Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan
puji syukur kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat
menyelesaikan makakalah tentang Majas/Gaya Bahasa

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini saya susun untuk memberitahukan kepada pembaca bagaimana menggunakan
gaya bahasa yang sesuai kepada pembaca

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa.Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Majas/Gaya Bahasa ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca

Watampone, 6 Mei
2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya
majas termasuk dalam gaya bahasa. Dalam tulisan ini pengertian gaya bahasa adalah
cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan
tertentu.
Sebenarnya, apakah fungsi penggunaan gaya bahasa? Pertama-tama, bila
dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk ke dalam fungsi puitik
yaitu menjadikan pesan lebih berbobot.[1] Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai
dengan waktu dan penerima yang menjadisasaran) dapat menarik perhatian penerima.
Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-
sia belaka, bahkan mengganggu pembaca. Misalnya apabila dalam novel remaja masa
kini terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum kemerdekaan, maka pesan tidak
sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai pembacanya. Pemakaian gaya
bahasa juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, karena gaya
bahasa dapat mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat.
Pemakaian majas baik dalam pendidikan atau yang lainnya diharapkan dapat
membantu dalam tulisan. Apalagi bagi para pendidik, penulis. Baik novel ataupun
penulis puisi. Majas dapat dijadikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis dengan pilihan
kata, frase, klausa, dan kalimatnya.
Berkenaan dengan hal tersebut bagi peningkatan profesionalisme dan karier
pendidik, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana para pendidik
untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep keilmuan berkenaan tentang
majas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1.Apa yang dimaksud dengan majas?
2.Apa saja pengelompokan majas?
3.Apa saja macam-macam di dalam kelompok-kelompok majas?
4.Bagaimana contoh-contoh kalimat majas?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini di susun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pengertian Majas/Gaya Bahasa
2. Pengelompokan Majas/Gaya Bahasa
3. Macam-macam majas dalam pengelompokan-pengelompokan majas
4. Contoh-contoh kalimat majas
BAB II
PEMBAHASAN

A.          Definisi Majas/ Gaya Bahasa


Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan carakhas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik
secara lisan maupun tertulis. Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa.[2]
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-
efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.[3] Dengan
kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada
pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang
sebenarnya. Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan bahwa majas adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis.
Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat.Menurut Goris
Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu:
kejujuran,sopan santun, dan menarik.

B.  Jenis-Jenis Majas


1. Majas Perbandingan
a.   Personifikasi
Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada
benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia/benda
hidup.
Contoh : Baru tiga km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.
b.   Depersonifikasi
Majas yang menampilkan manusia sebagai binatang, benda-benda alam, atau
benda lainnya.
Contoh: Hari, tokoh partai X tidak disukai karena ia sering  menjadi bunglon
c.   Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung.
Contoh :
-  Raja siang telah pergi ke peraduannya.
-  Dewi malam telah keluar dari balik awan.
d.   Simile
Perbandingan dua hal yang sengaja dianggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit
dijelaskan oleh pemakaian kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana.
Contoh: Wajah ibu dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
e.    Alegori
Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh. Perbandingan itu
membentuk kesatuan yang menyeluruh.
Contoh: Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera hidup keluargamu sebab
lautan kehidupan ini penuh badai, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang
yang setiap saat dapat menghancurkan. Oleh karena itu, nahkoda dan para awaknya
harus selalu seia sekata dan satu tujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan
selamat.
2. Majas Pertentangan
a.   Hiperbola
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya,
atau sifatnya.
Contoh: Tiga tahun telah berlalu sejak meninggalnya kekasihku, namun tak sedetik
pun wajahnya hilang dari ingatanku.
b.   Litotes
Majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan
kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Contoh: Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudra luas.
c.   Antitesis
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata yang
berlawanan arti.
Contoh: Gadis yang secantik si Ida dipersunting oleh si Dedi yang  jelek itu.

d.   Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu solah-olah bertentangan, padahal
maksud sesungguhnya tidak.
Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
e.   Okupasi
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan. Namun bantahan
tersebut kemudian diberi penjelasan/diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat
menghentikan kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untung
banyak.
f.    Kontradiksi Internimis
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah
dikatakan sebelumnya. 
Contoh: Semua murid di kelas ini hadir, kecuali Hasan yang sedang ikut jambore.
3. Majas Pertautan
a.   Metonimia
Gaya bahasa yang menggunakan nama barang/merk dagang sebagai pengganti barang
itu sendiri.
Contoh: Kemarin ia memakai Xenia
b.   Sinekdoke
Dapat dibedakan atas:
   1. Pars Pro Toto
Majas sinekdoke yang melukiskan sebagian tetapi yang dimaksud seluruhnya.
Contoh : Dia mempunyai lima ekor kuda.
   2. Totem Pro Parte
Majas sinekdoke yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh : Kaum wanita memperingati hari Kartini.
c.   Eufinisme (ungkapan pelembut)
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Para tuna karya perlu perhatian yang serius dari pemerintah

