2
DAFTAR ISI
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................49
3
BAB I
DEFINISI
1. PENGERTIAN
Asesmen pasien: adalah serangkaian proses yang berlangsung sejak dari fase pre-
rumah sakit hingga manajemen pasien di rumah sakit.
Asesmen Pasienadalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisien
mengevaluasi data pasien baiksubyektif maupun obyektif untuk membuat
keputusan terkait :
a. Status kesehatan pasien
b. Kebutuhan perawatan
c. Intervensi
d. Evaluasi
Asesmen awal: suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang
mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi leher dan
tulang belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
Asesmen Awal Pasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses dimana dokter,
perawat, dietisien mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien
masuk rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam
rekam medis
Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari proses dimana dokter
mengevaluasi data pasien baru rawat jalan
Asesmen Ulang Pasienadalah tahap lanjut dari proses dimana dokter, perawat,
dietisien mengevaluasi ulang data pasien setiap terjadi perubahan yang signifikan
atas kondisi klinisnya.
Asesmen pasien IGD adalah suatu proses penilaian kebutuhan pasien baik medis
maupun keperawatan pada pasien dengan kondisi gawat darurat yang dilakukan di
unit gawat darurat RSUD dr.Loekmonohadi Kudus.
Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien
5
DPJP adalah seorang dokter / dokter gigi yang bertanggung jawab atas pengelolaan
asuhan medis seorang pasien. DPJP juga bertanggung jawab terhadap
kelengkapan, kejelasan dan kebenaran serta ketepatan waktu pengembalian dari
rekam medis pasien tersebut
Case Manager adalah perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan atas setiap pasien. Tujuannya untuk menjamin mutu asuhan
keperawatan dari pasien tersebut.
Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan & kebidanan
yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang di mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara
derajat kesehatan yang optimal
Dietisienadalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri dalam
dietetika, studitentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah dan
mengobati penyakit.
Asesmen berkelanjutan: dilakukan selama transfer terhadap semua pasien, untuk
mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi pasien, berupa
perburukan/perbaikan kondisi.
2. TUJUAN
Tujuan dari Asesmen pasien adalah :
a. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan secara professional, efisien dan efektif yang
bermutu dan sesuai standar keselamatan pasien.
b. Tujuan Khusus
- Memberikan pelayanan medis, penunjang dan keperawatan sesuai
standar yang berlaku dan seragam bagi seluruh pasien di RSUD dr. Loekmonohadi
- Memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
- Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, efisien dan efektif
- Menjamin kenyamanan, keselamatan dan kepuasan pasien
6
BAB II
RUANG LINGKUP
Untuk kelompok pasien khusus, asesmen awal rawat inap dilakukan sesuai
dengan Panduan Asesmen Pasien Khusus RSUD dr.Loekmonohadi Kudus.
8
BAB III
TATA LAKSANA
9
danpenunjang, diagnosis, rencana pengobatan dan perawatan, pemeriksaan
tambahan untuk kasus khusus sesuai dengan profesi, serta nama dan tanda
tangan dokter dan perawat.
Isi asesmen awal pasien rawat Jalan meliputi:
Identitas pasien
Penilaian sosial ekonomi meliputi: pekerjaan, tempat tinggal,
statuspembiayaan, agama dan penilaian tertentu seperti kebutuhan bahasa,
edukasi dan kerohanian pasien.
Penilaian psikologi meliputi: perasaan pasien tentang penyakit yang
dialaminya.
Riwayat penyakit :
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat rawat inap sebelumnya
- Riwayat operasi yang pernah dialami
Pemeriksaan fisik meliputi :
- Pemeriksaan tanda vital :
tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna
- Pemeriksaan status generalis :
a) Kepala
b) Mata
c) THT Leher
d) Mulut
e) Jantung & pembuluh darah
f) Thoraks, paru – paru, payudara
g) Abdomen
h) Kulit dan sistem limfatik
i) Tulang belakang dan anggota tubuh
j) Sistem saraf
k) Genitalia, anus dan rectum
- Pemeriksaan status lokalis :
a) Inspeksi
b) Palpasi
10
c) Perkusi
d) Auskultasi
12
f. Pasien psikiatri
g. Pasien gigi dan mulut
h. Pasien dengan penyakit kulit dan kelamin
i. Pasien dengan penyakit THT
j. Pasien dengan penyakit mata
k. Pasien dengan penyakit syaraf
l. Pasien dengan keluhan psikologi
m. Pasien yang membutuhkan rehabilitasi medik
o. Pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh darah
p. Pasien dengan resiko malnutrisi
20. Untuk kelompok pasien khusus, asesmen rawat jalan dilakukan sesuai dengan
Panduan Asesmen Pasien Khusus RSUD dr.Loekmonohadi Kudus.
21. Resume pasien rawat jalan diisi oleh DPJP dan Perawat disetiap akhir
kunjungan pasien rawat jalan dan menjadi tanggung jawab DPJP.
22. Isi resume pasien rawat jalan adalah setiap riwayat kunjungan pasien ke rawat
jalan dan riwayat rawat inap di RSUD dr.Loekmonohadi atau riwayat
kunjungan ke fasilitas kesehatan lain bila relevan dengan kondisi pasien.
23. Resume pasien rawat jalan selalu berada di bagian awal berkas rekam medik
pasien untuk memudahkan staf untuk melakukan penilaian pada kunjungan
berikutnya.
24. Apabila terjadi kegawatan di poli rawat jalan asesmen kegawatan
dinilaiSegera sesuai dengan Panduan Pasien Emergency.
25. Berdasarkan asesmen awal dan asesmen ulang, dapat
diketahuikebutuhanpasien untuk dilakukannya asesmen tambahan.
26. Asesmen tambahan tersebut, baik berupa konsultasi, tindakan medis dan
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan di RSUD dr.Loekmonohadi Kudus.
27. Apabila pelayanan asesmen tambahan yang dibutuhkan tidak dimiliki
rumahsakit, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan lain di luar
RSUD dr.Loekmonohadi Kudus
28.Seluruh keputusan dan prosedur tindakan asesmen tambahan yang dilakukan
harus dicatat dalam rekam medis pasien sesuai dengan Panduan Transfer
Pasien.
29.Kebutuhan medis pasien rawat jalan akan dianalisis
dandiintegrasikanberdasarkan hasil asesmen oleh semua staf pemberi
13
pelayanan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien, baik antar staf di
dalam maupun antar poliklinik.
30. Analisis dan integrasi hasil asesmen yang dilakukan antar staf maupun
poliklinik menghasilkan urutan prioritas kebutuhan pasien.
15
- Pemeriksaan status lokalis :
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
b. Asesmen Ulang
1. Semua pasien rawat inap dilakukan asesmen ulang oleh dokter dan perawat
pada interval tertentu untuk mengetahui:
. respon terhadap pengobatan
. merencanakan pengobatan lanjutan
. merencanakan pemulangan dari RSUD dr. Loekmonohadi
. menanggapi perubahan kondisi pasien yang signifikan
. perubahan diagnosis sehingga memerlukan perubahan rencana
perawatan dan pemulangan
2. Pada asesmen ulang dilakukan pemantauan kondisi klinis, respon terhadap
tindakan, terapi baik obat-obatan maupun terapi lainnya seperti terapi gizi,
rehabilitasi dan lain-lain.
3. Seluruh pasien dilakukan asesmen ulang oleh DPJP dan Tim Pelayanan
Pasien setiap hari selama perawatan termasuk hari Minggu atau hari Libur.
4. Asesmen ulang didokumentasikan dalam rekam medik.
17
5. Form asesmen ulang pasien rawat inap dibagi dalam lembar harian pasien
dan form monitoring (terlampir).
6. Lembar harian pasien berisi asesmen medis harian, perintah dari staf medis
dan lainnya, pelaksanaan perintah, pemberian terapi, tindakan, catatan
konsultasi dengan staf lainnya, hasil pemeriksaan penunjang, tindakan
rehabilitasi, evaluasi keperawatan dan lain-lain. Seluruh pemberian
pelayanan kesehatan kepada pasien dicatat dalam lembar harian.
7.Lembar harian pasien menjadi tanggungjawab seluruh staf pemberi
pelayanan, dan dikoordinasikan oleh PPJP.
8. Form monitoring berisi catatan kondisi umum dan hemodinamik, catatan “In
dan Out”, dan pemberian obat-obatan dan dokumentasi efek samping atau
alergi yang terjadi.
9.Form monitoring menjadi tanggung jawab perawat primer (PP) dan
dikoordinasikan oleh PPJP.
10. Resume pasien diisi oleh DPJP dan Perawat sebelum pasien pulang dari
rumah sakit menggunakan Form Resume Pasien Pulang.
11.Salinan Resume Pasien diberikan kepada pasien dan kepada pihakpenjamin
pembiayaan pasien apabila diminta.
12. Apabila terjadi kegawatan di ruang rawat inap asesmen kegawatan dinilai
segera sesuai dengan Panduan Pasien Emergency.
13. Pasien dalam kondisi terminal dilakukan asesmen dan pengelolaan sesuai
dengan Panduan Pasien Paliatif.
c. Asesmen Tambahan
1. Berdasarkan asesmen awal dan asesmen ulang, dapat diketahui kebutuhan
pasien untuk dilakukannya asesmen tambahan.
2. Asesmen tambahan tersebut, baik berupa konsultasi, tindakan medis dan
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
3. Apabila pelayanan asesmen tambahan yang dibutuhkan tidak dimiliki rumah
sakit, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan lain di luar RSUD
dr.Loekmonohadi Kudus.
4. Seluruh keputusan dan prosedur tindakan asesmen tambahan yang dilakukan
harus dicatat dalam rekam medis pasien sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
18
Asesmen Kolaborasi /Asesmen Terintegrasi
1. Dokter, perawat dan individu yang memberikan pelayanan kesehatanlainnya
yang bertanggungjawab terhadap perawatan pasien bekerja sama untuk
menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien.
2. Analisis dan integrasi hasil asesmen menghasilkan urutan prioritas kebutuhan
pasien.
3. Dari kerjasama ini dapat teridentifikasi kebutuhan pasien sehingga keputusan
pelayanan dapat ditentukan.
4. Jika kebutuhan pasien tidak kompleks, proses bekerja sama dapatbersifat
sederhana dan informal dan tercatat dalam Rekam Medik.
5. Pada pasien dengan kebutuhan yang kompleks atau belum pasti, kepala
ruangan atau PPJP dapat mengkoordinasikan pertemuan formal tim pemberi
pelayanan, pertemuan antara Tim dan pasien atau keluarganya pada waktu
tertentu sesuai SPO Konferensi antar Tim dan atau Pasien / Keluarga.
