Anda di halaman 1dari 4

JURNAL 1:

MANAGEMENT PENGOPTIMALAN KEBUTUHAN OKSIGEN


PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI UNIT PERAWATAN
INTENSIF: A LITERATURE REVIEW
Gagal jantung adalah keadaan dimana ketidakmampuan jantung dalam
mempertahanakan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan darah pada vena adekuat (Mugihartadi & Handayani, 2020). Gagal
jantung terjadi dengan gejala yang berhubungan dengan gangguan fungsi
ventrikel miokard selain itu gagal jantung bermanifestasi sebagai kongesti
vaskuler dalam sirkulasi paru dan sistemik sehingga menghasilkan gejala
ketidakcukupam sirkulasi. Gagal jantung memiliki beberapa faktor resiko.
Faktor resiko yang dapat dirubah meliputi hipertensi, coronary artery disease,
diabetes, aritmia, congenital heart defect, memiliki riwayat infark miokardial
dan kardiomipati. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah yaitu merokok,
obesitas, hiperlipidemia, dan juga status sosioekonomi dapat mengakibatkan
terjadinya gagal jantung (Study & Gheorghiu, 2017).

Menurut Mugihartadi & Handayani (2020) gagal jantung terjadi seiring


bertambahnya usia dan sering terjadi pada pasien dengan usia sekitar lebih
dari 65 tahun dengan persentasi 6 – 10% lebih banyak terjadi pada laki laki
daripada perempuan. Gagal jantung dapat terjadi pada siapa saja terutama bagi
mereka yang mengalami penurunan kesehatan, misalnya orang dewasa dan
lansia (Study & Gheorghiu, 2017). Gagal jantung berkaitan dengan adanya
perubahan umum yang berhubungan dengan usia dalam struktur dan fungsi
kardiovaskuler. Perubahan tersebut dapat mengurangi respon kronotropik dan
inotropik, meningkatkan tekanan intrakardiak dengan pengisian ventrikel, dan
meningkatkan afterload. Akibat dari hal tersebut, kemampuan jantung untuk
merespon stres terganggu, baik stres fisiologis maupun patologis (misalnya
iskemia atau sepsis miokard). Kondisi kardiovaskular yang menurun
mencerminkan adanya pengurangan pemasukan oksigen. (Dharmarajan &
Rich, 2017).

Penanganan yang utama pada pasien gagal jantung yaitu dengan


mencukupi kebutuhan oksigenasi. Telah banyak studi yang memuat
penanganan pasien gagal jantung yang tepat dan cepat, salah satunya
management pengoptimalan kebutuhan oksigen pasien baik menggunakan alat
bantu ventilasi maupun pengaturan posisi pasien. Berdasarkan ulasan tersebut,
penulis perlu melakukan studi literatur terkait management pengoptimalan
kebutuhan oksigen pasien gagal jantung yang berada di unit perawatan
intensif.

Terapi oksigenasi dalam memaksimalkan kebutuhan oksigen dan


respirasi pasien gagal jantung dapat dilakukan dengan alat bantu ventilasi dan
pengaturan posisi pasien diantaranya dengan alat bantu non invasif CPAP,
BiPAP, alat bantu nafas adaptive servo, dan terapi oksigen dengan nasal kanul
sesuai dengan kondisi dan komplikasi pasien. Pengaturan posisi dalam bentuk
posisi semifowler dengan kemiringan 30 – 45 juga merupakan intervensi yang
tepat.

SUMBER JURNAL:

Rahayu Pangukir Linggar. 2020. MANAGEMENT PENGOPTIMALAN


KEBUTUHAN OKSIGEN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI UNIT
PERAWATAN INTENSIF: A LITERATURE REVIEW. Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan. Vol. 13 (2), 2020, 84-92. Mahasiswa Profesi Ners Universitas
Muhamammadiyah Surakarta: Jawa Tengah

JURNAL 2:

Gagal Jantung Akut: Denisi, Patosiologi, Gejala Klinis, dan Tatalaksana

Gagal jantung akut (GJA) adalah kejadian atau perubahan cepat tanda
dan gejala gagal jantung.1 Kondisi ini dapat mengancam jiwa dan harus
ditangani segera, biasanya perlu perawatan di rumah sakit. GJA dapat berupa
gambaran klinis gagal jantung pertama kali (de novo) atau sering merupakan
perburukan gagal jantung kronis; disebabkan disfungsi kardiak primer atau
faktor ekstrinsik. Beberapa faktor pencetus GJA di antaranya sindrom koroner
akut, takiaritmia (fibrilasi atrium, takikardi ventrikel), tekanan darah tinggi,
infeksi (pneumonia, endokarditis infeksi, sepsis), tidak minum obat (jantung),
bradiaritmia, alkohol, NSAIDs, kortikosteroid, zat kardiotoksik, eksaserbasi
penyakit paru obstruksi kronis, emboli paru, komplikasi bedah, kardiomiopati,
gangguan tiroid, atau komplikasi mekanik akut akibat sindrom koroner akut.

Terdapat lima subtipe GJA, yaitu gagal jantung kronis dekompensata


akut (ADHF), edema paru akut, syok kardiogenik, gagal jantung hipertensif,
dan gagal jantung kanan.

ADHF tersering ditemukan di instalasi gawat darurat dengan


perburukan gejala dan tanda gagal jantung, pada pasien dengan fungsi
ventrikel kiri rendah (EF <40%). Edema paru akut ditandai dengan distress
pernapasan berat disertai penurunan saturasi oksigen (SaO2 <90% ) biasa
ditemukan pada pasien sindrom koroner akut (SKA). Gagal jantung
hipertensif adalah gagal jantung pada pasien hipertensi, klinis gagal jantung
disertai tekanan darah tinggi dan fungsi ventrikel kiri masih baik (EF >50%).
Gagal jantung kanan terdapat pada pasien dengan fungsi ventrikel kanan
rendah disertai klinis hepatomegali, tekanan jugularis meningkat, kaki
bengkak. Syok kardiogenik: didapati tanda klinis syok (hipoperfusi jaringan)
dapat berupa penurunan tekanan darah <90/60mmHg, akral dingin, kesadaran
menurun, disertai nyeri dada dan sesak napas, lebih sering karena sindrom
koroner akut.

TATALAKSANA

Terapi GJA sesuai alur profil hemodinamiknya; jika dingin dan basah berikan
inotropik atau vasopresor hingga menjadi hangat dan basah. Pada profil hangat
dan basah dapat diberikan diuretik loop intravena atau drip. Untuk jenis dingin
dan kering mungkin syok hipovolemik, sehingga pemberian cairan merupakan
pilihan yang tepat.

Pada jenis basah dan hangat diberikan furosemid bolus 2-4 ampul, dapat
dilanjutkan dengan drip 5-20 mg/jam (pantau luaran urin dan elektrolit serta
fungsi ginjal), serta dikombinasi dengan dobutamin 2,5 mcg/kg/ menit
(beberapa kepustakaan menunjukkan tidak berbeda bermakna jika diberi
dobutamin dosis rendah).7-9 Jika disertai tekanan darah tinggi berikan
nitrogliserin 5-200 mcg/menit (hati-hati hipotensi).

Dosis inotropik/vasopresor:
-Dobutamin 2-20 mcg/kg/menit

-Dopamin 3-5 mcg/kg/menit (beta +); >5 mcg/kg/menit (beta +, vasopresor


alfa+)

-Norepinefrin: 0,2-1 mcg/kg/menit „ Epinefrin: 0,05-0,5 mcg/kg/menit

Dosis vasodilator:

-Nitrogliserin mulai 10-20 mcg/menit, dinaikkan sampai 200 mcg/menit,


hatihati hipotensi dan nyeri kepala

-Isosorbid dinitrat mulai 1 mg/jam, dinaikkan sampai 10 mg/jam

SUMBER JURNAL:

Purwowiyoto Laksono Sidhi. 2018. Gagal Jantung Akut: Denisi, Patosiologi,


Gejala Klinis, dan Tatalaksana. CDK-263/ vol. 45 no. 4 th. 2018. Fakultas
Kedokteran: Universitas YARSI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai