Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

Refleksi Diskusi Kasus Asuhan Kebidanan Ibu Nifas


Dengan Hemorragic Post Partum Sekunder
Di RSUD Beriman Balikpapan

Disusun Oleh :
- Kristin Patadungan
- Utami Naafi’u Rahmah
- Widya Lestari

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR PRODI D-III KEBIDANAN
BALIKPAPAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Refleksi Diskusi Kasus Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas Fisiologis Di RSUD Beriman
Kota Balikpapan

Makalah seminar kasus ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim
penguji Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Kebidanan
Prodi DIII Kebidanan Balikpapan
Pada tanggal 08 Mei 2021

Pembimbing

Lusita Hakim,S.ST (...............................................)


NIP.

Eli Rahmawati,
NIP. 198012052002122001 (...............................................)

Mutiara Puspita Sari


NIP. 198104232002122001 (...............................................)

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi DIII Kebidanan Balikpapan

Inda Corniawati, M.Keb Ernani Setyawati, M.Keb


NIP. 197508242006422002 NIP. 198012052002122001

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan............................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................iii
Kata Pengantar...................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan Umum.........................................................................................................2
C. Tujuan Khusus........................................................................................................2
D. Rumusan Masalah...................................................................................................2
BAB II Dasar Teori............................................................................................................2
1. Konsep Dasar Teori Nifas......................................................................................3
2. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir.....................................................................7
BAB III Asuhan Kebidanan..............................................................................................14
BAB IV Pembahasan.........................................................................................................31
BAB V Kesimpulan dan Saran..........................................................................................33
Lampiran............................................................................................................................35

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul Refleksi Kasus Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Hemorragic Post Partum Sekunder

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Ibu bersalin merupakan seorang yang sedang berjuang, bila karena suatu hal
tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa meninggal selama proses persalinan
berlangsung. Lebih dari separuh jumlah kematian ibu terjadi dalam waktu 24
jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan
darah. Perdarahan hebat adalah penyebab yang paling utama dari kematian
ibu di seluruh dunia. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup
setelah mengalami perdarahan postpartum, namun akan menderita akibat
kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan.Perdarahan postpartum sekunder adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama sampai dengan 6 minggu,
penyebab utama perdarahan post partum sekuder adalah sisa plasenta dan
robekan jalan lahir. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk
menentukan jumlah perdarahan sekunder yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah,
limbung berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik
<90mmHg, denyut nadi>100x/menit, kadar Hb<8g/dL(Sarwono,2011).
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam
kehamilan dan persalinan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan
mengalami perdarahan sampai meninggal.Perdarahan pasca persalinan
terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang paling
banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum sekunder yaitu
perdarahan pasca persalinan yang terjadi setelah 24 jam kelahiran (Nugroho,
2010).
Perdarahan post partum sekunder apabila tidak ditangani dengan baik
akan mengakibatkanmengalami anemia berkepanjangan. Selain itu juga akan

1
mengakibatkan syok hipovelemik atau syok hemorrhagic serta mudah terjadi
komplikasi infeksi terutama akibat dari trauma jalan lahir. Beberapa
pencegahan dapat dilakukan dengan deteksi secara dini komplikasi dan
penyulit persalinan dan nifas (fadlun,2011).
Berdasarkan Uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan Studi kasus
dengan Hemorragic Post Partum Sekunder, maka penulis mengambil judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Hemorragic Post Partum
Sekunder Di RSUD kota Balikpapan”.

B. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan.

C. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas
2. Menentukan diagnosa kebidanan
3. Menentukan masalah dan kebutuhan
4. Melakukan perencanaan asuhan Kebidanan pada masa nifas
5. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
6. Melakukan pendokumentasikan asuhan kebidanan dengan metode Helen
Varney dan SOAP

D. Rumusan Masalah
1. Apa itu masa nifas?
2. Bagaimana perubahan fisiologi masa nifas?
3. Bagaimana perubahan psikologi masa nifas?
4. Seperti apa tahapan pada masa nifas?
5. Apa saja tanda bahaya masa nifas?
6. Apa saja asuhan yang diberikan bidan pada masa nifas?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Teori Nifas

a. Definsi Nifas
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi
(Maritalia,2012).
Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar
60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini. Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan
dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup
(Maritalia,2012).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu (Nugroho,dkk,2014).

3
b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Perubahan Fisiologis Pada Ibu
Nifas

Sistem Sistem endokrin Sistem Sistem urinaria


reproduksi gastrointestinal

Otot polos HCG Kurang KIE luka Kandung kemih


berkontraksi menurun perineum kurang sensitive

Estrogen Menahan defekasi Urine residual


Involusi uterus, menurun
lochea

Prolaktin Konstipasi
meningkat

Produksi ASI

c. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Adaptasi psikologi ibu terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Hari ke-1 (Taking In)
Ibu terfokus pada diri sendiri, minta diperhatikan
2) Hari ke-2 (Taking Hold)
Ibu menjadi mandiri, punya keinginan merawat bayinya
3) Minggu pertama (Letting Go)
Masa mendapat peran baru, ibu memulai melakukan kegiatan dan
meminta bantuan pada orang lain, beri dukungan baik dari petugas
maupun keluarganya.

d. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, menurutDewi (2011) yaitu


puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium.
Adapun tahapan tersebut sebagai berikut:

4
1) Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan serta
menjalankan aktivitasnya layaknya wanita normal lainnya.
2) Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

e. Tanda Bahaya Masa Nifas


1) Pengeluaran vagina yang baunya membusuk
2) Rasa sakit di bagian bawah abdomen/punggung
3) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik
4) Gangguan masalah penglihatan/penglihatan kabur
5) Pembengkakan di wajah atau tangan
6) Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK atau merasa tidak enak badan
7) Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit
8) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
9) Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan pada kaki
10) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan
diri sendiri
11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah (Prawirohardjo, 2010).