21
12. Data dari Asesmen medis dan keperawatan IGD akan menghasilkan daftar
masalah dan diagnosis awal yang digunakan untuk merencanakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
13. Perencanaan Pemulangan direncanakan segera dan termasuk dalam
asesmen keperawatan sesuai dengan Kebijakan Pemulangan Pasien.
14. Asesmen pasien IGD harus diselesaikan sebelum pasien dirawat inap dan
dituliskan indikasi rawatnya. Data penunjang yang menjadi dasar
perawatan pasien harus sudah disertakan.
15. Hasil pemeriksaan penunjang selain yang menjadi dasar perawatan inap
pasien dapat disusulkan setelah pasien masuk ke unit rawat inap.
16. Pasien yang sesuai kondisinya direncanakan operasi atau tindakan khusus
di IGD, asesmen IGD harus sudah dilengkapi dengan data penunjang yang
mendukung indikasi operasi atau tindakan. Sedangkan data penunjang lain
yang melengkapi dapat dilengkapi selama pasienrawat inap.
17.Selama di IGD, pasien yang membutuhkan asesmen ulang
karenakondisinya, akan dipantau dengan interval tertentu atau sesuai
dengan petunjuk dokter untuk mengetahui:
. respon terhadap pengobatan
. merencanakan perawatan lanjutan
. menanggapi perubahan kondisi pasien yang signifikan
.perubahan diagnosis sehingga memerlukan perubahan rencana
perawatan
18.Pada asesmen ulang dilakukan pemantauan kondisi klinis, respon terhadap
tindakan, terapi baik obat-obatan maupun terapi lainnya seperti terapi gizi,
rehabilitasi dan lain-lain.
19. Asesmen ulang didokumentasikan dalam rekam medis menggunakan form
Rekaman Pelaksanaan Pelayanan IGD dan Lembar Catatan Observasi
Pasien IGD.
20. Untuk kelompok pasien khusus, asesmen pasien IGD dilakukan sesuai
dengan Panduan Asesmen Pasien Khusus RSUD dr.Loekmonohadi
Kudus.
21. Resume perawatan pasien harus diisi setiap pasien yang telah
selesaimendapatkan pelayanan kesehatan di IGD dan diperbolehkan
pulang oleh DPJP IGD. Apabila pasien masuk ke rawat inap, maka resume
22
perawatan pasien diisi oleh DPJP pada saat pasien pulang dari unitrawat
inap.
22. Resume pasien selalu berada di bagian awal berkas rekam medik pasien
untuk memudahkan petugas kesehatan untuk melakukan penilaian pada
kunjungan berikutnya.
23. Berdasarkan asesmen awal dan asesmen ulang, dapat diketahui
kebutuhan pasien untuk dilakukannya asesmen tambahan.
24. Asesmen tambahan tersebut, baik berupa konsultasi, tindakan medis dan
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan di RSUD dr.Loekmonohadi
Kudus.
25. Apabila pelayanan asesmen tambahan yang dibutuhkan tidak dimiliki
rumah sakit, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan lain di luar
RSUD dr.Loekmonohadi Kudus dengan persetujuan pasien / keluarganya.
26. Seluruh keputusan dan prosedur tindakan asesmen tambahan yang
dilakukan di luar rumah sakit harus dicatat dalam rekam medis pasien
sesuai dengan Panduan Transfer Pasien.
27. Kebutuhan medis pasien IGD akan dianalisis dan diintegrasikan
berdasarkan hasil asesmen oleh semua staf pemberi pelayanan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien, baik antar staf di IGD maupun
dengan staf konsulen.
ASESMEN GIZI
Skrining status gizi pasien untuk pasien dewasa/geriatri dengan metode MUST, ibu
hamil/nifas dengan metode AMPL, bayi/anak dengan metode strong KIDS Pengelolaan
nutrisi pasien sesuai dengan Panduan Pelayanan Gizi.
Petunjuk TeknisAsesmenGizi AwalPasien
A. PASIEN DEWASA / GERIATRI
1. Penurunan berat badan tidak diinginkan akibat kondisi penyakit yang menyebabkan
nafsu makan berkurang, bukan penurunan berat badan karena program diet rendah
kalori.
2. Asupan Makan Kurang
Selama 6 bulan terakhir makan lebih sedikit dari biasanya (< 50 % porsi yang
disajikan) selama ≥ 5 hari
23
3. Pasien Obesitas
Indek Masa Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2 atau berat badan > 120% berat badan ideal
atau tampak sangat gemuk.
BB(kg)
Rumus IMT =
TB(m)2
Status Gizi
Obesitas : ≥ 25kg/m2
Lebih : 23 – 24,9 kg/m2
Normal : 18,5 – 22,9 kg/m2
Kurang : < 18,5 kg/m2
Rumus berat badan ideal = 90% (TB – 100)
BB aktual
Status Gizi x 100%
BB ideal
Obesitas : > 120 %
Lebih : > 110 %
Normal :90 – 110 %
Kurang : < 90 %
4. Diagosis Khusus (salah satu/lebih) :
a. Penyakit dalam : diabetes mellitus, gagal ginjal akut/kronik, hepatitis kronik,
sirosis hepatis, HIV–AIDS, dyspepsia, DHF, demam thypoid, sindrome metabolik
(obesitas, hiperkolesterol, hipertrigliserida) dan hipertensi.
