilin 2gr IV
setiap 6 jam, gentamisin 5mg/lg berat badan lewat IV tiap 24 jam,
metronidazole 500mg IV tiap 8 jam, jika demam masih ada 72
jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis. Jika diduga ada sisa
11
plasenta, lakukan ekplorasi digital, keluarkan bekuan serta sisa
kotiledon, gunakan foseps ovum atau kuret besar bila diperlukan,
jika tidak ada kemajuan dengan terapi konservatif, dan ada
peritonitis (demam, nyeri lepas, dan nyeri abdomen), lakukan
laparatomi dan drain abdomen, jika uterus terinfeksi dan nekrotik,
lakukan histerektomi subtotal.
4) Hematoma
a) Pengertian
Hematoma adalah didapatkannya gumpalan darah sebagai akibat
cidera atau robeknya pembuluh darah wanita hamil aterm tanpa
cidera mutlak pada lapisan jaringan luar. Penyebab terutama
karena gerakan kepala janin selama persalinan (spontan), akibat
pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh darah selama
anestesi lokal atau penjahitan dan dapat juga karena penjahitan
luka episiotomi atau ruptur perinei yang kurang sempurna.
b) Tanda dan gejala
Terdapat nyeri yang tidak dapat hilang walaupun diberi analgesik,
terdapat pembengkakan pada vulva dan vagina, perubahan warna,
nyeri tekan, tekanan rectal dan massa fluktuan yang bisa diraba
per rektum atau pervaginam. Apabila darah yang hilang dari
sirkulasi umum berjumlah banyak, terdapat gejala pucat
takikardia, hipotensi bahkan syok.
c) Penanganan
(1) Hematoma yang kecil tidak memerlukan tindakan aktif namun
hematoma harus dijaga agar tetap bersih dan karena nekrosis
jaringan bisa diikuti oleh infeksi, pasien harus menerima
preparat antibiotika.
(2) Hematoma yang besar memerlukan terapi pembedahan. Luka
tersebut dibuka, bekuan darah dikosongkan, dan jika
ditemukan titik perdarahan daerah ini diikat, daerah bekas
hematoma ditampon menggunakan kassa steril sementara di
12
dalam vagina juga ditempatkan tampon untuk menekan.
Tampon ini dibiarkan selama 24 jam hingga 48 jam.
Antibiotika diberikan, transfusi darah dilakukan kalau perlu,
dan pasien diobservasi dengan cermat untuk menjaga apabila
sewaktu-waktu terjadi perdarahan yang baru.
6) Gejala Klinis
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
Langkah I
Pengkajian
A. Identitas
Nama Ibu : Ny.M Nama Suami : Tn.H
Umur : 35 thn Umur : 38 thn
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
No. Hp : 085277474373
Alamat : Perum taman intan griya indah
B. Anamnesa
Tanggal : 10/06/21 Jam : 13.00
1. Keluhan utama : Keluar darah banyak pervaginam
2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu :
- Nafsu makan : Ibu makan 3x sehari porsi sedang
- Mobilisasi : Ibu dapat miring kanan-kiri & berjalan di area tempat
tidur
- Diet/makanan : Tidak ada
- Alergi obat/makanan : Tidak ada
- Perubahan makanan yang dialami: Tidak ada
- Defekasi/miksi : BAB(+) / BAK(+)
- Aktifitas sehari-hari : Miring kanan-kiri , berjalan ke kamar mandi,
mengerjakan pekerjaan rumah
- Istirahat dan tidur : 1-2 jam siang / 7-8 jam malam
3. Aspek Psikologis
- Reaksi ibu terhadap bayinya : Sangat bahagia karena bayinya telah
lahir.
- Reaksi ibu terhadap proses persalinan : Cemas
14
- Reaksi ibu saat sekarang : Tenang & bahagia
4. Riwayat Perkawinan :
- Status Perkawinan: Kawin Ya ☐Tidak
- Perkawinan Ke : 1 Usia Perkawinan : 7 thn
15
- Mual dan muntah : Ada
- Nyeri perut : Tidak ada
- Panas menggigil : Tidak ada
- Sakit kepala : Tidak ada
- Penglihatan Kabur : Tidak ada
- Nyeri waktu BAK : Tidak ada
- Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada
- Nyeri pada tungkai: Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
- Perawatan Payudara : Tidak: alasan.....kurang pengetahuan tentang
perawatan payudara.