5
f. Asuhan Bidan Pada Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam 1.  Mencegah perdarahan masa nifas
setelah karena atonia uteri.
persalinan 2.   Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3.  Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
4.   Pemberian ASI awal, 1 jam setelah
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berhasil dilakukan
5.   Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
6.   Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermia. Jika
petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama sudah kelahiran atau
sampai bayi dan ibu dalam keadaan
stabil 
2 6 hari 1.   Memastikan involusi uterus
setelah berjalan normal, uterus
persalinan berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2.   Menilai adanya tanda – tanda

6
Kunjungan Waktu Tujuan
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3.   Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit pada bagian
payudara ibu
4.   Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari
3 2 minggu 1.   Memastikan involusi uterus
setelah berjalan normal, uterus
persalinan berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2.   Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3.   Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, cairan dan
istirahat
4.    Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5.      Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari
4 6 minggu 1.      Menanyakan pada ibu tentang

7
Kunjungan Waktu Tujuan
setelah penyulit yang ia atau bayi alami
persalinan 2.      Memberikan konseling untuk
menggunakan KB secara dini.

2. Konsep Dasar Teori HPP (Haemorragic Post Partum)


a. Definisi
Haemorragic Post Partum (HPP) atau Perdarahan Post Partum adalah
perdarahan setelah bayi lahir yang volumenya melebihi 500 ml. Kondisi
dalam persalinan menyebabkan kesulitan menentukan jumlah perdarahan
yang terjadi karena bercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian
atau kain alas tempat tidur.
Oleh sebab itu maka batasan operasional untuk periode pasca
persalinan adalah setelah bayi lahir. Sedangkan tentang jumlah
perdarahan, disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana
telah menyebabkan perubahan tanda vital (Sarwono; 2001) seperti:
a) Pasien mengeluh lemah b. Berkeringat dingin
b) Menggigil
c) Hipernea
d) Sistolik < 90 mm Hg f. Nadi > 100 x/menit g. KadarHb < 8gr

b. Pembagian Perdarahan Post Partum:


a) Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi selama 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama post partu
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan
robekan jalan lahir. Terbanyak dalam dua jam pertama.
b) Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam anak lahir. Biasanya hari ke 5-15 post partum.
Penyebab utama perdarahan adalah robekan jalan lahir dan sisa
plasenta atau membran (Manuaba,2010).
c. Etiologi Perdarahan Post Partum

8
Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut (Joseph dan
Nugroho,2011:165) , (Harry dan William, 2010:461) dan (Prawirohardjo,
2009:523).
1) Retensio sisa plasenta
a) Pengertian
Sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian
plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan
perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau
perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage)
yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Plasenta
harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan banyak perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio
karsinoma.
b) Tanda dan gejalanya
Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang
timbul adalah uterus berkontraksi baik yang ditandai dengan perut
di bagian fundus teraba keras dan ibu merasakan mules pada
bagian perut tersebut tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang.
c) Penanganan
Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan bila serviks
terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah/jaringan. Bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan dilatasi dan kuretase(dilakukan oleh dokter obsgyn).

2) Inversio uteri
9
a) Pengertian
Inversio uteri adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum,
yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
b) Tanda dan gejala
Syok karena kesakitan, perdarahan banyak bergumpal, di vulva
tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang
masih melekat, bila baru terjadi maka prognosis cukup baik akan
tetapi bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang
mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis dan
infeksi.
c) Penanganan
(1) Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk
cairan/darah pengganti dan pemberian obat-obatan.
(2) Beberapa serter memberikan tokolitik /MgSO4 untuk
melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan
reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas
masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai
tangan masuk kedalam uterus pada posisi normalnya. Hal
ini dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas atau
belum terlepas.
(3) Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila
berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan
uterotonika lewat infus atau IM (intra muskular), tangan
tetap dipertahankan untuk konfigurasi uterus kembali
normal dan tangan operator baru dilepaskan.
(4) Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan
kebutuhannya.
(5) Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang
keras menyebabkan manuver diatas tidak bisa dikerjakan,
maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau

10
terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah
mengalami infeksi dan nekrosis.