d.   Alusi
Gaya bahasa yang  menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh
yang telah umum dikenal/diketahui orang.
Contoh: Tugu ini mengenangkan kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan. 
e.   Elipsis
Gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu
atau beberapa unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.
Contoh: Dia dan istrinya ke Jakarta minggu lalu.
f.   Autonomasia
Majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan
ciri atau sifat menonjol yang dimilikinnya.
Contoh: Si pincang itu ternyata adalah seorang pengusaha kuliner.
4. Majas Perulangan
a.   Repetisi
Merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata  atau beberapa
kata berkali-kali, yang biasanya digunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung
rakyat, kita junjung dia sebagai pembebas kita.
b.   Pararelisme
Majas seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Pararelisme dibagi menjadi:
1. Anafora
Jika  kata yang diulang terletak di awal baris.
Contoh:
Kalaulah diam malam yang kelam
Kalaulah tenang sawang dan lapang
Kalaulah lelap orang di lawang
2. Epifora
Jika kata yang diulang terletak diakhir baris.
Contoh:
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau kehendaki, aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
3. Simploke
Jika kata yang diulang terletak di awal dan akhir baris.
Contoh :
Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku
Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku
4. Mesodiplosis
Jika kata yang diulang terletak di tengah baris.
Contoh:
Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
5. Epanalepsis
Jika kata pertama diulang pada akhir.
Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
c.   Kiasmus
Gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau
pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh: Yang kaya merasa dirinya miskin, sedang yang miskin mengaku dirinya
kaya.
d.   Aliterasi
Sejenis majas yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang
permulaannya sama bunyinya.
Contoh:
  -  Dara damba daku
-  Datang dari danau
e.   Antanaklasis
Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh: Saya selalu membawa buah tangan kepada buah hati saya.
5. Majas Sindiran
a.   Ironi
Majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir.
Contoh:
  -  O... kamu baru bangun, baru pukul sepuluh pagi.
  -  Bersihnya kamar ini, puntung rokok dimana-mana.
b.   Sinisme
Majas  sindiran yang agak kasar dibandingkan dengan majas ironi.
Contoh: Dengan sifatmu yang malas berusaha semoga kamu mendapatkan pekerjaan
yang bagus.
c.   Sarkasme
Majas sindiran yang paling kasar dibandingkan majas ironi dan sinisme.
Contoh: Otakmu itu memang sudah bukan otak manusia lagi. Otakmu itu sudah
menjadi otak udang.
6. Majas Penegasan
a.   Pleonasme
Majas yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi
karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh: Salju sudah mulai turun ke bawah.
b.   Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturt-turut dengan menggunakan urutan kata-
kata yang semakin lama semakin memuncak pengertiannya.
Contoh: Semua usia dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua memenuhi arena
pasar malam itu.
c.   Antiklimaks
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyatakan beberapa hal berturut-
turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang semakin lama semakin menurun
pengertiannya.
Contoh: Jangankan seribu, seratus, serupiah pun tak ada.
d.   Retoris
Majas penegasan dengan menggunakan kalimat tanya yang jawabannya sudah
diketahui.
Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali

BAB III
KESIMPULAN

Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas untuk
memperoleh efek-efek tertentu. Majas dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Majas perbandingan yang terdiri dari personifikasi, depersonifikasi, metafora,


simile, alegori.

2. Majas pertentangan yang terdiri dari hiperbola,litotes, antitesis, paradoks, okupasi,


kontradiksi internimis

3. Majas pertautan yang terdiri dari metonimia, sinekdoke, eufinisme, alusi, elipsis,
autonomasia; majas perulangan yang terdiri dari repetisi, pararelisme, kiasmus,
aliterasi, antanaklasis; majas sindiran yang terdiri dari ironi, sinisme, sarkasme.

4. Majas penegasan yang terdiri dari pleonasme, klimaks, antiklimaks, retori

DAFTAR PUSTAKA

Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Primagama, Tentor. 2007. Panduan Belajar Kelas IX SMP. Yogyakarta:Primagama.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Kosakata. 1989. Bandung:Angkasa Bandung.
http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2010/10/24/majas-atau-gaya-bahasa/
http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/majas/

[1] (Jakobson dalam Vanoye, 1971: halaman 59)


[2] Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai