Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

OLEH :
KELOMPOK IV

1. Moh. Yusuf Hasim, S.Kep


2. Meysin Adam, S.Kep
3. Arlisa Wulandari Usman, S.Kep
4. Nurhayati Ibrahim, S.Kep
5. Fujika Faradilla S. Lamusu, S.Kep
6. Merlin Hiko, S.Kep
7. Sitti J. Paramata, S.Kep
8. Adriani Yusuf, S.Kep
9. Adeleida Paramita Cahyo, S.Kep
10. Regina Julia Gobel, S.Kep

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan iptek maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model
asuhan keperawatan professional yang efektif dan efisien. Metode keperawatan
primer merupakan salah satu metode pemberian pelayanan keperawatan dimana
salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk
menggali dan membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi
pada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
primer/associate, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim keperawatan dengan
melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih aman masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar
bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan
terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke
dalam praktik keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan, masalah keperawatan yang dialami
pasien dapat diatasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Berpikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan pasien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan pasien
c. Menilai hasil kerja
d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh
C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
b. Terjalin kerjasama antar TIM
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan
benar
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
D. Sasaran
Pasien Ny. AI dengan diagnosa medis Melena + Anemia + Sindrom Dispepsia
E. Metode
Ronde Keperawatan
F. Materi
1. Teori asuhan keperawatan pasien diagnosa medis Melena + Anemia +
Sindrom Dispepsia
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan diagnosa keperawatan
Nyeri Akut, Termoregulasi Tidak Efektif, dan Perfusi Perifer Tidak Efektif
3. Intervensi Keperawatan pada pasien dengan intervensi Manajemen Nyeri,
Kompres Panas, Terapi Intravena
G. Media
1. Dokumen/status pasien
2. Sarana diskusi ; kertas, bolpoint.
3. Materi yang disampaikan secara lisan
4. Materi edukasi berupa leaflet
H. Alur Ronde
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
Tahap Pra PP

1. Penetapan Pasien

 Apa diagnosis keperawatan?


Tahap Pelaksanaan 2. Persiapan Pasien:
 Apa data yang mendukung?
 Informed Consent
 Bagaimana intervensi yang
di Nurse Station  Hasil Pengkajian/
sudah dilakukan?
Validasi data
 Apa hambatan ditemukan?

Tahap Pelaksanaan 4. Validasi Data di Bed


3. Penyajian Masalah
di kamar pasien Pasien

PP, Konselor,
KARU

6. Kesimpulan dan
Pascaronde 5. Lanjutan-Diskusi di
Rekomendasi Solusi
masalah nurse station
(nurse station)
BAB II
RENCANA STRATEGIS DAN TINJAUAN PUSTAKA

I. RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.


AI DENGAN DIAGNOSA MEDIS MELENA + ANEMIA + SINDROM
DISPEPSIA DI RUANGAN P2 RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO

Topik : Perawatan pasien dengan masalah keperawatan Nyeri Akut,


Termoregulasi Tidak Efektif, Perfusi Perifer Tidak Efektif
Sasaran : Pasien Ny. AI umur 61 tahun
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Februari 2022
Waktu : 60 Menit. (10.00 – 11.00 WITA)
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi yaitu Nyeri Akut,
Termoregulasi Tidak Efektif, Perfusi Perifer Tidak Efektif
2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi yaitu Nyeri Akut,
Termoregulasi Tidak Efektif, Perfusi Perifer Tidak Efektif
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer dan tim
kesehatan lain
c. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien
B. Sasaran
Pasien Ny. AI umur 61 tahun yang dirawat di ruang P2 interna RSUD
Otanaha Kota Gorontalo
C. Pengorganisasian
1. Kepala ruangan: Fujika Faradilla S. Lamusu, S.Kep
2. Katim 1 : Arlisa Wulandari Usman, S.Kep
PA 1 : Nurhayati Ibrahim, S.Kep
PA 2 : Adriani Yusuf, S.Kep
PA 3 : Moh. Yusuf Hasim, S.Kep
3. Katim 2 : Meysin Adam, S.Kep
PA 1 : Sitti J. Paramata, S.Kep
PA 2 : Merlin Hiko, S.Kep
PA 3 : Adeleida Paramita Cahyo, S.Kep
PA 4 : Regina Julia Gobel, S.Kep
4. Konselor :-
5. Dokter :-
D. Proses Ronde
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Pasien Tempat
Pra – Ronde :
- Menentukan kasus dan
topic,
1 hari - Menentukan tim dan
Pra– Penanggung jawab :
sebelum ronde - Ruang
Ronde -
Ronde - Menentukan literatur
- Membuat proposal
- Mempersiapkan pasien
- Diskusi pelaksanaan
Pembukaan :
1) Salam pembuka
2) Memeperkenalkan tim
ronde
5 menit Ronde 3) Menyempaikan Presenter - Nurse Station
masalah dan identitas
pasien
4) Menjelaskan tujuan
ronde
30 menit Penyajian masalah : PP Mendengarkan Nurse Station
1. Memberikan salam dan
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde.
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien.
3. Menjelaskan masalah
pasien dan rencana
tindakan yang telah
dilaksanakan serta
menetapkan prioritas
yang perlu didiskusikan