- Senam hamil : Tidak: alasan.....
Rencana KB yang akan datang:
16
- Ketuban : Utuh
Pecah jam : 00:35 Spontan Amniotomi
Banyaknya /jumlah : 50 cc
Bau :-
- Keadaan Plasenta : Utuh lengkap
Lahir/jam : 00.50
17
☐ Resusitasi
Penyakit keturunan/menular :
Komunikasi
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia ☐ Bahasa Daerah
☐ Lain-lain
Non Verbal :
Keadaan emosional :
Kooperatif ☐ Depresi ☐ Agresif ☐ Hipoaktif
18
Hubungan dengan orang lain:
Akrab ☐ Biasa ☐ Renggang/terganggu
Proses berfikir:
Terarah ☐ Bingung ☐ Ilusi ☐ Halusinasi
Ibadah/Spiritual:
Patuh ☐ Tidak patuh
Kebersihan :
Mandi : ☐ Tidak pernah 1 kali atau lebih dalam sehari
19
- Suhu badan : 36,50C
- Denyut nadi : 110x/mnt
- Pernafasan : 20x/mnt
c. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala
Kulit kepala : Bersih
Konstruksi rambut : Tebal
Distribusi rambut : Rambut halus
Mata
Kelopak mata : Tidak ada oedema & tidak nyeri
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
Muka
Kloasma gravidarum : Tidak ada
Pucat/tidak : Tidak pucat
Oedema : Tidak oedema
Leher
Tonsil : Tidak tampak tonsil
Faring : Tidak ada pembesaran
Laring : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kelenjar getah bening : Tidak ada tampak kelenjar getah bening
Kelenjar tiroid : Tidak tampak pembesaran tiroid
20
Dada
Bentuk : Simetris
Retraksi : Simetris
Mammae
Hiperpigmentasi : Ada
Puting susu : Menonjol
Bentuk : Bundar
Warna : Coklat kehitaman
Perut
Bekas operasi : Tidak ada
Strie : Tidak ada
Linea : Tidak ada
Membesar/asites : Tidak ada
Vagina
Varises : Tidak ada
Pengeluaran : lochea
Oedema : Tidak ada
Perineum : Ada
Luka parut : Tidak ada
Fistula : Tidak ada
Kebersihan : Vagina bersih
Ekstremitas
Oedema : Tidak oedema
Varises : Tidak tampak varises
Palpasi
Leher
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kel. Getah bening : Tidak tampak kelenjar getah bening
Kelenjar tiroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
21
Dada
Mammae : Mamae berwarna hitam kecoklatan
Massa : Tidak ada massa
Konsistensi : Lembut
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran ASI : Ada pengeluaran kolostrum
Perut
TFU : Sepusat
Uterus kontraksi : Keras
Kandung kemih : Kosong
Tungkai
Oedema : Tidak oedema
Auskultasi
Paru
Wheezing : Tidak terdengar wheezing
Ronchi : Tidak terdengar ronchi
Jantung
Irama : Teratur
Frekuensi : Normal
Perut
Bising usus ibu : Terdengar bising usus
Perkusi
Dada
Suara : Tidak terdengar suara tidak normal
Perut
Ekstremitas
Refleks pattela : (+)
Pemeriksaan laboratorium
Darah
22
Hb : 6,3 g/dl
Golongan darah :O +
Urine
Protein : Normal
Albumin : Normal
Reduksi : Normal
LANGKAH II
INTERPRETASI DATA DASAR
DIAGNOSA DASAR
P3A0 post partum hari ke 8 + HPP DS : Ibu mengatakan perdarahan
sekunder pervaginam, perut mules, dan pusing
DO :
- Telah lahir anak ke 3 , JK :
Perempuan
- Tidak pernah abortus
- KU : baik
- Kes : composmentis
- TD : 90/70mmHg , S : 37,50C,
N : 82/mnt , R : 20x/mnt
- TFU : sepusat, UC : keras
- Fluxus : 400 cc
MASALAH DASAR
Hemorragic Post Partum Sekunder S : Ibu mengatakan merasa lemas,
nyeri perut bagian bawah, pusing, serta
adanya pengeluaran darah pervaginam
bergumpal.
O:
TD : 90/70mmHg , S : 37,50C,
N : 82/mnt , R : 20x/mnt
TFU : sepusat, UC : keras
Fluxus : 400 cc
23
LANGKAH III
MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL DAN
MENGANTISIPASI PENANGANAN
Diagnosa Potensial:
- Syok hipovalemik
Dasar :
Ibu mengatakan merasa lemas, perut mules, pusing, serta adanya pengeluaran
darah pervaginam bergumpal dan telah ganti pembalut kurang lebih 5 x
pembalut nifas. Hilangnya darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar,
dapat menyebabkan syok hipovalemik, karena jantung tidak dapat memompa
cukup darah ke seluruh tubuh
LANGKAH IV
24
LANGKAH V
LANGKAH VI
25
6. Melakukan kuretase pada ibu untuk membersihkan sisa plasenta di dalam ruang
rahim ibu
7. Melakukan kolaborasi dengan dr SpOG
LANGKAH VII
EVALUASI
Tanggal : 10/06/21 Jam : 03.00
26
DOKUMENTASI SOAP KEBIDANAN
- Syok hipovalemik
Dasar :
27
Antisipasi : Kolaborasi dengan Dr.Sp.OG
P :
1. Membina hubungan baik dengan pasien
Hasil : Terbina hubungan baik dengan pasien
2. Memberitahu kepada ibu Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan .
TD : 90/70 mmHg , S : 37,5ºC , N : 82x/mnt , R : 20x/mnt. TFU ,
sepusat. UC : keras, fluxus : ± 400 cc
Hasil : Pasien telah mengetahui hasil pemeriksaan
3. Melakukan observasi tanda-tanda syok dari keadaan umum ibu, TTV,
produksi urine dan perdarahan.
Hasil : telah dilakukan observasi tanda-tanda syok dari kondisi ibu
4. Melakukan pemasangan cairan RL 500 ml di tangan kiri agar mencegah
terjadinya syok hipovalemik
Hasil : telah terpasang cairan RL 500 ml di tangan kiri
5. Lakukan pemeriksaan intake dan output cairan tubuh.
Hasil : ibu telah minum 2 gelas dan makan sedikit-sedikit.
6. Lakukan kuretase pada ibu
Hasil : ibu sudah dilakukan kuretase pada hari sabtu jam 09.00
7. Lakukan kolaborasi dengan Dr.SpOG
Hasil : Telah dilakukan kolaborasi dengan dr. SpOG
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan membahas tentang kasus
multipara dengan hemorogic post partum sekunder pada klien Ny.M P3A0 umur
35 tahun di Ruang Kebidanan RSUD BERIMAN BALIKPAPAN sejak kontak
pertama pada tanggal 09 Juni 2021 yaitu dimulai pada masa nifas.
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
29
2) Data Objektif
1) Diagnosa Kebidanan
2) Masalah Kebidanan
30
dan lemas tetapi kesadaran : composmentis. Pada pengkajian tersebut
terlihat ibu gelisah dan wajah tampak pucat
4) Tindakan Segera
5) Perencanaan
31
diantisipasi (Estiwidani dkk, 2018). Menurut Sarwono (2018) perencanaan
tindakaan Asuhan kebidanan yang direncanakan kepada Ny.M didasarkan
pada kebutuhan saat itu juga, Observasi TTV, observasi ketat TFU, kontraksi
pengeluaran perdarahan dari vagina yaitu untuk mengetahui status kesehatan
ibu saat ini. Ajarkan pada ibu cara massage pada uterus yaitu agar kontraksi
uterus baik dan mencegah dehidrasi karena perdarahan. Lakukan pemasangan
cairan infus RL guyur dalam 500 ml agar mencegah terjadinya syok
hipovelemik atau syok hemorragic, memberikan transfuse darah 2 kantong.
Ajarkan pada keluarga untuk memantau perdarahan yang terjadi pada ibu.
Lakukan pemeriksaan Intake cairan tubuh dan output cairan tubuh agar
didalam cairan tubuh harus seimbang dan tidak adanya gangguan
keseimbangan antara cairan dan elektrolit. Jadi, tidak ada kesenjangan antara
teori yang telah dikemukakan, dengan asuhan yang diberikan pada Ny. M.
6) Pelaksanaan
32
kantong). Melakukan pemeriksaan intake dan output cairan tubuh, intake
cairan : air minum 2 gelas, output cairan : belum BAK dan belum BAB
setelah proses persalinan. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, telah
dicatat pada status pasien. Pada langkah kelima ini tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktik yang dilakukan pada Ny.M, karena kebtuhan dan
asuhan yang diberikan pada Ny. M sudah mengarah pada teori.
7) Evaluasi
Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus
untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah
sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien (Wildan dan Hidayat,2018).
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
dalam diagnosa dan masalah (Estiwidani dkk, 2018). Setelah dilakukan
evaluasi akhir pemantauan ibu tidak mengalami dan tidak terjadi masalah
potensial seperti yang ditegakkan yaitu perdarahan sekunder, tidak terjadi
syok hemorragic ataupun syok
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan nifas dengan menggunakan
manajemen menurut varney pada kasus ibu nifas dengan hemoragic post partum
sekunder di RSUD Beriman Balikpapan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada ibu P3A0 dengan hemoragic post partum yaitu ibu
mengatakaan mengeluarkan darah segar dan banyak dari jalan lahir setelah
persalinan, ibu merasa pusing dan lemas, dan berdasarkan data objektif, KU
ibu lemah, TTV : TD 90/70 mmHg, S 37,5ᵒC, N 82 kali/menit, RR 20
kali/menit, TFU: Sepusat, Fluxus: ± 400cc.
2. Analisis masalah dan diagnosa, yaitu multigravida dengan Hemorogic post
partum sekunder hari ke 8
3. Antisipasi maslah potensial yang mungkin terjadi adalah resiko terjadi syok
hemorogic, syok hipovolemik, dan anemia berat
4. Tindakan segera yang dapat diberikan pada multigravida dengan hemoragic
post partum sekunder adalah mementau perdarahan, kontraksi dan PPV,
kolaborasi dengan dokter SpOG, lakukan pemasangan cairan infuse RL
dengan diguyur (500 ml), lakukan tindakan eksplorasi sisa selaput ketuban.
5. Perencanaan yang dapat diberikan adalah lakukan pendekatan pada klien,
suami dan keluarga, observasi TTV, observasi ketat TFU, kontraksi, ajarkan
ibu massase. Lakukan pemasangan infus RL. Ajarkan pada keluarga untuk
34
memantau perdarahan, lakukan permeriksaan, lakukan pemeriksaan intek
cairan tubuh dan output cairan tubuh. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.
6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
seperti diatas, yaitu melakukan pendekatan pada klien, suami dan keluarga,
mengobservasi TTV, mengobservasi ketat TFU, kontraksi, megajarkan ibu
massage, melakukan pemasangan infuse, mengajar pada keluarga untuk
memantau perdarahan, melakukan pemeriksaan intek cairan tubuh dan
output cairan tubuh. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
7. Evalusi asuhan kebidanan ibu post partum dengan HPP tidak terjadi
komplikasi pada ibu. Ibu pulang dalam keadan baik dan tidak terdapat
komlikasi
8. Pada kasus multigravida postpsrtum sekunder tidak ada kesenjangan teori
dan praktik lapangan
b. Saran
Berdasarkan simpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran yang
mungkin bermanfaat yaitu :
1. Bagi penulis :
Diharapkan bagi penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman pada kasus dalam memberikan asuhan kebidanan nifas fisiologis.
2. Bagi profesi :
Diharapkan bidan lebih mampu melakukan tindakan segera dan
merencanakan asuhan kebidanan nifas fisiologis
3. Bagi Instansi Rumah Sakit :
Agar lebih meningkatkan pelayanan dalam menangani kasus nifas, baik dari
segi sarana pra sarana, tenaga kesehatan, maupun penatalaksanaan kasus.
4. Bagi institusi pendidikan :
Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran baik
teori maupun praktik. Agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan
dan wawasan tentang teori-teori pada nifas.
5. Bagi pasien dan keluarga pasien :
Keluarga diharapkan teliti dan tanggap berpartisipasi terhadap kesehatan ibu
nifas agar tidak terjadi kegawatdaruratan serta mengerti tentang bahaya
35
yang timbul selama masa nifas, serta mampu memberikan pertolongan
pertama serta cepat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan pada
tempat pelayanan kesehatan.
36