Anda di halaman 1dari 6

Nama : Refaniwa Rasta Saputri

Nim : 61608100820073

Kelas. : 1 A FARMASI

UJI PONTENSI ANTIBIOTIK

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau
dapat membasmi mikroba jenis lain (Ganiswarna, 1995). Antibiotik sekarang ini menjadi jenis obat yang
sedang popular dalam pengobatan. Hampir semua dokter inemberikan antibiotik untuk menyembuhkan
penyakit pasien. Namun demikian, antibiotik harus digunakan secara hati-hati supaya tidak
menimbulkan resistensi. Dengan kata lain, potensi yang dimiliki antibiotik tersebut harus sesuai untuk
menghambat atau membunuh suatu batteri.

Sifat-sifat antibiotik sebaiknya adalah:

1.Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host

2. Bersifat bakterisid dan bukan bakteriostatik

3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman

4.Berspektrum luas

5. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka waktu lama

6. Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat

7. Larut dalam air serta stabil

8. Bactericidal level di dalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama

(Chatim dan Suharto, 1994).

Uji potensi antibiotika secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan potensi suatu
antibiotika dengan mengukur efek senyawa-senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu
mikroorganisme. Efek yang ditimbulkan pada senyawa yang diuji dapat berupa hambatan
pertumbuhan (Djide, 2008). Aktivitas atau potensi antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi yang
sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikroorganisme. Suatu penurunan aktivitas antimikroba
juga dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia sehingga
pengujian secara mikrobiologi atau biologi biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan
tentang kemungkinan hilangnya aktivitas (Harmita, 2006). Mutu sediaan terutama antibiotika, mulai
dalam bahan baku, selama dalam proses pembuatannya sampai diedarkannya, biasanya potensi
masih tinggi, setelah diedarkan beberapa waktu sering mengalami penurunan potensi. Potensi
antibiotik yang rendah hanya mampu menghambat atau mematikan mikroba dalam jumlah terbatas,
bahkan dapat menstimulir mikroba untuk membentuk mekanisme kekebalan terhadap antibiotik.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengawasan mutunya perlu diperhatikan, agar penggunaan
dapat dipertanggung jawabkan (Djide, 2008).

Antibiotik adalah bahan kemoterapeutik yang secara primer bekerja melawan organisme parasit
dan bukan terhadap pejamu. Bahan ini secara luas bakteriostatik. dapat diklasifikasikan menjadi
bakterisidal dan Bahan bakteriostatik menghambat pertumbuhan mikroorganisme tapi
sesungguhnya tidak membunuhnya. Bahan bakterisidal secara aktif membunuh bakteri. Banyak
antibiotic yang menghambat sintesisi dinding sel bakteri, sementara yang lain merusak sintesis
protein oleh ribosom bakteri. Jenis antibiotik lainnya mengganggu replikasi DNA bakteri, dan yang
lain merusak fungsi sawar membrane sel (David, 2011). Suatu antibiotik memperlihatkan toksisitas
yang selektif, dimana obatnya lebih toksis terhadap mikroorganismenya dibandingkan pada sel
hospes. Hal ini terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme atau karena
obat pada reaksi-reaksi biokimia penting dalam sel parasit lebih unggul dari pengaruhnya terhadap
sel hospes. Disamping itu juga struktur sel mikroorganisme berbeda struktur sel manusia (hospes,
inang) (Djide, 2003). Antibiotik mempunyal mekanisme kerja utama, ada lima cara antara lain
(Djide, 2003):

1. Bersifat sebagai antimetaboli

2. Penghambat terhadap sintesa dinding sel

3. Penghambat fungsi permeabilitas membran sel

4. Penghambat sintesis protein

5. Penghambat asam nukleat

Yang berguna hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar hambatan minimum (KHM) in vitro lebih
kecil dari kadar zat yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik. Mekanisme kerja antibiotika
umumnya dapat dijelaskan secara terperinci (Mutschler, 2007):

1. Antibiotika

a. Menghambat biosintesis dinding sel (penisilin, sefalosporin, sikloserin, basitrasin)

b. Meninggikan permeabilitas membran sitoplasma, (sefalosporin, sikloserin, basitrasin)