b. Penyakit syaraf : stroke, low back pain/sakit pinggang, sakit/nyeri kepala, trauma
kepala dan infeksi otak.
c. Penyakit jantung : infark heart disease, nyeri dada/angina pektoris, faktor resiko
jantung koroner, dan gagal jantung.
d. Penyakit bedah : kanker, luka bakar, batu ginjal dan operasi saluran cerna/besar.
e. Penyakit paru : TB, PPOK dan asma.
f. Penyakit mata : retinopati DM, konjungtivitis vernalis, rabun senja, xeroftalmia.
g. Penyakit kulit dan kelamin : dermatitis, alergi dan penyakit menular seksual.
h. Penyakit orthopedi : kanker tulang, infeksi tulang, osteoporosis dan osteoartritis.
i. Penyakit THT : rhinitis alergi, kanker nasofaring
j. Penyakit jiwa : gangguan jiwa tidak patuh minum obat dan efek samping obat
k. Penyakit gigi : oral higiene buruk dan infeksi gigi.
24
B. PASIEN BAYI / ANAK
25
Asesmen Awal Resiko Malnutrisi
Parameter Skor
A. Pasien mengalami penurunan BB tidak diinginkan selama 6 bulan terakhir?
1. Tidak ada penurunan BB 0
2. Tidak yakin / tidak tahu / baju terasa lebih longgar 2
3. Jika ada penurunan BB
1 – 5 kg 1
6 – 10 kg 2
11 – 15 kg 3
.>15 kg 4
B. Asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan
4. Tidak 0
5. Ya 1
C. Pasien dengan diagnosis khusus □ Ya □ Tidak
(DM/stroke/jantung/CKD/lain-lain sebutkan ……………………………….)
Skor Total
Jika skor ≥ 2 dan atau dengan diagnosis khusus dilakukan asesmen lanjut oleh Nutrisionis/Dietisien atau
dapat dikonsulkan langsung oleh DPJP kepada Dokter Spesialis Gizi Klinik (Sp.GK)
Kesimpulan : Berisiko Malnutrisi Ya Tidak
Jika ada jawaban “Ya” pasien berisiko malnutrisi, dilakukan asesmen lanjut oleh Nutrisionis/Dietisien atau dapat dikonsulkan
langsung oleh DPJP kepada Dokter Spesialis Gizi Klinik (Sp.GK)
Jika ada jawaban “Ya” pasien berisiko malnutrisi, dilakukan asesmen lanjut oleh Nutrisionis/Dietisien atau dapat dikonsulkan
langsung oleh DPJP kepada Dokter Spesialis Gizi Klinik (Sp.GK)
26
ASESMEN RISIKO JATUH
1) Risiko jatuh pada pasien dewasa:
a) Pencegahan risiko jatuh pasien dewasa:
Kategori Pasien dengan Risiko Tinggi
Memastikan tempat tidur/brankard dalam posisi rendah dan
roda terkunci
Menutup pagar tempat tidur/brankard
Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan
Letakkan tanda “Kewaspadaan Jatuh pada panel informasi
pasien
Pastikan pasien memiliki stiker warna kuning penanda
risiko tinggi jatuh pada gelang identifikasi
Lakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan
dengan persetujuan keluarga
b) Asesmen risiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan Morse
Fall Scale (Skala jatuh morse) sebagai berikut:
Faktor risiko Skala Poin Skor
pasien
Riwayat jatuh Ya 25
Tidak 0
Diagnosis sekunder(≥2 Ya 15
diagnosis medis) Tidak 0
Alat bantu Berpegangan pada perabot 30
Berpegangan pada perabot 15
Tidak ada/kursi roda/perawat/tirah 0
baring
Terpasang infuse Ya 20
Tidak 0
Gaya berjalan Terganggu 20
Lemah 10
Normal/tirah baring/imobilisasi 0
Status mental Sering lupa akan keterbatasan 15
yang dimiliki
Sadar akan kemampuan diri 0
sendiri
Total
Kategori
Risiko Tinggi = ≥45
Risiko Rendah = 25-44
Tidak ada Risiko = 0-24
27
2) Asesmen risiko jatuh pada anak-anak
a) Pencegahan risiko jatuh pasien anak-anak:
Kategori Pasien dengan Risiko Tinggi
Memastikan tempat tidur/brankard dalam posisi roda
terkunci
Pagar sisi tempat tidur/brankard dalam posisi
berdiri/terpasang
Lingkungan bebas dari peralatan yang tidak digunakan
Berikan penjelasan kepada orang tua tentang pencegahan
jatuh
Pastikan pasien memiliki stiker penanda risiko tinggi jatuh
pada gelang identifikasi dan tanda kewaspadaan dan panel
informasi pasien.
29
tanpa obat
TOTAL
Kategori:
Skor: 7-11 Risiko Rendah (RR)
≥ 12 Risiko Tinggi (RT)
ASESMEN NYERI
Kebijakan pelayanan pasien dengan nyeri
1. Semua pasien yang dilayani di RSUD DR. LOEKMONO HADI KUDUS dilakukan
pengkajian nyeri.
Pengkajian skala nyeri yang digunakan:
Untuk pasien bayi 0-1 tahun, gunakan skala NIPS.