Validasi data:
4. Mencocokkan dan
menjelaskan kembali
data yang telah KARU/KATIM,
disampaikan. Perawat, konselor.
5. Diskusi antar anggota
tim dan pasien tentang
Memberikan
masalah keperawatan
respon dan Ruang
tersebut.
menjawab Perawatan
6. Pemberian justifikasi
pertanyaan.
oleh perawat primer
atau konselor atau
kepala ruangan tentang
masalah pasien serta
rencana tindakan yang
akan dilakukan.
7. Menentukan tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas yang
telah ditetapkan.
1. Evaluasi dan
Karu, Supervisor,
Pasca rekomendasi intervensi
10 menit Perawat Konselor, - Nurse Station
Ronde keperawatan.
Pembimbing.
2. Penutup.
Keterangan :
1) Pra-ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien: informed concent dan pengkajian
f. Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan selama
perawatan?
2) Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan
atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3) Pascaronde
a.Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b.Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi keperawatan
selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. MELENA
1. Definisi
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. BAB darah atau
biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna merah
terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja.
Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus.
Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin
dekat sumber perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh
karena itu, perdarahan di anus, rektum, dan kolon sigmoid cenderung berwarna
merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon transversa dan kolon
kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua.
2. Etiologi
a. Adanya luka atau perdarahan di lambung atau usus
b. Tukak lambung
c. Wasir
d. Disentri
e. Minuman beralkohol
3. Manifestasi Klinis
a. Syok (denyut jantung, suhu tubuh)
b. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis)
c. Demam ringan 38°C - 39°C
d. Nyeri perut
e. Hiperperistaltik
f. Penurunan Hb dan Hct yang terlihat setelah beberapa jam
g. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein
darah oleh bakteri usus
4. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submucosa esofagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk
mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya
tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar
(dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah, mengakibatkan
perdarahan gastrointestinal massif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan
darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah
jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung,
tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan
perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda dan gejala utama yang terlihat pada saat
pengkajian awal. jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan
mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolism
anaerob, dan berbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan
efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem
tersebut akan mengalami kegagalan.
5. Komplikasi
a. Encelofati
b. Asites
c. Sirosis hepatis
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (pemeriksaan darah)
 Hitung darah lengkap : penurunan Hb, Hct, peningkatan leukosit
 Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium,
glukosa serum dan laktat.
b. Radiologi
 Barium follow through
 Barium enema
c. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
7. Penatalaksanaan
a. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat.
Dianjurkan untuk menghindari susu.
b. Pengaturan obat-obatan
B. ANEMIA
1. Definisi
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak mencukupi kebutuhan
tubuh (WHO). Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana
kadar hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami
penurunan. Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi
kebutuhan fisiologis tubuh.
2. Etiologi
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar hemoglobin
dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah merah berjalan
dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna dalam pembentukan
hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al., 2011). Komponen gizi yang berperan
dalam pembentukan hemoglobin adalah zat besi, sedangkan vitamin C dan protein
membantu penyerapan hemoglobin. Zat besi merupakan salah satu komponen
heme, yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011).
Sedangkan menurut WHO, Penyebab paling umum dari anemia termasuk
kekurangan nutrisi, terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat,
vitamin B12 dan A juga merupakan penyebab penting, hemoglobinopati, dan
penyakit menular, seperti malaria, tuberkulosis, HIV dan infeksi parasit. Menurut,
Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai faktor misalnya
kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria, mengalami perdarahan
saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit
kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi dan infeksi parasite (cacing).
Menurut hasil Riskesdas 2018, konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia
masih dibawah jumlah yang dianjurkan.