3) Endometritis
1) Pengertian
Endometritis adalah radang pada endometrium, kuman- kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insertio
plasenta dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa
patogen, radang terbatas pada endometrium.
2) Tanda dan gejala
Tanda dan gejala tergantung pada virulensi kuman, daya tahan
penderita dan derajat trauma jalan lahir. Kadang lokhia tertahan
oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban, keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu
yang segera hilang setelah diatasi. Tanda yang sering muncul
adalah uterus agak membesar, nyeri pada perabaan, uterus
lembek, pada endometritis tidak meluas pada hari pertama
penderita merasa kurang sehat, nyeri perut, mulai hari ke-3 suhu
meningkat, nadi cepat, lokia kadang-kadang berbau.
3) Penanganan
Jika bidan menemukan kasus di tempat praktek lakukan
kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan rujukan yang paling
penting stabilkan dulu kondisi ibu dengan pemberian cairan jika
kondisi tidak terlalu parah beri minum lewat mulut kemudian
lakukan pemasangan infus sebelum dirujuk ke rumah sakit. Di
rumah sakit setelah kolaborasi dengan dokter segera siapkan
transfusi darah jika ada perdarahan, berikan antibiotik kombinasi
sampai ibu bebas demam selama 48 jam berupa Ampisilin 2gr IV
setiap 6 jam, gentamisin 5mg/lg berat badan lewat IV tiap 24 jam,
metronidazole 500mg IV tiap 8 jam, jika demam masih ada 72
jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis. Jika diduga ada sisa
11
plasenta, lakukan ekplorasi digital, keluarkan bekuan serta sisa
kotiledon, gunakan foseps ovum atau kuret besar bila diperlukan,
jika tidak ada kemajuan dengan terapi konservatif, dan ada
peritonitis (demam, nyeri lepas, dan nyeri abdomen), lakukan
laparatomi dan drain abdomen, jika uterus terinfeksi dan nekrotik,
lakukan histerektomi subtotal.

4) Hematoma
a) Pengertian
Hematoma adalah didapatkannya gumpalan darah sebagai akibat
cidera atau robeknya pembuluh darah wanita hamil aterm tanpa
cidera mutlak pada lapisan jaringan luar. Penyebab terutama
karena gerakan kepala janin selama persalinan (spontan), akibat
pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh darah selama
anestesi lokal atau penjahitan dan dapat juga karena penjahitan
luka episiotomi atau ruptur perinei yang kurang sempurna.
b) Tanda dan gejala
Terdapat nyeri yang tidak dapat hilang walaupun diberi analgesik,
terdapat pembengkakan pada vulva dan vagina, perubahan warna,
nyeri tekan, tekanan rectal dan massa fluktuan yang bisa diraba
per rektum atau pervaginam. Apabila darah yang hilang dari
sirkulasi umum berjumlah banyak, terdapat gejala pucat
takikardia, hipotensi bahkan syok.
c) Penanganan
(1) Hematoma yang kecil tidak memerlukan tindakan aktif namun
hematoma harus dijaga agar tetap bersih dan karena nekrosis
jaringan bisa diikuti oleh infeksi, pasien harus menerima
preparat antibiotika.
(2) Hematoma yang besar memerlukan terapi pembedahan. Luka
tersebut dibuka, bekuan darah dikosongkan, dan jika
ditemukan titik perdarahan daerah ini diikat, daerah bekas
hematoma ditampon menggunakan kassa steril sementara di
12
dalam vagina juga ditempatkan tampon untuk menekan.
Tampon ini dibiarkan selama 24 jam hingga 48 jam.
Antibiotika diberikan, transfusi darah dilakukan kalau perlu,
dan pasien diobservasi dengan cermat untuk menjaga apabila
sewaktu-waktu terjadi perdarahan yang baru.

6) Gejala Klinis

Perdarahan Postpartum Efek perdarahan banyak bergantung


pada volume darah sebelum hamil, derajat hipervolemia-
terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan.
Gambaran PPP yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi
dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai
terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah
tersebut menimbulkan tandatanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas
dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2012).

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Langkah I
Pengkajian
A. Identitas
Nama Ibu : Ny.M Nama Suami : Tn.H
Umur : 35 thn Umur : 38 thn
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
No. Hp : 085277474373
Alamat : Perum taman intan griya indah
B. Anamnesa
Tanggal : 10/06/21 Jam : 13.00
1. Keluhan utama : Keluar darah banyak pervaginam
2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu :
- Nafsu makan : Ibu makan 3x sehari porsi sedang
- Mobilisasi : Ibu dapat miring kanan-kiri & berjalan di area tempat
tidur
- Diet/makanan : Tidak ada
- Alergi obat/makanan : Tidak ada
- Perubahan makanan yang dialami: Tidak ada
- Defekasi/miksi : BAB(+) / BAK(+)
- Aktifitas sehari-hari : Miring kanan-kiri , berjalan ke kamar mandi,
mengerjakan pekerjaan rumah
- Istirahat dan tidur : 1-2 jam siang / 7-8 jam malam
3. Aspek Psikologis
- Reaksi ibu terhadap bayinya : Sangat bahagia karena bayinya telah
lahir.
- Reaksi ibu terhadap proses persalinan : Cemas

14
- Reaksi ibu saat sekarang : Tenang & bahagia
4. Riwayat Perkawinan :
- Status Perkawinan: Kawin Ya ☐Tidak
- Perkawinan Ke : 1 Usia Perkawinan : 7 thn

5. Riwayat Kehamilan dan persalinan yang lalu:


Ha Jumlah Diperi Imuni Kelain Obat Jeni Penolong Tempt Penyu Kea M Usia Kontrasepsi
mil & ksa sasi an yang s Persalinan Persali lit daan as anak yang
ke tempat oleh TT Selam dimin Pers nan persali dan a sekara digunakan
Kunjung a um alina nan JK Ni ng
an ANC Hamil selam n bayi fas
a
hamil

1 Puskes Bidan Leng - Fe Spo Bidan Rs - baik 14 Suntik 3


mas kap ntan thn bulan
Gn.
Sari

2 Puskes Bidan lengk - Fe Spo Bidan Rs - baik 10thn Suntik 3


mas ap ntan bulan
Gn.
Sari

3 Puskes Bidan Leng Fe,ka Spo Bidan BPM baik 8 hari


mas kap lk ntan Nilaw
Damai. ati

6. Riwayat Kehamilan saat ini:


HPHT : /11/2020 TP: /07/21
Usia Kehamilan : 39-40 mg
Mulai merasakan gerakan janin :
ANC : Ya : 4 Kali, tempat : Puskesmas Damai
☐ Tidak
Imunisasi TT :  Ya: 5 Kali ☐ Tidak

Obat-obatan :  Tablet Fe  Kalsium ☐ Lain-lain:


Keluhan Selama hamil :
- Rasa lelah : Ada

15
- Mual dan muntah : Ada
- Nyeri perut : Tidak ada
- Panas menggigil : Tidak ada
- Sakit kepala : Tidak ada
- Penglihatan Kabur : Tidak ada
- Nyeri waktu BAK : Tidak ada
- Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada
- Nyeri pada tungkai: Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
- Perawatan Payudara : Tidak: alasan.....kurang pengetahuan tentang
perawatan payudara.
- Senam hamil : Tidak: alasan.....
Rencana KB yang akan datang:

☐ Pantang berkala Pil ☐ Suntik IUD

☐ Steril ☐ Lain-lain ☐ Tidak KB,alasannya

7. Riwayat persalinan saat ini


- Tempat melahirkan : BPM Nilawati
Hari/tanggal/jam : 01-06-21/ 00:39
- Ditolong oleh : Bidan
- Jenis persalinan :  Spontan ☐ Secsio caesaria ☐
Vakum/forcep ektraksi ☐ Lain-lain : .................
- Kelainan dalam proses persalinan : Tidak ada
- Lama persalinan : Kala I :- Kelainan:
tidak ada
Kala II : 30 menit Kelainan: tidak ada

Kala III : 10 mnt Kelainan: tidak ada

Jumlah Perdarahan : Kala I : 25 cc


Kala II : 50 cc
Kala III : 150 cc
Kala IV : 20 cc
Jumlah : 245 cc

16
- Ketuban : Utuh
Pecah jam : 00:35 Spontan Amniotomi

Warna : Jernih ☐ Keruh Mekoneum

Banyaknya /jumlah : 50 cc
Bau :-
- Keadaan Plasenta : Utuh lengkap
Lahir/jam : 00.50

 Spontan ☐ Manual ☐ Kuretase

Keadaan :  Lengkap ☐ Tidak Lengkap

Berat/diameter/tebal : 1000 gr/22 cm/2,5 cm


Kelainan : Tidak ada
Panjang tali pusat : 50 cm

Insersi tali pusat : ☐ Marginalis Sentralis ☐ Lain-


Lain: ...........

- Keadaan Perineum : Episiotomi : ☐ Ya:.....................  Tidak


 Perineum utuh ☐ Ruptur:
Tingkat.............

Hacting: ☐ Ya:...................Jahitan  Tidak

- Kontraksi Uterus :  Baik ☐ Lembek,


Tindakan:....................
TFU: Sepusat
- Kelainan selama proses persalinan : Tidak ada
- Tindakan selama proses persalinan : Tidak ada
- Keadaan Bayi:
Jenis kelamin bayi : Laki-laki Perempuan ☐ Lain-
lain: ............
Berat bayi : 3400 gr
Panjang bayi : 50 cm
Apgar Score : 8/9
Tindakan ketika lahir : Penanganan BBL Normal

17
☐ Resusitasi

√ Inisiasi Menyusu Dini

Kelainan Pada Bayi : ☐ Ada:……………………………  Tidak


ada
8. Riwayat Kesehatan Keluarga:

Keturunan Kembar : ☐ Ada. Dari pihak....................  Tidak ada

Penyakit keturunan/menular :

☐ Diabetes melitus ☐ Hepatitis ☐ Penyakit Jantung

☐ Tifoid ☐ Hipertensi ☐ TBC

☐ Lain-lain , Jelaskan: .............................................................

9. Riwayat kesehatan Ibu yang lalu:


Penyakit keturunan/menular : Tidak ada

☐ Diabetes melitus ☐ Hepatitis ☐ Penyakit Jantung

☐ Tifoid ☐ Hipertensi ☐ TBC

☐ Lain-lain , Jelaskan: .............................................................

Operasi yang pernah dilakukan ibu : Caesar


10. Riwayat Psikososial Spiritual:

 Komunikasi
Bahasa yang digunakan :  Bahasa Indonesia ☐ Bahasa Daerah

☐ Lain-lain

Non Verbal :

 Keadaan emosional :
 Kooperatif ☐ Depresi ☐ Agresif ☐ Hipoaktif

☐ Hiperaktif ☐ Bingung ☐ Menarik Diri ☐ Cemas

☐ Marah ☐ Gelisah ☐ Lain-lain ......................