Pada pasien dewasa dan anak > 3 tahun yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka gunakan Wong Baker FACES Pain Scale
Pada anak usia < 3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau untuk
pasien-pasien anak yang tidak dapat di nilai dengan skala lain gunakan FLACC
Behavioral Tool . FLACC singkatan dari Face, Legs, Activity, Cry, and
Consolability
Untuk pasien tersedasi menggunakan Comfort Scale dengan 9 kriteria untuk
mengetahui derajad sedasinya.
30
Berapa lama? □ < 30 menit □ > 30 menit
3. Rumah sakit berkewajiban untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
mengenai penanganan nyeri dan melibatkan pasien/keluarga untuk mendapatkan
hasil yang optimal dalam penanganan nyeri pasien, disesuaikan dengan konteks
keyakinan pribadi,budaya dan agama.
4. Asesmen pada nyeri dilakukan pada saat:
a. Asesmen awal nyeri di rawat jalan termasuk pasien dialisis dan Kemoterapi
dilakukan pada saat pasien periksa pertama dan setiap kali kunjungan
b. Asesmen awal nyeri pada pasien rawat inap dilakukan setelah pasien
diputuskan untuk rawat inap dan dilakukan dalam waktu 24 jam.
5. Asesmen awal nyeri dituliskan di format pengkajian awal dokter/ perawat,
asesmen ulang dituliskan pada lembar monitor terpadu dan catatan
perkembangan pasien terintegrasi.
7. Asesmen ulang nyeri pada pasien yang menunjukkan adanya rasa nyeri, adalah:
a. Pada pasien nyeri akut / kronik:
Apabila skala nyeri 3, asesmen ulang nyeri dilakukan tiap 8 jam
bersamaan dengan pengukuran tanda vital, ditulis dalam formulir
monitoring terpadu Rawat Inap.
Apabila skala nyeri 4-6, asesmen ulang nyeri dilakukan tiap 4 jam sampai
skala nyeri 3, dan ditulis dalam catatan perkembangan terintegrasi pada
kolom SOAP.
Apabila skala nyeri 7-10, asesmen ulang nyeri dilakukan tiap 1 jam. dan
ditulis dalam catatan perkembangan terintegrasi pada kolom SOAP.
b. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang
untuk mengevaluasi setiap selesai periode tindakan medik dan keperawatan .
Bila Nyeri berkurang (maksimal skala Nyeri menjadi 3), asesmen ulang nyeri
dilakukan setiap evaluasi hemodinamik.
c. Pada pasien dengan prosedur yang menimbulkan nyeri:perawatan luka
bakar, perawatan luka, prosedur invasive,dll dilakukan asesmen sebelum,
selama dan sesudah tindakan untuk mengetahui efektifitas dari obat
pengurang nyeri yang diberikan.
31
8. Penatalaksanaan nyeri terhadap semua pasien (dewasa, neonatus, anak, atau
pasien tidak sadar) dilakukan sesuai dengan skala penilaian derajat nyeri masing-
masing :
a. Bila penilaian nyeri 3 : pasien mempunyai derajat rasa nyeri yang ringan.
penatalaksanaan nyerinya bisa dilakukan secara non farmakologik ( tehnik
relaksasi, distraksi, pengalihan perhatian, dll) atau menggunakan obat
pengurang rasa nyeri ringan secara oral.
b. Bila penilaian nyeri 4-6 : pasien mempunyai derajat rasa nyeri sedang, maka
perawat harus melaporkan ke DPJP untuk dilakukan penatalaksanaan yang
sesuai. Apabila skala nyeri tidak berkurang selama 2 x 24 jam, maka DPJP
akan mengkonsulltasikan ke Panitia Nyeri. Apabila pelaporan menggunakan
telepon dan belum ketemu maka dikonsultasikan ulang selama per 15 menit
ke panitia nyeri.
d. Apabila diluar jam kerja, konsultasi ke Panitia Nyeri akan dijawab oleh
SMF/dokter jaga Anestesi.
9. Pada pasien dengan prosedur yang menimbulkan nyeri; perawatan luka bakar,
perawatan luka dll, lakukan asesmen sebelum, selama dan sesudah tindakan untuk
mengetahui efektifitas dari obat pengurang nyeri yang diberikan.
10. Pada pasien yang tersedasi, untuk melihat efek sedasi yang telah diberikan
kepada pasien adekuat atau tidak menggunakan Comfort Scale dengan 9
kategori yaitu: kewaspadaan, ketenangan, distress pernapasan, menangis,
pergerakan, tonus otot, tegangan wajah, tekanan darah basal. Setiap kategori
memiliki skala 1-5, dengan skala total antara 9 – 45
Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang,
asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa
ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
32
11. Penatalaksanaan kembali ke nomor 8, jika pasien kembali mengalami nyeri.
12. Pada pasien yang dilakukan pembedahan, penanganan nyeri dimulai dari
preoperasi hingga pasca operasi dalam waktu 24 jam menjadi tanggung jawab
dokter anestesi, selanjutnya sampai hari ketiga pasca operasi,atau bila hasil
pegkajian skala nyeri>4 sampai skala nyeri 0, di bawah tanggung jawab DPJP
13. Pasien dengan penyakit Neurologi: Keluhan nyeri dibidang neurologi dilakukan
assesmen nyeri komprehensif oleh dokter. Penatalaksanaan dan evaluasi hasil
dilakukan oleh DPJP. Bila nyeri intraktabel harus dikonsulkan di tim nyeri rumah
sakit. Bila diperlukan tindakan intervensi khusus, maka dapat dikonsulkan ke disiplin
ilmu terkait
14. Pasien Obstetri Gynekologi: Pasien yang nyeri karena mau melahirkan dilakukan
pengelolaan nyeri nonfarmakologi dengan tehnik relaksasi, nafas panjang, distraksi
dan pengalihan perhatian. Pasien Obstetri dengan pembedahan dilakukan seperti
pengelolaan pasien dengan pembedahan seperti no 12., apabila pasien
menghendaki melahirkan tanpa sakit dikonsulkan ke anestesi
15. Pasien dengan nyeri kronis pengelolaan nyerinya menggunakan buku Panduan
Menejemen Nyeri RSUD DR. LOEKMONO HADI
16. Pendokumentasian : skala nyeri, lokasi nyeri, jenis tata kelola nyeri oleh
perawat/dokter, efektivitas dari tatakelola yang telah dilakukan. Semua intervensi
nyeri yang dilakukan, diinformasikan kepada pasien dan keluarga serta
didokumentasikan dalam rekam medis
17. Rumah sakit berkewajiban untuk memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai penanganan nyeri dan melibatkan pasien/keluarga untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam penanganan nyeri pasien, disesuaikan
dengan konteks keyakinan pribadi, budaya dan agama.
18. Staf dokter, perawat, fisiotherapis yang terlibat dalam penanganan nyeri telah
mengikuti pelatihan menejemen nyeri dan dinyatakan kompeten.
19. Rumah sakit memiliki proses untuk mendidik staf mengenai menejemen nyeri
dengan melaksanakan pelatihan manajemen nyeri
20. Semua hasil pengkajian nyeri dicatat dalam Rekam Medis asesment, maupun
catatan terintegrasi dan bukti stempel pengelolaan nyeri di semua unit / ruang.
33
ASESMEN TAHAP TERMINAL
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien mulai masuk rawat
inap di ruang intensive care. Pemeriksaan akan dilakukan secara
sistematis untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien,
antara lain :
Keadaan umum pasien
Pemeriksaan fisik meliputi :
- Pemeriksaan tanda vital :
tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna
- Pemeriksaan status lokalis :
i) Inspeksi
j) Palpasi
k) Perkusi
l) Auskultasi
- Pemeriksaan fisik lainnya yang signifikan dengan kondisi pasien saat ini.
I. Diagnosa pasien :
II. Penentuan pasien Terminal oleh DPJP tanggal :
III. Asesmen :
a) Gejala : □ Mual□ Distrespernafasan □ Nyeri Lainnya :
b) Faktor yang memperberat gejala fisik
c) Terapi saat ini : □ Simtomatik □ Kuratif □ Keperawatan
Respon pasien: □ Adekuat □ kurang Adekuat :
Agama / Kepercayaan Pasien :
Keinginan untuk dibantu dalam beribadah : □ Ya □ Tidak
d) Kondisi Spiritual pasien / Keluarga saat ini :
□ Putus asa □ Menderita □ Bersalah □ Denial/ menolak
□ Menerima
e) Hubungan pasien dengan keluarga :
□ Baik □ Renggang □ lainnya :
Keinginan Perawatan dilakukan di :
34
□ RumahSakit □ Rumah □ Lainnya :
Bila berkeinginan dirawat dirumah, Kebutuhan sumber daya
perawatan di rumah :
Kesimpulan :□ Cukup □ Tidak Cukup
f) Potensi terjadinya reaksi berlebihan saat terminal pada keluarga :
□ Ada □ Tidak
IV. Saran :
a) Pasien
i. Konsultasi pada bidang lain : Psikolog Lainnya
ii. Tempat perawatan : □ RumahSakit □ Rumah □ Lainnya
iii. Pelayananrohani : □ Tidak □ Ya
iv. DNR : □ Ya □ Tidak
b) Lainnya :
c) Keluarga :
i. Konsultasi pada bidang lain : Psikolog Lainnya
ii. Tempat perawatan : □ RumahSakit □ Rumah □ Lainnya
iii. Pelayanan rohani : □ Tidak □ Ya
iv. DNR : □ Ya □ Tidak
v. Lainnya :
vi. CatatanTambahan :
ASESMEN PEDIATRIK
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena anak sering tidak
dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.Amati adanya pergerakan
spontan pasien terhadap area tertentu yang di lindungi.Tahapan asesmen
berupa
1) Keadaan umum:
a) Tingkat kesadaran, kontak mata, perhatian terhadap lingkungan
sekitar
b) Tonus otot: normal, meningkat, menurun/fleksid
c) Respons kepada orang tua/pengasuh: gelisah, menyenangkan
2) Kepala:
a) Tanda trauma
b) Ubun – ubun besar (jika masih terbuka): cekung atau menonjol
3) Wajah:
a) Pupil: Ukuran, kesimetrisan, refleks cahaya
b) Hidrasi: air mata, kelembaban mukosa mulut
4) Leher: kaku kuduk
5) Dada:
a) Stridor, retraksi sela iga, peningkatan usaha napas
b) Auskultasi: suara napas meningkat/menurun, simetris kiri dan
kanan, ronki, mengi (wheezing); bunyi jantung: regular,
kecepatan, murmur
6) Abdomen: distensi, kaku, nyeri, hematoma
7) Anggota gerak:
a) Nadi brakialis
b) Tanda trauma
c) Tonus otot, pergerakan simetris
d) Suhu dan warna kulit, capillary refill
e) Nyeri, gerakan terbatas akibat nyeri
36
8) Pemeriksaan neurologis
a) Keterangan gambar
b) Diagnosa banding
4) Status Lokalis
a) Lokasi
b) Effloresensi Pada Kulit
c) Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual
5) Diagnosa Kerja
a) Pemeriksaan Penunjang
37
b) Diagnosa
6) Pengobatan
a) Topikal
b) Sistemik
7) Tindakan
a) Jenis tindakan
ASESMEN NEUROLOGIS
Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologis.
Pemeriksaan status neurologi awal digunakan sebagai dasar untuk
memantau kondisi pasien selanjutnya. Tahapan asesmen berupa:
1) Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman, kecepatan,
keteraturan, usaha napas)
2) Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil
3) Pergerakan: apakah keempat ekstermitas bergerak simetris
4) Sensasi: Nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera spinal)
5) Status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS): secara
akurat menggambarkan fungsi serebri:
Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang kesadaranya baik
dapat memfokuskan pandangan mata dan mengikuti gerakan tangan
pemeriksa, merespons terhadap stimulus yang diberikan, memiliki
tonus otot normal dan tangisan normal
Glasgow Coma Scale Dewasa
Mata Terbuka spontan 4
Terbuka saat dipanggil /diperintahkan 3
Terbuka terhadap rangsang nyeri 2
Tidak merespons 1
Verbal Orientasi baik 5
Disorientasi / bingung 4
Jawaban tidak sesuai 3
Suara yang tidak dapat dimengerti (erangan,teriakan) 2
Tidak merespons
1
Pergerakan Mengikuti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Menarik diri (withdraw) dan rangsang nyeri 4
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap rangsang nyeri 3
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap rangsang nyeri
Tidak merespons 2
38
1
R1 (Mobilisasi)
R2 (ADL)
R3 (Komunikasi)
R4 (Psikologis)
R5 (Sosial Ekonomi)
R6 (Vokasional)
R7 (Lain-lain)
40
a) Status lokal
b) Pemeriksaan penunjang (EMG-NCV, Biofeedback, Pemeriksaan
c) KFR lain, Laboratorium, Radiologi)
41
4) Perencanaan
42
pergerakan spontan anak atau bayi terhadap area tertentu yang
dilindungi.Tahapan asesmen keperawatan anak dan neonatus :
1) Identitas meliputi nama, tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian dan diagnose
2) Keluhan utama :
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Riwayat penyakit dahulu
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Riwayat imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis dll
e) Riwayat alergi
3) Pertumbuhan dan perkembangan
4) Rasa nyaman Neonatal Infant Paint Scale (NIPS) rentang 0-7 semakin
tinggi score semakin nyeri
5) Dampak hospitalisasi (Psikososial): orang tua,anak tenang, takut,
marah, sedih, menangis, gelisah
6) Pemeriksaan fisik :
a) B1
Nafas spontan, RR, jenis dipsnoe, kusmaul, ceyne stoke dll
Suara nafas bersih, vesikuler, stridor, wheezing, ronchi dll
Alat bantu oksigen
b) B2
Nadi, tensi, CRT
Irama jantung teratur/tidak teratur, S1/S2 tunggal
Acral hangat, kering, merah, pucat dingin
Conjungtiva anemis ya/tidak
c) B3
Kesadaran composmentis, somnolen, delirium, apatis, stupor,
coma
Istirahat tidur, gangguan tidur banyak siang hari, lebih banyak
malam hari, tidak tidur, tidur terus
Sklera mata icterus, hiperemis
Panca indera tidak ada gangguan/ada
43
Tingkat kesadaran berespon terhadap nyeri ya/tidak
Tangisan kuat, lemah, tidak ada, melengking, merintih
Kepala lingkar kepala, kelainan ada/tidak ada dan ubun-ubun
datar ,cekung /cembung
Pupil bereaksi terhadap cahaya ya/tidak
Gerakan lemah, paralise, aktif
Kejang subtle, tonik klonik
Reflek rooting ada/tidak
d) B4
Kebersihan bersih, kotor, dan secret ada/tidak
Produksi urine, jam,warna jernih, keruh, bau
Gangguan anuri, oliguri, retensi, inkontinensia, nokturia dll
Alat bantu kateter, cystotomi dll
e) B5
Nafsu makan baik, menurun dan frekuensi
Minum jenisnya dan cara minum menetek, peroral, sonde
lambung, muntah, puasa
Anus ada/tidak
Bab berapa kali perhari, konsistensi, warna, ada darah/lender
Perut tegang, kembung, nyeri tekan, peristaltic berapa kali
permenit
BB lahir, MRS, saat ini berapa gram, reflek rooting ada/tidak
ada
Kelainan labio schizis, palato schizis, gnato schizis
Lidah lembab kering, kotor, selaput lendir kering, lesi
f) B6
Pergerakan sendi bebas, terbatas.