3. Klasifikasi
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni, dikatakan
anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 9-10 gr % ,
anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan
anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr % . Secara
morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang
dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan menjadi :
1) Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana
jumlah hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik dibagi
menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan vitamin B12,
asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non megaloblastik yang
disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan
membran.
2) Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis globin, profirin dan heme
serta gangguan metabolisme besi lainnya.
3) Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi
kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih,
penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut :
1) Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat besi
sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
2) Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi zat
besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3) Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari
kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
4) Anemia hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih
cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah normalnya adalah
120 hari.
5) Anemia defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa kehamilan,
kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
6) Anemia aplastic
Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.
4. Manifestasi Klinis
WHO menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan tubuh untuk membawa
oksigen. Akibatnya, apabila jumlah hemoglobin tidak cukup, sel darah merah
terlalu sedikit ataupun abnormal, maka akan terjadi penurunan kapasitas darah
untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal ini menimbulkan gejala seperti
kelelahan, lemah, pusing, dan sesak napas. Sementara itu, kadar hemoglobin
optimal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi pada
setiap individu. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat
tinggal, kebiasaan merokok dan status kehamilan.
Sedangkan menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat mengakibatkan
gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak.
Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala Gejala
anemia sering disebut dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai), disertai dengan
pusing kepala terasa berputar, mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, serta
sulit konsentrasi karena kurangnya kadar oksigen dalam otak. Pada remaja,
menurunnya kebugaran serta konsentrasi menyebabkan menurunnya capaian
belajar dan kemampuan mengikuti kegiatan baik didalam atau diluar sekolah.
Anemia juga akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga biasanya lebih mudah
terkena infeksi (Josephine D, 2020).

5. Patofisiologi
Patofisiologi anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan karena gangguan
homeostasis zat besi dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam tubuh diatur oleh
penyerapan besi yang dipengaruhi asupan besi dan hilangnya zat besi/iron loss.
Kurangnya asupan zat besi/iron intake, penurunan penyerapan, dan peningkatan
hilangnya zat besi dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat besi dalam tubuh
sehingga menimbulkan anemia karena defisiensi besi. Zat besi yang diserap di
bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan dalam darah bersama
hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan dalam bentuk ferritin dan
transferin. Terdapat 3 jalur yang berperan dalam penyerapan besi, yaitu: (1) jalur
heme, (2) jalur fero (Fe2+), dan (3) jalur feri (Fe3+).
Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan
memasuki sel melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero
memasuki sel dengan bantuan transporter metal divalent/divalent metal
transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk ke dalam enterosit akan
berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan digunakan dalam
proses eritropioesis. Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah untuk
reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan
transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar sistem
pencernaan atau berada di dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh masih
belum diketahui dengan pasti. Kapisitas dan afinitias transferin terhadap zat besi
dipengaruhi oleh homeostasis dan kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat
besi lainnya kemudian dikeluarkan melalui keringat ataupun dihancurkan bersama
sel darah.
Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah penyebab utama hilangnya zat
besi. Sering kali perdarahan yang bersifat mikro atau okulta tidak disadari dan
berlangsung kronis, sehingga menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah
dan lama-kelamaan menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang.
Keadan-keadaan seperti penyakit Celiac, post-operasi gastrointestinal yang
mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan besi terganggu dan
menyebabkan homeostasis zat besi juga terganggu.

6. Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja
mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat
mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal jantung. Gangguan
pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu anemia juga dapat memicu
terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan premature, atau bayi terlahir
dengan berat badan rendah serta resiko kematian akibat perdarahan saat
melahirkan. Penderita anemia juga rentan mengalami infeksi dan akan terjadi
gangguan tumbuh kembang apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine
D, 2020). Anemia merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul
bersamaan pada seseorang) yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung
sementara penyebabnya belum diketahui.
7. Pemeriksaan Penunjang
Melakukan pengukuran kadar Hb dengan menggunakan alat ukur Hb digital
strip-test. Pengukuran kadar Hb dilakukan oleh peneliti dibantu dengan seorang
asisten atas sepengetahuan bida desa. Responden yang mendapat giliran untuk
diukur kadar Hb, dipersilahkan duduk lalu ditanyakan apakah bersedia mengikuti
prosedur. Jika bersedia, responden diminta mengisi lembar persetujuan.
Selanjutnya perawat membersihkan ujung jari responden menggunakan kapas
alkohol 70%. Kemudian menusuk area jari responden yang sudah dibersihkan
menggunakan lancing device yang sudah diisi dengan jarum lancet. Darah yang
keluar diteteskan pada strip yang sudah tersedia pada alat ukur Hb digital. Hasil
pengukuran bisa diketahui dalam 5 detik.Setiap responden mendapatkan jarum
lancet dan strip yang berbeda (Halim, Diana, 2014).
8. Penatalaksanaan
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat,
vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah (Kemenkes
RI, 2018). Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016 tatalaksana anemia
ada 3 yakni :
1) Pemberian Zat besi oral
2) Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon
pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
3) Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya resiko
gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah yang
diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.
C. SINDROM DISPEPSIA
1. Definisi
Dispepsia adalah rasa tidak enak pada ulu hati yang berhubungan
atau tidak ada hubungan dengan makanan yang menimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme dan menyerang usia produktif.
2. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik
dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karrena terjadinya
gangguan di saluran cerna atau disekitar saluran cerna seperti pankreas, kandung
empedu, dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu
karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis
makanan tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :
a. Bakteri Helicobacter Pylori
Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput lender sendiri adalah untuk
melindungi kerusakan dinding lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi
yang diakibatkan bakteri helicobacter menyebabkan peradangan pada dinding
lambung.
b. Merokok
Rokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu orang yang
merokok lebih sensitive terhadap dispepsia maupun ulser.
c. Stress
Stress bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh.
Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian
memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat
lambung terasa nyeri, perih, dan kembung.
d. Efek samping obat-obatan tertentu
Konsumsi obat penghilang rasa nyeri seperti obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) misalnya aspirin, ibuprofen yang terlalu sering dapat menyebabkan
penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis.
e. Alcohol
Mengkonsumsi alcohol dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
f. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam
Minum-minuman yang mengandung alcohol dan kafein seperti kopi dan
mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan produksi asam lambung
berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi
dinding lambung.
3. Klasifikasi
Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas 2 yaitu :
a. Dispepsia organik
Sindrom dispepsia terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak (ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer, gastroesophageal
refluxdisease, hyperacidity.
b. Dispepsia fungsional
Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi.
4. Manifestasi Klinis
Adanya gas di perut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat
kenyang, mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat
kenyang, kembung setelah makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati dan dada atau regurgitas asam lambung ke mulut. Gejala
dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan meliputi : rasa
sakit dan tidak enak di uli hati, perih, mual, berlangsung lama dan sering kambuh
dan disertai ansietas dan depresi.
5. Komplikasi
Penderita sindrom dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain,
perdarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus.
6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu :
Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang
lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan leukosit
dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir atau banyak
mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan menderita malabsorpsi.
Seseorang yang diduga menderita dispepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat
keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumormarker
(dugaan karsinoma kolon), dan (dugaan karsinoma pankreas).
Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang mengalami
kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri
yang membaik atau memburuk bila penderita makan.
Endoskopi biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan
lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya dibawah mikroskop
untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H.
Pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi.
8. Penatalaksanaan
Non farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan pasien
dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien, hipnoterapi, terapi
relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku.
Farmakologis pengobatan dispepsia mengenal beberapa obat, yaitu : antasida,
pemberian antasida tidak dapat dilakukan secara terus-menerus, karena hanya
bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk golongan ini
adalah simetidin, ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan pariental,
pemasangan Naso Gastrik Tube (NGT) jika diperlukan.
BAB III
RESUME PASIEN PELAKSANAAN RONDE

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Asni Ibrahim
Tangga/ lahir : 24 Desember 1961
Umur : 61 tahun
Status : Menikah
Alamat : Payunga, Batudaa

B. DIAGNOSIS MEDIS : Melena + Anemia + Sindrom Dispepsia


C. KELUHAN UTAMA SAAT INI
Saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada ulu hati dan BAB hitam 1-
2x/hari disertai demam dengan rentang suhu badan 37˚C – 37.8˚C
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien masuk tanggal 15 Februari 2022 dengan keluhan masuk nyeri pada ulu
hati dan BAB hitam.
E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di
rumah sakit dengan keluhan yang sama pada tahun 2019 di RSUD Otanaha Kota
Gorontalo.
F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien mengatakan suaminya mengalami keluhan yang sama yaitu BAB hitam.
G. Riwayat Nutrisi
1. Makanan : pasien mengatakan makan sebanyak 3x/hari dengan jenis
makanan yang terdiri dari nasi, lauk dan sayur. Sebelum pasien mengalami
keluhan BAB hitam hingga masuk ke rumah sakit, pasien makan milu siram
dengan kuah yang pedas dan asam
2. Minum : pasien mengatakan setiap hari minum air putih 1.5 L – 2 L/hari.
H. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/mnt
Suhu : 37.6ºC
Frekuensi Napas : 20 x/menit
SPO2 : 98%
a) Sistem Pernapasan (B1-Breath)
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak
napas, frekuensi napas 20 x/menit.
b) Sistem kardiovaskuler (B2-Blood)
Irama jantung regular, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT < 2 detik.
c) Sistem persarafan (B3-Brain)
Kesadaran composmentis
d) Sistem pencernaan (B4-Bladder)
Pasien mengatakan sering BAB hitam dengan frekuensi 1-2 x/hari dan
konsistensi feses yang cair.
e) Sistem perkemihan (B5-Bowel)
Frekuensi BAK pasien 4-5 x/hari.
f) Sistem musculoskeletal dan integument (B6-Bone)
Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada udem dibagian ekstremitas bawah kiri
dan kanan.
g) Sistem endokrin:
Tidak ada distensi vena jugularis.
h) Kebersihan Pribadi:
Pasien tampak menjaga kebersihan diri dengan baik, pasien mandi 1x/hari
selama sakit.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tanggal : 15 Februari 2022
Darah Rutin Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 8.0 g% 11 – 16.5
Hematokrit 22.6 % 36 - 45
Leukosit 4000 /uL 4000 – 11000
Eritrosit 2560 juta/uL 3.6 – 5.8 juta
Trombosit 171000 /uL 150-450 Ribu
Pemeriksaan tanggal : 15 Februari 2022
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Sewaktu 174 mg/dL <140
J. TERAPI SAAT INI
- Nacl 0,9% 20 tpm
Injeksi :
- Omeprazole 4gr/24 jam
- Asam Traneksamat 500mg/8 jam
Oral :
- Sucralfate Sirup 3x2 sendok
- Ambroxol 3x1
- Feromex 2x1
- PCT Tab 3x1

K. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang di angkat yakni:
Data Subyektif:
- Pasien mengatakan terasa nyeri pada ulu hati
- Pasien mengatakan sering BAB hitam dengan frekuensi 1-2x/hari
Data Objektif
- Pasien sering mengalami demam dengan rentang suhu antara 37˚C –
37.8˚C
L. RENCANA TINDAKAN
1) DX : Nyeri Akut (D. 0077)
a. Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Tujuan & Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri akut
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
c. Intervensi Keperawatan
Manajemen Nyeri Akut
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristrik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
3. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi relaksasi
napas dalam)
Edukasi :
4. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
2) DX : Termoregulasi Tidak Efektif (D. 0149)
a. Definisi
Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
b. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah
termoregulasi tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Menggigil menurun
2. Suhu tubuh membaik
3. Suhu kulit membaik
c. Intervensi Keperawatan
Kompres Panas
Observasi :
1. Identifikasi kondisi kulit yang akan dilakukan kompres panas
Terapeutik :
2. Pilih metode kompres yang nyaman dan mudah didapat
3. Pilih lokasi kompres
Edukasi :
4. Jelaskan prosedur penggunaan kompres panas
3) DX : Perfusi Perifer Tidak Efektif
a. Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh.
b. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah perfusi
perifer tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Wrna kulit pucat menurun
c. Intervensi Keperawatan
Terapi Intravena
Observasi :
1. Identifikasi indikasi dilakukan intravena
Terapeutik :
2. Berikan cairan pada suhu kamar, kecuali ada indikasi lain
3. Berikan obat-obatan melalui IV dan monitor reaksi obat
Edukasi :
4. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. 2016. Nursing
Interventions Classification. Edisi Keenam. Indonesia.

Dewi, RM. 2020. Tinjauan Pustaka : Anemia. Diakses pada tanggal 21 Februari
2022 melalui http://eprints.poltekkesjogja.ac.id.

Fitriana, I. 2018. Laporan Pendahuluan Melena. Diakses pada tanggal 21 Februari


2022 melalui https://www.academia.edu/18914354/Lp_melena.

Ida, M. 2016. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2016. Nursing Outcomes


Classification. Edisi Kelima. Indonesia.
LAMPIRAN INFORMED CONSENT RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :

Adalah Keluarga dari pasien :


Nama :
Umur :
Alamat :

Ruang :
No.RM :
Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Gorontalo, 22 Februari 2022

Perawat yang menerangkan Penanggung jawab

Tanda tangan Tanda tangan

Saksi-saksi:

1. ……………………
2. ...............................
3. ...............................

Anda mungkin juga menyukai