 Hubungan dengan keluarga:


 Akrab ☐ Biasa ☐ Renggang/terganggu

18
 Hubungan dengan orang lain:
 Akrab ☐ Biasa ☐ Renggang/terganggu

 Proses berfikir:
 Terarah ☐ Bingung ☐ Ilusi ☐ Halusinasi

 Ibadah/Spiritual:
 Patuh ☐ Tidak patuh

 Penggunaan atribut keagamaan:


 Ada .................... ☐ Tidak ada

 Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Bahagia karena bayi


diharapkan
 Dukungan Keluarga terhadap ibu : Support dari keluarga
 Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

11. Pengkajian Kebutuhan Bayi:

 Minum :  Asi saja ☐ ASI dan Susu Formula, alasan


☐ Bukan ASI, Alasannya……………………………

Masalah saat Pemberian Minum : ☐ Ada,  Tidak Ada

Jumlah menyusui dalam 1 hari : 1 kali

 Kebersihan :
Mandi : ☐ Tidak pernah  1 kali atau lebih dalam sehari

 Eliminasi : BAK : 3-4 x/hari, warna : Jernih


BAB : - x/hari, warna : -

 Imunisasi :  HB ☐ BCG Polio


☐ DPT ☐ Campak

Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas :


a. Keadaan umum :
- Kesadaran : Composmentis
- Bentuk/posisi tulang belakang : Normal tidak lordosis ataupun
skoliosis
-
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: 120/80 mmHg

19
- Suhu badan : 36,50C
- Denyut nadi : 110x/mnt
- Pernafasan : 20x/mnt
c. Pemeriksaan fisik
Inspeksi

 Kepala
Kulit kepala : Bersih
Konstruksi rambut : Tebal
Distribusi rambut : Rambut halus

 Mata
Kelopak mata : Tidak ada oedema & tidak nyeri
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik

 Muka
Kloasma gravidarum : Tidak ada
Pucat/tidak : Tidak pucat
Oedema : Tidak oedema

 Mulut dan gigi


Gigi geligi : Bersih putih
Mukosa mulut : Mulut bersih tidak ada stomatitis
Caries dentis : Tidak ada
Geraham : Lengkap/bersih
Lidah : Berwarna pink bersih

 Leher
Tonsil : Tidak tampak tonsil
Faring : Tidak ada pembesaran
Laring : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kelenjar getah bening : Tidak ada tampak kelenjar getah bening
Kelenjar tiroid : Tidak tampak pembesaran tiroid

20
 Dada
Bentuk : Simetris
Retraksi : Simetris

 Mammae
Hiperpigmentasi : Ada
Puting susu : Menonjol
Bentuk : Bundar
Warna : Coklat kehitaman

 Perut
Bekas operasi : Tidak ada
Strie : Tidak ada
Linea : Tidak ada
Membesar/asites : Tidak ada

 Vagina
Varises : Tidak ada
Pengeluaran : lochea
Oedema : Tidak ada
Perineum : Ada
Luka parut : Tidak ada
Fistula : Tidak ada
Kebersihan : Vagina bersih

 Ekstremitas
Oedema : Tidak oedema
Varises : Tidak tampak varises
Palpasi

 Leher
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kel. Getah bening : Tidak tampak kelenjar getah bening
Kelenjar tiroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid

21
 Dada
Mammae : Mamae berwarna hitam kecoklatan
Massa : Tidak ada massa
Konsistensi : Lembut
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran ASI : Ada pengeluaran kolostrum

 Perut
TFU : Sepusat
Uterus kontraksi : Keras
Kandung kemih : Kosong

 Tungkai
Oedema : Tidak oedema
Auskultasi

 Paru
Wheezing : Tidak terdengar wheezing
Ronchi : Tidak terdengar ronchi

 Jantung
Irama : Teratur
Frekuensi : Normal

 Perut
Bising usus ibu : Terdengar bising usus
Perkusi

 Dada
Suara : Tidak terdengar suara tidak normal

 Perut
 Ekstremitas
Refleks pattela : (+)

Pemeriksaan laboratorium

 Darah

22
Hb : 6,3 g/dl
Golongan darah :O +

 Urine
Protein : Normal
Albumin : Normal
Reduksi : Normal

 Pemeriksaan penunjang lain


USG : Tidak ada
X – Ray : Tidak ada

LANGKAH II
INTERPRETASI DATA DASAR

DIAGNOSA DASAR
P3A0 post partum hari ke 8 + HPP  DS : Ibu mengatakan perdarahan
sekunder pervaginam, perut mules, dan pusing
 DO :
- Telah lahir anak ke 3 , JK :
Perempuan
- Tidak pernah abortus
- KU : baik
- Kes : composmentis
- TD : 90/70mmHg , S : 37,50C,
N : 82/mnt , R : 20x/mnt
- TFU : sepusat, UC : keras
- Fluxus : 400 cc

MASALAH DASAR
Hemorragic Post Partum Sekunder S : Ibu mengatakan merasa lemas,
nyeri perut bagian bawah, pusing, serta
adanya pengeluaran darah pervaginam
bergumpal.

O:
TD : 90/70mmHg , S : 37,50C,
N : 82/mnt , R : 20x/mnt
TFU : sepusat, UC : keras
Fluxus : 400 cc
23
LANGKAH III
MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL DAN
MENGANTISIPASI PENANGANAN
Diagnosa Potensial:

- Syok hipovalemik

Dasar :

Ibu mengatakan merasa lemas, perut mules, pusing, serta adanya pengeluaran
darah pervaginam bergumpal dan telah ganti pembalut kurang lebih 5 x
pembalut nifas. Hilangnya darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar,
dapat menyebabkan syok hipovalemik, karena jantung tidak dapat memompa
cukup darah ke seluruh tubuh

Antisipasi : Kolaborasi dengan Dr.Sp.OG

LANGKAH IV

MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA

1) melakukan pemantauan sumber perdarahan, kontraksi dan PPV.