Warna kulit pucat, icterus, sianotik, hiperpigmentasi
Integritas utuh, kering, rash, bullae, pustule, kemerahan,
ptechiae, lesi
Kepala bersih, kotor, bau.Tali pusat kering, basah, pus,
kemerahan, bau
Turgor baik, sedang, jelek
44
Oedem tidak ada/ada
Kekuatan otot 0, 1, 2, 3, 4, 5
g) Alat genital
Laki-laki testis sudah/belum turun, rugae jelas/tidak jelas,
hipospadi ada/tidak ada
Perempuan labia mayor sudah menutupi labio minor, labia
mayor dan minor sama menonjol
h) Sosial ekonomi
Biaya perawatan sendiri, perusahaan
Status anak diharapkan/tidak diharapkan
Kontak mata ya/tidak
Menggendong ya/tidak
45
d) Trauma sebelumnya : penolakan, tekanan, kegagalan, konflik,
kehilangan dll
4) Psikososial
a) Faktor keluarga: acuh, sabar, keras dll
b) Hubungan social: dominasi, tergantung,menarik diri, dalam batas
normal
c) Konsep diri: kebingungan, harga diri rendah
d) Spiritual: menjalankan/tidak
5) Status Mental
a) Kesan umum:rapi/tidak
b) Kesadaran:berubah, sopor, stupor dll
c) Proses berpikir
Bentuk : nonrealistic/realistic
Arus : inkohern, kohern, aslong, dll
d) Persepsi: waham, ptm, obsesi dll
e) Afek/emosi:datar, tumpul, dangkal
f) Psikomotor : meningkat, menurun, dalam batas normal
g) Kemauan : meningkat/menurun
3) Persyarafan: .
a) GCS,
b) Kesadaran,
c) ICP,
d) tanda tandapeningkatan TIK,
e) konjungtiva,
f) lain lain.
4) Perkemihan :
a) kebersihan area genetalia,
b) jumlah cairan masuk,
c) buang air kecil,
d) produksi urine
5) Pencernaan :
a) nafsu makan,
b) NGT,
c) porsi makan,
d) minum,
e) mulut,
f) mual, muntah,
g) buang air besar,
h) lain lain
6) Musculoskeletal/intergumen:
a) kemampuan pergerakan sendi,
b) warna kulit,
c) odema,,
d) dekubitus,
e) luka,
f) kontraktur,
47
g) fraktur,
h) jalur infuse,
i) lain lain.
KEBIDANAN
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap
pemeriksaan akan dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi
masalah kebidanan pada pasien, antara lain :
1) Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan oleh ibu yang menyebabkan adanya
gangguan, diantaranya adalah :
a) After pain (mules-mules pada perut)
b) Masalah pengeluaran pengeluaran lochea
c) nyeri pada bekas jahitan
d) Nyeri dan tegang payudara karena bendungan AS
e) Cemas karena belum bisa bertemu bayinya
2) Riwayat Keluhan
Apa saja yang pernah dirasakan oleh ibu
3) Riwayat Menstruasi
a) Menarche
b) Siklus
c) Teratur
d) Tidak teratur
e) Lama
f) Volume
g) Keluhan saat haid
4) Riwayat Perkawinan
a) Status
b) Berapa kali
c) Umur menikah
d) Tahun menikah
e) cerai
48
5) Riwayat Obstetri
a) Kehamilan keberapa
b) Umur kehamilan
c) Jenis persalinan
d) Penolong
e) BBL
f) Keadaaan anak sekarag
g) Menyusui
6) Riwayat KB
a) Kapan
b) Jenis
c) Lamanya
7) Riwayat Hamil Ini
ANC yang sudah dilakukan, keluhan serta tindakan apa yang sudah
didapatkan
8) Riwayat Penyakit yang Lalu
Penyakit apa yang pernah diderita oleh ibu dan mendukung dengan
keadaannya sekarang
9) Riwayat Alergi
Apakah pernah mengalami alergi
10) Riwayat Penyakit Keluarga
Apa saja penyakit yang pernah diderita oleh keluarga yang berhubungan
kasus saat ini yang derita oleh ibu
11) Riwayat Ginekologi
Apakah pernah mengalami gangguan kesehata reproduksi
12) Kebutuhan Biopsikososial
a) Pola makan
b) Pola minum
c) Pola eliminasi
d) Pola istirahat
e) Psikologi
f) Dukungan social
g) spiritual
13) Data Obyektif
a) Pemeriksaan umum
49
Meliputi pemeriksaan tekanan darah , nadi, temperature,
pernafasan, keadaan umum pada setiap kasus.Tekanan darah
dan nadi harus diukur setiap seperempat jam pada periode
pemulihan sesaat pascaoperasi. Suhu harus diukur setiap 2 jam
(myles, 2009).
Suhu yang melebihi 380C pasca pembedahan hari ke 2 harus
dicari penyebabnya. Yakinkan pasien bebas demam selama 24
jam sebelum keluar dari rumah sakit. Jika ada tanda infeksi atau
pasien demam, berikan antibiotika sampai bebas demam selama
48 jam ( sarwono,2008).
b) Pemeriksaan fisik
Dilakukan secara focus sesuai dengan kasus yang dikerjakan
c) Pemeriksaan kebidanan
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus kebidanan mulai dari
abdomen sampai dengan genetalia
14) Prosedur Invasif
Alat yangterpasang saat itu, meliputi : infuse intravena, central line,
dower Catether, selang NGT
15) Kontrol Resiko Infeksi
Apakah mengalami infeksi : MRSA, TB dll dan tindakan apa yang
sudah dilakukan
Petugas
Petugas yang berhak mengisi Asesmen Pasien adalah :
1. Dokter , meliputi dokter umum dan spesialis
2. Dokter Gigi
3. Perawat
4. Dietisien
5. Fisioterapis
6. Apoteker
50
BAB IV
DOKUMENTASI
51
52
53