Ada 2 metode umum yang dapat digunakan, yaitu penetapan dengan lempeng silinder atau cara
"lempeng" atau penetapan dengan turbidimetri atau cara tabung". Metode pertama berdasarkan
difusi antibiotic dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri
atau lempeng. Jadi, mikroorganisme yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah
berupalingkaran atau "zona di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotic. Metode turbidimetri
berdasarkan hambatan pertumbuhan biakan mikroorganisme dalam larutan antibiotic serba sama
dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan cepat jika tidak terdapat
antibiotic (Henry, 2009).
Desain pengujian yang digunakan harus dapat menyebabkan perbandingan potensi anti biotika yang
diuji terhadap potensi baku pembanding yang dilakukan pada kondisi yang sama dan sergam
mungkin. Untuk itu pemilihan pola pengujian atau desain tergantung sebenarnya dari proposisi yang
diinginkan dicapai. Akan tetapi didalam buku-buku seperti Farmakope- Farmakope menyarangkan
mengguna kan desain kuadrat latin atau desain lainnya. Desain pengujian yang sering digunakan
adalah 2/1, 2/2, 3/3 dan 5 + 1 (Dirjen POM, 1995), a. Desain 2/1 artinya satu baku pembanding dan
satu contoh dengan 2 dosis sediaan dan satu dosis sediaan uji.

b. Dosis 2/2 artinya satu baku pembanding dan satu contoh masing masing dengan 3 tingkat dosis
diperlukan dalamsatu gel agar.

c. Desain 3/3 artinya satu baku pembanding dan satu contoh dengan masing-masing dengan 3
tinggkat dosis diperlukan dalam satu cawan patri.

d. Desain 5+1 yaitu satu pembanding dan satu contoh dengan satu tingkat dosis, namun yang
diperlakukan dalam satu cawan patri hanya contoh

baku pembanding dengan tingkat dosis menengah saja (dosis acuan). Desain 2/1, 2/2, 3/3 dimuat
dalam F.I.III, 1979, sedangkan desain pengujian 5+1 di muat dalam FI IV. 1995 (Djide, 2008).
Disamping itu uji potensi antibiotika juga perlu di perhatikan pula (Djide, 2008):

1. Standar atau Baku Antibotika

Sesuai dengan namanya sebagai pembanding, maka antibiotika pembanding harus mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut:

a. Harus homogen sempurna

b. Harus stabil

c. Secara kualitatif harus identik dengan zat yang akan diuji

d. Sebaiknya merupakan zat tunggal

2. Mikroorganisme Uji

Mikroorganisme yang digunakan sebagai mikroorganisme uji dalam tertentu. Mikroorganisme


tersebut harus memberikan respon yang bertingkat sesuai dengan kenaikan tingkat dosis antibiotika
yang diuji. Pada Farmakope Indonesia III (F.I.III) 1979, tercantum daftar nama nama jenis
mikroorganisme yang khusus untuk setiap jenis antibiotika yang diuji. pengujian potensi suatu
antibiotika adalah mikroorganisme dalam strain

3. Penyiapan Inokolum

Mikroorganisme uju dari stok (agar miring)diinokulasikan ke dalam botol Roux yang
mengandung media sebanyak 250ml, sebarkan dengan menggunakan butir kaca steril dan
inkubasikan pada suhu dan waktu tertentu. Pada akhir inkubasi, mikroorganisme tersebut dipanen
dengan cara membuat suspensi persediaan dengan mengumpulkan biakan pada permukaan media
dari botol Roux dengan menggunakan 50ml larutan Natrium Klorida 0,9% steril.
4. Media dan Larutan Pengencer

Media yang digunakan untuk pengujian potensial suatu antibiotika dapat diliat pada daftar media
dalam F.III, 1979 atau dapat juga diliat pada daftar table 23 penyiapan inokulum dalam F.I.IV. 1995 5.
Pola Pengujian Selain hubungan dosis-respon, maka perlu juga mendapat perhatian untuk
memperoleh penetapan yang di percaya adalah pola pengujian atau desain pengujian. Desain
pengujian yang digunakan harus dapat menyebabkan perbandingan potensi antibiotika yang diuji
terhadap potensi baku pembanding yang dilakukan pada kondisi yang sama dan sergam mungkin.
Untuk itu pemilihan pola pengujian atau desain tergantung sebenarnya dari proposisi yang
diinginkan dicapai. Akan tetapi didalam buku-buku seperti Farmakope- Farmakope menyarangkan
mengguna-kan desain kuadrat latin atau desain lainnya. Desain pengujian yang sering digunakan
adalah 2/1,2/2,3/3 dan 5 + 1 (Ditjen POM, 1995), Pada saat sekarang ini dengan adanya keaktifan
dan dalam bidang kimia sitesis, untuk memperoleh bahan yang bersifat sebagai antibiotika, yang
dibuat secara sintesa, maka menjadi perlu menambahkan kualifikasi dari defenisi tersebut untuk
senyawa-senyawa yang diperoleh secara sintetik. Oleh karena itu suatu bahan diklasifikasikan
sebagai antibiotika, apabila (Djide, 2003):

1. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (meskipun ia ditiru atau telah diantisipasi secara
sintesis kima).

2. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu antibiotika
yang terdapat di alam.
3. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan dan atau keselamatan satu spesies
mikroorganismeatau lebih.

4. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah Tetrasiklin adalah suatu grup senyawa yang
terdiri dari 4 cincin berdifusi dengan sutu sistem ikatan ganda konjugasi. Perbedaannya yang kecil
yaitu dalam efektivitas klinik menunjukkan variasi farmakokinetik secara individual akibat substitusi
pada cincin-cincin tersebut (Mycek.2001).

Mekanisme kerja. Masuknya obatini ke dalam mikroorganisme yang rentan diperantarai oleh
transpor protein ke dalam membra dalam sitoplasmik bakteri. Pengikatan obat ke subunit 30S
ribososm bakteri dipercaya dapat menghamabat aksi protein amino asil-tRNA menjadi kompleks
ribosom mRNA di akseptor, sehingga menghambat sintesis protein bakteri (Mycek, 2001).

Mekanisme kerja dari obat antibiotik adalah dinding sel kuman. terdiri dari suatu jaringan
peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula, yang saling terikat satu dengan yang lain
dan dengan demikian memberikan kekuatan mekanis pada dinding dimana menghindarkan sintesa
lengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan
plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel yang tak sempurna
itu akan pecah dan bakteri musnah. Dinding sel manusia dan hewan tidak terdiri dari murein maka
antibiotika ini tidak toksit untuk manusia (Tjay, 2002).Uji atau penetapan potensi antibioik dapat
dilakukan dengan cara (1) kimia, fisikokimia dan (20 secara mikrobiologik atau biologik. Pada uji atau
penetapan secara mikrobiologik lebih menggambarkan tentang khasiat antibiotik dan vitamin
tersebut (Djide, 2006).
Metode difusi adalah proses pemindahan molekul secara acak dari satu posisi ke posisi lain. Pada
difusi tersebut, yang perlu diperhatikan adalah dosis, kecepatan da energi kinetik dari proses
tersebut. Metode difusi terbagi atas dua yaitu difusi liniar dan difusi radial (Djide, 2006). Faktor-
faktor yang mempengaruhi difusi yaitu antara lain (Djide, 2006):

1. Faktor fisik meliputi waktu predifusi, suhu inkubasi, ketebalan lempeng, nilai pH, viskositas
medium dan larutan uji.

2. Faktor biologis meliputi populasi mikroorganisme, kompoisi medium dan konsentrasi kritis
antibiotik.Disamping itu, uji potensi antibiotik juga perlu diperhatikan pula (Djide, 2006);

Standat atau baku antibiotik; Sesuai dengan namanya sebagai pembanding, maka antibiotik
pembanding harus mempunyal syarat syarat sebagai berikut: harus homogen sempurna, harus
stabil, secara kualitatif harus identik dengan zat yang diujikan, dan sebaiknya merupakan zat tunggal.
Mikroorganisme uji; mikroorganisme yang digunakan sebagai mikroorgnisme uji dalam pengujian
potensi suatu antibiotik adalah mikroorganisme dengan strain tertentu. Mikroorganisme tersebut
harus memberikan respon yang bertingkat sesuai dengan kenaikan tingkat dosis antibiotik yang diuji.
Pada farmakope Indonesia III 1979, tercantum daftar nama-nama jenis mikroorganisme yang khusus
untuk setiap jenis antibiotik yang diuji.

Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia.
Dalam pembicaraan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak
termasuk kelompok parasit Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Uji potensi antibiotika secara
mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan potensi suatu antibiotika dengan mengukur
efek senyawa senyawa tersebut. Uji mikrobiologi ini ada 2 macam yaitu metode cawan (difusi agar)
serta metode tabung (turbidimetri). Dalam percobaan ini akan dilakukan uji potensi antibiotika
dengan menggunakan metode lempeng (difusi agar), dimana menggunakan medium padat yang
telah diinokulasikan dengan mikroorganisme. Potensi itu sendiri adalah suatu daya atau kekuatan
dalam mengukur ataukah menentukan jumlah suatu bahan. Penurunan potensi dari antibiotika
tentu saja akan menyebabkan ketidakefektifan dari produk tersebut dan dapat menimbulkan bahaya
bagi konsumen. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan dosis antibiotika yang dapat
menyebabkan proses penyembuhan semakin lambat dan bahkan dapat menimbulkan resistensi bagi
beberapa mikroba tertentu. Tetrasiklin selain digunakan pada infeksi pernapasan dan acne, juga
digunakan pada infeksi saluran kemih berhubung kadarnya yang tinggi dalam kemih (sampai 60 %).
Spectrum kerjanya luas dan meliput.

Anda mungkin juga menyukai