2) kolaborasi dengan dokter.
3) melakukan tindakan pemasangan infus guyur dalam 500ml (cairan infus RL),
4) melakukan tindakan eksplorasi sisa selaput ketuban.
5) Melakukan pemeriksaan penunjang (cek darah lengkap)

24
LANGKAH V

MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH

1. Bina hubungan baik dengan pasien dan keluarga


2. Lakukan observasi TTV, TFU, kontraksi uterus dan PPV.
3. Lakukan observasi tanda-tanda syok hypovalemik
4. Lakukan pemasangan RL (500 ml)
5. Lakukan pemeriksaan intake dan output cairan tubuh.
6. Lakukan kolaborasi dengan Dr.SpOG
7. Lakukan kuretase

LANGKAH VI

PELAKSANAAN ASUHAN LANGSUNG

1. Membina hubungan baik dengan pasien


2. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan . TD : 90/70 mmHg , S : 37,5ºC , N
: 82x/mnt , R : 20x/mnt. TFU : sepusat. UC : keras, fluxus : ± 400 cc
3. Melakukan observasi tanda-tanda syok yaitu keadaan umum ibu, TTV,
produksi urine dan perdarahan.
4. Melakukan pemasangan cairan RL 500 ml di tangan kiri agar mencegah
terjadinya syok hipovalemik
5. Menganjurkan ibu makan dan minum, agar cairan dalam tubuh seimbang dan
tidak adanya gangguann keseimbangan antara cairan dan elektrolit.

25
6. Melakukan kuretase pada ibu untuk membersihkan sisa plasenta di dalam ruang
rahim ibu
7. Melakukan kolaborasi dengan dr SpOG

LANGKAH VII
EVALUASI
Tanggal : 10/06/21 Jam : 03.00

1. Terbina hubungan baik dengan pasien


2. Pasien telah mengerti & memahami hasil dari penyampaian
3. Telah Dilakukan observasi tanda-tanda syok dari keadaan umum ibu, TTV,
produksi urine dan perdarahan.
4. telah terpasang cairan RL 500 ml di tangan kiri
5. Ibu mengerti dan ibu telah minum 2 gelas dan makan sedikit-sedikit.
6. Ibu telah dilakukan kuretase pada hari sabtu jam 09.00
7. Dilakukan kolaborasi dengan Dr.SpOG

26
DOKUMENTASI SOAP KEBIDANAN

Tanggal : 10/06/21 Jam : 13.00


S :

 ibu mengatakan melahirkan anak ke tiga, dan tidak pernah


keguguran
 ibu mengatakan melahirkan pada tanggal 1 juni 2021
 Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, lemas, pusing dan ada
pengeluaran darah pervaginam
O :

 Tidak pernah abortus


 KU : baik
 Kes : composmentis
 TD : 90/70mmHg , S : 37,50C , N : 82/mnt , R : 20x/mnt
 TFU : sepusat
 Uc teraba lunak
 Perdarahan : ± 400 cc

A : P3A0 post partum hari ke 9 dengan haemorragic post partum


Diagnosa Potensial:

- Syok hipovalemik

Dasar :

Ibu mengatakan merasa lemas, perut mules, pusing, serta adanya


pengeluaran darah pervaginam bergumpal dan telah ganti pembalut
kurang lebih 5 x pembalut nifas. Hilangnya darah dan cairan tubuh
dalam jumlah yang besar, dapat menyebabkan syok hipovalemik,
karena jantung tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh

27
Antisipasi : Kolaborasi dengan Dr.Sp.OG

P :
1. Membina hubungan baik dengan pasien
Hasil : Terbina hubungan baik dengan pasien
2. Memberitahu kepada ibu Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan .
TD : 90/70 mmHg , S : 37,5ºC , N : 82x/mnt , R : 20x/mnt. TFU ,
sepusat. UC : keras, fluxus : ± 400 cc
Hasil : Pasien telah mengetahui hasil pemeriksaan
3. Melakukan observasi tanda-tanda syok dari keadaan umum ibu, TTV,
produksi urine dan perdarahan.
Hasil : telah dilakukan observasi tanda-tanda syok dari kondisi ibu
4. Melakukan pemasangan cairan RL 500 ml di tangan kiri agar mencegah
terjadinya syok hipovalemik
Hasil : telah terpasang cairan RL 500 ml di tangan kiri
5. Lakukan pemeriksaan intake dan output cairan tubuh.
Hasil : ibu telah minum 2 gelas dan makan sedikit-sedikit.
6. Lakukan kuretase pada ibu
Hasil : ibu sudah dilakukan kuretase pada hari sabtu jam 09.00
7. Lakukan kolaborasi dengan Dr.SpOG
Hasil : Telah dilakukan kolaborasi dengan dr. SpOG

28
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan

Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan membahas tentang kasus
multipara dengan hemorogic post partum sekunder pada klien Ny.M P3A0 umur
35 tahun di Ruang Kebidanan RSUD BERIMAN BALIKPAPAN sejak kontak
pertama pada tanggal 09 Juni 2021 yaitu dimulai pada masa nifas.

B. Asuhan Kebidanan Nifas

a. Pengkajian

1) Data Subjektif

Menurut Nugroho (2010) Hemorragic post partum atau perdarahan post


partum adalah perdarahan setelah bayi lahir yang volumenya melebihi 500
ml. kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan menentukan jumlah
perdarahan yang terjadi karena bercampur air ketuban dan serapan
pakaian, oleh sebab itu maka batasan operasional untuk periode pasca
persalinan adalah setelah bayi lahir. Sedangkan yang lebih dari normal
dimana telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital.Pada pengkajian
data subjektif pada Ny. M didapatkan bahwa ibu mengatakan keluar darah
segar dan banyak dari jalan lahir, ibu merasa pusing dan lemas pada jam
18.00 wita tanggal 02 Juni 2021.

29
2) Data Objektif

Menurut Sarwono (2011) bahwa perubahan tanda vital seperti sistolik


> 90 mmHg, Nadi >100x/menit, Kadar Hb gr 6,3%, pasien mengeluh
lemah, pusing, berkeringat dingin, dan demam. Pada pengkajian data
objektif didapatkan adanya tekanan darah menurun 90/70 mmHg, Nadi :
83 x/menit, RR : 23X/menit dan Suhu : 37,5ᵒC. Pada langkah pertama ini
tidak ditemukan kesenjangan antara Teori dan Praktek

b. Analisa Diagnosa Dan Masalah Kebidanan

1) Diagnosa Kebidanan

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau


masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Estiwidani dkk, 2018).
Menurut Sarwono (2011)Hpp atau perdarahan post partum adalah
perdarahan setelah bayi lahir yang volumenya melebihi 500 ml. Kondisi
dalam persalinan menyebabkan kesulitan menentukan jumlah perdarahan
yang terjadi karena bercampur air ketuban dan serapan pakaian, oleh sebab
itu maka batasan operasional untuk periode pasca persalinan adalah setelah
bayi lahir. Sedangkan yang lebih dari normal dimana telah menyebabkan
perubahan tanda-tanda vital seperti pasien mengeluh lemah, berkeringat
dingin, mengigil, Sistolik <90 mmHg, Kadar Hb < 8 gr %.Maka ditegakkan
diagnosa pada Ny. M yaitu P3A0 dengan Hemorragic post partum sekunder.
Diagnosa ini berdasarkan data subjektif, yaitu: Diagnosa ini ditegakkan
berdasarkan data subyektif yang di peroleh yaitu : Ibu melahirkan anak
ketiga, tidak pernah keguguran, dan mengeluhkan pusing dan lemas serta
keluar darah banyak dari jalan lahir setelah pulang kerumah.

2) Masalah Kebidanan

Menurut Sarwono (2018) pada pemeriksaan fisik pasien yang


mengalami Hemorragic Post Partum Primer, wajah tampak pucat, gelisah

30
dan lemas tetapi kesadaran : composmentis. Pada pengkajian tersebut
terlihat ibu gelisah dan wajah tampak pucat

c. Antisipasi Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah


diidentifikasi (Estiwidani dkk, 2018). Menurut Manuaba (2013) diagnosa
atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah
yang telah teridentifikasi yaitu mudah terjadi syok hemorragic atau syok
hipovelemik, HPP Sekunder, dan Anemia. Berdasarkan data yang
dikumpulkan pada tahap pengkajian, masalah potensial yang dapat terjadi
pada Ny. M adalah terjadi syok hemorragic atau syok hipovelemik,
Perdarahan sekunder, Anemia.Dengan demikian tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek.

4) Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan


atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan (Estiwidani
dkk,2018). Hal tersebut diatas, maka tindakan segera yang diberikan pada Ny.
M yaitu memantau sumber perdarahan, kontraksi dan PPV,kolaborasi dengan
dokter dan advis, lakukan pemasangan cairan infuse RL dengan diguyur (500
ml), lakukan tindakan eksplorasi sisa selaput plasenta. Pada langkah ketiga ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik, yaitu tindakan segera sudah
dilakukan untuk mengantisipasi masalah potensial.

5) Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan


sesuai langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau

31
diantisipasi (Estiwidani dkk, 2018). Menurut Sarwono (2018) perencanaan
tindakaan Asuhan kebidanan yang direncanakan kepada Ny.M didasarkan
pada kebutuhan saat itu juga, Observasi TTV, observasi ketat TFU, kontraksi
pengeluaran perdarahan dari vagina yaitu untuk mengetahui status kesehatan
ibu saat ini. Ajarkan pada ibu cara massage pada uterus yaitu agar kontraksi
uterus baik dan mencegah dehidrasi karena perdarahan. Lakukan pemasangan
cairan infus RL guyur dalam 500 ml agar mencegah terjadinya syok
hipovelemik atau syok hemorragic, memberikan transfuse darah 2 kantong.
Ajarkan pada keluarga untuk memantau perdarahan yang terjadi pada ibu.
Lakukan pemeriksaan Intake cairan tubuh dan output cairan tubuh agar
didalam cairan tubuh harus seimbang dan tidak adanya gangguan
keseimbangan antara cairan dan elektrolit. Jadi, tidak ada kesenjangan antara
teori yang telah dikemukakan, dengan asuhan yang diberikan pada Ny. M.

6) Pelaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang


telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (Estiwidani dkk, 2018). Pelaksanaan asuhan kebidanan telah
dilakukan berdasarkan perencanaan asuhan yang telah dibuat. melakukan
pendekatan pada Ny. M untuk menjalin hubungan baik dan saling percaya
sehingga pemberian asuhan dapat berjalan lancar, mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan kebidanan, menginformasikan pada ibu dan
keluarga tentang hasil pemeriksaan yakni TD90/70 mmHg, S : 36ᵒC,
Pernapasan : 23 x / menit, Nadi : 92 x/menit, kontraksi uterus lembek, PPV
550cc. Mengajarkan ibu massage pada uterus, ibu mengerti dan siap
melakukan anjuran yang diberikan. Melakukan pemasangan infus RL, telah
terpasang cairan infus RL (500 ml )

dengan diguyur.Melakukan pemasangan blood set untuk transfuse (2

32
kantong). Melakukan pemeriksaan intake dan output cairan tubuh, intake
cairan : air minum 2 gelas, output cairan : belum BAK dan belum BAB
setelah proses persalinan. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, telah
dicatat pada status pasien. Pada langkah kelima ini tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktik yang dilakukan pada Ny.M, karena kebtuhan dan
asuhan yang diberikan pada Ny. M sudah mengarah pada teori.

7) Evaluasi

Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus
untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah
sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien (Wildan dan Hidayat,2018).
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
dalam diagnosa dan masalah (Estiwidani dkk, 2018). Setelah dilakukan
evaluasi akhir pemantauan ibu tidak mengalami dan tidak terjadi masalah
potensial seperti yang ditegakkan yaitu perdarahan sekunder, tidak terjadi
syok hemorragic ataupun syok

hipovelemik dan Anemia.

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan nifas dengan menggunakan
manajemen menurut varney pada kasus ibu nifas dengan hemoragic post partum
sekunder di RSUD Beriman Balikpapan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada ibu P3A0 dengan hemoragic post partum yaitu ibu
mengatakaan mengeluarkan darah segar dan banyak dari jalan lahir setelah
persalinan, ibu merasa pusing dan lemas, dan berdasarkan data objektif, KU
ibu lemah, TTV : TD 90/70 mmHg, S 37,5ᵒC, N 82 kali/menit, RR 20
kali/menit, TFU: Sepusat, Fluxus: ± 400cc.
2. Analisis masalah dan diagnosa, yaitu multigravida dengan Hemorogic post
partum sekunder hari ke 8
3. Antisipasi maslah potensial yang mungkin terjadi adalah resiko terjadi syok
hemorogic, syok hipovolemik, dan anemia berat
4. Tindakan segera yang dapat diberikan pada multigravida dengan hemoragic
post partum sekunder adalah mementau perdarahan, kontraksi dan PPV,
kolaborasi dengan dokter SpOG, lakukan pemasangan cairan infuse RL
dengan diguyur (500 ml), lakukan tindakan eksplorasi sisa selaput ketuban.
5. Perencanaan yang dapat diberikan adalah lakukan pendekatan pada klien,
suami dan keluarga, observasi TTV, observasi ketat TFU, kontraksi, ajarkan
ibu massase. Lakukan pemasangan infus RL. Ajarkan pada keluarga untuk

34
memantau perdarahan, lakukan permeriksaan, lakukan pemeriksaan intek
cairan tubuh dan output cairan tubuh. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.
6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
seperti diatas, yaitu melakukan pendekatan pada klien, suami dan keluarga,
mengobservasi TTV, mengobservasi ketat TFU, kontraksi, megajarkan ibu
massage, melakukan pemasangan infuse, mengajar pada keluarga untuk
memantau perdarahan, melakukan pemeriksaan intek cairan tubuh dan
output cairan tubuh. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
7. Evalusi asuhan kebidanan ibu post partum dengan HPP tidak terjadi
komplikasi pada ibu. Ibu pulang dalam keadan baik dan tidak terdapat
komlikasi
8. Pada kasus multigravida postpsrtum sekunder tidak ada kesenjangan teori
dan praktik lapangan
b. Saran
Berdasarkan simpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran yang
mungkin bermanfaat yaitu :
1. Bagi penulis :
Diharapkan bagi penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman pada kasus dalam memberikan asuhan kebidanan nifas fisiologis.
2. Bagi profesi :
Diharapkan bidan lebih mampu melakukan tindakan segera dan
merencanakan asuhan kebidanan nifas fisiologis
3. Bagi Instansi Rumah Sakit :
Agar lebih meningkatkan pelayanan dalam menangani kasus nifas, baik dari
segi sarana pra sarana, tenaga kesehatan, maupun penatalaksanaan kasus.
4. Bagi institusi pendidikan :
Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran baik
teori maupun praktik. Agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan
dan wawasan tentang teori-teori pada nifas.
5. Bagi pasien dan keluarga pasien :
Keluarga diharapkan teliti dan tanggap berpartisipasi terhadap kesehatan ibu
nifas agar tidak terjadi kegawatdaruratan serta mengerti tentang bahaya
35
yang timbul selama masa nifas, serta mampu memberikan pertolongan
pertama serta cepat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan pada
tempat pelayanan kesehatan.

36

Anda mungkin juga menyukai